Penuntun Praktikum Kimia Dasar II (2021) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENUNTUN PRAKTIKU M KI MIA DA SA R II



PENYUSUN TI M DOSEN KI MIA



NAMA



:



NIM



:



JURUSAN



:



KELOMPOK :



LABORATORIUM DASAR/MIPA FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2021 i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur tim penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan izin-Nya Penuntun Praktikum Kimia Dasar II ini dapat diselesaikan. Penuntun praktikum ini berisi materi-materi praktikum yang akan dipraktikkan oleh mahasiswa pada semester genap. Dengan ditulisnya Penuntun Praktikum Kimia Dasar II ini diharapkan mampu menunjang kompetensi mahasiswa dalam menerapkan konsep ilmu kimia yang telah diperoleh di kelas. Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Penuntun Praktikum ini. Kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan dalam penyajian materi praktikum Kimia Dasar kedepan.



Bangka, Februari 2021



Tim Penyusun



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR



ii



DAFTAR ISI



iii



TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM iv DASAR/MIPA FPPB ASISTENSI PRAKTIKUM KIMIA



vi



PERCOBAAN 1. PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN



1



PERCOBAAN 2. KINETIKA KIMIA



4



PERCOBAAN 3. KESETIMBANGAN KIMIA



10



PERCOBAAN 4. REAKSI ASAM BASA



13



PERCOBAAN 5. REAKSI REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA



17



PERCOBAAN 6. IDENTIFIKASI DAN SIFAT SENYAWA 21 ORGANIK PERCOBAAN 7. KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LIPID



25



iii



TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM DASAR/MIPA FPPB 1. Simpanlah tas, jaket, dan barang-barang lainnya yang tidak diperlukan di tempat yang telah disediakan 2. Lima menit sebelum kegiatan di laboratorium dimulai, peserta harus sudah berada di laboratorium. 3. Pakailah jas lab. Bila sedang melakukan kegiatan. 4. Dilarang menggunakan sandal dan sepatu yang licin, sepatu terbuka, atau sepatu bertumit tinggi 5. Jangan melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahan kimia, alat-alat dan pemakaiannya 6. Kenali semua jenis peralatan keselamatan kerja yang diperlukan sebelum melakukan eksperimen 7. Lakukanlah kegiatan sesuai petunjuk yang telah diberikan. 8. Tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruang lab. 9. Periksalah dengan teliti semua alat-alat sebelum digunakan. 10. Mintalah petunjuk kepada pembimbing apabila ada kesulitan atau keraguan dalam melakukan kegiatan 11. Ikuti aturan penggunaan alat-alat ukur. Jangan melebihi batas maksimum dan jangan kurang dari batas minimum dari kemampuan alat ukur yang digunakan. 12. Jika menggunakan alat yang dilengkapi dengan alat bantu, gunakan sesuai dengan pasangannya (jangan dipertukarkan). 13. Bila menggunakan bahan kimia yang berbahaya, mintalah petunjuk lebih dahulu kepada pembimbing. 14. Bila bekerja dengan senyawa beracun atau reaksi yang menghasilkan gas yang berbahaya hendaknya dilakukan di lemari asam dan pakailah alat pelindung seperti masker, sarung tangan dan kaca mata. 15. Perhatikan cara membawa alat jika alat itu perlu dipindahkan. 16. Bersihkan dan keringkan alat-alat yang telah selesai dipergunakan. 17. Tidak diperbolehkan mencium bahan kimia secara langsung 18. Dilarang menghisap bahan kimia engan menggunakan mulut, namun gunakan bola karet pipet 19. Kran air, gas, dan api harus ditutup setelah selesai dipergunakan 20. Jangan membuang sampah atau limbah padat ke dalam bak pencuci. Buanglah secara terpisah sampah/limbah padat



iv



seperti kaca, sobekan kain, kertas, logam, dan lain sebagainya dalam tempat yang khusus. 21. Limbah cair dapat dibuang di bak pencuci setelah dinetralkan terlebih dahulu dengan air yang cukup banyak. 22. Kecelakaan apapun yang terjadi, hendaknya segera dilaporkan kepada pembimbing. SANGSI – SANGSI: 1. Terlambat datang tanpa alasan, tidak bisa mengikuti praktikum 2. Terlambat pengumpulan laporan resmi, mengurangi nilai laporan 3. Merusak/memecahkan/menghilangkan segala peralatan laboratorium wajib untuk mengganti 4. Jika terdapat pelanggaran lain yang belum diatur dalam tata tertib, asisten/dosen berhak memberikan sangsi sesuai kebijaksanaanya 5. Segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh praktikan akan mempengaruhi penilaian oleh asisten/dosen



v



ASISTENSI PRAKTIKUM KIMIA Point penilaian praktikum : % nilai 1. Kehadiran : 10 % 2. Pretest/Post tes : 20 % 5. Laporan : 35 % 6. Ujian Praktikum : 35 %



Range rata-rata 0 – 100 0 – 100 0 – 100 0 – 100



FORMAT LAPORAN I. Judul Percobaan II. Tujuan Percobaan III. Tinjauan Pustaka IV. Metode Percobaan • Alat dan Bahan • Sifat Fisika dan Kimia Bahan • Cara Kerja (paragraf) V. Hasil Pengamatan VI. Pembahasan VII. Kesimpulan dan Saran VIII. Daftar Pustaka



vi



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



1



PERCOBAAN 1 PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN I.



TUJUAN PERCOBAAN a. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut b. Menetapkan berat molekul suatu zat nonvolatil



II.



DASAR TEORI Titik beku adalah temperatur pada saat tekanan uap cairan sama (setimbang) dengan tekanan uap padatannya. Titik beku dilambangkan dengan simbol Tf. Air murni membeku pada temperatur 0°C dan tekanan 1 atm. Temperatur itu dinamakan titik beku normal air. Temperatur dimana zat cair membeku pada tekanan 1 atm adalah titik beku normal zat cair tersebut. Titik beku suatu larutan pasti selalu lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya (air). Hal ini dikarenakan sebagian partikel air dan partikel-partikel terlarut akan bergabung dan membentuk ikatan. Sehingga ketika membeku, yang memiliki titik beku paling tinggi adalah air karena air yang membeku terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh partikel-partikel terlarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda-beda. Titik beku suatu larutan akan berubah jika tekanan uapnya juga berubah. Hal ini disebabkan oleh masuknya zat terlarut yang mempengaruhi perubahan titik beku. Jadi, jika suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, titik beku larutan tersebut akan berubah. Besarnya perbedaan antara titik beku zat pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf) (Parning, 2007). Titik beku dan titik didih suatu larutan bergantung pada kesetimbangan pelarut dalam larutan dengan pelarut padatan, selain itu juga bergantung pada kesetimbangan pelarut dengan pelarut murni (air). Pada saat terjadi kesetimbangan, maka dapat tercapai titik beku atau titik didihnya (Wahyuni, 2013). Masingmasing pelarut memiliki harga tetapan penurunan titik beku (Kf) tersendiri. Apabila suatu zat dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat larutan itu berbeda dari sifat pelarut murni. Contohnya, larutan urea yang berbeda sifat dengan air murni biasa. Sifat-sifat larutan yang ada, seperti rasa, warna, pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan konsentrasi zat yang terlarut. Pengaruh jenis zat yang terlarut kecil sekali sejauh zat yang terlarut itu tergolong PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



