Penggunaan Antibiotik Yang Bijak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PELAYANAN RESEP PENGGUNAA ANTIBIOTIK SECARA BIJAK



OLEH KELOMPOK 2 ANGGOTA KELOMPOK: BAGUS DECAHYUNINGSIH



1741013203



BOY ANDRE



1741013...



DELISA PUTRI



1741012240



DHENA MARICHY PUTRI



174101.....



DHIAN EKA PUTRI



1741012249



YULIA WANERIKE



1741013....



FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2017



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Penggunaan Antibiotik Secara Bijak” ini. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Dengan terselesainya makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun ke arah ini sangat di harapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta inspirasi bagi pembaca.



Penulis, 27 Agustus 2017



Kelompok 2



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya dinegara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik (Kemenkes, 2011). Dengan kemajuan teknologi, jumlah dan jenis antibiotik yang bermanfaat secara klinis semakin meningkat, sehingga diperlukan ketepatan yang tinggi dalam memilih antibiotik. Pemilihan antibiotik yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negatif yaitu timbulnya resistensi bakteri dan efektifitas antibiotik yang rendah terhadap bakteri tertentu. Resistensi bakteri terhadap antibiotik mempunyai arti klinis yang amat penting. Suatu bakteri yang awalnya peka terhadap suatu antibiotik, setelah beberapa tahun kemudian dapat resisten, dan berakibat pada sulitnya proses pengobatan karena sulitnya memperoleh antibiotik yang dapat membasmi bakteri tersebut (Jawetz dkk., 2005). Studi yang telah dilakukan di Indonesia selama 1990-2010 mengenai resistensi antibiotik, resistensi terjadi hampir pada semua bakteri–bakteri patogen penting. Hal tersebut merupakan dampak negatif dari pemakaian antibiotik yang irasional, penggunaan antibiotik dengan indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaian yang tidak sesuai, cara pemakaian yang kurang tepat, serta pemakaian antibiotik secara berlebihan. Dampak lainnya dari pemakaian antibiotik secara irasional dapat berakibat meningkatkan toksisitas, dan efek samping antibiotik tersebut. Hal ini harus ditanggulangi bersama dengan cara yang efektif, antara lain dengan melakukan monitoring serta evaluasi penggunaan antibiotik di pusat pelayanan kesehatan, salah satunya dengan melakukan kajian ketepatan



penggunaan antibiotik yang merupakan salah satu bentuk tanggung jawab farmasis dalam rangka mempromosikan penggunaan antibiotik yang rasional. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian antibiotik dan resistensi? 2. Bagaimana cara menggunakan antibiotik secara bijak dan rasional? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui tujuan penggunaan antibiotik pada pengobatan infeksi.



2. Dapat memberikan edukasi tentang penggunaan antibiotik secara bijak.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PRINSIP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG BIJAK A.Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan pada Penggunaan Antibiotik 1. Resistensi Mikroorganisme Terhadap Antibiotik Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu (Drlica&Perlin,2011): 1) Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi. 2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik. 3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri. 4) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel bakteri. 5) Antibiotik masuk kedalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel melalui mekanisme transport aktif keluar sel.



2. Faktor Farmakokinetik dan Farmakodinamik Pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara tepat. Agar dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai bakterisid aataupun bakteriostatik, antibiotik harus memiliki beberapa sifat berikut ini: a) Aktivitas mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan spesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan penisilin pada protein). b) Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi kadar antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri. c) Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang cukup memadai agar diperoleh efek yang adekuat. d) Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.



3. Faktor Interaksi dan Efek Samping Obat Pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain, obat lain atau makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari interaksi yang dapat terjadi cukup beragam mulai dari yang ringan seperti penurunan absorpsi obat atau penundaan absorpsi hingga meningkatkan efek toksik obat lainnya. Sebagai contoh pemberian siprofloksasin bersama dengan teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dan dapat berisiko terjadinya henti jantung atau kerusakan otak permanen. Demikian juga pemberian doksisiklin bersama dengan digoksin akan meningkatkan efek toksik dari digoksin yang bisa fatal bagi pasien (Kemenkes, 2011).



4. Faktor Biaya Antibiotik yang tersedia di Indonesia bisa dalam bentuk obat generik, obat merek dagang, obat originator atau obat yang masih dalam lindungan hakpaten (obatpaten). Harga antibiotik pun sangat beragam. Harga antibiotik dengan kandungan yang sama bisa berbeda hingga 100 kali lebih mahal dibanding generiknya. Apalagi untuk sediaan parenteral yang bisa 1000 kali lebih mahal dari sediaan oral dengan kandungan yang sama. Peresepan antibiotik yang mahal, dengan harga diluar batas kemampuan keuangan pasien akan berdampak pada tidak terbelinya antibiotik oleh pasien, sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan terapi. Setepat apapun antibiotik yang diresepkan apabila jauh dari tingkat kemampuan keuangan pasien tentu tidak akan bermanfaat.



Prinsip penggunaan antibiotik yang bijak menurut Kepmenkes tahun 2011, yaitu: a. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat. b. Kebijakan penggunaan antibiotik (antibiotic policy) ditandai dengan pembatasan penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik lini pertama. c. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan pedoman penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik secara terbatas (restricted), dan penerapan kewenangan dalam penggunaan antibiotik tertentu (reserved antibiotics).



d. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limited). e. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada: A. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan kuman terhadap antibiotik. B. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab infeksi. C. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik. D. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat. E. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan aman. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut (Kepmenkes RI, 2011): 1. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan antibiotik secara bijak. 2. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang 3. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di bidanginfeksi. 4. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim (teamwork). 5. Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotik secara bijak yang bersifat multi disiplin. 6. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan berkesinambungan. 7. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik secara lebih rinci di tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakat.



BAB III KESIMPULAN 1.



Pemilihan antibiotik yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negatif yaitu timbulnya resistensi bakteri dan efektifitas antibiotik yang rendah terhadap bakteri tertentu.



2.



Dalam penggunaan antibiotik harus mempertimbangkan beberapa faktor agar dapat dicapai tujuan penggunaan antibiotik yang tepat dan bijak.



3.



Untuk menghindari penggunaan antibiotik yang irasional disarankan untuk menggunakan antibiotik lini pertama pada penyakit infeksi yang diderita oleh pasien.



4.



Mutu tenaga kesehatan dan fasilitas penunjang kesehatan harus ditingkatkan dalam pencapaian penggunaan antibiotik yang bijak.



DAFTAR PUSTAKA Drica, K., Perlin, D. 2011. Antibiotic Resistance Understanding and Responding to an Emergencing Crisis. FT Press: New Jersey. Jawetz, E. Melnick, L. J., dan Adelberg, A. E. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. EGC: Jakarta. Kemenkesc, 2011, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, 4-5, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.