Penuntun Pestisida [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENUNTUN PRAKTIKUM PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI



Disusun oleh: Prof. Dr. Retno Astuti Kuswardani, MS.



Program Studi: Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Medan Area 2016



KATA PENGANTAR



Puji syukur Penulis panjatkan ke hadlirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaian modul sebagai pedoman praktikum yang berjudul “Pestisida dan Teknik Aplikasi Pestisida”. Modul ini disusun untuk Mahasiwa Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi dan Agribisnis, telah mengalami beberapa kali revisi untuk penyempurnaan. Pesitisida merupakan zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman baik itu hama, patogen maupun gulma. Disamping pestisida bermanfaat di bidang pertanian namun juga berbahaya bagi manusia, organisme bukan sasaran maupun lingkungan.



Buku petunjuk praktikum ini disusun guna membantu mahasiswa dalam



melaksanakan praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi , supaya paham, aman dan lancar. Dalam buku ini terdapat materi pengenalan pestisida, sifat-sifat pestisida, petunjuk cara penanganan/penggunaan pestisida, cara pembuatan pestisida non pabrikan seperti pestisida nabati, atraktan dan pestisida berbahan aktif mikroorganisme. Selain itu, terdapat cara pengujian pestisida dan cara kalibrasi alat aplikasi serta cara aplikasi pestisida yang benar. Penyusun berharap agar mahasiswa/pengguna buku petunjuk praktikum ini dapat membaca dengan baik dan menggunakan buku sebagai pedoman perlaksanaan praktikum agar terhindar dari bahaya keracunan pestisida.



Medan, September 2016-09-05



Penyusun



ACARA I



PENGENALAN JENIS, FORMULASI DAN SIFAT-SIFAT PESTISIDA



1.1. Tujuan Praktikum Setelah mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu mengenal jenis dan sasaran pestisida, membedakan formulasi pestisida, mengetahui jenis dan kadar bahan aktif pada beberapa kemasan pestisida, membaca informasi tentang cara penggunaan pestisida, membaca tanda peringatan pada beberapa kemasan pestisida, dan membedakan tingkat kelarutan pestisida dalam air serta menggunakan alat pengaman (sarung tangan dan masker).



1.2. Landasan Teori Berdasarkan Peraturan Pemerintah NO. 7 TAHUN 1973 maka pestisida adalah suatu substansi yang digunakan untuk mengendalikan, mencegah, merusak, menolak atau mengurangi organisme pengganggu . PESTISIDA adalah semua zat kimia atau bahan lain dipergunakan untuk :



serta jasad renik dan virus yang



1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian 2. Memberantas rerumputan 3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan 4. Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak 5. Memberantas atau mencegah hama-hama air 6. Memberantas atau mensegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan 7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air Pada saat ini, banyak diproduksi berbagai jenis pestisida. Hal ini disebabkan karena tingginya permintaan dari sektor pertanian, kesehatan dan sektor lainnya. Pestisida –pestisida itu digunakan untuk berbagai keperluan, seperti membunuh serangga hama, membunuh vektor penyebab penyakit dan gulma yang tumbuh di pertanian dan pemukiman atau kawasan industri. Insektisida digunakan untuk membunuh serangga hama pertanian atau vektor



penyakit manusia/hewan; fungisida untuk membunuh patogen jamur penyebab penyakit tanaman, dan herbisida untuk membunuh/memberantas gulma pada kawasan pertanian dan pemukiman. Jenis-jenis pestisida lainnya juga digunakan dalam bidang pertanian seperti rodentisida (untuk membunuh tikus), moluskisida (membunuh keong), nematisida (membunuh cacing parasit tanaman) dan feromon (memerangkap serangga hama). Berbagai formulasi pestisida yang dikenal adalah cairan atau pekatan/konsentrat (C=concentrate; L=liquid), tepung (P=powder), debu (D=dust) dan butiran atau granuler (G=granulair). Pestisida dapat diaplikasikan dengan cara berbeda. Pestisida formulasi pekatan dan tepung dilarutkan ke dalam air sebagai pelarut. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tangki semprotan dan selanjutnya disemprotkan pada sasaran. Pestisida formulasi debu diaplikasikan dengan menggunakan alat yang dinamakan penghembus debu (duster), sedangkan pestisida formulasi butiran diaplikasikan dengan cara ditaburkan atau menggunakan alat penyebar butiran. Pestisida yang sudah diformulasikan dan dikemas dalam wadah (botol atau kotak) memiliki nama dagang.. Nama dagang biasanya disertai dengan nama bahan aktif, jumlah kandungan bahan aktif dan bentuk formulasi. Sebagai contoh adalah Furadan 3 G. Furadan adalah nama dagang berbahan aktif karbofuran, dengan kandungan 3 persen dan bentuk formulasi butiran atau granuler (G). Berdasarkan PP No 7 1973, formulator pestisida sintesis wajib mencantumkan keterangan atau informasi berkenaan dengan jenis sasaran, cara aplikasi dan aspek keamanan. Tanda bahaya biasanya disajikan dalam bentuk tengkorak, yang menyatakan bahwa pestisida itu berbahaya bagi manusia dan perlu ditangani dengan benar. 1. Perkenalan bentuk fisik dan formulasi pestisida Pestisida sintesis merupakan jenis pestisida yang umum ditemukan dan digunakan oleh masyarakat. Pestisida itu terdiri dari bahan/senyawa aktif



dan



bahan



pembawa/pengisi



serta



bahan



lainnya.



Pestisida



diformulasikan menjadi berbagai bentuk formulasi.Bentuk fisik dari pestisida bermacam-macam yaitu; padat, cair, gas. Pestisida adalah bahan kimia yang umumnya mengacaukan proses biokimia yang terjadi dalam organisme tertentu sehingga dapat bersifat fatal. Bila digunakan secara tepat menurut petunjuk, pestisida bermanfaat dalam mengendalikan organisma pengganggu. Pestisida yang siap dipakai/ dipasarkan adalah pestisida yang sudah diformulasikan. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa bahan aktif yang merupakan pestisida yang sebenarnya di