1



nonelektrolit dan tidak mudah menguap. Sedangkan sifat-sifat yang tiak bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya pada konsentrasi partikelnya disebut dengan sifat-sifat koligatif suatu larutan. Pada sifat koligatif larutan penurunan titik beku berlaku : ∆Tf = Kf.m Dimana Kf merupakan konstanta penurunan titik beku molal 𝑅𝑇2 . 𝑀 𝐾𝑓 1000 ∆𝐻𝑓 Bila konsentrasi zat terlarut dinyatakan dalam molal maka untuk larutan encer berlaku : 1000𝐾𝑓 . 𝑊2 𝑇𝑓 = 𝑀2. 𝑊1 III. ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan adalah gelas kimia 1000 mL, Erlenmeyer 250 mL, tabung reaksi, spatula, kaca arloji. Bahan-bahan yang digunakan adalah asam asetat glasial, akuades, es, garam, naphtalene, dan zat X. IV. CARA KERJA Dilakukan persiapan percobaan dengan mengisi tabung gelas I (yang paling besar) dengan campuran es dan garam secukupnya, kemudian mengisi tabung gelas II (letaknya di dalam tabung gelas I) dengan air secukupnya. Setelah itu mengambul pelarut sebanyak 10 mL dan memasukkannya ke dalam tabung gelas III (letaknya di dalam tabung gelas II). Pelarut yang digunakan adalah asam astetat glasial. Bagian I. Penentuan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal a. Ukur suhu larutan asam asetat dengan termometer. b. Amati pelarut apakah sudah membeku atau belum jika suhu sudah konstan. c. Catat suhu konstan sebagai Tfo d. Tambahkan naftalene (C10H8) sebanyak 0,5 g. Aduk hingga homogen. e. Ukur suhu hingga konstan dan catat sebagi Tf f. Lakukan langkah d dan e dengan variasi campuran berikut : Tabung Reaksi 1 Tabung Reaksi 2 Tabung Reaksi 3 10 mL CH3COOH 10 mL CH3COOH 10 mL CH3COOH + 0,5 g C10H8 + 1 g C10H8 + 1,5 g C10H8



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



2



g. Menghitung Kf asam asetat glasial dengan rumus : 𝐾𝑓 =



𝑊1 𝑀2 ∆𝑇𝑓 1000 𝑊2



Bagian II. Penentuan BM Zat X a. Siapkan 3 tabung reaksi dan isi tabung reaksi dengan variasi campuran berikut : Tabung Reaksi 1 Tabung Reaksi 2 Tabung Reaksi 3 10 mL CH3COOH 10 mL CH3COOH 10 mL CH3COOH + 0,5 g zat X + 1 g zat X + 1,5 g zat X b. Aduk hingga homogen dan masukkan tabung reaksi ke dalam tabung gelas II. c. Ukur suhu hingga konstan dan catat sebagai Tf d. Menghitung BM zat X dengan rumus: 𝑀2 =



1000 𝐾𝑓 𝑊2 ∆𝑇𝑓 𝑊1



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



3



PERCOBAAN 2 KINETIKA KIMIA I.



TUJUAN PERCOBAAN a. Memahami konsep kinetika kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. b. Menentukan energi pengaktifan dari reaksi kimia



II.



DASAR TEORI Kinetika kimia atau kinetika reaksi mempelajari laju reaksi dalam suatu reaksi kimia. Ada reaksi kimia yang berlangsung dalam waktu yang sangat cepat dan ada juga yang berlangsung lambat. Perbedaan laju ini bergantung pada konsentrasi zat yan bereaksi, temperatur, katalis, sifat zat pereaksi dan hasil reaksi. Analisis terhadap pengaruh berbagai kondisi reaksi terhadap laju reaksi memberikan informasi mengenai mekanisme reaksi dan keadaan transisi dari suatu reaksi kimia. Pengukuran laju dari percobaan menghasilkan hukum laju untuk reaksi, dimana hukum laju merupakan suatu pernyataan matematis yang menyatakan hubungan laju reaksi terhadap konstanta laju dan konsentrasi reaktan pangkat suatu angka. Konstanta laju k untuk reaksi dipengaruhi hanya oleh suhu. Orde reaksi keseluruhan ialah jumlah pangkat dari konsentrasi reaktan. Waktu yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi suatu reaktan menjadi setengah dari konsentrasi awalnya disebut waktu paruh. Untuk reaksi orde pertama, waktu paruh tidak bergantung pada konsentrasi awal. Untuk reaksi : A + 2B 3C + D Hukum laju reaksinya : 𝑑[𝐴] 1 𝑑[𝐵] 1 𝑑[𝐶] 𝑑[𝐷] − =− =+ =+ = 𝑘. [𝐴]𝑚 . [𝐵]𝑛 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 3 𝑑𝑡 𝑑𝑡 Dimana : t = waktu −



𝑑[𝐴] 𝑑𝑡



𝑑𝑎𝑛 −



𝑑[𝐵] 𝑑𝑡



: laju berkurangnya konsentrasi A dan B dalam



mol/liter/detik +



𝑑[𝐶] 𝑑𝑡



𝑑𝑎𝑛 +



𝑑[𝐷] 𝑑𝑡



: laju bertambahnya konsentrasi C dan D dalam



mol/liter/detik dan k adalah tetapan laju reaksi serta m dan n sebagai orde reaksi. Suatu reaksi kimia dapat berlangsung apabila orientasi antar pereaksinya tepat satu sama lain dan tercapainya energi pengaktifan reaksi, untuk memutus ikatan dan mengawali reaksi. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



4



Konstanta laju dan energi aktivasi dihubungkan oleh persamaan Arrhenius berikut : 𝑘 = 𝐴𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇 Dan ungkapan logaritmanya adalah : 𝐸𝑎 1 ln 𝑘 = (− ) ( ) + ln 𝐴 𝑅 𝑇 Keterangan : R adalah tetapan gas ideal ; 8,314 Jmol-1K-1 T adalah temperatur dalam K Pada percobaan ini akan ditentukan persamaan laju reaksi antara ion tiosulfat (S2O32-) dengan ion klorida (Cl-). Untuk mendapatkan persamaan laju reaksi tersebut, maka percobaan ini akan menetukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi. Energi pengaktifan dapat ditentukan dengan menentukan hubungan antara laju reaksi dengan suhu. Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi antara ion S2O32dengan ion Cl-, menghasilkan endapan NaCl. S2O32-(aq) + 2Cl-(aq) → 2Cl-(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(aq) III. ALAT DAN BAHAN Alat : gelas kimia 250 mL, gelas ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi, batang pengaduk, pipet tetes, termometer, stopwatch, pemanas listrik Bahan : Larutan Na2S2O3 0,2 M, Na2S2O3 0,1 M, Na2S2O3 0,05 M, HCl 0,2 M, HCl 0,1 M, HCl 0,05 M, Fe3+ 0,05 M, H2O2 30%, padatan KI. IV. CARA KERJA BAGIAN 1. Penentuan Persamaan Laju Reaksi S2O32- dan ClBagian 1.1 Pengaruh Konsentrasi Cl- pada Laju Reaksi Pada percobaan ini, konsentrasi S2O32- dibuat konstan, sedangkan konsentrasi Cl- berubah-ubah. a. Ukur 5 mL larutan Na2S2O3 0,1 M kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 mL HCl 0,2 M. Aduk campuran ini. Catat selang waktu mulai dari dilakukan pencampuran hingga terbentuknya endapan. Catat temperatur larutan. b. Ulangi percobaan dengan konsentrasi HCl 0,1 M c. Ulangi percobaan dengan konsentrasi HCl 0,05 M d. Kondisi percobaan 1,2,3 dapat dilihat pada tabel berikut:



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



5



Percobaan 1 2 3



Konsentrasi Pereaksi HCl (M) Na2S2O3 (M) 0,2 0,1 0,1 0,1 0,05 0,1



Bagian 1.2 Pengaruh Konsentrasi S2O32- pada Laju Reaksi Dalam percobaan ini, konsentrasi Cl- dibuat konstan, sedangkan konsentrasi S2O32- berubah-ubah. a. Ukur 5 mL larutan HCl 0,1 M kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 mL Na2S2O3 0,2 M. Aduk campuran ini. Catat selang waktu mulai dari dilakukan pencampuran hingga terbentuknya endapan. Catat temperatur larutan. b. Ulangi percobaan dengan konsentrasi Na2S2O3 0,1 M c. Ulangi percobaan dengan konsentrasi Na2S2O3 0,05 M d. Kondisi percobaan 1,2,3 dapat dilihat pada tabel berikut: Konsentrasi Pereaksi Percobaan HCl (M) Na2S2O3 (M) 1 0,1 0,2 2 0,1 0,1 3 0,1 0,05 BAGIAN 2. Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32a. Siapkan 3 buah gelas kimia 250 mL. Isilah gelas kimia 1 dengan air dingin (kira-kira sama dengan suhu kamar, yaitu 25oC). Isilah gelas kimia 2 dengan air pada suhu 45oC. Isilah gelas 3 dengan air bersuhu kira-kira 65oC. b. Masukkan masing-masing 2 mL larutan Fe3+ 0,05 M ke dalam 3 buah tabung reaksi. Tabung 1 diletakkan dalam gelas kimia 1, tabung 2 diletakkan dalam gelas kimia 2, dan tabung 3 diletakkan dalam gelas kimia 3. Biarkan beberapa saat sampai tabung reaksi dan larutan didalamnya sesuai dengan suhu dalam gelas kimia masing-masing. c. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang lain dan isilah masingmasing tabung reaksi dengan 2 mL larutan S2O32- 0,1 M. Berilah masing-masing tabung reaksi dengan label A, B, dan C. d. Tuanglah isi larutan dalam tabung A ke dalam tabung reaksi 1 dan pada saat bersamaan nyalakan stopwatch ketika kedua PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



6



larutan mulai bercampur dan campuran reaksi bewarna gelap. Hentikan stopwatch ketika campuran bereaksi menjadi bening seluruhnya. Catat waktu terjadinya perubahan warna tersebut. e. Lakukan proses pencampuran yang sama terhadap larutan dalam tabung reaksi 2dengan larutan dalam tabung reaksi B (suhu 45oC) dan pencampuran larutan dalam tabung reaksi 3 dengan larutan dalam tabung reaksi C (suhu 65oC). Catat waktu untuk masing-masing proses mulai dari awal sampai terjadi perubahan warna menjadi bening. BAGIAN 3. Pengaruh Katalis dalam Kinetika Kimia a. Dituangkan 40 mL larutan 30% H2O2 ke dalam gelas ukur 250 mL. b. Ditambahkan 20 mL deterjen cair ke dalam gelas ukur berisi larutan H2O2. Digoyangkan gelas ukur agar bereaksi dengan baik. c. Diteteskan pewarna makanan d. Diatmabhkan KI jenuh ke dalam gelas ukur e. Dituliskan reaksi yang terjadi PENGOLAHAN DATA : Bagian 1. Penentuan Persamaan Laju Reaksi S2O32- dan ClLaju reaksi berbanding terbalik dengan waktu. 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑗𝑢 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦 − ]𝑥 𝑙𝑎𝑗𝑢 = 𝑘[𝐶𝑙 [𝑆2 𝑂3 2− ] Misalnya untuk dua eksperimen yang S2O32- dibuat konstan, dan Cl- diperbesar dua kalinya. Maka laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu. 𝑥



𝑦



𝑥



𝑦



𝑙𝑎𝑗𝑢 1 = 𝑘(𝐶𝑙− )1 [𝑆2 𝑂3 2− ] Oleh karena S2O32-



𝑙𝑎𝑗𝑢 2 = 𝑘(𝐶𝑙− )2 [𝑆2 𝑂3 2− ] tetap dan (Cl-)2 = 2(Cl-)1 maka, 𝑦



𝑦



𝑘2𝑥 [𝐶𝑙 − ]1𝑥 [𝑆2 𝑂3 2− ] 𝑙𝑎𝑗𝑢 2 𝑘[2𝐶𝑙 − ]1𝑥 [𝑆2 𝑂3 2− ] = = = 2𝑥 2− 𝑦 2− 𝑦 𝑥 𝑥 − − 𝑙𝑎𝑗𝑢 1 𝑘[𝐶𝑙 ]2 [𝑆2 𝑂3 ] 𝑘[𝐶𝑙 ]2 [𝑆2 𝑂3 ] Jika laju 2 dalam eksperimen dua kali laju 1, x = 1 jika laju 2 empat kali laju 1, x = 2 Tetapan laju reaksi k, dapat dihitung setelah x dan y ditentukan. 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘= 𝑦 (𝐶𝑙− )𝑥 (𝑆2 𝑂3 2− )



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



7



(Cl-) dan (S2O32-) adalah konsentrasi awal pereaksi dalam setiap percobaan yaitu konsentrasi setelah pereaksi dicampurkan, sebelum terjadi reaksi. Untuk menentukan laju reaksi dapat digunakan rumus (pendekatan) ∆(𝑆2 𝑂3 2− ) 𝑙𝑎𝑗𝑢 = − ∆𝑡(𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) Bagian 1.1 Pengaruh Konsentrasi Cl- pada Laju Reaksi a. Hitung konsentrasi HCl dalam campuran reaksi setelah pereaksi dicampurkan (sebelum terjadi reaksi). Jumlah mol HCl yang digunakan = (kemolaran) x (volume, liter) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖, 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 b. Hitung konsentrasi Na2S2O3 dalam campuran reaksi setelah pereaksi dicampurkan (sebelum terjadi reaksi) Na2S2O3 dalam campuran reaksi setelah pereaksi dicampurkan (sebelum terjadi reaksi) Na2S2O3 yang digunakan = (kemolaran) x (volume,liter) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖, 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 c. Hitung laju reaksi untuk masing-masing percobaan : ∆[𝑆2 𝑂3 2− ] 𝑙𝑎𝑗𝑢 = ∆𝑡 (det) d. Cari harga rata-rata untuk x Bagian 1.2 Pengaruh Konsentrasi S2O32- pada Laju Reaksi a. Hitung konsentasi HCl dalam campuran reaksi setelah pereaksi dicampurkan (sebelum terjadi reaksi) b. Hitung konsentrasi Na2S2O3 dalam campuran reaksi setelah pereaksi dicampurkan c. Hitung laju reaksi untuk masing-masing percobaan ∆[𝑆2 𝑂3 2− ] 𝑙𝑎𝑗𝑢 = ∆𝑡 (det) d. Cari harga rata-rata untuk y Penetapan Persamaan Laju Reaksi Hitung tetapan laju reaksi k, untuk setiap percobaan 1.1 dan 1.2 dengan menggunakan harga x dan y 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘= 𝑦 (𝐶𝑙− )𝑥 (𝑆2 𝑂3 2− ) PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



