Penilaian Penderita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat pasti memiliki risiko terjadi kecelakaan yang tidak dapat diprediksi waktu terjadinya. Kecelakaan kerja bukan hanya terjadi di tempat kerja atau industri. Kecelakaan kerja juga dapat terjadi di kampus yang memiliki banyak laboratorium dan bengkel, seperti Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Pertolongan pertama harus segera diberikan pada korban yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut. Dalam upaya memberikan pertolongan kepada orang lain, penolong harus terlebih dahulu mengerti apa yang terjadi dan bagaimana kondisi korban saat ditemukan. Dengan demikian, pertolongan yang akan diberikan dapat sesuai dengan keadaan korban. Untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya langkah yang disebut dengan Penilaian Penderita (Patient Assesment) yang dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu. Maka dari itu, penting untuk mempelajari pertolongan pertama pada kecelakaan. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari praktikum ini yaitu: 1. Bagaimana memperoleh gambaran umum tentang apa yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat, serta menilai bahaya-bahaya lain yang dapat terjadi terhadap penderita, penolong, maupun orang-orang yang ada disekitarnya? 2. Bagaimana penilaian terhadap tanda vital kehidupan dan pemeriksaan fisik penderita? 3. Bagaimana kesimpulan dari hasil temuan? 1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu: 1. Dapat memperoleh gambaran umum tentang apa yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat, serta menilai bahayabahaya lain yang dapat terjadi terhadap penderita, penolong, maupun orangorang yang ada disekitarnya. 2. Mampu melakukan penilaian terhadap tanda vital kehidupan dan pemeriksaan fisik penderita. 3. Mampu memebuat kesimpulan dari hasil temuan.



BAB II DASAR TEORI 2.1 Pertolongan Pertama Dalam buku Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Wira (2008), Pertolongan Pertama yaitu pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar. Dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, tindakan penilaian merupakan urutan langkah yang harus dilakukan. Tindakan penilaian korban terdiri dari: 1. Penilaian keadaan 2. Penilaian dini 3. Pemeriksaan fisik 4. Riwayat penderita 5. Pemeriksaan berkala 6. Pelaporan 2.2 Penilaian Keadaan Saat sampai di lokasi kejadian, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah menilai keadaan sekitar, aman atau tidak bagi korban. Penilaian keadaan dilakukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai apa yang sedang dihadapi, faktor pendukung dan penghambat pertolongan yang ada di tempat kejadian. Menurut ASEAN Trainer Guide Perform Basic First Aid Procedures 2012 untuk melindungi penyedia pertolongan pertama, pengamat dan korban terhadap bahaya atau cedera lebih lanjut saat memberikan pertolongan pertama, perawatan harus diambil untuk mengidentifikasi bahaya fisik dan bahaya lainnya yang mungkin hadir, seperti: 1. Bahaya tempat kerja dan insiden khusus termasuk persediaan, pabrik, perlengkapan, mesin, peralatan, kenaraan dan lingkungan umum karena hal ini dapat berhubungan dengan panas, dingin, angin, sinar matahari, dan hujan. 2. Bahaya terkadang dikaitkan dengan manajemen korban. Misalnya, penyedia pertolongan pertama harus sadar bahwa ada resiko digigit oleh korban, atau resiko kekerasan karena korban menjadi bingung dan kehilangan arah. 3. Cairan tubuh. Cairan tubuh memliki potensi untuk mencemari dan menyebabkan penyakit. Beberapa penyakit hanya menyebar melalui virus atau patogen yang ditularkan melalui darah, tetapi disarankan untuk waspada terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh semua cairan tubuh (darah, air liur, air kencing, kotoran, lendir, pus, semen, keringat, air mata). 4. Resiko cedera lebih lanjut terhadap korban yang dapat disebabkan oleh berbagai masalah lain.