campur dengan bahan lain yang disebut dengan adjuvant misalnya bahan perata, pembasah, pelekat, pengemulasi dan bahan lainnya yang akan memperbaiki keragaan (performance) bahan aktif tersebut. Besarnya kadar bahan aktif dinyatakan dalam angka dibelakang nama dagang pestisida tersebut, sedang bentuk formulasi dinyatakan dalam singkatan yang mengikuti angka itu. Misalnya Applaud 10 WP. Applaud adalah nama dagang (awal nama ditulis dengan huruf besar dan ada tanda ), sedang nama bahan aktifnya tidak tertera disin. Kalau kita ingin mengatahui nama bahan aktifnya maka kita harus periksa label kemasan insektisida tersebut atau memeriksa buku hijau yang diterbitkan setiap tahun oleh Departemen Pertanian. Untuk Applaud, bahan aktifnya adalah buprofezin. Buprofezin terdapat sebanyak 10 gram. Pestisida dapat diaplikasikan dengan cara berbeda. Pestisida formulasi pekatan dan tepung dilarutkan ke dalam air sebagai pelarut. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tangki semprotan dan selanjutnya disemprotkan pada sasaran. Pestisida formulasi debu diaplikasikan dengan menggunakan alat yang dinamakan penghembus debu (duster), sedangkan pestisida formulasi butiran diaplikasikan dengan cara ditaburkan atau menggunakan alat penyebar butiran. dalam setiap 100 gram applaud. Berdasarkan PP No 7 1973, formulator pestisida sintesis wajib mencantumkan keterangan atau informasi berkenaan dengan jenis sasaran, cara aplikasi dan aspek keamanan. Tanda bahaya biasanya disajikan dalam bentuk tengkorak, yang menyatakan bahwa pestisida itu berbahaya bagi manusia dan perlu ditangani dengan benar.



Berdasarkan sifat fisik dikenal tiga macam : bahan padat, cair dan gas. o Formulasi pada misalnya : WP, S, RMB o . Formulasi cair misalnya : EC, WSC, F o Formulasi gas : zat padat yang mudah jadi gas (menyublim), bahan cair yang mudah menguap dan bahan gas. 1.3. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari insektisida formulasi EC, SC, WSC, SP, WP dan G, fungisida formulasi WP dan SD, herbisida formulasi L, sticker/perata, dan air. Peralatan yang digunakan terdiri dari ATK, sarung tangan karet, masker, timbangan analitik, becker glass (1 L), sendok teh, pipet, dan pengaduk gelas. 1.4. Prosedur Kerja Pengenalan Pestisida  Baca buku penuntun praktikum dengan baik. Gunakan jas lab, masker dan sarung tangan karet guna menjaga keselamatan kerja sebelum dan selama bekerja di laboratorium.  Ambil salah satu kemasan pestisida yand ada di depan anda. Catat semua informasi yang tertulis pada kemasan pestisida. Lakukan pekerjaan yang sama untuk kemasan lainya.  Buka kemasan pestisida (botol dan atau kotak/wadah lain) secara hati-hati untuk melihat dan memastikan formulasi pestisida.  Ambil 1 mL masing-masing pestisida pekatan dengan menggunakan pipet dan masukkan ke dalam becker glass berbeda. Ambil 1 gram pestisida formulasi tepung dan butiran, kemudian masukkan ke dalam becker glass berbeda. Tempelkan label pada masing-masing becker glass.  Amati bentuk dan warna formulasi pestisida tersebut. Catat semua informasi yang ada.



Tabel berbagai contoh nama dagang pestisida dan nama dan kandungan bahan aktifnya beserta formulasinya. Nama Dagang



Bahan Aktif (b.a) Formulasi



1. Pestisida 1.1. 1.2. 1.3. 2. Fungisida 2.1. 2.2. 2.3. 3. Herbisida 3.1. 3.2. 3.3. 4. Rodentisida 4.1. 4.2. 4.3. 5. Fumigan 5.1. 5.2.



Organisme sasaran



ACARA II Penentuan Kelarutan Pestisida 1.1. Tujuan Praktikum Setelah mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu mengenal membedakan tingkat kelarutan pestisida dalam air, mampu mengamati perubahan



warna lakmus tersebut maka dapatlah menentukan suatu larutanpestisida tersebut bersifat basa, asam atau netral. 1.2. Landasan Teori Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Pada waktu sekarang telah diketahui beberapa macam pestisida yang mempunyai sifat terapetik atau eradikatif dan beberapa diantaranya dapat diabsorpsi oleh bagian dari tanaman dari tanaman dan secara sistematik ditranslokasikan ke tempat lain. Pestisida dapat diaplikasikan dengan cara berbeda. Pestisida formulasi pekatan dan tepung dilarutkan ke dalam air sebagai pelarut. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tangki semprotan dan selanjutnya disemprotkan pada sasaran.



Berdasarkan sifat keasaman suatu larutan, maka larutan dapat digolongkan sebagai bersifat asam, basa dan netral. Sebagai cara untuk menyatakan derajat keasaman, digunakan satuan pH yang sebetulnya adalah nilai logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. Nilai pH berkisar dari 0-14. Larutan yang mempunyai pH 0 - < 7 dinamakan bersifat asam, > 7 - 14 dinamakan bersifat basa sedang kalau tepat 7 dinamakan netral. Berbagai cara dapat digunakan untuk mengukur pH suatu larutan. Disini kita kan menggunakan kertas indikator (penunjuk) yang hanya menunjukan apakah bersifat asam, basa dan netral. Dari berbagai kertas penunjuk pH, yang paling sederhana adalah lakmus. Kertas lakmus terdapat dalam bentuk pita kertas (lebar ± 1 cm dan panjang ± 5 cm) berwarna merah atau biru.



2.3. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari insektisida formulasi EC, SC, WSC, SP, WP dan G, fungisida formulasi WP dan SD, herbisida formulasi L, sticker/perata, dan air. Peralatan yang digunakan terdiri dari ATK, sarung tangan karet, masker, timbangan analitik, becker glass (1 L), sendok teh, pipet, dan pengaduk gelas, kertas lakmus, stap watch. 2.4. Prosedur Kerja Baca buku penuntun praktikum dengan baik. Gunakan jas lab, masker dan sarung tangan karet guna menjaga keselamatan kerja sebelum dan selama bekerja di laboratorium.  Ambil salah satu kemasan pestisida yand ada di depan anda. Catat semua informasi yang tertulis pada kemasan pestisida. Lakukan pekerjaan yang sama untuk kemasan lainya.  Buka kemasan pestisida (botol dan atau kotak/wadah lain) secara hati-hati untuk melihat dan memastikan formulasi pestisida.  Ambil 1 mL masing-masing pestisida pekatan dengan menggunakan pipet dan masukkan ke dalam becker glass berbeda. Ambil 1 gram pestisida formulasi tepung dan butiran, kemudian masukkan ke dalam becker glass berbeda. Tempelkan label pada masing-masing becker glass.  Amati bentuk dan warna formulasi pestisida tersebut. Catat semua informasi yang ada. Penentuan Kelarutan Pestisida  Tambahkan 500 mL air bersih ke dalam becker glass yang telah diisi pestisida berbagai formulasi.  Aduk pelan-pelan selama 1-2 menit. Selanjutnya perhatikan tingkat kelarutan masing-masing pestisida.  Ukur kecepatan pengendapan partikel dengan menggunakan stopwatch selama 5 menit.Catat semua informasi yang ada.



