Pengolahan Lahan Basah - Kel 1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Salma
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN ACARA 2. PENGOLAHAN LAHAN BASAH



Disusun Oleh : Muhammad Zufar Ghazani M Natasya Maharani Putri Rifki Setio Nugroho Ahmad Rodhi Nur Falah Salma Hana Faizah



20200210151 20200210154 20200210157 20200210159 20200210161



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2021



BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan tanah atau Soils Management merupakan pembinaandalam hal pengotanah tanah, pembinaan-pembinaan ini dimaksudkan agar para petani atau mereka yang menggunakan tanah dapat melakukan pengelolaan tanahnya dengan baik agar kesuburan tanah, produktivitas tanah, pengawetan tanah dan air dapat terjamin, sehingga memungkinkan terlaksananya usaha-usaha di bidang pertanian dalam jangka waktu yang panjang dari generasi ke generasi dengan hasil-hasilnya yang dapat memenuhi harapan (Kartasapoetra, 1991). Pengelolaan tanah adalah tindakan atau seni menggunakan tanah untuk produksi tanaman yang seimbang dan menguntungkan. Produksi tersebut melibatkan segala tindakan mengolah dan menggarap tanah serta budidaya tanaman berupa pemeliharaan dan perbaikan keadaan fisik, bahan organik tanah, hara tersedia, kegiatan biologi tanah, dan konservasi tanah dan air (American Society Of Agricultural Engineers, 1967 dalam Notohadiprawiro, 2006). Kualitas tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk berfungsi dalam berbagai batas ekosistem untuk mendukung produktivitas biologi, mempertahankan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Secara umum, terdapat tiga makna pokok dari definisi tersebut yaitu produksi berkelanjutan yaitu kemampuan tanah untuk meningkatkan produksi dan tahan terhadap erosi, mutu lingkungan yaitu tanah diharapkan mampu untuk mengurangi pencemaran air tanah, udara, penyakit dan kerusakan sekitarnya dan ketiga kesehatan makhluk hidup (Suriadi dan Nazam, 2005 ). Mutu tanah dikembangkan sebagai alat penilaian atau alat evaluasi terhadap praktek pengelolaan tanah dan penilaian sumber daya alam, atau sebagai alat uji keberlanjutan praktek-praktek pertanian dan penggunaan tanah lainnya secara kuantitatif (Karlen and Mausbach, 2001). Kualitas tanah juga untuk mengevaluasi tingkat degradasi dan kontaminasi tanah dari pencemaran logam berat.



Pengertian lahan basah berdasarkan konvensi Ramsar adalah daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan tetap atau sementara dengan air tergenang atau mengalir baik tawar, payau, atau asin termasuk wilayah perairan laut dengan kedalaman tidak lebih dari 6 m pada waktu surut (Triana 2012). Lahan basah memiliki karakter khusus yang identik dengan air. Oleh karena itu, sistem penataan lahan dan penentuan jenis komo- ditas di lahan basah sangat bergantung pada tipe lahan dan kondisi airnya (Najiyati et al. 2005). Luas lahan basah di Indonesia diperkirakan 20,6 juta ha atau sekitar 10,8? dari luas daratan Indonesia (Rahmawaty et al. 2014). Pada umumnya lahan basah dikelola menjadi areal pertanian ataupun per- kebunan. Sebagian besar lahan basah dimanfaatkan masyarakat untuk budi daya tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, disusul tanaman pangan meliputi padi, jagung, selanjutnya tanaman horti- kultura buah (Masganti et al. 2014). Sekitar 9,53 juta lahan basah di Indonesia berpotensi untuk lahan pertanian, dengan rincian 6 juta ha berpotensi untuk tanaman pangan dan 4,186 juta ha telah direklamasi untuk berbagai penggunaan terutama transmigrasi (Dakhyar et al. 2012). Luasnya lahan basah yang telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan pemukiman menjadikan lahan ini dapat mengalami kerusakan jika tidak dikelola dengan tepat dan terpadu. Penggunaan lahan basah harus direncanakan dan dirancang secara cermat dengan asas tata guna lahan berperspektif jangka panjang (Hardjoamidjojo & Setiawan 2001). Lahan basah menjadi sangat peka terhadap perubahan yang dilakukan manusia karena lahan basah memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dan margasatwa lain. Fungsi lahan basah tidak hanya untuk sumber air minum dan habitat beraneka ragam makhluk, tapi memiliki fungsi eko- logis seperti pengendali banjir, pencegah intrusi air laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global (Hardjoamidjojo & Setiawan 2001). Dengan demikian, kehati-hatian dan pengelolaan tepat guna sangat diperlukan dalam pengelolaan lahan basah.



