Pengukuran Sudut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGUKURAN SUDUT ( POLIGON ) ( Angle Measurement ) Dominggo Mepe1) dan Muhammad Risywar Rasyid2) Praktikan Pratikum Ilmu Ukur Wilayah, Teknik Pertanian 2) Asisten Pratikum Ilmu Ukur Wilayah, Teknik Pertanian 1)



*



ABSTRAK Ilmu ukur wilayah atau biasa disebut dengan ilmu ukur tanah adalah suatu metode pengukuran titik titik dengan memanfaatkan jarak dan sudut diantara setiap titik tertentu pada suatu wilayah dengan cermat. Salah satu ilmu Pengukuran yang dipelajari di ilmu ukur wilayah yaitu Pengukuran sudut yang dimana pengukuran sudut atau Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti sudut. Secara harfiahnya, poligon berarti sudut banyak. Namun arti yang sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan. Sebagai kerangka dasar, posisi atau koordinat titik-titik poligon harus diketahui atau ditentukan secara teliti. Selain penggunaan alat yang tepat, pemilihan metode pengukuran juga berpengaruh terhadap ketepatan hasil pengukuran. Dalam ilmu ukur wilayah salah satu metode yang dapat digunakan adalah melalui metode pengukuran poligon.



Kata kunci : Azimuth, Lahan, Polygon dan Wilayah.



PENDAHULUAN Ilmu ukur wilayah atau biasa disebut dengan ilmu ukur tanah adalah suatu metode pengukuran titik titik dengan memanfaatkan jarak dan sudut diantara setiap titik tertentu pada suatu wilayah dengan cermat. Poligon berasal dari kata poly dan gono, dimana poly berarti banyak dan gono berarti sudut. Poligon merupakan suatu cara menghubungkan titik-titik dengan mengukur sudut dan jarak antara titik satu dengan titik yang lainnya. Fungsi dari poligon adalah sebagai kerangka dasar pemetaan suatu wilayah. Umumnya diketahui bahwa poligon merupakan salah satu cara menentukan posisi horizontal dimana titik satu dengan yang lainnya



dihubungkan sehingga dari hubungan titik tersebut akan membentuk suatu sudut. Bentuk poligon dibagi dalam dua bagian, yaitu poligon berdasarkan visualnya (poligon tertutup dan terbuka) dan poligon berdasarkan titik ikatnya (poligon terbuka terikat sempurna, poligon terbuka terikat azimuth dan poligon terikat koordinat). Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan pengukuran sudut poligon pada suatu wilayah yang memiliki jarak dan sudut yang berbeda. Jenis pengukuran sudut poligon yang digunakan pada praktikum ini ialah poligon tertutup yang dimana titik awal dan titik akhirnya saling bertemu di satu titik yang sama. Poligon tertutup ini biasanya dipergunakan untuk



membuat bendungan, pemukiman, kepemilikan tanah, waduk dan lainlain. Oleh karena itu, pengukuran sudut poligon ini sangat perlu diketahui prosedur atau metodenya terlebih dahulu agar dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan. Tujuan dan Kegunaan Pratikum Tujuan dari Pratikum pengukuran sudut yaitu mengetahui metode atau prosedur dan pengukuran poligon. Setelah metode dipahami mampu menggambarkan bentuk poligon dalam hal ini tertutp dari suatu bentang alam. Yang terakhir yaitu mampu menentukan sudut azimuth. Adapun kegunaan ataupun manfaat dari pratikum pengukuran sudut yaitu untuk mengukur luas suatu wilayah dengan bentuk yang tidak seragam. TINJAUAN PUSTAKA Ilmu ukur wilayah atau ilmu ukur tanah di defenisikan sebagai ilmu dan seni untuk menentukan letak dari beberapa titik yang sudah di tetapkan pada permukaan bumi, dengan menggunakan metode pengukuran dan referensi perhitungan bahwa bentuk bumi yang sebenarnya bulat dianggap sebagai suatu bentuk yang datar padahal aslinya bentuk bumi kita ini bulat ( Zuchira N. A, 2017 ). Tetapi dalam pengertian lebih umum, ilmu ukur wilayah dapat dianggap suatu disiplin ilmu yang meliputi semua metode untuk mengumpulkan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisis bumi yang memiliki ukuran ( Zuchriya, 2017 ). Pengukuran luas merupakan pengukuran yang sering dilakukan didalam pekerjaan sebelum