2.5. Analisis Data dan Pelaporan Catat semua informasi kegiatan pembuatan pestisida. Buat laporan praktikum dengan menggunakan format umum.



ACARA III PEMBUATAN PESTISIDA NABATI



2.1.Tujuan Praktikum Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu membuat pestisida nabati berasal dari bagian tumbuhan yang berpotensi menjadi pestisak, biji sirsak, membuaida antara lain dari daun mimba, mindi, daun sirsak, pestisida hayati (biopestisida) asal mikroba jamur, bakteri dan lain-lain. 2.2. Landasan Teori Inovasi berbagai teknologi pengendalian ramah lingkungan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi serangan hama yang efektif, efisien, dan aman bagi kesehatan manusia. PESTISIDA NABATI ADALAH BAHAN RACUN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGENDALIKAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) YANG BERASAL DARI TUMBUHAN.Berbagai sumberhayati antara lain dari tumbuhan, hewan, mikroba dapat dimanfaatkan menjadi pestisida hayati. Sejauh ini pemakaian pestisida nabati aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan.Inilah keunggulan pestisida nabati yang sifatnya hit and run (pukul dan lari), yaitu bila diaplikasikan akan membunuh hama pada saat itu juga dan setelah itu residunya akan cepat menghilang/terurai di alam. Tercatat ada 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 234 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida .Tumbuh-tumbuhan ini dikelompokkan ke dalam: tumbuhan insektisida nabati, tumbuhan atraktan, tumbuhan rodentia nabati, tumbuhan moluskisida nabati dan tumbuhan pestisida serba guna.Insektisida botani adalah pengendali hama serangga. Contoh tumbuhan ini di antaranya piretrum (krisan), babadotan, bengkuang, bitung, jeringau, saga, serai, sirsak dan srikaya. Kemudian tumbuhan antraktan (pemikat) yang mampu menghasilkan bahan kimia menyerupai feromon. Di antara jenis tumbuhan ini adalah daun wangi (Melaleuca bracteata L.) serta selasih. Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati siap pakai dapat dilakukan secara sederhana.  Pertama, dengan teknik penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.  Kedua, dengan teknik rendaman untuk menghasilkan produk ekstrak.  Ketiga, dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia.



Mikroba sebagai Biopestisida, pemanfaatannya atas dasar bahwa di alam terdapat interaksi: antagonisme antara mikroba menguntungkan dan mikroba patogen,adanya serangga hama yang terkena penyakit Prinsip kerja biopestisida mikroba: -Mikroba menguntungkan dapat mengendalikan mikroba patogen -Membuat sakit/mati hama dengan virus, bakteri, jamur Di alam terdapat interaksi: -Antagonisme antara mikroba menguntungkan dan mikroba patogen. -Adanya serangga hama yang terkena penyakit



Prinsip kerja biopestisida mikroba: -Mikroba menguntungkan dapat mengendalikan mikroba patogen -Membuat sakit/mati hama dengan virus, bakteri, jamur



Menggunakan virus penyebab penyakit pada hama: -NPV (nuclear polyhidrosis virus): untuk Lepidoptera -CPV (cytoplasmic polyhidrosis virus): untuk Lepidoptera -GV (granulosis virus): untuk Lepidoptera -Baculovirus: untuk serangga hama Lepidoptera,Hymenoptera, Diptera



2.4. Prosedur Kerja Pembuatan Ekstrak Air Biji Mimba • Kering anginkan biji mimba beserta kulitnya sampai kering • Giling sampai halus, kemudian disaring dengan ayakan 0,05 mesh. • Timbang 25-50 g serbuk biji mimba + 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam). • Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing • Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap diaplikasikan • Pengujian sebaiknya dilakukan dengan metode celup, dengan volume semprot yang memadai 400-600 l air. Pembuatan Ekstrak Air Daun Mimba  Blender 50 g daun mimba segar dengan 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam).  Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing  Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap diaplikasikan Pembuatan biopestisida SlNPV Kumpulkan ulat grayak ukuran 2-3 cm dari pertanaman 2. Masukkan ke dalam toples plastik diameter 18,5 cm dan tinggi 12 cm 3. 1 stoples idealnya berisi 100 ekor ulat grayak 4. Ulat tersebut diberi pakan daun kedelai yang sudah dicelupkan ke dalam larutan SlNPV JTM 97 C. 5. Biarkan ulat tersebut mati, kemudian ulat dihancurkan dan disaring 6. Semprotkan pada tanaman kedelai yang terserang ulat grayak, jika populasi ulat grayak mencapai 2 kelompok per 3 rumpun. 7. Aplikasi SlNPV dalam bentuk suspensi cair sama dengan metode yang digunakan untuk insektisida kimia, Pembuatan Pestisida botani Sistem Maserasi  Bahan tumbuhan ditumbuk/ digiling  100 gr hasil gilingan dicampur dengan 1 liter air  Tambahkan 10 ml metanol/ etanol/alkohol 70% (sebagai pelarut)



    



Tambahkan 2 gr deterjen sebagai pengemulsi , ke dalam larutan pada blender Ekstrak dibiarkan selama 30 menit Kemudian dilakukan penyaringan Selanjutnya, masukkan ke dalam botol air kemasan dan simpan pada tempat yang bebas cahaya matahari Ekstrak hasil penyaringan siap untuk diaplikasikan



Pembuatan Pestisida Nabati Sistem Rebusan  Bahan tumbuhan ditumbuk/digiling  Bahan tumbuhan yang sudah digiling dicampur air dengan perbandingan 100 gr bahan dalam 1 liter air.  Tambahkan 2 gr deterjen sebagai pengemulsi,  Rebuslah ekstrak  Dinginkan, kemudian saring.  Selanjutnya, masukkan ke dalam botol air kemasan dan simpan pada tempat yang bebas cahaya matahari  Ekstrak hasil penyaringan siap untuk diaplikasikan Pembuatan pestisida berbahan tepung biji jarak pagar  Pembuatan pestisida nabati ini dilakukan dengan cara:  biji jarak pagar yang sudah tua dikeringkan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari selama dua hari,  biji jarak pagar tersebut dikupas dan diambil bagian dalamnya saja,  kemudian biji jarak pagar ini dihaluskan dengan menggunakan blender. sampai berbentuk tepung lalu diayak.  Tepung biji jarak siap untuk diaplikasikan sebagai umpan hama. 2.5. Analisis Data dan Pelaporan Catat semua informasi kegiatan pembuatan pestisida. Buat laporan praktikum dengan menggunakan format umum.