2.3 Penilaian Dini Penilaian dini dimulai dengan membedakan kasus, apakah termasuk kasus trauma atau kasus medis. Kasus trauma adalah kasus yang disebabkan oleh suatu ruda-paksa yang memiliki tanda yang jelas dan terlihat atau teraba, contohnya luka terbakar, memar, patah tulang, dan lain-lain. Kasus medis yaitu kasus yang diderita seseorang tanpa riwayat ruda-paksa, contohnya sesak nafas, pingsan, dan lain-lain (PMI, 2008). Selanjutnya dilakukan penilaian respon atau kesadaran. Respon penderita adalah suatu cara sederhana untuk mendapatkan gambaran berat ringannya gangguan yang terjadi dalam otak. Ada 4 tingkatan respon yang dapat disingkat dengan ASNT atau AVPU, yaitu: 1. Respon Awas/Alert (penderita sadar sepenuhnya) 2. Respon Suara/Voice (penderita hanya menjawab jika mendengar suara) 3. Respon Nyeri/Pain (penderita hanya bereaksi jika ada rangsang nyeri yang diberikan penolong) 4. Tidak respon/Un-respon (penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun) Langkah-langkah penilaian respon adalah: a. Terlentangkan korban pada permukaan datar keras. b. Goyangkan bahunya dan teriakkan: “Apakah anda baik-baik saja?” c. Beri rangsangan nyeri dengan memberikan cubitan kecil pada lengan atas dalam atau sedikit tekanan pada dada. d. Bila tidak ada reaksi/jawaban, segera teriakkan permintaan tolong kepada security atau supervisor dan kemudian menelfon 118. Setelah dilakukan penilaian respon, selanjutnya melakukan teknik CAB, yaitu: 1. Circulation (peredaran darah) Jika korban sadar, cara yang digunakan adalah dengan meraba nadi pergelangan tangan (radial). Sedangkan bagi korban yang tidak sadar, nadi yang diperiksa adalah di bagian leher (carotis). Jika nadi tidak terasa, lakukan RJP (Resusitasi Jantung-Paru). RJP dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang dengan aturan 1 penolong melakukan 1 siklus RJP (30:2x5; 30 kali pijatan jantung dan 2 nafas buatan dilakukan 5 kali). RJP dilakuan dengan cara memposisikan diri penolong pada salah satu sisi korban dan dengan kedua lutut dibuka kira-kira selebar bahu penolong. Raba lengkung rusuk korban paling bawah dan tentukan lengkung iga kiri dan kanan korban. Tentukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk tersebut diukur sebanyak 3 jari korban ke atas pada garis tengah tulang dada. Bagian tangan penolong



yang menekan adalah tumit tangan. Bahu penolong harus tegak lurus dengan tangan yang menekan. 2. Airway (jalan nafas) Jika tidak ada dugaan cedera kepala/leher/tulang belakang, gunakan teknik angkat dagu tekan dahi. Jika ada dugaan cedera kepala/leher/tulang belakang, gunakan teknik Jaw Thrust Manuever. Untuk memastikan jalan nafas korban terbuka dengan baik, beri 1-2 kali nafas buatan. Jika dirasa ada hembusan balik, berarti ada benda asing yang menyumbat jalan nafas. Benda asing harus dikeluarkan dengan cara sapuan jari. Jika jalan nafas mengalami obstruksi, penolong melakukan Heimlich Manuever. 3. Breathing (nafas) Setelah jalan nafas berjalan dengan baik, dilakukan pemeriksaan pernafasan dengan teknik LDR (Lihat, Dengar, Rasakan) adanya pernafasan pada korban selama 5-10 detik. Jika korban tidak ada nafas, beri bantuan nafas buatan selama 2 menit dengan 1 kali hembusan tiap 5 detik. 2.4 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Dalam buku Patient Assessment (2005), pemeriksaan fisik meliputi 4 teknik dasar, yaitu inspeksi (penglihatan), palpasi (sentuhan), perkusi (ketukan), dan auskultasi (pendengaran). Tanda-tanda yang perlu ditemukan penolong dapat disingkat dengan PLNB (Perubahan bentuk, Luka terbuka, Nyeri, dan Bengkak), yaitu: 1. Adanya perubahan bentuk pada bagian tubuh korban 2. Adanya luka terbuka pada tubuh korban 3. Perasaan nyeri saat bagian tubuh korban diraba atau ditekan 4. Adanya bengkak pada tubuh korban Tanda-tanda vital pada manusia yang menunjukkan adanya kehidupan dapat dilihat pada: 1. Denyut nadi Nadi adalah gelombang tekanan yang dihasilkan oleh denyut jantung. Denyut nadi normal manusia adalah: Bayi : 120 – 150 kali/menit Anak-anak : 80 – 150 kali/menit Dewasa : 60 – 90 kali/menit 2. Frekuensi pernafasan Satu pernafasan adalah satu kali menghirup nafas dan satu kali mengeluarkan nafas (satu kali gerakan naik dan turun). Frekuensi pernafasan normal manusia adalah: Bayi : 25 – 50 kali/menit