perencanaan desain dilakukan, karena perhitungan dan informasi luas merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan untuk mendesain perencanaan dari hasil pengukuran dilapangan. Pengukuran luas ini dipergunakan untuk berbagai kepentingan, baik dalam bidang konstruksi maupun dalam bidang hukum pertanahan, perubahan status hukum tanah, pajak bumi dan lain sebagainya (Suhendra, 2011). Pengukuran wilayah yang tidak luas, bisa dilakukan menggunakan patok dan meteran. Sedangkan untuk pengukuran wilayah dalam skala luas dibutuhkan peralatan yang dapat menjangkau jarak tersebut. Alat yang umumnya dipakai adalah theodolite, GPS. (Rianandra dan Akhmad 2015). Theodolite merupakan alat pengukuran luas untuk menentukan sudut yang dibentuk antara dua titik pada saat pengukuran. Titik koordinat dalam suatu wilayah dapat diperoleh dengan bantuan theodolite. Penggunaan theodolite memungkinkan untuk berpindah tepat guna mendapatkan data yang akurat dan tepat (Rianandra dan Akhmad 2015). Seiring dengan perkembangan teknologi untuk mendapatkan titik koordinat posisi yang tepat, murah dengan tingkat akurasi yang cukup dalam pemetaan wilayah dapat digunakan GPS. GPS (Global Positioning System) merupakan alat atau sistem yang dapat memberikan informasi posisi pengguna secar global di permukaan bumi yang berbsais data satelit (Santoso dan Rais, 2015). Selain penggunaan alat yang tepat, pemilihan metode pengukuran juga berpengaruh terhadap ketepatan hasil pengukuran. Dalam ilmu ukur wilayah salah satu metode yang dapat digunakan adalah melalui metode pengukuran poligon. (Eva dkk, 2014)



Titik di permukaan bumi yang disebut dengan titik koordinat dihubungkan dalam serangkaian garis lurus. Melalui pengukuran poligon koordinat dari sudut yang diukur dan posisi horisontal banyak titik dapat ditentukan. Sudut azimuth, titik tinggi ikat, dll merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran poligon. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan pada saat pengolahan data sehingga didapat luas wilayah pengukuran. . (Eva dkk, 2014) Dalam pratikum ini metode yang digunakan adalah metode poligon tertutup. Poligon adalah segi banyak yang sering digunakan dalam Polygon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu. Poligon tertutup ini hanya mempunyai satu titik kontrol yang sudah diketahui koordinatnya yaitu titik awal yang sekaligus digunakan sebagai titik akhir, sudut jurusan sisi akan sama dengan sudut jurusan akhirnya (Eva S. L. 2014) Pengukuran sudut digunakan karena kerangka dasar pemetaan karena sifatnya fleksibel dan kesederhanaan hitungannya. Fleksibel dalam arti bahwa pengukuran poligon dapat mengikuti bentuk medan pengukuran, mulai dari yang paling sederhana; misalnya berupa segitiga; maupun sampai bentuk yang kompleks, misalnya segi n dengan variasi loop (Eva S. L., dkk, 2014). METODE PRATIKUM Alat Adapun alat alat yang digunakan pada pratikum pengukuran sudut yaitu : waterpass,handphone, kaki tiga, bak ukur, meteran, patok, GPS, bandul, dan Payung. Bahan



Bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu kertas grafik.



Prosedur Pratikum 1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum. 2. Menentukan wilayah yang akan diukur. 3. Memasang patok pada titik BM dan 5 titik lainnya (P1, P2, P3, P4 dan P5). 4. Mengukur jarak antara satu titik dengan titik yang lainnya menggunakan meteran. 5. Mengkalibrasi GPS dan mencari nilai UTM pada setiap titik. 6. Memasang statif dan waterpass di BM sebagai tempat posisi awal pengukuran. 7. Mengatur ketinggian statif dengan memperhatikan bandul atau unting-unting pada statif agar seimbang dengan patok. Hal ini dilakukan setiap pemindahan alat ke titik yang berbeda. 8. Mengatur keseimbangan waterpass dengan memperhatikan nivo pada waterpass. Hal ini dilakukan setiap pemindahan alat ke titik yang berbeda. 9. Mengukur ketinggian alat ukur waterpass dari permukaan tanah menggunakan meteran dan dilakukan setiap pemindahan alat ukur di titik yang berbeda. 10. Mencari arah utara 0º menggunakan kompas handphone yang diletakkan di atas waterpass dalam posisi seimbang dengan waterpass. 11. Mengatur skala 0º pada waterpass. 12. Memasang bak ukur atau mistar ukur pada titik P1 sebagai pengukuran awal. Usahakan bak ukur seimbang dengan