ACARA IV UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI PESTISIDA SINTETIS 4.1. Tujuan : Setelah praktikum dilakukan diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengujian pestisida dengan benar 4.2. Landasan Teori Pestisida yang akan diperdagangkan di Indonesia terlebih harus didaftarkan ke Komisi Pestisida. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi telah diuji efektivitasnya terhadap sasarannya. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pengujian insektisida . Secara umum ada dua metode pengujian insektisida, yaitu cara kontak (residual effect) dan cara pemberian makan (dipping method). 3.3. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari insektisida A/B formulasi EC, serangga uji ulat grayak, ulat hongkong, jengkrik, pakan daun sawi, kangkung ,kol, dan air. Peralatan yang digunakan terdiri dari ATK, kalkulator, sarung tangan karet, masker, pipet, becker glass (250 ml), petri dish besar (15 cm) dan pengaduk gelas. 3.4. Prosedur Kerja Pengujian racun perut dengan metode pencelupan  Siapkan larutan jadi insektisida formulasi EC 5 macam konsentrasi (0,05; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25 persen) dan air bersih masing-masing sebanyak 100 mL.  Siapkan daun sawi, kangkung, kol sebanyak 10 gram, sebanyak 6 unit.  Celupkan daun sawi, kangkung, kol tersebut ke dalam masing-masing larutan insektisida dan air bersih beberapa detik.  Masukkan daun sawi, kangkung, kol tersebut pada masing-masing cawan pertri dish besar yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring dan kemudian keringanginkan. Dalam setiap petri dish masing-masing masukkan jangkrik, ulat grayak, ulat hongkong, sebanyak 10 ekor yang telah dipuasakan (selama 2 jam) ke dalam petri dish tersebut.  Ganti dan tambahkan daun sawi segar, kangkung, kol secukupnya jika pakan yang diberikan habis.  Catat jumlah kematian serangga setelah 12, 24 dan 48 jam setelah perlakuan.  Hitung efektivitas insektisida pada setiap konsentrasi, dengan menggunakan formula Abbot.



E=



Pt −Pk x 100 100−Pk



E= efektivitas Pt = tingkat kematian teramati (%)



Pk = tingkat kematian kontrol (%)



ACARA V ANALISIS PROBIT LC 50 PESTISIDA SINTETIS 5.1. Tujuan Praktikum Setelah melaksanakan praktikum diharapkan mahasiswa dapat menghitung nilai LC50 (lethal concentration)beberapa golongan insektisida sintetis tersebut pada berbagai jenis serangga uji. 5.2. Landasan Teori Uji daya racun (toksikologi),untuk menentukan LD-50,racun akut,racun kronis,efek terhadap janin,kemungkinan mutasi genetik,kemungkinan penyebab kanker, dan metabolisme dlm tubuh hewan dilakukan untuk menetapkan syaratsyarat bagi pengguna Efektifitas pestisida merupakan daya bunuh pestisida terhadap OPT. Pestisida yang baik memiliki daya bunuh yang cukup untuk mengendalikan OPT dengan dosis rendah sehingga memperkecil dampat buruk terhadap lingkungan. Pestisda juga harus mempunyai kemampuan membunuh beberapa jenis organisme. Disarankan untuk menggunakan pestisida yang bersifat selektif atau berspektrum sempit. Dimana pestisida tersebut hanya membunuh OPT sasaran tanpa membahayakan organisme lain termasuk musuh alami OPT.Besarnya dosis yang dapat mematikan 50% dari jumlah mamalia percobaan. Pestisida yang memiliki LD 50 tinggi berarti hanya dengan dosis yang sangat tinggi pestisida tersebut dapat mematikan mamalia. Dalam penerapan PHT disarankan untuk memilih pestisida dengan LD 50 tinggi. 5.3. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari insektisida A/B formulasi EC, serangga uji ulat grayak, ulat hongkong, jengkrik, pakan daun sawi, kangkung ,kol, dan air. Peralatan yang digunakan terdiri dari ATK, kalkulator, sarung tangan karet, masker, pipet, becker glass (250 ml), petri dish besar (15 cm) dan pengaduk gelas.



5.4. . Analisis Data dan Pelaporan        



Pengamatan kematian serangga dilakukan dalam waktu 48 jam. Pengamatan dihentikan jika kematian seranggan sudah mencapai 100%. Tabulasikan data efektivitas insektisida. Cari nilai LC50 yakni konsentrasi insektisida yang dapat menyebabkan kematian serangga uji sebanyak 50 persen, dengan menggunakan persamaan regresi. Data pengamatan ditransformsi dari persentase ke probit (Tabel). Selanjutnya buat laporan praktikum berdasarkan format yang ada. Persamaan regresi : Y= a + bX Nilai b (kemiringan) dan a dapat diperoleh dengan cara menggunakan persamaan sebagai berikut :



dan dihitung menggunakan program terpakai Excel Sebagai contoh kasus perhitungan:  Sebagai contoh kasus perhitungan:



ACARA V I UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI PESTISIDA NABATI 4.1. Tujuan : Setelah praktikum dilakukan diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengujian pestisida nabati dengan benar dan dapat menghitung nilai LC 50 (lethal concentration) insektisida tersebut pada serangga uji. 4.2. Landasan Teori Pestisida nabati yang akan diperdagangkan di Indonesia terlebih harus didaftarkan ke Komisi Pestisida. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi telah diuji efektivitasnya terhadap sasarannya. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pengujian insektisida . Secara umum ada dua metode pengujian insektisida, yaitu cara kontak (residual effect) dan cara pemberian makan (dipping method). 3.3. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari pestisida nabati hasil ekstraksi pada acara praktikum pembuatan pestisida nabati, serangga uji ulat grayak, ulat hongkong, jengkrik, rayap, pakan daun sawi, kangkung ,kol, umpan, dan air. Peralatan yang digunakan terdiri dari ATK, kalkulator, sarung tangan karet, masker, pipet, becker glass (250 ml), petri dish besar (15 cm) dan pengaduk gelas. 3.4. Prosedur Kerja Pengujian racun perut dengan metode pencelupan  Siapkan larutan jadi insektisida formulasi EC 5 macam konsentrasi (0,05; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25 persen) dan air bersih masing-masing sebanyak 100 mL.  Siapkan daun sawi, kangkung, kol sebanyak 10 gram, sebanyak 6 unit.  Celupkan daun sawi, kangkung, kol tersebut ke dalam masing-masing larutan insektisida dan air bersih beberapa detik.  Masukkan daun sawi, kangkung, kol tersebut pada masing-masing cawan pertri dish besar yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring dan kemudian keringanginkan. Dalam setiap petri dish masing-masing masukkan jangkrik, ulat grayak, ulat hongkong, sebanyak 10 ekor yang telah dipuasakan (selama 2 jam) ke dalam petri dish tersebut.  Ganti dan tambahkan daun sawi segar, kangkung, kol secukupnya jika pakan yang diberikan habis.  Catat jumlah kematian serangga setelah 12, 24 dan 48 jam setelah perlakuan.  Hitung efektivitas insektisida pada setiap konsentrasi, dengan menggunakan formula Abbot.



E=



Pt −Pk x 100 100−Pk



E= efektivitas Pt = tingkat kematian teramati (%) Pk = tingkat kematian kontrol (%) Untuk metode umpan pada hama rayap maka perlakuan sebagai berikut:  Bahan yang digunakan sebagai umpan, yaitu Daun jarak pagar kering (B 1), Kardus (B2) dan kertas Koran (B3).  Bahan umpan yang terdiri dari kertas kardus 20 cm ×34 cm, kertas koran 36 cm × 57 cm dan daun jarak pagar 20 cm × 34 cm masing-masing dibuat dengan ukuran kotak 1 cm  Umpan tersebut dimasukan ke dalam bambu berdiameter 2,3 inchi dengan panjang 20 cm yang telah dilubangi sekelilingnya dengan diameter 0,2 cm/lubang sebagai jalan masuk rayap.  Bambu umpan tersebut diletakan disekitar tanaman yang terserang hama rayap  Dan dilakukan pengamatan jumlah luasan umpan termakan serta jumlah rayap mati dan hidup. 3.5. Analisis Data dan Pelaporan        



Pengamatan kematian serangga dilakukan dalam waktu 48 jam. Pengamatan dihentikan jika kematian seranggan sudah mencapai 100%. Tabulasikan data efektivitas insektisida. Cari nilai LC50 yakni konsentrasi insektisida yang dapat menyebabkan kematian serangga uji sebanyak 50 persen, dengan menggunakan persamaan regresi. Data pengamatan ditransformsi dari persentase ke probit (Tabel). Selanjutnya buat laporan praktikum berdasarkan format yang ada. Persamaan regresi : Y= a + bX Nilai b (kemiringan) dan a dapat diperoleh dengan cara menggunakan persamaan sebagai berikut :



dan dihitung menggunakan program terpakai Excel Sebagai contoh kasus perhitungan:  Sebagai contoh kasus perhitungan:



ACARA VII KALIBRASI ALAT DAN APLIKASI PESTISIDA 4.1. Tujuan Praktikum Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu melakukan kalibrasi alat semprot; menyiapkan larutan semprot, dan melakukan penyemprotan pestisida dengan benar. 4.2. Landasan Teori



Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang dikeluarkan oleh alat semprot (sprayer), sehingga dapat mengetahui berapa banyak larutan semprot yang disemprotkan pada setiap satuan lahan. Manfaat kalibrasi: 



Menentukan takaran aplikasi dengan tepat,







Mencegah pemborosan, dan







Mengadakan penyeragaman perhitungan aplikasi. Dalam kebanyakan kasus, kalibrasi adalah menentukan volume semprot







Sesudah volume semprot diketahui, Anda dapat memperhitungkan konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (bila konsentrasi ditentukan) penggunaan yang sesuai.



Cara aplikasi pestisida, antara lain: ditentukan berdasarkan oleh formulasi dan cara kerja dalam membunuh hama sasaran. Aplikasi dilapangan ada aplikasi formulasi pesti-sida tanpa menggunakan alat, namun ada juga yang memerlukan alat (alat penyemprot). Pestisida agar dapat membunuh hama sasaran harus bersinggungan (kontak) dengan hama sasaran baik kontak langsung maupun kontak residual atau tertelan. Agar hama sasaran terbunuh maka pestisida harus disemprotkan pada bagian permukaan tanaman yang terserang oleh hama (daun atau buah). Efektivitas penyemprotan akan tercapai apabila volume (takaran) larutan pestisida dapat secara merata menempel pada seluruh pertanaman. Untuk mengukur takaran kebutuhan secara benar diperlukan kalibrasi.



4.3. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari herbisida kontak (parakuat) dan air. Peralatan yang digunakan terdiri dari ATK, sarung tangan karet, masker, becker glass (1 liter), sendok makan, stopwatch, meteran, ember, dan semprotan punggung. 4.4. Prosedur Kerja A. Kalibrasi Alat Semprot Menurut Waktu  Isilah tangki alat semprot dengan air bersih 5 liter. Pompa alat tersebut sampai mencapai tekanan maksimum. Angkat alat semprot di atas punggung anda.  Buka keran, arahkan ujung nosel ke dalam ember dan semprotkan selama satu menit.