8



(Cl-)



= konsentrasi Cl- dalam campuran setelah pereaksi dicampurkan (sebelum terjadi reaksi) 2(S2O3 ) = konsentrasi S2O32- dalam campuran setelah pereaksi dalam campuran (sebelum terjadi reaksi) Bagian 2. Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32Reaksi redoks antara Fe3+ dan S2O32- adalah adalah reaksi yang mengikuti hukum laju reaksi berorde 4, masing-masing berorde 2 terhadap [Fe3+] dan berorde 2 terhadap [S2O32-]. 2Fe3+(aq) + S2O32-(aq) → 2Fe2+(aq) + S4O62-(aq) Persamaan lajunya dinyatakan sebagai : −



𝑑[𝐹𝑒 3+ ] 𝑑𝑡



2



= −𝑘[𝐹𝑒 3+ ]2 [𝑆2 𝑂3 2− ] atau –[Fe3+]2[S2O32] d[Fe3+] = kdt



Jadi misalkan Fe3+ = A dan S2O32- = B dengan reaksi : A Awal : Ao Bereaksi :X Setimbang : Ao – X



+



B → Bo X Bo – X



Laju reaksi terhadap reaktan : −



𝑑[𝐴] 𝑑𝑡



produk X X



= −𝑘[𝐴]−2 [𝐵]−2 𝑑𝑥



Atau laju reaksi terhadap produk : + 𝑑𝑡 = −𝑘[𝐴𝑜 − 𝑥]−2 [𝐵𝑜 − 𝑥]−2 Apabila laju reaksi terhadap produk diintegralkan, maka dapat diperoleh hubungan : 𝑥3 𝑥3 4𝐵 𝑥 3 𝑥 4 𝐵 𝑥4 𝑥5 [𝐵𝑜 2 (𝐴20 𝑥 − 𝐴𝑜 𝑥 2 + 3 ) − 𝐴20 (𝐵𝑜 𝑥 2 − 3 ) + 𝐴𝑜 ( 3𝑜 − 2 ) − 02 + ] 5 𝑘= 𝑡 Berdasarkan persamaan tetapan laju, k, di atas, Anda dapat menghitung harga tetapan laju, k, dari tiap hasil pencatatan waktu pada masing-masing suhu dari percobaan di atas. Kemudian alurkan dalam grafik antara ln k terhadap 1/T dari masing-masing suhu percobaan dalam satuan K (Kelvin). Berdasarkan grafik yang diperoleh, hitunglah besarnya Ea dalam satuan Joule atau kJ.



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



9



PERCOBAAN 3 KESETIMBANGAN KIMIA I.



TUJUAN PERCOBAAN a. Memahami konsep kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia b. Mempelajari reaksi-reaksi kesetimbangan. c. Menentukan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut. d. Menentukan panas kelarutan (∆Ho) PbCl2 dengan



menggunakan sifat ketergantungan Ksp pada suhu II.



DASAR TEORI Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan bila laju reaksi maju dan laju reaksi sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dinamik artinya proses molekul tetap berlangsung tetapi diimbangi dengan tidak terjadinya perubahan makroskopis. Salah satu sifat makroskopis yang dapat diamati adalah warna larutan. Kesetimbangan kimia merepresentasikan suatu kesetraan antara reaksi maju dan reaksi balik. Dalam banyak kasus kesetraan ini sangat rentan. Perubahan kondisi percobaan dapat mengganggu kesetaraan dan menggeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa terbentuk lebih banyak atau berkurang. Pergeseran kesetimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain temperatur, konsentrasi, tekanan dan volume, penambahan katalis. Aturan umum dalam memprediksi arah kesetimbangan adalah asas Le Chatelier yang menyatakan jika suatu tekanan eksternal diberikan kepada sutu sistem yang setimbang, maka sistem ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali. Kata tekanan disini berarti perubahan konsentrasi, tekanan, volume atau temperatur yang menggeser sistem dari keadaan setimbangnya. Salah satu contoh kesetimbangan kimia yaitu pada reaksi larutan besi (III) nitrat dengan larutan ion tiosianat menghasilkan senyawa berwarna merah. Warna ini disebabkan terbentuknya spesi ion kompleks. Berdasarkan konsentrasi pereaksi-pereaksi, reaksi ion besi (III) dengan ion besi tiosianat menghasilkan senyawa koordinasi FeSCN2+ yang berwarna. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



10



Fe3+ (aq) + SCN-(aq) ⇌ FeSCN2+(aq) kuning pucat tak berwarna merah Pergeseran ketetimbangan diamati melalui perubahan warna yang terjadi pada reaksi tersebut yang dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi pereaksi atau produk yang terbentuk. Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu. Zat terlarut (solute)untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat – zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap solvent. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, pengadukan, luas permukaan sentuhan zat, tekanan dan pengaruh ion senama. III. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia, tabung reaksi, batang pengaduk, spatula, termometer, penangas Bunsen. Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu akuades, KSCN, Fe(NO3)3, Na2HPO4, Mg(SO4)2, NH4Cl, NH4OH, AgNO3 0,1M, HCl, Pb(NO3)2, KCl. IV. CARA KERJA Bagian I. Kesetimbangan Besi (III) – Tiosianat a. Masukkan 10 mL KSCN 0,002 M ke dalam suatu bejana gelas. Tambahkan dua atau tiga tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M b. Bagi larutan ini ke dalam 4 tabung reaksi c. Gunakan tabung reaksi pertama sebagai pembanding d. Ke dalam tabung reaksi kedua tambahan 1 tetes KSCN pekat e. Ke dalam tabung reaksi ketiga tambahkan sebutir Fe(NO3)3 0,2 M f. Ke dalam tabung reaksi keempat tambahkan sebutir Na2HPO4 g. Catat semua peristiwa yang terjadi h. Apakah yang terjadi dalam tabung reaksi kedua, ketiga, dan keempat. Bagian II. Ion dalam Kesetimbangan a. Ke dalam 0,5 mL larutan Mg(II) tambahkan larutan NH4OH. Catat apa yang terjadi.



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



11



b. Ke dalam 0,5 mL larutan Mg (II), tambahkan 0,5 mL larutan NH4OH kemudian 0,5 mL NH4Cl. Catat apa yang terjadi dan bandingkan dengan hasil percobaan b. c. Kesetimbangan ion kompleks. Ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 5 tetes larutan AgNO3 0,1 M, tambahkan 5 tetes larutan HCl 0,1 M. Apa yang anda amati ? Di dalam tabung reaksi kedua, ulangi tahap reaksi penambahan HCl terhadap AgNO3 0,1 M. Biarkan endapan pada kedua tabung reaksi beberapa saat, kemudian lakukan dekantasi. Kepada endapan pada tabung reaksi pertama, tambahkan tetes demi tetes HCl 12 M. Apa yang anda amati ? Kepada endapan pada tabung reaksi yang kedua, tambahkan tetes demi tetes larutan NH3 6 M. Apa yang anda amati ? diketahui bahwa [AgCl2]- dan [Ag(NH3)2]+ adalah senyawa ion kompleks yang larut dalam air. Tuliskan reaksi pembentukan kompkeks ion-ion kompleks tersebut dari endapan AgCl(s). Bagaimana warna masingmasing senyawa ion kompleks ? Bagian III. Penentuan kelarutan senyawa elektrolit yang bersifat sedikit larut a. Sediakan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 5 mL Pb(NO3)2 0,08 M b. Dengan menggunakan pipet berskala tambahkan larutan KCl 1 M sebanyak 0,5 mL ke dalam tabung I ; 1 mL ke dalam tabung II ; 1,5 mL ke dalam tabung III ; 2 mL ke dalam tabung IV dan 2,5 mL ke dalam tabung V. c. Amati tabung mana yang membentuk endapan PbCl2 dan catat hasilnya. Bagian IV. Menghitung panas kelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat ketergantungan Ksp terhadap suhu. a. Panaskan air dalam beaker glass 400 mL dengan menggunakan Bunsen b. Setelah panas tabung II pada bagian III diaduk dengan menggunakan termometer hingga endapan larut. Catat suhu endapan tersebut hingga larut.