memperhatikan nivo pada bak ukur. 13. Memutar teropong waterpass ke arah bak ukur yang berada di titik P1 untuk dilakukan pembacaan. Saat memutar teropong waterpass, jangan sampai skala pada waterpass ikut berputar. 14. Membaca batas tengah (BT) pada bak ukur. 15. Mencatat sudut azimuth pada waterpass. 16. Mencatat hasil pembacaan pada bak ukur. 17. Memindahkan waterpass dan statif ke titik P1. 18. Memindahkan bak ukur ke titik P2 kemudian arahkan teropong waterpass ke bak ukur dan baca kembali BT-nya. Catat hasil pembacaannya. 19. Mencatat sudut azimuth pada waterpass. 20. Mengulangi pengukuran pada titik yang berbeda sampai pada titik terakhir.



1.Konversi sudut azimuth Pn – Pn + 1 2. Menentukan sudut dalam αP ո=Pn−1−Pn Pn+1 3. Menghitung departure D = x Sin α 4. Menghitung latitude D = x Cos α 5. Menghitung correction departure Cr D = - (ƩD ) X ƩX 6. Menghitung correction latitude Cr L = - (ƩL ) X ƩX 7. Menghitung departure correction D Cr = D + Cr D 8. Menghitung latitude correction L Cr = L + Cr L 9.Menghitung koordinat tinggi di sumbu x X = 10000 + D Cr 10. Menghitung koordinat tinggi di sumbu Y Y = 5000 + L Cr 11. Menghitung luas polygon A = 1( Ʃ plus product – Ʃ plus product )



Rumus yang Digunakan HASIL DAN PEMBHASAN Hasil Tabel 1. Hasil Perhitungan Poligon



Titik



Jarak



Sudut Azimut h



P1 - P2



10.5



P2-P3



L (m)



CrD (m)



CrL (m)



DCr (m)



110



D (m) 9.8667 7



-3.59



-4.03 4.862



5.84



8.3



233



-6.6287



-5



P3-P4



10



214



P4-P5



15



151



P5-P6 P6-P1



14 11.2



68 130



-5.5919 -8.29 -3.84 4.631 -9.43 7.2721 4 -13.1 -5.76 6.946 1.52 12.980 6 5.244 -5.37 6.483 7.61 8.5797 -7.2 -4.3 5.186 4.28



-3.19 3.843 -9.81



LC r (m) 1.27 1.15 3.66 6.17 11.7 2.01



Lua s 8261



TOTA L



69



906



26.478 6



Pembahasan Dalam praktikum ini masih terdapat kekeliruan dalam pengolahan data hal ini dikarenakan kurang teliti dalam menentukan nilai nilai yang diambil. Hal ini sesuai dengan pendapat Eva dkk (2014) yang menyatakan bahwa Sudut azimuth, titik tinggi ikat, dll merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran poligon. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan pada saat pengolahan data sehingga didapat luas wilayah pengukuran. . Hal yang menyebabkan kesalahan dalam pengambilan data adalah alat yang digunakan karena pada praktikum kali ini yang digunakan seharusnya theodolite namun tidak bisa digunakan sehingga terpaksa menggunakan waterpass yang dikombinasikan GPS untuk mencari sudut pengukuran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianandra, dkk (2015). Theodolite merupakan alat pengukuran luas untuk menentukan sudut yang dibentuk antara dua titik pada saat pengukuran. Titik koordinat dalam suatu wilayah dapat diperoleh dengan bantuan theodolite. Penggunaan theodolite memungkinkan untuk berpindah tepat guna mendapatkan data yang akurat dan tepat KESIMPULAN 1 Prosedur dari pengukuran poligon yaitu 1.Menentukan dan /mellllllllll nancapkan patok pada titik yang akan dibidik. 2.Mengukur jarak tiap titik yang telah ditentukan.