Ukur jumlah air yang disemprotkan oleh alat semprot selama satu menit tersebut dengan alat ukur.  Berapa menit yang dibutuhkan untuk menyemprotkan cairan satu tangki alat semprot (kapasitas 14 liter) jika kecepatan aliran sama dengan saat kalibrasi?  Tentukan jumlah air yang digunakan jika kita menyemprot tanaman selama 1 jam, dengan selang waktu pengisian 5 menit? B. Kalibrasi Alat Semprot Menurut Luas  Isilah tangki alat semprot dengan air bersih 5 liter. Pompa alat tersebut sampai mencapai tekanan maksimum. Angkat alat semprot di atas punggung anda.  Arahkan ujung nosel pada lahan yang berumput (bergulma) dan buka keran semprotkan. Berjalanlah lurus ke depan dengan kecepatan normal sejauh sekitar 5-6 meter. Kecepatanan normal ditandai dengan semua permukaan tertutupi (basah) oleh cairan semprot.  Ukur lebar semprotan nosel (l) dan jarak tempuh penyemprotan (p). Hitung luas areal yang disemprot (A) dengan cara mengalikan lebar semprot dengan jarak tempuh penyemprotan (A=l x p).  Hitung berapa jumlah air yang dibutuhkan untuk menyemprot gulma seluas 800 m 2? Aplikasi Herbisida dan Menghitung Kebutuhan Herbisida  Gunakan alat pengaman (masker dan sarung karet) dengan benar.  Isilah tangki alat semprot dengan air bersih 10 liter. Masukkan herbisida kontak ke dalam tangki. Aduk dengan cara menggoyangkan alat semprot. Herbisida umumnya akan cepat melarut sempurna.  Pompa alat tersebut sampai mencapai tekanan maksimum. Angkat alat semprot di atas punggung anda.  Arahkan ujung nosel pada lahan yang berumput (bergulma) dan buka keran semprotkan. Berjalanlah lurus ke depan dengan kecepatan normal sejauh sekitar 5-6 meter. Ganti personil oleh operator lain, dan seterusnya.  Untuk mengendalikan (menyemprot) gulma seluas 20 hektar, dibutuhkan sebanyak 12000 liter air bersih. Berapa liter herbisida yang dibutuhkan untuk mengendalikan gulma tersebut jika diketahui konsentrasi yang digunakan 0,2 persen atau 2 ml/L? Jika harga herbisida tersebut Rp 75.000 per liter, berapa dana yang dibutuhkan untuk pembelian herbisida? 4.5. Analisis Data dan Pelaporan Jawab semua pertanyaan di atas. Buat laporan praktikum menurut format umum. Tuangkan jawaban pertanyan tersebut di dalam laporan anda.



gulma tersebut jika diketahui konsentrasi yang digunakan 0,2 persen atau 2 ml/L? Jika harga herbisida tersebut Rp 75.000 per liter, berapa dana yang dibutuhkan untuk pembelian herbisida? 4.5. Analisis Data dan Pelaporan Jawab semua pertanyaan di atas. Buat laporan praktikum menurut format umum. Tuangkan jawaban pertanyan tersebut di dalam laporan anda. DAFTAR



 Ukur jumlah air yang disemprotkan oleh alat semprot selama satu menit tersebut dengan alat ukur.  Berapa menit yang dibutuhkan untuk menyemprotkan cairan satu tangki alat semprot (kapasitas 14 liter) jika kecepatan aliran sama dengan saat kalibrasi?  Tentukan jumlah air yang digunakan jika kita menyemprot tanaman selama 1 jam, dengan selang waktu pengisian 5 menit? Kalibrasi Alat Semprot Menurut Luas  Isilah tangki alat semprot dengan air bersih 5 liter. Pompa alat tersebut sampai mencapai tekanan maksimum. Angkat alat semprot di atas punggung anda.  Arahkan ujung nosel pada lahan yang berumput (bergulma) dan buka keran semprotkan. Berjalanlah lurus ke depan dengan kecepatan normal sejauh sekitar 5-6 meter. Kecepatanan normal ditandai dengan semua permukaan tertutupi (basah) oleh cairan semprot.  Ukur lebar semprotan nosel (l) dan jarak tempuh penyemprotan (p). Hitung luas areal yang disemprot (A) dengan cara mengalikan lebar semprot dengan jarak tempuh penyemprotan (A=l x p).  Hitung berapa jumlah air yang dibutuhkan untuk menyemprot gulma seluas 800 m 2?



ACARA VIII Aplikasi Herbisida dan Menghitung Kebutuhan Herbisida 8.1. Tujuan Praktikum: Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan dan menghitung kebutuhan herbisida dengan benar serta dapat membedakan herbisida kontak maupun sistemik 8.2. Landasan Teori Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan gulma. ReHerbisida merupakan bahan kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan gulma. Reaksi yang ditimbulkan herbisida pada gulma berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan aktif herbisida dan morfologi gulma yang akan dikendalikan aksi yang ditimbulkan herbisida pada gulma berbeda-beda. Berdasarkan cara kerja translokasi herbisida di dalam tubuh tumbuhanmaka ada dua jenis herbisida berdasarkan pada cara kerjanya, yitu herbisida kontak dan herbisida sistematik. Cara kerja kedua jenis herbisida ini, menimbulkan gejala yang bertbeda dan efek yang terjadi berbeda pula setelah penyemprotan gulma. Jadi jangan heran terhadap tingkat kelayuan gulma sehabis dilakukan penyemprotan. Bila kita menginginkan gulma cepat layu, kita bisa menggunakan herbisida kontak. Herbisida jenis ini dapat langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian-bagian gulma yang terkena semprotan larutan herbisida ini, terutama pada bagian yang berwarna kehijauan. Bahan aktif herbisida kontak tidak ada yang ditranslokasikan ke bagian jaringan tumbuhan lainnya. Gulma dengan system perakaran yang tidak luas sangat efektif jika menggunakan herbisida jenis ini. Agar bahan aktifnya menyebar ke seluruh bagian permukaan tumbuhan gulma serta untuk memperoleh pengendalian yang efektif dan lebih baik lagi, maka diperlukan dosis dan air pelarut dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan herbisida sistemik. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena larutan herbisida saja, maka pertumbuhan gulma dapat menjadi sangat cepat sehingga rotasi pengendalian menjadi sangat cepat. Selain itu, bagian bawah gulma seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi dan bisa bisa tumbuh kembali menjadi tumbuhan gulma. Efek yang paling cepat dan mudah dilihat yaitu pada bagian gulma yang berwarna hijau dan aktif berfotosintesis. Biasanya gulma sudah layu 2-3 jam setelah penyemprotan, dan mati dalam waktu 2-3 hari kemudian. Namun, gulma akan tumbuh kembali sekitar 2-3 minggu kemudian. Banyak merek herbisida kontak yang beredar dipasaran, diantaranya Herbisida Gramoxone, racun rumput Paraquat, Herbatop, dan Pacacol. Efek yang terlihat lebih lama terjadi dengan herbisida jenis sistematik. Herbisida ini mentranslokasikan bahan aktifnya ke seluruh jaringan gulma. Dengan mengganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke jaringan tanaman gulma terutama daun, titik tumbuh, mata tunas, sampai kepada system perakarannya. Sekitar 1-2 hari efek terlihat merata pada seluruh bagian tumbuhan gulma. Proses pertumbuhan kembali gulma yang telah diberi herbisida sistematik sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama. Kelebihan lainnya dalam penggunaan herbisida sistematik 4.3. Bahan dan Alat



Berikut adalah nama produk herbisida serta penggunaan takaran herbisida bersifat glufosat, sistemik dan kontak. A. Produk herbisida bersifat glufosat seperti Roundup, Rambo dsb.