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



12



PERCOBAAN 4 REAKSI ASAM BASA I.



TUJUAN PERCOBAAN a. Mempelajari konsep reaksi asam basa b. Menentukan kadar sampel asam melalui titrasi asam basa



II.



DASAR TEORI Reaksi asam basa atau disebut pula dengan reaksi penetralan adalah reaksi antara asam (zat yang melepaskan ion H+) dan basa (zat yang melepaskan ion OH–) membentuk air (H2O) yang bersifat netral. Keasaman larutan diukur berdasarkan skala pH, zat dengan pH kurang dari tujuh adalah asam sementara larutan dengan pH lebih dari tujuh adalah basa. Ada banyak penjelasan yang berbeda dan bentuk-bentuk reaksi asam-basa, karena mereka dapat terjadi dalam berbagai cara dan telah dipelajari oleh sejumlah ahli kimia yang berbeda. Ada beberapa sifat yang berbeda yang mendefinisikan asam dan basa selain apakah mereka dapat memberikan atau menerima ion hidrogen. Asam mengubah kertas lakmus biru menjadi merah, memiliki rasa asam, dan bereaksi dengan beberapa logam untuk membebaskan oksigen. Basa, di sisi lain, mengubah kertas lakmus merah menjadi biru, memiliki rasa pahit, dan sering memiliki perasaan licin. Kedua asam dan basa menghantarkan listrik. Biasanya, ketika asam dan basa direaksikan bersama-sama, mereka menghasilkan garam. Garam adalah produk netral reaksi asam-basa. Misalnya, ketika asam klorida direaksikan dengan natrium hidroksida, basa kuat, produk dari reaksi adalah NaCl, atau natrium klorida, yang merupakan garam meja biasa dan tidak asam atau basa, memiliki pH sekitar tujuh. Ketika garam dilarutkan dalam air, mereka dikenal sebagai elektrolit dan mereka menghantarkan listrik. Ada beberapa klasifikasi yang berbeda dari garam, karena beberapa pelepasan ion hidroksida bila dilarutkan, beberapa pelepasan ion hidronium, dan beberapa tidak ada pelepasan. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



13



oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa). Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi. Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indikator. III. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu peralatan gelas standar, labu titrasi (Erlenmeyer), pipet volume 25 mL, buret 50 mL, labu ukur 100 mL, pengaduk magnetik. Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu padatan H2C2O4.2H2O, larutan NaOH, sampel asam lemah HA (asam bervalensi satu), indikator fenolftalein dan air bebas mineral. IV. CARA KERJA Bagian I. Titrasi Asam Basa Menggunakan Indikator Visual Bagian 1.1 : Pembakuan Larutan NaOH a. Cuci buret dengan cara mengalirkan air bebas mineral untuk membersihkan dan memastikan tidak terdapat kebocoran pada kran buret.



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



14



b. Bilas buret yang akan digunakan dengan larutan NaOH protitrasi sebanyak 3 kali @ 5 mL, lalu isi dengan larutan NaOH. c. Pipet 25 mL larutan asam oksalat standar ke dalam labu titrasi 250 mL (gunakan pipet seukuran). Lakukan duplo (pengulangan sebanyak 2 kali). d. Tambahkan 4 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu titrasi e. Catat skala volume awal, lalu teteskan NaOH dari buret ke dalam larutan asam dengan hati-hati dan sambal dikocok hingga terjadi perubahan warna (dari tak berwarna menjadi merah muda). Gunakan kedua tangan anda saat titrasi (tangan kanan memegang labu titrasi, tangan kiri memegang buret) dan jangan duduk ketika titrasi. f. Catat skala volume akhir buret, jumlah NaOH yang dipakai ialah selisih antara skala volume awal dengan skala volume akhir buret. g. Tentukan konsentrasi NaOH Bagian 1.2. Penentuan Kadar Sampel Asam a. Larutan NaOH yang telah ditentukan konsentrasinya terhadap larutan baku primer asam oksalat, diisikan kedalam buret. b. Pipet 25 mL larutan sampel asam menggunakan pipet volumetri kemudian masukkan ke dalam labu takar 100 mL, encerkan sampai tanda batas (larutan A) c. Pipet 25 mL larutan A menggunakan pipet volumetri kemudian masukkan ke dalam labu titrasi 250 mL. Lakukan duplo. d. Tambahkan 4 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu titrasi e. Titrasi sampel asam dengan menggunakan NaOH hingga terjadi perubahan warna (dari tak berwarna menjadi merah muda). Jangan lupa catat volume NaOH pada buret sebelum dan sesudah titrasi. f. Tentukan konsentrasi sampel asam. Bagian 2. Titrasi Asam Basa Menggunakan pH meter a. Isi buret dengan larutan NaOH 0,2 M b. Pipet 25 mL sampel asam dan masukkan ke dalam gelas kimia 250 mL kemudian tambahkan 25 mL air bebas mineral. c. Standarka pH meter dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam buffer standar pH 4. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



15



d. Kemudian bilas elektroda dengan menggunakan akuades dan langsung pindahkan ke dalam larutan yang akan dititrasi. e. Titrasi mengunakan NaOH 0,2 M dengan penambahan sesuai dalam data dibawah ini. Penambahan NaOH (mL) pH



0



2



2



2



2



2



1



0,5



0,5



0,5



0,5



1



1



1



f. Aduk larutan dengan menggunaka stirrer (saat pengadukan, elektroda harus diangkat dengan catatan elektroda masih didalam gelas kimia). Hati-hati elektroda mahal ! g. Buatlah kurva titrasi pada kertas grafik dengan mengalurkan pH terhadap volume NaOH yang ditambahkan (volume NaOH sebaga absis dan pH sebagai ordinat) h. Tentukan titik ekuivalen titrasi dan konsentrasi sampel asam i. Dari kurva titrasi asam asetat dengan larutan NaOH, tentukan harga Ka asam asetat (bagaimana caranya) ? j. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan titrasi menggunakan indkator visual.



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



16



PERCOBAAN 5 REAKSI REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA I.



TUJUAN PERCOBAAN a. Menyelesaikan reaksi redoks dari setiap reaksi. b. Merangkai alat elektrolisis. c. Menentukan persamaan reaksi redoks dari suatu peristiwa elektrolisis.



II.