Anak-anak : 15 – 30 kali/menit Dewasa : 12 – 20 kali/menit 3. Tekanan darah Menurut Aryani (2009), ukuran manset pada pengukuran tekanan darah dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah. Ukuran manset yang direkomendasikan untuk pengukuran darah harus sesuai dengan ukuran lengan orang yang akan diperiksa. Tekanan darah normal pada manusia adalah: Sistolik : 100 – 140 mmHg Diastolik : 60 – 90 mmHg 4. Suhu tubuh Suhu tubuh normal manusia adalah 37°C 5. Kulit Kulit lembab, jika diraba terasa hangat dan warnanya kemerah-merahan 2.5 Riwayat Penderita Dalam pertolongan pertama, item ini hanya untuk mencari informasi sebanyak mungkin mengenai kejadian darurat medis yang terjadi. Informasi mengenai riwayat penderita dapat diperoleh melalui wawancara dengan penderita, keluarga, atau saksi mata. Yang perlu diketahui yaitu: 1. Keluhan utama 2. Obat-obatan yang diminum 3. Makanan/minuman terakhir 4. Penyakit yang diderita 5. Alergi yang dialami 6. Kejadian 2.6 Evaluasi Ulang Kondisi Korban Penilaian dan penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa tugas seorang penolong sudah selesai. Pemeriksaan harus diteruskan secara berkala dengan mengulang pemeriksaan dari awal atau mencari hal yang terlewati. 2.7 Pelaporan Setelah selesai menangani korban, maka perlu dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya.



BAB III LANGKAH PRAKTIKUM 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk mengukur tanda vital yaitu: 1. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas atau stopwatch 2. Senter kecil 3. Stetoskop 4. Tensimeter/stigmomanometer (pengukur tekanan darah) 5. Alat tulis untuk mencatat 6. Termometer badan 3.2 Langkah Percobaan A. Penilaian Keadaan Pada tahap ini penolong harus melakukan pengamanan lokasi kejadian. Sebagai panduan jawablah pertanyaan dibawah ini: 1. Bagaimana kondisi saat itu? ................................................................................................................... ................................................................................................................... 2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi? ................................................................................................................... ................................................................................................................... 3. Bagaimana mengatasinya? ................................................................................................................... ................................................................................................................... B. Penilaian Dini Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa penderita dengan tepat, cepat, dan sederhana. Langkahlangkah penilaian dini: 1. Kesan umum Kasus Trauma Kasus Medis Alasan: ...................................................................................................... ................................................................................................................... 2. Memeriksa respon Tahap ini adalah cara sederhana untuk mengetahui berat/ringannya gangguan pada otak penderita A = Awas N = Nyeri S = Suara T = Tidak respon Alasan: ...................................................................................................... ................................................................................................................... Kesimpulan sementara: ............................................................................. ...................................................................................................................



3. Memeriksa peredaran darah (Circulation), jalan nafas (Airway), dan pernafasan (Breathing) CIRCULATION Tahap ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja dengan baik atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya pendarahan yang harus segera ditangani. Cara menilai circulation/peredaran darah adalah: a. Penderita respon baik Periksa nadi radial (pergelangan tangan), brakial (bagian dalam lengan) dan karotis (leher) untuk melihat ada/tidaknya kerja jantung. Nadi penderita: Ada Tidak b. Penderita tidak respon Periksa nadi seperti pada penderita respon baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan RJP/CPR Nadi penderita: Ada Tidak Kesimpulan sementara: ........................................................................ .............................................................................................................. AIRWAY a. Penderita dengan respon baik Suara tambahan: Ada Tidak b. Penderita tidak respon Cara: 1. Tekan dahi penderita 2. Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai cedera tulang belakang dan tulang leher) BREATHING Cara melihat ada/tidaknya nafas: - Dilihat naik turunnya dada penderita - Didengar ada/tidaknya hembusan dan tarikan nafas - Dirasakan ada/tidaknya hembusan nafas Nafas penderita: Ada Tidak Jika penderita tidak ada nafas maka perlu Resusitasi Jantung Paru (RJP)/CPR C. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan pederita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran (auskultasi). Pada penderita trauma harus dicari:  Perubahan bentuk (P)  Luka terbuka (L)  Nyeri tekan (N)  Bengkak (B)



1. Kepala P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ...................................................................................................................  Hidung dan telinga P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ...................................................................................................................  Mulut P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ...................................................................................................................  Mata P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ................................................................................................................... 2. Leher P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ................................................................................................................... 3. Dada P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ................................................................................................................... 4. Perut P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ................................................................................................................... 5. Punggung P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ................................................................................................................... 6. Panggul P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ................................................................................................................... 7. Extremitas atas dan bawah  Tangan P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ...................................................................................................................