B. Produk herbisida bersifat sistemik seperti Garlon, Starlon dsb. C. Produk herbisida bersifat kontak Gramoxone, Noxone dsb.



8.5. Cara Kerja Kondisi gulma dibagi menjadi tiga yaitu ; 1. Gulma ringan. - Dosis gulma ringan seperti jenis rumput - rumputan, takaran yang dapat diterapkan antara 50 - 70 cc per 15 - 20 liter air. 2. Gulma sedang. - Dosis gulma sedang seperti jenis gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar, untuk umur gulma antara 3 - 5 bulan dengan ketinggian 30 - 50 cm. Takaran yang dapat diterapkan antara ±100 cc per 15 - 20 liter air. 3. Gulma berat. - Dosis gulma sedang seperti gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar, untuk umur yang sangat tua dengan ketinggian mencapai bahu dan kepala orang dewasa. Takaran yang tepat di terapkan antara 120 - 150 cc per 15 - 20 liter air. Jika ingin mendapatkan hasil maksimal dalam penyemprotan.



Berikut adalah langkah pelaksanaannya 1. Masukkan kurang lebih 2 gelas air bersih kedalam tanki semprotan. Kemudian masukkan herbisida kedalam tanki semprot. Setelah semua selasai, tambahkan lagi air sampai penuh tanki.  Gunakan alat pengaman (masker dan sarung karet) dengan benar.  Isilah tangki alat semprot dengan air bersih 10 liter. Masukkan herbisida kontak ke dalam tangki. Aduk dengan cara menggoyangkan alat semprot. Herbisida umumnya akan cepat melarut sempurna.  Pompa alat tersebut sampai mencapai tekanan maksimum. Angkat alat semprot di atas punggung anda.  Arahkan ujung nosel pada lahan yang berumput (bergulma) dan buka keran semprotkan. Berjalanlah lurus ke depan dengan kecepatan normal Amati gejala pada bagian gulma yang keracunan herbisida setelah 3 hari penyemprotan pada setiap jenis gulma



Menghitung perkiraan biaya penggunaan herbisida  Untuk mengendalikan (menyemprot) gulma seluas 20 hektar, dibutuhkan sebanyak 12000 liter air bersih. Berapa liter herbisida yang dibutuhkan untuk mengendalikan gulma pada luas areal gulma tersebut jika diketahui konsentrasi yang digunakan 0,2 persen atau 2 ml/L? Jika harga herbisida tersebut Rp 75.000 per liter, berapa dana yang dibutuhkan untuk pembelian herbisida? 4.5. Analisis Data dan Pelaporan Jawab semua pertanyaan di atas. Buat laporan praktikum menurut format umum. Tuangkan jawaban pertanyan tersebut di dalam laporan anda.



DAFTAR PUSTAKA Deptan, 2000. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi Pestisida, Departemen Pertanian RI. Kardinan, A. 2005.Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi.PT. Penebar Swadaya. Jakarta. http:www.softwarelabs.com. Diakses September 2016 Kementan, 2011. Pedoman Pembinaan dan Penggunaan Pestisida. Dirjen Prasasara dan Sarana Pertanian. Direktorat Pupuk dan Pestisida, Kementerian Pertanian RI. Matsumura, F., 1985. Toxicology of Pesticide. Second edition. Plenum Press New York.



Panut Djojosumarto, 2010. Teknik Aplikasi Pestisda Pertanian. Penerbit PT. Agro Media Pustaka Yoon, A. S. (2006). Extraction of rotenone from Derris elliptica and Derris malaccensis by pressurized liquid extraction compared with maceration. Journal of Cromatography A. ELSAVIER. (Online) www.elsavier.com, diakses Agustus 2016



Bagaimana Cara Mengkalibrasi Alat Semprot Pertanian (Sprayer)? Sebagai contoh, jika kita hendak menyemprot herbisida pra-tumbuh pada 1 hektar lahan dengan dosis aplikasi 1,5 liter per hektar dan alat yang kita gunakan adalah alat semprot pertanian punggung (knapsack sprayer), berapa mili liter herbisida yang harus digunakan per tangki? Salah satu caranya adalah dengan mencoba-coba. Misalnya, isilah tangki sprayer dengan air hingga penuh (misalnya menggunakan sprayer PB-16 yang diisi 15 liter). Nozzel yang digunakan tertentu, tekanan tertentu atau gerakan memompa yang teratur, dan kecepatan jalan sebagaimana petani menyemprot. Lahan yang dapat disemprot dengan tangki (PB-16 liter) tersebut diukur. Misalnya 1 tangki ternyata habis digunakan untuk menyemprot lahan seluas 300m2. Ini berarti 1 hektar lahan memerlukan kurang lebih 33,3 tangki. Karena dosis hebisida adalah 1,5 liter/ha (1.500 ml/ha), maka untuk setiap tangki (15 liter) dimasukan kurang lebih 1500ml/33,3 tangki = 45 ml herbisida. Jika setiap tangki dapat menyemprot 300 m2 atau 15 liter/300m2, maka keperluan air untuk 1 hektar adalah 15 liter x 33,3 tangki = 499,5 liter air per hektar (dibulatkan menjadi 500 liter).



Karena dosis penggunaan hebisida 1,5 liter/ha, maka konsentrasi aplikasi adalah 1.500 ml /500ml = 3 ml/liter air. Sehingga untuk setiap tangki (15 liter) digunakan sebanyak 15 x 3 ml = 45 ml. Kalibrasi tersebut berlaku untuk ukuran nozzle, tekanan, dan kecepatan jalan tertentu. Bila ketiga faktor tersebut berubah, maka tangki semprot (sprayer) harus dikalibrasi ulang.