DASAR TEORI Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah kehargayang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun gas. Sedangkan reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan reduksi berubah menjadi lebih megatif (kurang positif). Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Redoks adalah reksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Setiap reaksi redoks terdiri dari atas reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia yang ditandai kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan reduksi adalah reaksi kimia yang ditandai dengan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang mamiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih kecil memiliki bilangan oksidasi negatif. Sedangkan atom yang keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi positif. Sebagai contoh dari oksidasi, ketika logam kalium membentuk garam kalium klorida (KCl), logam kalium kehilangan satu elektron yang kemudian akan digunakan oleh klorin. Sedangkan contoh reduksi, pada proses penyepuhan perak pada perabotan rumah tangga, kation perak direduksi menjadi logam perak dengan cara memperoleh elektron (Anwar,2005). Elektrolisis adalah peristiwa penguraian atas suatu latutan elektrolit yang telah dialiri oleh arus listrik searah. Sedangkan sel dimana terjadinya reaksi disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat menghantarkan listrik disebut PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



17



elektrolit, dan sepasang elektroda yang dicelupkan dalam elektrolit (larutan atau leburan). Pada sel elektrolisis, reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu energi listrik (arus listrik) diubah menjadi energi kimia (reaksi redoks). Reaksi-reaksi elektrolisis bergantung pada potensial elektroda, konsentrasi dan over potensial dari spesi yang terdapat dalam sel elektrolisis (Imam,1990). Elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut katoda, sedangkan elektroda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus listrik luar disebut anoda. Katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan anoda adalah tempat terjadinya oksidasi. Katoda merupakan elektroda negatif karena menangkap elektron sedangkan anoda merupakan elektroda positif karena melepas elektron. Reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda pada sel elektrolisis sama seperti pada sel volta, yaitu dikatoda adalah tempat terjadinya reduksi dan anoda adalah tempat terjadinya oksidasi. Akan tetapi, muatan elektronya berbeda. Pada sel volta katoda bermuatan positif dan anoda bermuatan negatif sedangkan pada elektrolisis katoda bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif (Chang, 2010).



Gambar 1. Sel Elektrolisis Elektrolisis mempunyai banyak kegunaan diantaranya yaitu dapat memperoleh unsur-unsur logam, halogen, gas hidrogen dan gas oksigen, kemudian dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan, digunakan dalam pemurnian suatu logam, serta salah satu proses elektrolisis yang populer adalah penyepuhan, yaitu melapisi permukaan suatu logam dengan logam lain. Faktor yang mempengaruhi proses elektrolisis yaitu jenis elektroda yang digunakan, kedudukan ion dalam elektrokimia dan pekatan ion elektroda.



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



18



III. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan yaitu peralatan gelas standar, tabung U, buret, labu ukur 100 Ml, Erlenmeyer 250 Ml, pemanas listrik, adaptor (sumber arus), potensiometer. Bahan yang digunakan yaitu larutan CuSO4 0,5 M, ZnSO4 0,5 M, Pb(NO3)2 0,5 M, Zn(NO3)2 0,5 M, NaNO3 0,5 M, H2SO4 1 M, H2O2 0,1 M, KI 0,1 M, larutan kanji, FeCl3 0,1 M, KMnO4, H2C2O4, larutan Cu2+, Zn2+, Pb2+, Al3+, larutan fenolftalein, kloroform, logam Mg, Cu, Zn, elektroda Cu, Sn, Al dan akuades. IV. CARA KERJA Bagian 1. Reaksi Reduksi dan Oksidasi a. Masukkan sedikit potongan Mg masing masing ke dalam larutan Pb(NO3)2 0,5 M, Zn(NO3)2 0,5 M, NaNO3 0,5 M. Catat susunan logam-logam menurut berkurangnya kereaktifan. Tulis persamaan reaksinya. b. Tambahkan 5 tetes H2SO4 1 M ke dalam 5 tetes H2O2 0,1 M dan 10 tetes KI 0,1 M kemudian tambahkan satu tetes larutan kanji. c. Campurkan 5 tetes FeCl3 0,1 M 10 tetes H2SO4 1 M dan 10 tetes KI 0,1 M. Panaskan sebentar dan tambahkan setetes kanji. Perhatikan apa yang terjadi. Bagian 2. Titrasi Redoks KMnO4 – H2C2O4 MnO4- akan mengalami reduksi menjadi Mn2+ sedangkan C2O42akan teroksidasi menjadi CO2 dalam suasana asam. Tuliskan reaksi kimia yang setara. a. Pipet 25 mL larutan oksalat standar, masukkan kedalam labu titrasi 250 mL b. Tambahkan 50 mL air c. Tambahkan 10 mL H2SO4 3 M d. Panaskan sampai hampir mendidih (70 oC) e. Segera lakukan titrasi dengan larutan KMnO4 hingga terjadi perubahan warna yang pertama (Perhatikan : pada permulaan titrasi warna KMnO4 tidak segera hilang) f. Lakukan duplo g. Tentukan konsentrasi sampel Bagian 3. Sel Elektrolisis a. Masukkan larutan KI 0,25 M ke dalam tabung pipa U sampai 2 cm di bawah dari mulut tabung PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



19



b. Pasang dan hubungkan elektroda dengan sumber arus searah (DC) 6 volt selama lima menit, kemudian putuskan arus. c. Catat perubahan yang terjadi pada ruang anoda dan katoda. d. Ambil 2 mL larutan dari ruang katoda dengan pipet tetes dan tambahkan beberapa tetes fenolftalein. Tambahkan 2 mL larutan FeCl3 0,1 M ke dalam 2 mL larutan dari ruang katoda. e. Keluarkan 2 mL larutan dari ruang anoda. Tambahkan 1 mL larutan CHCl3 kemudian kocok. Perhatikan warna lapisan CHCl3. f. Catat semua hasil dan tulis semua persamaan reaksi



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



20



PERCOBAAN 6 IDENTIFIKASI DAN SIFAT BEBERAPA SENYAWA ORGANIK I.



TUJUAN PERCOBAAN Mengidentifikasi sifat beberapa senyawa organik



II.



DASAR TEORI Aldehid dan keton merupakan senyawa yang sangat penting. Beberapa dari padanya seperti aseton (CH3COCH3) dan metil etil keton (CH3COCH2CH3) dipakai dalam jumlah besar sebagai pelarut. Larutan pekat foraldehid (CH2O) dalam air dipakai untuk mengawetan jaringan hewan dalam penelitian biologi. Bahan rumit seperti karbohidrat dan hormon steroid megandung struktur karbonil aldehid dan keton bersama-sama gugus fungsi lain. Aldehida dapat teroksidasi oleh zat pengoksidasi yang sangat lembut seperti : Ag+, Cu2+, atau reagensia tollens (suatu larutan basa (dari) ion kompleks perak ammonia) digunakan sebagai reagensia uji untuk aldehida. Aldehida itu dioksidasi menjadi anion karboksilat; ion Ag+ dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Uji aldehida juga dapat menggunakan pereaksi Schiff. Adapun pereaksi Schiff diperoleh dari zat warna fuchsine yang warnanya telah hilang karena penambahan SO2 atau H2SO4. Apabila pereaksi Schiff yang tidak berwarna ini ditambah dengan aldehida maka terbentuk warna merah sampai ungu. Vitamin C, asam askorbat atau asam askorbiat, mempunyai tenaga reduksi yang cukup kuat, sehingga banyak dipakai sebagai antioksidan. Daya reduksi dari Fehling dan pereaksi Benedict. Karena vitamin C adalah reduktor maka mudah mengalami oksidasi. Asam askorbat dapat dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Sebaliknya, asam dehidroaskorbat dapat mengalami reduksi asam askorbat kembali. Namun, demikian apabila sudah menjadi asam gulonat maka asam gulonat yang terbentuk tidak dapat diubah kembali menjadi asam askorbat atau asam dehidroaskorbat. Catatan : pereaksi ini tidak berlaku untuk aldehida yang berada dalam bentuk hidrat, misalnya chloralhidrat trichloroetanal dan juga tidak berlaku untuk aldosa (misalnya) glukosa, galaktosa, manosa) walaupun aldosa mempunyai radikal formil (-CHO) seperti aldehida. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