 Kaki P L N B Gambaran umum: ..................................................................................... ................................................................................................................... 8. Pengukuran tanda vital  Denyut nadi : ………. Kali/menit  Frekuensi nafas : ………. Kali/menit  Suhu badan : ………. °C  Tekanan darah Sistolik : ………. mmHg Diasistolik : ………. mmHg Cara mengukur tekanan darah: a. Kencangkan klep pada tensimeter b. Lilitkan manset sampai menutupi setengah lengan atas, 2,5 cm atau 3 jari di atas siku c. Cari letak arteri brakialis. Letakkan stetoskop di atas arteri brakialis d. Pompa dengan cepat sampai arteri tidak teraba, kemudian tambakan 30 mmHg e. Kurangi tekanan manset dengan cara membuka klep secara perlahan dan jangan terlalu cepat f. Saat mendengar denyutan pertama baca angkanya. Itu merupakan angka sistolik g. Terus kurangi tekanan manset sampai tidak terdengar denyutan. Ini merupakan nilai diastolic h. Catat nilai sistolik dan diasistolik dalam mmHg i. Paling efektif penderita diukur dalam keadaan telentang. Apabila tidak memungkinkan, catat posisi penderita pada saat diukur Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena: a. Bising b. Bagian telinga stetoskop tidak terpasang dengan baik c. Manset tidak terpasang dengan baik d. Nilai sistolik belum pada nilai maksimal e. Ukuran manset tidak sesuai f. Bagian balon terlalu besar atau terlalu kecil g. Pengurangan tekanan manset terlalu cepat D. Riwayat Penderita Selain penilaian yang disebutkan yang diatas, tetap harus dilakukan wawancara terhadap penderita jika memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian, mekanisme kejadian, atau perjalanan suatu penyakit. Wawancara ini dapat dilakukan dengan penderita, keluarga, atau saksi mata. Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah:



1. Keluhan utama (gejala dan tanda) Gejala adalah hal-hal yang hanya dirasakan oleh penderita. Tanda adalah hal-hal yang dapat diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar maupun diraba. Saat tanya jawab hindari jawaban “ya” dan “tidak”. Jadi gunakan pertanyaan terbuka. 2. Obat-obatan yang diminum Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu pengobatan. Mungkin gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum atau menelan obat tertentu. Ini sering menjadi petunjuk dalam menghadapi kasus medis. 3. Makanan/minuman terakhir Pertanyaan ini bermanfaat bila menemui kasus keracunan, terutama keracunan racun melalui saluran cerna. 4. Penyakit yang diderita Riwayat penyakit yang pernah diderita mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini. 5. Alergi yang dialami Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada penderita ini adalah suatu bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Umumnya penderita atau keluarga sudah mengetahuinya. 6. Kejadian Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang kita hadapi murni trauma atau medis atau gabungan dari keduanya. E. Pemeriksaan Berkala Penilai dari penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa tugas seseorang penolong sudah selesai. Pemeriksaan harus diteruskan secara berkala dengan mengulang memeriksa dari awal atau mencari hal yang terlewati. F. Pelaporan Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya dicantumkan: 1. Umur dan jenis kelamin penderita 2. Keluhan utama 3. Tingkat respon 4. Keadaan jalan nafas 5. Pernafasan 6. Sirkulasi 7. Pemeriksaan fisik yang penting 8. Wawancara yang penting 9. Penatalaksanaan 10. Perkembangan lain yang dianggap penting