B. Tujuan Mengetahui perbedaan pengoloahan lahan dengan menggunakan Bajak Singkal dan Bajak Garu



BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat tanah dan air pada lahan basah berkaitan dengan tanah sulfat masam dengan senyawa pirit, tanah gambut, air pasang besar dan kecil, ke dalam air tanah, kemasaman air yang menggenangi lahan. Oleh karena itu, pengelolaan lahan basah harus memerhatikan pengelolaan tanah dan air. Tujuan pengelolaan lahan dan air adalah untuk mengatur pengoptimalan pemanfaatan sumber daya lahan (Widjaja et al. 1997). Memaksimalkan hasil produksi pertanian lahan basah harus didukung dengan mempertahankan kelestarian ekosistem lahan itu sendiri. Upaya pelestarian dilakukan dengan menerapkan sistem usahatani berkelanjutan dengan menggunakan bahanbahan organik. Penggunaan pupuk dan pestisida organik diharapkan akan mengurangi jumlah penggunaan pupuk dan pestisida berbahan kimia. Pengolahan lahan basah menggunaan tractor bermesin 4 tak. Prinsip kerja traktor tangan adalah mesin pengolah tanah dengan menggunakan tenaga penggerak motor bakar yang pada umumnya motor diesel. Sebagai mesin pengolah tanah, traktor digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah, seperti bajak piring, garu piring, dll. Traktor roda empat yang dirangkai dengan peralatan pengolah tanah perlu diatur atau disetel posisi peralatannya agar dapat difungsikan dengan baik. Pengaturan tersebut dilakukan dengan mamanjangkan atau memendekkan pada ikatan sambungan peralatan atau pada “tiga titik penyambungan”(Pengembangan et al., 2001) Lahan basah memiliki karakteristik yaitu lahan yang selalu tergenang oleh air. Mekanisme dalam pengolahan lahan basah terdapat beberapa cara, yaitu: 1. Melakukan pengeringan lahan. Pada lahan bekas tanah gambut dapat diolah untuk digunakan dalam sektor pertanian dan perkebunan. Pengeringan lahan basah secara maksimal dapat membantu menciptakan aneka ragam sawah dan perkebunan secara maksimal 2. Melakukan pengelolaan air. Pengelolaan air secara tidak langsung akan membantu dalam sistem irigasi maupun pengairan di daerah lahan basah



tersebut, sehingga lahan tersebut tidak mengalami kekeringan air serta dapat dimanfaatkan sebagai tempat cadangan air saat kemarau. 3. Mempertahankan ekosistem alami. Dalam mempertahankan ekosistem alami, perlu dilakukan agar membantu menjaga keseimbangan alam. Pengembangan dan pengelolaan lahan basah secara optimal akan menciptakan sistem pertanian yang optimal tanpa menimbulkan bencana akibat efek negatif dari perubahan lahan basah menjadi areal perkebunan atau persawahan. Bajak singkal merupakan peralatan pertanian untuk pengolahan tanah yang digandengkan dengan sumber tenaga penggerak/penarik seperti tenaga penarik sapi, kerbau atau traktor pertanian. Bajak singkal berfungsi untuk memotong, membalikkan, pemecahan tanah serta pembenaman sisa-sisa tanaman kedalam tanah, dan digunakan untuk tahapan kegiatan pengolahan tanah pertama. Bajak singkal dirancang dalam beberapa bentuk untuk tujuan agar diperoleh kesesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan pembajakan. Bajak singkal ini dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah.Bagian dari bajak singkal yang memotong dan membalik tanah disebut bottom.Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau lebih.Bottom ini dibangun dari bagianbagian utama, yaitu : 1) singkal (moldboard), 2) pisau (share), dan 3) penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut diikat pada bagian yang disebut pernyatu (frog).Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam). Garu adalah sebuah alat pertanian dengan pegangan panjang dan ujung berbentuk garpu.Tanah pada lahan sawah tidak selamanya langsung siap untuk ditanami berbagai jenis bibit. Tidak jarang tanah-tanah ini ditumbuhi oleh rumput liar. Di sinilah garu piring bisa membantu para petani. Alat pertanian modern satu ini berfungsi untuk membersihkan rumput pada tanah sebelum penanaman dimulai. Tidak hanya itu, terkadang ada pula petani yang memanfaatkan garu piring untuk menutupi tanah setelah benih disebar.



BAB III. KESIMPULAN Bajak Singkal dapat digunakan untuk bermacam- macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang berfungsi memotong dan membalik tanah disebut botton, yang dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : singkal (molg board), pisau (share) dan penahan samping (landside). Garu piringan (disk harrow) Prinsipnya menyerupai bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya yang lebih kecil karena pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama.



DAFTAR PUSTAKA



2005, B. (Badan P. S. (2010). Pengelolaan Lahan untuk Meningkatkan Kualitas Tanah pada Lahan Tegal di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. Universitas Sebelas Maret, 1, 1–38. Pengembangan, P., Dan, S., Pengelolaan, S., Pendidikan, D., & Kejuruan, M. (2001). P e n g e n a l a n a l a t d a n m e s i n p e r t a n i a n. Rahmi, O., Susanto, R. H., & Siswanto, A. (2015). The Integrated Lowland Management in Mulia Sari, Tanjung Lago Subdistrict, Banyuasin Regency. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(3), 201–207. https://doi.org/10.18343/jipi.20.3.201



Yogyakarta,06 Juli 2021 Praktikkan



( Salma Hana Faizah)