21



III. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan yaitu gelas kimia, spatula, batang pengaduk, tabung reaksi, hotplate. Bahan yang digunakan yaitu glukosa, pereaksi Schiff, formalin, pereaksi Tollens, pereaksi Fehling, pereaksi Benedict, aseton, NH4Cl, NH3, sodium nitroprussid Na2Fe(CN)6NO, indikator metilen biru, asam asetat, etanol, asam benzoat. IV. CARA KERJA Bagian 1. Identifikasi Aldehida a) Uji Schiff Sediakan 2 tabung yang bersih. Tabung pertama isilah 1 mL formalin, tabung kedua isilah dengan 1 mL glukosa. Tambahkan pada masing-masing tabung 1-2 tetes pereaksi Schiff yang disediakan. Kocoklah : dan catatlah perubahan warna tabung pertama dan perubahan pada tabung kedua?



a. b. c. d. e.



Jawablah dalam laporan resmi : Warna apakah yang timbul bila kedua tabung tersebut sudah Anda beri 12 tetes pereaksu Schiff? Tuliskan reaksi kimia dan percobaan yang anda lakukan itu pada aldehida yang Anda pakai adalah formalin! Apakah sebenarnya formalin itu? Apa fungsi dari formalin dalam bidang kedokteran, peternakan dan teknik? Sebutkan 5 buah aldehida alifatik yang anda ketahui, lengkap dengan struktur kimia, nama trivial dan nama IUPAC! Bagaimana Anda dapat membedakan asetaldehida dengan glukosa? Tuliskan reaksi kimianya.



b) Uji Tollens 1. Larutkan formalin (atau aldehida yang lain) dan ditambahkan pereaksi Tollens dan panaskan. Amatilah baik-baik setelah dingin. 2. Tuliskan dengan lengkap dari hasil percobaan yang anda lakukan ini. 3. Apakah isi dari pereaksi Tollens? Bagaimanakah membuat pereaksi Tollens?



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



22



c) Uji Fehling 1. Larutan Formalin (atau aldehida lain) ditambah campuran Fehling A dan B sama banyak. Panaskan! Apa saja perubahan warna yang terjadi? 2. Tuliskan reaksi dengan lengkap percobaan yang Anda lakukan! (Uji positif terbentuk endapan merah bata) 3. Apakah isi pereaksi ini? Mengapa baru dicampur setelah akan dipanaskan? d) Uji Benedict 1. Larutan Formalin (atau aldehida lain) ditambah pereaksi Benedict sama banyak! Panaskan hati-hati. Catatlah perubahan-perubahan warna yang terjadi dalam laporan Anda! 2. Sediakan larutan formalin sebanyak 1 mL dan tambahkan 2 tetes larutan benedict. Panaskan hati-hati. Catatlah perubahan warna yang terjadi! Bandingkan dengan percobaan yang pertama! Mengapa demikian? Berikan sedikit keterangan. (Uji positif terbentuk endapan merah bata) Pertanyaan: a. Tuliskan reaksi percobaan-percobaan yang anda lakukan! b. Tulis pula reaksinya andai kata sabun yang dipakai adalah potasium maleat atau sodium palmitat! Bagian 2. Identifikasi Aseton (propanon, dimetil keton) Uji Rothera Larutan aseton ditambah dengan sodium nitroprussid Na2Fe(CN)6NO ditambah amonium klorida dan amonia. Maka setelah beberapa waktu terbentuk warna violet. Intensitas warna tergantung kadar aseton yang dianalisis. Tes Rothera adalah test khusus untuk aseton (propanon, dimetil keton) Jelaskan dengan percobaan! Apakah asetaldehida dapat dibedakan dengan propanon? Bagian 3. Identifikasi Vitamin C 1. Melarutkan zat warna biru metilena Ambil 2 mL larutan vitamin C yang telah disediakan, kemudian tambahkan 2-3 tetes biru metilena. Panaskan dan amatilah perubahan yang terjadi!



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



23



2. Test Fehling Larutan vitamin C sebanyak 1 mL ditambah 1 mL fehling A dan B sama banyak. Panaskan dan amatilah perubahan yang terjadi! Apa yang Anda lihat pada percobaan : 2 mL vitamin C ditambah 2 tetes larutan fehling A + 2 tetes larutan fehling B. Cobalah! Apa yang terjadi bila sebaliknya? (Uji positif terbentuk endapan merah bata) 3. Uji benedict 1. 1 mL vitamin C + 1 mL pereaksi Benedict dalam tabung reaksi dan panaskan! 2. 2 mL pereaksi Benedict ditambah 2 tetes vitamin C. Panaskanlah! (Uji positif terbentuk endapan merah bata) Pertanyaan :  Apakah isi dari masing-masing pereaksi Fehling?  Mengapa pada percobaan dengan sedikit vitamin C banyak pereaksi fehling warna biru masih tetap? Bagian 4. Reaksi Esterifikasi 1. Reaksi asam asetat dengan alkohol 1 ml asam asetat (etanol asetat, asam metana karboksilat) ditambah 1 mL etanol (metil alkohol). Asamkan dengan asam sulfat (asam belerang pekat) 2-3 tetes. Panaskan hati-hati! Bau apa yang terbentuk? 2. Reaksi asam benzoat dengan etanol 1 mL asam benzoat + 1 mL etanol. Asamkan dengan 2-3 tetes asam sulfat pekat. Panaskan hati-hati! Bau apa yang terbentuk? Pertanyaan : 1. Bagaimana membedakan aseton dengan etil alkohol? Tulislah reaksi kimianya? 2. Bagaimana cara membedakan formalin dengan glukosa? Tuliskan reaksi kimianya? Catatan : ingatlah keduanya mempunyai sifat dapat mereduksi 3. Apakah pereaksi tollens itu? Bagaimana cara membuatnya? Tuliskan reaksi kimia pembentuk reaksi tollens. Untuk apakah reaksi ini? Jelaskan!



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



24



PERCOBAAN 7 KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LIPID I.



TUJUAN PERCOBAAN Menentukan sifat-sifat karbohidrat, protein dan lipid



II.



DASAR TEORI Karbohidrat adalah aldehida dan keton polihidroksi atau derivatnya. Gugus aldehida sangat mudah menjadi gugus karboksil. Gula yang dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti reagen Tollens atau Fehling disebut gula pereduksi. Bentuk – bentuk hemiasetal siklik dari aldosa mudah dioksidasi karena mereka berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbukanya. Meskipun berupa suatu keton, fruktosa juga merupakan gula pereduksi karena dalam larutan fruktosa berada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diastereomerik serta penggunaan suatu zat-antara tautomerik enadiol. Dalam glikosida, gugus karbonil diblokade. Glikosida adalah gula bukan-pereduksi.



