Penilaian Status Gizi Secara Biokimia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “Penilaian Status Gizi Secara Langsung Berdasarkan Penilaian Biokimia” Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Penentuan Status Gizi



Kelas C Rabu pk. 12.30 - 14.10 Disusun oleh: Kelompok 2



1. Ana Darmawanti



152110101001



2. Indriyani Kusmita



152110101019



3. Viula Trisna Noverica.



152110101021



4. Farahdila Kurnia D



152110101024



5. Puput Nuriy Aini



152110101031



6. Erin Arifah W



152110101048



7. Erny Lestari



152110101052



8. Cicilia Kurumalinda



152110101090



9. Maya Indriyana Dewi



152110101098



10. Putri Arintiasari



152110101110



11. Dwi Anggarini



152110101221



12. Usmiatul Hasanah



152110101238



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah berjudul “Penilaian Status Gizi Secara Langsung Berdasarkan Penilaian Biokimia”. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya komitmen dan kerjasama yang baik diantara para pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, kami selaku penyusun menyampaikan penghargaan yang setinggitingginya kepada pihak-pihak berikut: 1. Ruly Bayu A., S.KM.,M.Gizi selaku dosen Penentuan Status Gizi atas segala arahan dan dukungan yang telah diberikan untuk kelancaran proses penyempurnaan makalah ini. 2. Rekan-rekan anggota kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam menyusun makalah ini serta memberikan kritik, saran dan masukan untuk penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Sebagaimana mestinya terbesit harapan yang senantiasa diangankan yaitu mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin membaca dan memahaminya.



Jember, 11 Maret 2018



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................................... i BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5 1.3 Tujuan ................................................................................................................. 5 BAB 2. PEMBAHASAN .............................................................................................. 6 2.1 Vitamin A ............................................................................................................ 6 2.2 Vitamin D ......................................................................................................... 16 2.3 Vitamin E .......................................................................................................... 17 2.4 VITAMIN C ...................................................................................................... 18 2.5 Tiamin ( 𝑩𝟏 ) .................................................................................................... 20 2.6 Riboflavin (Vitamin B2) ................................................................................... 21 2.7 Niasin ................................................................................................................ 23 2.8 Vitamin 𝑩𝟔 ( piridoksin, pridoksal, piridoksamin) .......................................... 24 2.9 Vitamin 𝑩𝟏𝟐 (kobalamin) ................................................................................ 25 2.10 Iodium ............................................................................................................. 26 2.11 Zink ................................................................................................................. 29 2.12 Kalsium ........................................................................................................... 33 2.13 Fosfor .............................................................................................................. 35 2.14 Magnesium ...................................................................................................... 39 2.15 Krom ............................................................................................................... 39 2.16 Tembaga .......................................................................................................... 40 2.17 Selenium.......................................................................................................... 44 BAB 3. PENUTUP ..................................................................................................... 48 2



3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 48 3.2 Saran .................................................................................................................. 48 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 49



3



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Gizi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti KEP, EK, KVA dan masih banyak lagi permasalahan gizi lainnya. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat tetapi penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor , karena itu perlunya penanggulangan salah satunya melalui penilaian status gizi. Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung. metode penilaian status gizi secara langsung berdasarkan data obyektif adalah dengan penilaian biokimia. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan kekurangan gizi secara spesifik. Mendeteksi lebih dini terhadap perubahan metabolisme gizi sebelum tampak perubahan klinis. Dalam penilaian biokimia terdiri atas penilaian zat gizi makro dan mikro. Zat gizi (nutrient) merupakan bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk hidup, tumbuh, bergerak, dan menjaga kesehatannya, dan sumber bahan-bahan kimia itu berasal dari makanan. Zat gizi merupakan unsur yang terdapat di dalam makanan yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Zat gizi yang terkandung dalam makanan berbeda-beda antara makanan satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat berupa jenis zat gizi yan terkandung dalam makanan. Penilaian zat gizi mikro terdiri dari vitamin A, D, E, C, Tiamin, Riboflavin, Niasin, Vitamin B6, Vitamin B12, Iodium, Zink, Kalsium, Fosfor, Magnesium, Krom, Tembaga, dan Selenium. Zat gizi mikro tersebut dapat



4



menimbulkan suatu kejadian penyakit yang berada di masyarakat yang dapat dinilai secara biokimia. Dengan pertimbangan masalah dan alasan itulah, maka dalam makalah ni akan dibahas tentang penentuan status gizi zat mikro secara biokimia. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja zat gizi mikro yang bisa dinilai secara biokimia ? 2. Bagaimana prosedur penilaian dari masing - masing zat gizi mikro yang dapat dinilai secara biokimia ? 3. Berapa batasan penilaian zat gizi mikro secara biokimia ? 4. Apa saja penyakit yang berkatian dengan zat gizi mikro yang dapat dinilai secara biokimia ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui zat gizi mikro yang bisa dinilai secara biokimia. 2. Mengetahui prosedur penilaian dari masing – masing zat gizi mikro yang dapat dinilai secara biokimia. 3. Mengetahui batasan penilaian zat gizi mikro secara biokimia. 4. Mengetahui penyakit yang berkatian dengan zat gizi mikro yang dapat dinilai secara biokimia.