-32



-26.5 31.95 0,000 0,00 3.Memasang alat diatas titik BM. 4. Mengukur tinggi alat dengan meteran dan baca titik koordinat setelah GPS dikalibrasi Memutar waterpass ke utara dan baca nilai UTM. Mengatur sudut 900 dan kunci alat. 5. Memutar dan mengarahkan teropong ke titik, baca dan catat sudut horisontal maupun salah satu sudut azimuth.Membaca batas tengah pada bak ukur. 6. Memindahkan alat ke titik 1 kemudian memutar waterpass kea rah utara.Menembak ke titik 2 kemudian baca dan catat sudut horisontalnya. Ulangi langkah 9 – 11 pada ttik yang berbeda sampai ke titik yang terakhir. 7. Menghitumg luas polygon dari data yang diambil. Setelah metode dipahami mampu 2. 2. menggambarkan bentuk poligon dalam hal ini tertutup dari suatu bentang alam. 3.menentukan sudut azimuth. DAFTAR PUSTAKA



Zuchriya, N A ( 2017 ). Penggunaan Jobsheet terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TGB pada Mata Pelajaran Ilmu Ukur Tanah di SMKN 1 Nganjuk jurnal kajian pendidkan tejnik bangunan vol. 1, no.205 – 210 Eva, S. L., Sabri L. M., Bambang D. Y. 2014 Pembuatan Program Perataan Parameter Jaring Poligon dengan Menggunakan Visual Basic For Application (VBA) Microsoft Excel . jurnal Geodesi Undip Vol.3



Santoso, K.I dan Rais, M.N. 2015. Implementasi Sistem Informasi Geografis Daerah Pariwisata Kabupaten Temanggung Berbasis Android dengan Global Positioning System (GPS). Scientific Journal Of Informatic. ISSN : 2407-7658, Volume 2, Nomor 1, Mei 2015., halaman 29-40. Rianandra, A, dan Akhmad A. B 2015. Studi Perbandingan Penentuan Posisi Geografis BerdasarkaPengukuran dengan GPS (Global Positioning System). Jurnal Penelitian Sains Vol. 17 No. 2



LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Pengamatan Pengukuran Poligon Tabel 2. Tabel pengamatan



Titik



Titik Bidik



Tinggi Alat (m)



Sudut Azimuth



Jarak (m)



Batas Tengah (m)



BM



P1



1.24



260°10'28"



9



12.56



274°10'28"



10.5



13



24°10'28"



11.2



12.18



86°10'28"



8.3



13



319°10'74"



10.5



12.48



6°10'28"



10



12.3



P2



220°10'28"



8.3



13.77



P5



65°10'28"



15



10.55



P3



216°10'28"



10



12.35



P6



177°10'28"



14



13.6



245°10'28"



15



12.9



238°10'28"



11.2



12.15



8°10'28"



14



9.9



P2 P1



1.26 P6 P3



P2



1.34 P1 P4



P3



1.38



P4



1.28



P5



1.28 P4 P1



P6



1.28 P5



Koordinat S = 5°7'46" U = 119°29'5" S = 5°7'45" U = 119°29'5" S = 5°7'45" U = 119°29'5" S = 5°7'47" U = 119°29'4" S = 5°7'47" U = 119°29'4" S = 5°7'43" U = 119°29'7" S = 5°7'45" U = 119°29'6" S = 5°7'46" U = 119°29'4" S = 5°7'43" U = 119°29'4" S = 5°7'45" U = 119°29'4" S = 5°7'46" U = 119°29'3" S = 5°7'46" U = 119°29'5" S = 5°7'45" U = 119°29'5"



Lampiran 2. Perhitungan sudut polygon A. Konversi sudut azimuth Pn−P n+1=¿Degree +(Minute/60)+(second/3600) a) P1-P2 = 74+(10/60)+(28/3600) = 274,174° b) P1-P6 = 24+(10/60)+(28/3600) = 24,174° c) P2-P3 = 86+(10/60)+(28/3600) = 86,174° d) P2-P1 = 319+(10/60)+(28/3600) = 319,174° e) P3-P4 = 6+(10/60)+(28/3600) = 6,174° f) P3-P2 = 220+(10/60)+(28/3600) =220,174° g) P4-P5 = 65+(10/60)+(28/3600) = 65,174° h) P4-P3 = 216+(10/60)+(28/3600) = 216,174° i) P5-P6 = 177+(10/60)+(28/3600) = 177,174° j) P5-P4 = 245+(10/60)+(28/3600) = 245,174° k) P6-P1 = 236 +(10/60)+(28/3600) =236,174° l) P6-P5 =



8 + (10/60)+(28/3600) =8,174° B. Menetukan sudut dalam α Pn =Pn P n−1 −P n Pn +1 a) αP1 = (360 - 274) + 24 =110° b) αP2 = 319 - 86 = 233° c) αP3 d) αP4 e) αP5 f) α P 6