BAB IV HASIL PRAKTIKUM 4.1 Penilaian Penderita 1 1. Hasil Praktikum: a. Asal : Kelompok1 b. Nama Ketua : Salsabila Azmi Loetfi c. Identitas Pasien :  Nama : Redhita Indira (P)  Umur : 20 tahun d. Informasi Masuk : Jam e. Waktu Kejadian : Jam 07.30 f. Tiba dilokasi : Jam g. Jenis Kejadian : Kasus medis h. Keadaan Pasien : Tidak sadar i. Penilaian Dini :  Respon : Suara  Nafas : Lemah  Nadi : Lemah  Suhu : Dingin j. Riwayat Pasien :  Keluhan : Pusing  Obat : Makanan/minuman: 2 buah pisang dan 1 gelas susu  Penyakit : Anemia  Alergi : Debu dan kepiting  Kejadian : Redhita (Mahasiswi, 20 tahun) berjalan dari kosnya di Keputih Gang Makam menuju Kampus PPNS. Sebelum kuliah dia sarapan 2 buah pisang dan segelas susu. Sesampainya di kampus, dia pingsan di depan gerbang karena kelelahan. 2. Pembahasan Berdasarkan kasus di atas, tindakan yang dilakukan untuk melakukan pertolongan pertama yaitu: 1) Penilaian keadaan Penilaian keadaan dilakukan untuk mengamankan tempat di sekitar korban sebelum menangani korban. Pada kasus ini, penolong memperkenalkan diri, meminta kepada mahasiswa lain di sekitar korban untuk menghubungi Poliklinik, dan menjaga jarak dengan korban agar korban mendapatkan udara yang cukup. Karena korban ditemukan pingsan, maka penolong menelentangkan korban dengan kaki lebih tinggi dari jantung. 2) Penilaian dini



3)



4)



5)



6)



Korban mengalami kasus medis, pingsan, dan respon terhadap suara. Nadi korban masih terasa di carotis dan tidak ada sumbatan di jalan pernafasannya. Penolong melihat, mendengar, dan merasakan nafas korban. Penolong membangunkan korban dengan cara menepuk, mencubit, dan menggoyangkan tubuh korban sampai sadar dan bantuan dari Poliklinik datang. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya PLNB (perubahan bentuk, luka terbuka, nyeri tekan, dan bengkak) di tubuh korban. Pemeriksaan fisik dilakukan menyeluruh di tubuh korban. Pada kasus ini, tidak ditemukan PLNB pada korban. Lalu memeriksa tanda vital korban, yaitu denyut nadi dengan cara memeriksa carotis di leher dan memeriksa frekuensi pernafasan dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan pernafasan korban. Pada kasus ini, tanda vital korban sudah normal (denyut nadi 75 kali/menit dan frekuensi pernafasan 15 kali/menit). Riwayat penderita Setelah korban sadar, keluhan yang dirasakan yaitu pusing. Sebelum berangkat kuliah korban tidak mengonsumsi obat apapun, tapi makan 2 buah pisang dan segelas susu. Korban menderita anemia dan alergi terhadap debu dan kepiting. Kejadian yang dialami yaitu pingsan setelah berjalan dari kosnya di Keputih Gang Makam menuju Kampus PPNS. Pemeriksaan berkala Pemeriksaan berkala dilakukan dengan memeriksa kembali kondisi korban. Pelaporan Melaporkan informasi penting tentang korban kepada penolong selanjutnya, yaitu Poliklinik.



4.2 Penilaian Penderita 2 1. Hasil Praktikum : a. Asal b. Nama Ketua c. Identitas Pasien  Nama  Umur d. Informasi Masuk e. Waktu Kejadian f. Tiba Dilokasi g. Jenis Kejadian h. Keadaan Pasien bernafas i. Penilaian Dini



: Kelompok 1 : Redhita Indira Lakshmi : : Salsabila Azmi Loetfi (P) : 20 Tahun : Jam 13.00 : Jam 12.10 : Jam 12.15 : Kasus Medis : Pasien sadar,namun kesulitan untuk :