Rumus Menghitung Kalibrasi Alat Semprot (Sprayer)



Rumus Kalibrasi Sprayer 4 parameter yang mempengaruhi kalibrasi sprayer, yaitu: 1. Curah (flow rate) dari nozzle yang digunakan (C; liter/menit) 2. Lebar gawang penyemprotan (G; meter) 3. Kecepatan aplikasi (K; meter/menit) 4. Volume aplikasi (V; liter/hektar) C= GKV/10.000 Contoh: Untuk menyemprot kubis dengan nozzle yang angka curahnya 1,75 liter/menit, kecepatan penyemprotan 30 meter/menit, dan lebar gawang terukut 1,5 meter. Berapa liter air (volume aplikasi) dihabiskan untuk menyemprot 1 hektar lahan? Jawab: V=10.000 C/GK, V = (10.000 x 1,75)/(1,5 x 30) = 388,889 liter/hektar. Volume aplikasi dengan mudah dapat dihitung dengan rumus tersebut, jika ternyata dengan parameter-parameter tersebut volume aplikasi tidak sesuai dengan yang diinginkan, hal yang bisa diubah adalah: a. Menaikan volume semprot, Caranya: 



Menggunakan nozzle yang lebih besar (angka curahnya lebih besar)







Menaikan tekanan pompa atau tekanan dalam tangki sprayer







Mengurangi kecepatan penyemprotan







Mengurangi lebar gawang



b. Mengurangi volume semprot Caranya: 



Menggunakan nozzle yang lebih kecil (angka curahnya rendah)







Menurunkan tekanan dalam tangki atau tekanan pompa. Menurunkan tekanan dalam pompa terkadang ukuran dropletnya menjadi lebih besar.







Mempercepat kecepatan aplikasi







Melebarkan angka lebar gawang



Dosis, Konsentrasi dan Volume Semprot Pestisida Istilah dosis, konsentrasi, dan volume semprot sering terdapat pada label kemasan pestisida. Apa maksudnya ? Apa sih yang dimaksud dengan dosis, konsentrasi, dan volume semprot pada pestisida?



Penyemprotan pestisida Ketiga istilah di atas sering kita jumpai di label kemasan pestisida. Dosis, konsentrasi, dan volume semprot itu mengacu pada pemakaian pestisida. Sepintas kelihatan sepele hingga tidak banyak orang ambil peduli. Padahal sebenarnya tiga istilah itu merupakan kunci penting pemakaian pestisida agar tujuan pemakaiannya tercapai secara optimal, yaitu memberantas hama atau penyakit tanaman dengan tepat dan aman. Agar pemakaian pestisida tidak melenceng dari apa yang diharapkan sebaiknya ketiga istilah itu dipahami dan dimengerti dengan benar.



Dosis Dosis adalah jumlah pestisida yang dicampurkan atau diencerkan dengan air digunakan untuk menyemprot hama atau penyakit tanaman dengan luas tertentu. Pengertian inilah sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan “dosis” pada label kemasan pestisida. Ada beberapa satuan dalam menuliskan dosis. Fungisida Benlate, misalnya, tertulis dosisnya 3-5 g / 10 liter air; artinya dalam 10 liter air bisa dicampurkan 3-5 g Benlate. Pengertian serupa juga berlaku untuk fungisida Nimrod 250 EC yang mempunyai dosis pemakaian 2,5 – 5 ml / 10 liter air, dan insektisida Difolatan 4 F dengan dosis pemakaian 20-30 cc/10 liter air. Dosis anjuran pemakaian pestisida sebaiknya dipatuhi. Pemakaiannya secara berlebihan bisa menyebabkan tanaman merana dan merusak lingkungan. Selain itu juga menyebabkan populasi hama meledak karena malah merangsang pertumbuhannya. Pemakaian pestisida dalam dosis rendah pun menyebabkan hama atau penyakit yang dituju tidak mati. Dan mendorong timbulnya resistensi pada hama atau penyakit yang menyerang tanaman. Konsentrasi Ada tiga macam pembagian konsentrasi, yaitu konsentrasi formulasi, konsentrasi bahan aktif, dan konsentrasi larutan. Konsentrasi formulasi adalah banyaknya pestisida dihitung dalam cc atau gram bahan pestisida per liter air yang dicampurkan; sedangkan konsentrasi bahan aktif adalah persentase bahan aktif yang terdapat dalam larutan jadi (larutan yang sudah dicampur air). Tidak jauh berbeda dengan dua pengertian di atas, konsentrasi larutan adalam persentase kandungan pestisida yang terdapat dalam larutan jadi. Melihat adanya tiga pengertian yang hampir sama tentang konsentrasi maka para pemakai pestisida hendaknya membaca terlebih dahulu sebelum menggunakannya. Konsentrasi formulasi insektisida Lannate 1,5 – 33 cc/l air artinya dalam 1 liter air bisa dicampurkan 1,533 cc Lannate. Konsentrasi bahan aktif insektisida Basudin 60 EC 0,12 % artinya dalam 10 liter air bisa dicampurkan 12 gram Basudin 60 EC. Konsentrasi larutan herbisida Agroxone 3.000 ppm artinya dalam 1 liter air bisa dicampurkan 3 gram Agroxone (1000 ppm = 0,1 %). Volume Semprot Selama ini banyak yang mengartikan volume semprot secara salah. Umumnya mereka mengartikan volume semprot hanya merupakan volume air pencampur pestisida saja. Padahal sebenarnya yang dimaksud dengan volume semprot adalah volume akhir, yaitu jumlah campuran air dengan pestisida yang disemprotkan. Ambil misal fungisida Kasumin 20 AS yang mempunyai konsentrasi formulasi 2 cc/l air dengan volume semprot 500 l/ha. Banyaknya fungisida itu untuk penyemprotan luasan 1 ha adalah 1 liter (1000 cc); maka jumlah air pencampur yang perlu ditambahkan hanya 499 liter. Jadi, total bila keduanya dijumlahkan menjadi 500 liter. Jumlah yangt erakhir itulah yang dimaksud dengan volume semprot. B.A ~~~ Dosis, Konsentrasi dan Volume Semprot Pestisida Read more: http://www.ngasih.com/2014/07/25/dosis-konsentrasi-dan-volume-semprotpestisida/#ixzz4JRz4PEtN



Fototoksisitas Merupakan suatu efek samping aplikasi pestisida yang dapat menimbulkan keracunan bagi tanaman, ditandai dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi pestisida. Oleh karena itu tidak boleh menggunakan pestisida secara tidak terukur atau berlebihan.