= 220 -6 = 214 ° = 216 -63 = 153 ° = 245-177 = 68° = (360 - 238) + 8 =130°



C. Menghitung Departure D= X sin α a) D P1 =10.5 sin (1,919°) =9,866 b) D P2 = 8,3 sin (4,066°) =-6,629 c) D P3 = 10 sin (3,735°) = -5,592 d) D P4 = 15 sin (2.635°) = 7,272



e) D P5 = 14 sin (1,186°) = 12,98 f) D P6 = 11,2 sin (2,268°) ∑D = 26,48



a) Cr D P1



= −(



26,48 ) 10,5 69



= -4,029 D. Menghitung Latitude L = X cos α a) L P1 = 10,5cos (1,919°) = -3,591 b) L P2 = 8,3 cos (4,066°) = -4,955 c) L P3 = 10 cos 3,735°) = 28,4 x ( -0,857) = -8,975 d) L P4 = 15 cos (2.635°)



b) Cr D P2



= 14 cos (1,186°)



c) Cr D P3



d) Cr D P4



e) Cr D P5



= -31,95



∑X



= −(



= −(



26,48 ) 15 69



= −(



26,48 )14 69



=-5, 372 f) Cr D P6



=(



26,48 )11,2 69



= 12,986



E. Menghitung correction departure Cr D



26,48 ) 10 69



= -5,756



f) L P6 = 11,2 cos (2,268) ∑L



=(



= -3,837



= 5,244 = -7,1999



26,48 )8,3 69



= -3,185



= -13,12 e) L P5



= −(



∑D )X ∑X



= 10,5 + 8,3 + 10 + 15+ 14 + 11,2 = 69



F. Menghitung correction latitude ∑D )X ∑X



Cr L



= −(



∑X



= 10,5 + 8,3 + 10 + 15+ 14 + 11,2 = 69



a) Cr L P1



= −(



−31,95 ) 10,5 69



= -9,814 c) D Cr P = -5,692 +(-3,837)



= 4,862 b) Cr L P2



−31,95 ) 8,3 = −( 69 = 3,843



c) Cr L P3



= −(



−31,95 ) 10 69



=-9,429 d) D Cr P = 7,272+5,756 e) D Cr P = 12,98 +(-5,732) = 7,608 f) D Cr P6= 8,59 + (-4,298) = 4,281



= 4,630 d) Cr L P4



= −(



−31,95 ) 15 69



∑D Cr



= 0



= 6,949 e) Cr L P5



= −(



−31,95 ) 14 69



= 6,482 f). Cr L P6



−31,95 )11,2 = −( 69 = 5,186



G. Menghitung departure correction D Cr



= D + Cr D



a) D Cr P1= 9,866 + (-4,029) =5,837 b) D Cr P2= -6,629 +(-3,185)



H. Menghitung latitude correction L Cr



= L + Cr L



a) L Cr P1= -3,591+ 4,862 = 1,270 b) L Cr P2= - 4,955 + 3,843 = -1,152 c) L Cr P3=-8,29 + 4,630 =-3,66 d) L Cr P4=-13,12 + 6,945 =-6,173



= 1,515



e) L Cr P5= 5,244 + 6,482 = 11,727 f). L Cr P6 = -7,199+5,186 =-2,013 ∑L Cr =0 I. Menghitung Koordinat tinggi di sumbu X X



Y P6



= 5000 + (-2,013) =5000 K. Menghitung Luas Poligon A



= ½ ( 299763020,5-299762976,4)



= 10000 + D Cr



=10000 + 5,837 = 10005;837 X P2 =10000 + (-9,814) = 9996,0236 X P3 =10000 + (-9,429) =9986,5942 X P4 =10000 + 1,515 = 9988,1101 X P5 =10000 + 7,608 = 9995,7182 XP6 = 10000 + 4,281 =10000 J. Menghitung koordinat tinggi di sumbu Y Y = 5000 + L Cr Y P1 =5000 + 1270 = 5001,270 Y P2 =5000 +(-1.152) =5010,119 Y P3 =5000 + -3,66 =4996,459 Y P4 =5000 + (-6,173) = 4990,2857 Y P5 =5000 + 11,727



= 1/2 (∑Product -∑product)



= 22,01326 m2



X P1



= 5002,0120



Lampiran 4. Dokumentasi Gambar 2. Dokumentasi kegiatan



Lampiran 3. Denah pengukuran Gambar 1. Lapangan Peternakan



Lampiran 5. Layout