 Respon : Awas  Nafas : Kuat  Nadi : Kuat  Suhu : Normal (37̊C) j. Riwayat Pasien :  Keluhan : Sesak Nafas  Obat :  Makanan/ : Nasi goreng pakai telur, minum es the Minuman  Penyakit :  Alergi : Telur  Kejadian : Salsabila (20 tahun) seorang mahasiswi berkuliah di PPNS sedang berada di kantin untuk makan siang, pada hari itu ia mengenakan pakaian bengkel. Ia memesan nasi goreng, akan tetapi ia lupa untuk memesan nasi goreng tanpa telur. Pada saat mengunyah makanan, ia tibatiba merasa sesak nafas dan tersedak makanannya. 2. Pembahasan Berdasarkan kejadian yang sudah dijelaskan, tindakan penilaian yang harus dilkakukan dalam memberikan pertolongan yaitu: 1. Penilaian Keadaan Pada penilaian keadaan, pengamanan lokasi harus dilakukan untuk memudahkan proses pertolongan. Penolong harus memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menyampaikan bahwa penolong dapat melalukan pertolongan pertama dan meminta kepada mahasiswa yang berada di sekitar kantin untuk menghubungi pihak medis. 2. Penilaian Dini Pada kasus ini korban dalam kondisi sadar, sehingga respon yang diberikan adalah respon awas. Karena korban mengalami sesak nafas dan tersedak hal yang harus dilakukan adalah melakukan Heimlich Manuever dengan cara memeluk korban dari belakang dengan posisi tangan penolong memeluk diatas perut korban melalui ketiak korban,tangan kanan mengepal tepat pada pertengahan antara posar dan batas pertemuan iga kiri dan kananlalu meletakkan tangan yang satunya diatas genggaman pertama, lalu melakukan hentakan. Setelah melakukan hentakan dan benda yang menghalangi jalur pernafasan keluar dan korban masih mengalami sesak nafas. Penolong bertanya kepada penderita “apakah ada alergi yang diderita?” jika penderita mengangguk, penolong bertanya “apakah ada obat yang dibawa?” jika mengangguk segera meminta teman korban untuk



3.



4.



5.



6.



memeriksa tas korban. Setelah itu meminta korban untuk segera mengkonsumsi obatnya. Lalu dibawa ke poliklinik. Pemeriksaan Fisik a. Perubahan bentuk : tidak ada b. Luka terbuka : tidak ada c. Nyeri : tidak ada d. Bengkak : bentol-bentol akibat alergi Riwayat Penderita Korban mengeluh sesak nafas dan tersedak yang disebabkan makanan yang di konsumsi yaitu nasi goreng pakai telur. Korban memiliki alergi terhadap telur yang menyebabkan korban mengalami sesak nafas dan tersedak saat makan siang. Kronologi kejadian: Seorang mahasiswi berkuliah di PPNS sedang berada di kantin untuk makan siang, pada hari itu ia mengenakan pakaian bengkel. Ia memesan nasi goreng, akan tetapi ia lupa untuk memesan nasi goreng tanpa telur. Pada saat mengunyah makanan, ia tibatiba merasa sesak nafas dan tersedak makanannya Pemeriksaan berkala atau lanjut Pemeriksaan berkala dilakukan kembali dengan mengulang pemeriksaan guna untuk mencari hal yang terlewati. Pelaporan Memberikan informasi mengenai tentang apa yang terjadi dan sudah dilakukan ke pihak medis.



4.3 Penilaian Penderita 3 Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data pasien sebagai berikut. 1. Nama penderita : Salsabila Azmi Loetfi 2. Umur : 20 tahun 3. Informasi masuk : Pukul 14.16 WIB 4. Waktu kejadian : Pukul 14.14 WIB 5. Tiba di lokasi : Pukul 14.19 WIB 6. Jenis kejadian : Terjebak di area sekitar kebakaran hingga tak sadarkan diri (trauma) 7. Keadaan pasien : Pasien tidak sadar 8. Penilaian dini : a. Respon a. Tidak respon b. Nafas b. Tidak nafas c. Nadi c. Tidak ada d. suhu d. Suhu dingin/lembab/berkeringat 9. Penjelasan tindakan : a. Korban ditempatkan di tempatt terbuka, bebas dari polusi akibat kebakaran.



b.



c.



d.



e.



f.



g.



h.



i.



j.



Longgarkan pakaian korban, dan minta bantuan pada saksi di sekitar untuk memanggil bantuan medis. Penolong memperkenalkan diri sebagai orang yang mampu melakukan pertolongan pertama padda kecelakaan. Lakukan pengecekan pada kesadaran korban dengan melakukan tes respon awas/suara/nyeri. Ternyata korban tidak memberi respon sama sekali. Memeriksa sirkulasi darah korban dengan mengecek ada/tidak nadi karotis. Ternyata korban tidak ada nadi karotis. Melakukan Resusitasi Jantung dan Paru dengan pijatan 30 kali dilanjutkan dengan bantuann nafas 2 hembusan. Lakukan hingga 5 siklus (30:2). RJP menghasilkan nada karotis yang lemah pada korban. Kemudian dilakukan pengecekan jalan nafas dengan Head-tilt & Chin-lift. Hasil menunjukkan jalan nafas korban terbuka. Melakukan pengujian pernafasan dengan menghembuskan nafas ke korban sebanyak 1 kali tiap 6 detik selama 2 menit. Korban berhasil bernafas, namun dengan keadaan lemah (belum normal), dan keadaan belum sadar. Monitor Circulation, Airway, dan Breathing.