5



BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 Vitamin A Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, viamin A merupakan nama generic yang menyatakan semua retinoid dan precursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas bilogik sebagai retinol. (Almatsier, 2010) Deplasi vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang berlangsung lama, dimulai dengan habisnya persediaan vitamin A dalam hati, kemudian menurunya kadar vitamin A plasma, dan baru kemudian timbul disfungsi retina, disusul dengan perubahan jaringan epitel. Kadar vitamin A dalam plasma tidak merupakan kekurangan vitamin A yang dini, sebab deplesi terjadi jauh sebelumnya. Apabila sudah terdapat kelainan mata, maka kadar vitamin A serum sudah sangat rendah (kurang dari 5 µg/100 ml), begitu juga kabar RBP-nya ( 15% pada



 Spesimen: serum



penambahan thiamin difosfat invitro  Kadar < 0.6 U/g Hb  HPLC:



tidak



rutin



dalam



pelayanan



 Ambang batas Untuk kebutuhan laki-laki, vitamin 𝐵1 dengan dosis sesuai usia sebagai berikut: a. 1 sampai 3 tahun : 0.5 miligram per hari b. 4 sampai 8 tahun : 0.6 miligram per hari c. 9 sampai 13 tahun : 0.9 miligram per hari d. 14 tahun ke atas : 1.2 miligram per hari



20



Sedangkan untuk kebutuhan perempuan dengan dosis juga sesuai usia sebagai berikut: a.



1 sampai 3 tahun : 0.5 mcg per hari



b.



4 sampai 8 tahun : 0.6 mcg per hari



c.



9 sampai 13 tahun : 0.9 mcg per hari



d.



14 sampai 18 tahun : 1.0 mcg per hari



e.



19 tahun keatas : 1.1 mcg per hari



 Penyakit yang berkaitan dengan zat gizi mikro dinilai secara biokimia Kekurangan tiamin merupakan penyebab penyakit beri-beri. Jika diet pada wanita yang sedang hamil tidak cukup mengandung vitamin 𝐵1, anak yang dilahirkan dapat menderita penyakit beri-beri bawaan atau gejala beri-beri dapat timbul pada anak yang sedang disusui, penyakit tersebut dapat pula timbul pada anak dengan gastroenteritis menahun. 2.6 Riboflavin (Vitamin B2) Riboflavin (vitamin B2) merupakan vitamin yang berperan pada reaksi teransfer elektron pada sistem reaksi biologis. Namun manusia tidak bisa menyintesis vitamin ini secara in vivo, sehingga vitamin ini harus diperoleh dari asupan makanan. Riboflavin terdiri atas sebuah cincin isoaloksazin heterosiklik yang terikat dengan gula alcohol, ribitol. Riboflavin dapat dilarutkan dalam air dan berwarna kuning berfluoresensi, tahan panas dan asam, tetapi mudah dihancurkan oleh sinar dan media lindi (cairan keras). Vitamin B2 terdapat dimana-mana dalam alam. Daging, hati, ragi, keju, telur, dan sayur-mayur berupa daun merupakan sumber vitamin B2 yang baik. Susu sapi mengandung vitamin B2 sekitar 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI. Bagi mereka yang sering mengonsumsi susu kebutuhan B2 dapat dipenuhi dengan 1 L susu seharinya. Padi-padian umumnya tidak mengandung banyak riboflavin. Riboflavin mudah diserap oleh saluran pencernaan dan berfungsi sebagai koenzim daripada enzim pernapasan penting flavoprotein.



21



Prosedur Penilaian Riboflavin Aktifitas eritrosit glutation reduktase digunakan untuk mengukur kejenuhan jaringan dan status riboflavin jangka panjang. Batasan Riboflavin Pria 



1 sampai 3 tahun: 0,5 miligram per hari







4-8 tahun: 0,6 miligram per hari







9-13 tahun: 0,9 miligram per hari







14+ tahun: 1,3 miligram per hari



Wanita 



1 sampai 3 tahun: 0,5 miligram per hari







4-8 tahun: 0,6 miligram per hari







9-13 tahun: 0,9 miligram per hari







14 sampai 18 tahun: 1,0 miligram per hari







18+ tahun: 1,1 miligram per hari







Wanita sedang hamil: 1,4 miligram per hari







Wanita menyusui: 1,6 miligram per hari Urine dalam 24 jam yang mengandung riboflavin kurang dari 5 mg



merupakan indikasi adanya kekurangan vitamin B2 dan biasanya sudah disertai gejala klinisnya. Penyakit yang Berkaitan dengan Riboflavin Umumnya kekurangan vitamin B2 atau ariboflavinosis merupakan penyakit penyerta pada penyakit kekurangan lainnya. Pada penderita KEP berat tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan vitamin B2, seperti retak-retak pada sudut mulut, lidah yang merah jambu dan licin.



22



Karena riboflavin memiliki sensitivitas terhadap cahaya, defisiensi riboflavin dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dengan hiperbilirubinemia yang mendapat fototerapi. 2.7 Niasin Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang berfungsi sebagai sumber vitamin tersebut dalam makanan. Asam nikotinat merupakan derivat asam monokarboksilat dari piridin. Bentuk aktif sari niasin adalah Nikotinamida



Adenin Dinukleotida



(NAD+) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat ( NADP+). Nikotinat merupakan bentuk niasin yang diperlukan untuk sintesis NAD+ dan NADP+ oleh enzim-enzim yangterdapat pada sitosol sebagian besar sel. Karena itu,setiap nikotinamida dalam makanan, mula-mula mengalami deamidasi menjadi nikotinat. Dalam sitosol nikotinat diubah menjadidesamido NAD+ melalui reaksi yang mula-mula dengan 5- fosforibosil –1-pirofosfat ( PRPP ) dan kemudian melalui adenilasi dengan ATP. Gugus amido pada glutamin akan turut membentuk koenzim NAD +. Koenzim ini bisa mengalami fosforilasi lebih lanjut sehingga terbentuk NADP+. Batasan Niasin



Senyawa dan satuan Nimetil



nikotinamida



Kriteria



Umur (tahun)



Kurang



Margin



Cukup



Semua umur