Suatu asam amino mengandung baik suatu ion karboksilat (CO2-) maupun suatu ion amonium (-NH3+) dalam sebuah molekul. Oleh karena itu asam amino bersifat amfoter: asam ini adapat bereaksi dengan asam ataupun basa, masing-masing dengan menghasilkan suatu kation dan anion. Protein adalah poliamida dengan lebih dari 50 residu (satuan) asam amino. Salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida yaitu uji Biuret. Larutan yang mengandung protein ditetesi larutan NaOH, kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Terbentuknya warna ungu, menunjukkan hasil positif adanya protein. Pengujian terhadap asam amino yang mengandung cincin benzena, seperti fenilalanin, tirosin, dan triptofan dengan menggunakan asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan putih karena terjadi proses nitrasi terhadap cincin benzena. Jika dipanaskan, warna putih tersebut akan berubah menjadi kuning. Pereaksi Millon terdiri atas larutan merkuro nitrat dan merkuri nitrat dalam asam nitrat memberikan hasil positif terhada protein yang mengandung asam amino yang memiliki gugus fenol, misalnya tirosin yang akan membentuk PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



25



endapan putih. Jika dipanaskan, warnanya berubah menjadi merah. Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat di alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Berbagai kelas lipid dihubungkan satu dengan yang lain berdasarkan kemiripan sifat fisisnya. III. ALAT DAN BAHAN Reagen Benedict Reagen Molisch Larutan Iodium Larutan pati Laktosa Fruktosa Glikogen Selulosa



-



Gelas beaker 400 mL Buret 50 mL Batang pengaduk Larutan erlenmeyer 500 mL Labu ukur 100 mL pemanas elektrik Tabung reaksi Plat tetes



IV. CARA KERJA Bagian 1. KARBOHIDRAT a. Uji Benedict 1. Didihkan air dalam gelas beaker 2. Siapkan 6 buah tabung reaksi dan masukkan masingmasing 1 mL reagen Benedict ke dalam 6 buah tabung reaksi 3. Tambahkan 8 tetes larutan sampel ke dalam tiap tabung reaksi, kocok sebentar dan selanjutnya masukkan tabungtabung tersebut ke dalam air yang telah mendidih. 4. Dinginkan, kemudian bandingkan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi. b. Uji Molisch 1. Siapkan 5 buah tabung reaksi dan isi masing-masing tabung dengan larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan pati. 2. Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 tetes larutan 5 % α-naftol dalam alkohol kemudian dicampur dengan baik 3. Tuangkan 3 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung dengan hati-hati, jangan dikocok sehingga nampak dua lapisan.



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



26



4. Amati timbulnya warna pada perbatasan kedua lapisan tersebut. c. Uji iod 1. Teteskan larutan sampai ditetetskan pada plat tetes 2. Tambahkan beberapa tetes larutan iod (0,5 N iod dalam 3 % KI). Amati perubahan yang terjadi. d. Hidrolisis pati 1. Siapkan 5 buah tabung reaksi yang sudah diberi nomor urut. Masing-masing tabungditambahkan 10 tetes reagen benedict 2. Masukkan 20 ml larutan pati ke dalam gelas piala dan tambahkan 10 tetes HCl pekat kemudian panaskan sampai mendidih. Ambil 5 tetes masukkan ke dalam tabung reaksi 1. Ambil 3 tetes masukkan pada plat tetes (tabung 1) dan tambahkan 1 tetes larutan iod. 3. Lanjutkan penambahan tersebut ke dalam tiap tabung reaksi dengan selang waktu 2 menit. 4. Didihkan ke tujuh tabung reaksi tersebut selama 5 menit. Amati perubahan warna yanng terjadi (coklat dan warna terjadinya perubahan). Bandingkan warna zat pada tabung dan pada plat sesuai dengan nomornya Bagian 2. PROTEIN Ke dalam 2 mL putih telur ditambahkan 10 mL air bebas mineral, aduk campuran tersebut secara perlahan. Jika larutan yang terjadi tidak bening, tambahkan sedikit garam. Siapkan 5 tabung reaksi dan masukkan ke dalamnya masing-masing 2 mL larutan putih telur tersebut. Lakukan percobaan sebagai berikut: 1. Uji Biuret Pada tabung pertama ditambahkan 1 mL larutan CuSO4 1% dan teteskan ke dalam ke dalamnya larutan NaOH 6 M 2. Uji Xantoprotein Pada tabung kedua ditambahkan 1 mL larutan HNO3 pekat. Panaskan hati-hati! Setelah dingin tambahkan NaOH 6 M sambil dikocok. 3. Uji Millon Pada tabung ketiga tambahkan 1 mL HgCl2 1 % 4. Uji Nitrogen Pada tabung keempat tambahkan 1 mL NaOH 6 M. Panaskan dengan hati-hati! Ciumlah uap yang keluar dan periksalah uap ini dengan kertas lakmus yang basah. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



27



5. Uji Sulfur Pada tabung kelima tambahkan beberapa tetes Pb(OAc)2 dan 1 mL NaOH 6 M. Panaskan dengan hati-hati. Bagian 3. LIPID 1. Uji Kelarutan Uji larutan lemak/lipid dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit contoh lemak ke dalam beberapa mL pelarut dan kemudian diselidiki kelarutannya.  Tabung 1 berisi 0,2 mL minyak goreng dan 2 mL air  Tabung 2 berisi 0,2 mL minyak goreng dan 2 mL alkohol dingin  Tabung 3 berisi 0,2 mL minyak goreng dan 2 mL alkohol panas  Tabung 4 berisi 0,2 mL minyak goreng dan kloroform Amati kelarutannya! Ambil 2-3 tetes cairan dari masing tabung di atas dan teteskan pada kertas saring. Noda yang tertinggal pada kertas saring dikeringkang, adanya noda yang tertinggal pada kertas saring tersebut menunjukkan lemak/lipid yang larut. 2. Test Akroleina Gliserol pada pemanasannya dengan dengan KHSO4 padat dapat mengalami reaksi dehidrasi menjadi akroleina yang mempunyai bau spesifik. Cara kerja Dalam tabung yang tahan panas, isilah dengan 1 cm KHSO4 padat. Kemudian tambahkan beberapa tetes gliserol dan panaskan pada temperatur di atas 200oC. Terbentuk gas akroleina (propenal) yang berbau tajam dan menusuk. 3. Percobaan untuk Garam-Garam Asam Lemak 1. Hidrolisa Sabun Pada sabun padat dan netral ditetesi larutan phenolpthalien dalam alkohol. Encerkan terus dengan air maka larutan yang tidak berwarna akan berubah menjadi merah. 2. Garam-garam Ca dan Pb dari asam-asam lemak suhu tinggi Sediakanlah kira-kira 5 mL larutan sabun dan netralkan dengan larutan asam asetat yang sangat encer. Larutan kemudian dibagi menjadi dua sama banyak. Pada bagian yang pertama ditambahkan larutan kalsium klorida dan pada larutan yang kedua ditambahkan PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



28



larutan kalsium klorida dan pada larutan yang kedua ditambah larutan plumboasetat, maka kedua tabung tersebut timbul endapan putih yang bergumpal dari garam-garam Ca dan Pb dari asam-asam lemak suhu tinggi.



PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II JURUSAN KIMIA – UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG



29