Pembahasan Korban adalah seseorang yang terjebak dalam kebakaran selama beberapa menit. Korban ditemukan tergeletak tidak sadar di sekitar area kebakaran tanpa ada sedikit pun luka bakar di tubuhnya. Kemudian pertolongan pertama yang dilakukan kepada koran adalah sebagai berikut.



Penilaian keadaan padda pasien dilakuka dengan memindahkan pasien ke tempat dengan udara bebas. Kemdian, pakaian korban dilonggarkan dan meminta saksi di sekitar tempat tersebut untuk memanggilkan bantuan medis. Pemberi pertolongan pertama melakukan perkenalan diri sebagai seseorang yang dapat melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Penilaian selanjutya adalah penilaian dini. Korban diidentifikasi ke dalam kasus kejadian trauma. Kemudian, korban diperiksa kesadarannya dengan tes respon awas/suara/nyeri. Korban tidak memberi respon apapun. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah memeriksa peredaran darah korban dengan memeriksa ada/tidak denyut nadi karotis pada bagiann leher kiri korban. Hasil menunjukkan tidak ada nadi karotis. Untuk menangani hal tersebut, dilakukan Resusitasi Jantung dan Paru pada korban dengan 30 kali pijatan (kecepatann 100-120 kali/menit, chest compression depth 2 – 2,4 inchi atau 5 – 6 cm) disertai 2 kali bantuan nafas. Hal ini dilakukan sebanyak 5 siklus. Setelah RJP dilakukan, nadi karotis diperiksa lagi. Hasil mmenunjukkan nadi karotis ada, namun lemah. Setelah nadi karotis berdenyut, dilanjutkan dengan pemeriksaan jalan nafas. Karena korban dalam keadaan tidak cedera kepala/leher/tulang belakang, maka dilakukan Head-tilt & Chin-lift pada korban. Hasil menunjukkan bahwa jalan nafas korban terbuka. Setelah pemeriksaan sirkulasi dan jalan nafas, yang diperiksa selanjutnya adalah pernafasan korban. Dilakukan pemeriksaan pernafasan korban dengan mendekatkan telinga penolong ke hidung dan mulut korban dengan pandangan ke dada korban. Dari hasil melihat, mendengar dan merasakan, ternyata korban tidak bernafas. Karena korban tidak bernafas, maka dilakukan bantuan pernafasan dengan hembusan nafas melalui mulut korban. Hembusan dilakukan sekali setiap 6 detik selama 2 menit. Setelah bantuan nafas diberikan, korban berhasil bernafas dengan keadaan nafas lemah, namun korban masih belum sadarkan diri. Selama bantuan medis belum datang, dilakukan monitoring peredaran darah, jalan nafas dan pernafasan.



BAB V KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum ini yaitu: 1. Pada penilaian penderita yang harus dilakukan adalah: a) Penilaian keadaan b) Penilaian dini c) Pemeriksaan fisik d) Riwayat penderita e) Pemeriksaan berkala f) Pelaporan 2. Penilaian dini dilakukan dengan teknik CAB (Circulation, Airway, Breathing). 3. RJP dilakukan saat nadi korban tidak ditemukan karena keberadaan nadi merupakan hal yang penting saat melakukan pertolongan pertama. 4. Saat melakukan pertolongan pertama, penolong harus tetap tenang.



DAFTAR PUSTAKA Aryani, Evelyn dan Jo Suherman. 2009. “Pengaruh Ukuran Manset Terhadap Hasil Pengukuran Tekanan Darah”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 9, Nomor 1, Halaman 50. ASEAN Trainer Guide Perform Basic First Aid Procedures 2012. Ellchuk, Darlene. 2005. Patient Assessment: Self-Assessment Tool. College of Licensed Practical Nurses of BC. Palang Merah Indonesia. 2008. Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Wira. Jakarta: Markas Pusat Palang Merah Indonesia. Santiasih, Indri. Tanpa Tahun. Modul Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.