Penyaksian Di Alam Ruh [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Jirim
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENYAKSIAN DI ALAM ROH ALASTU BIRABBIKUM (Benarkah Aku Tuhan Engkau)



KALU BALA SHAHIDNA (Benar Engkau Tuhan, kami menyaksikan)



Ujud artinya Ada, Mustahil Tiada, Mana yang Mustahil. Adalah Akwan Agiyar kita. Wajib Allah Ta’ala ada.



Tidak sah Ma’rifat, bila tidak mengetahui asal kejadian Diri kita ini



Mufakat seluruh Arifbillah. Mengenal diri itu mengetahui daripada asal Nabi Adam A.S. Asal nasarnya Air, Api, Angin, Tanah, lalu turunlah kepada kita : Tanah itu = Tubuh kita hurufnya Alif Angin itu = Nafas kita hurufnya Lam Awal Api itu = Darah kita hurufnya Lam Akhir Air itu = Rahsia kita hurufnya Ha Maka itulah kita ketahui arti mengenal diri



1) Kejadian Tanah bernama Syari’at = Tubuh kita 2) Kejadian Angin bernama Tarikat = Afaal kita 3) Kejadian Api bernama



Hakikat = Hati kita 4) Kejadian Air bernama Ma’rifat = Rasa kita Itulah mengenal diri namanya.



1) Syariat umpama Kaki 2) Tarikat umpama Tangan 3) Hakikat umpama Tubuh 4) Ma’rifat umpama Kepala



1) Diri Terdiri itu Rahasia namanya 2) Diri Tajalli itu Roh namanya 3) Diri Terperi itu Hati namanya 4) Diri Diperi itu Tubuh namanya



Mengenal Adam : 1) Syari’at : Manusia Pertama 2) Tarikat : Hakikat yang Muncul 3) Hakikat : Asma Allah 4) Ma’rifat : Hanya Allah (ILLallah)



1) ASYHADU bagi kita= Lidah 2) ALLA bagi kita= Badan 3) ILLAHA bagi kita = Hati 4) ILLALLAH bagi kita= Roh



5) HUWA bagi kita =Rahasia



1) sebenar2 Diri =Nyawa/Roh 2) sebenar2 Roh= Muhammad 3) sebenar2 Muhammad= Allah 4) Sebenar2 Allah =segala Sifat Allah 5) Sebenar2 Sifat Allah= Zadtullah



Sifat Allah Ta’ala adalah hakikat daripada segala yang ada, besar maupun kecil. pada pandangan lahir maupun bathin sbg sifat yang sempurna, tidak bertulang, berdaging, berdarah, atau berkulit.



Maka yang berbagai sifat dan warna adalah satu



Wujud Hakiki itu Zadtullahi. mustahil pada pandangan awam



wujud majazi pula tidak ada pada pandangan wujud hakiki



Wujud ‘Am (umum) pula meliputi alam, dan nyata pada Muhammad



Maka sebenarnya Manusia itu Muhammad Sebenarnya Muhammad itu Allah (wujud majazi /Wujud Am) . Dan sebenar-benarnya Allah yaitu Zadtullah (wujud hakiki). Dan sebenarnya Dzatullahi yaitu Laisa Kamithli Syaiun



Maka itulah sebabnya manusia dilebihkan Allah Ta’ala dari pada semesta sekalian alam karena asalnya kejadian sekalian itu daripada Muhammad



TENTANG ZAT ALLAH Dalam ilmu tauhid hakiki, ditetapkan bahwa yang disebut Zat Allah itu mengacu pada Nur Ilahi(Q.S. Nur:35, Al-Fusilat:54, Asy-Syura:11, Al-Baqarah:115).



Zat Allah / Nur Ilahi ini juga mengacu pada ruh setiap bani Adam(Al-Hijr:29, Al-Insan:1, Az-Zariyat:20-21)



Jadi Zat Allah yang meliputi sekalian alam itu disebut Nur Ilahi,Manakala Zat Allah yang ada pada diri manusia itu disebut ruh



Ruh dan Nur Ilahi ini Zat Allah yang sama, bukan berbeda*. Ruh dan Nur Ilahi ini esa, bukan becerai.Ituitulah juga. Hanya pada manusia itu sebutannya ruh(sila lihat Q.S. Nur:35, Menunjukkan Nur Ilahi itu meliputi "luar-dalam")



Zat Allah bersifat Mahasuci, maka Zat / roh yang ada pada manusia itu disebut Ruh al-Quds atau Ruhul Qudus,Ruh yang bersifat Mahasuci ‫فذإ إذذاَ ذسووييتههه ذونذفذيخ ه‬ ‫ت إفيِإه إمين هروإحيِ فذقذهعواَ لذهه ذساَإجإديذن‬ "Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (Al-Hijr: 29)



Allah meniupkan ruh (Zat-Nya) pada jasad Adam. Jelas sekali Allah itu bukan berupa Zat.



"Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki." (Q.S. Nur:35)



Apakah ALLAH itu NUR? Tentu tidak.



Zat Allah = Nur Ilahi = Roh Qudus



Tuhan dengan Cahaya-Nya ( roh ) tentulah Esa, tetapi Cahaya Tuhan itu, bukan Tuhan. Tuhan bukan berupa Cahaya



Zat Allah = ruh (pada manusia). Allah bukan berupa ruh.



Pada manusia itu ada Zat Allah, tapi manusia bukan Allah.



I'tibar mendekatkan paham: Matahari dengan cahayanya esa. Maksud esa, antara matahari dengan cahaya tidak ada jarak-antara.Begitulah esanya ruh dan tubuh kita.



Matahari dengan cahayanya esa, tapi tidak seorang pun menyatakan sinar yang memantul di dinding rumah itu sebagai matahari. Tetapi orang memandangnya sebagai sinar cahaya matahari.



Tubuh kita esa dengan ruh Ruh / Nur Ilahi/Zat Allah/Cahaya Tuhan juga esa dengan Pemilik Cahaya



Sebab dikatakan kaum arif billah: Mengaku diri Tuhan, kafir. Tidak mengaku esa dengan Tuhan, kufur



Allah = ismu Zat, nama bagi Zat. bukan ismu-Rabb. "Tidak ada yang setara dengan Dia" (Al-Ikhlas:4)



"Tidak ada yang seumpama dengan Dia." (Ash-Shura:11)



kalau makhluk berupa zat-sifat-asma-af`al. Tuhan juga berupa zat-sifat-asma-af`al, maka sama jugakah umpama makhluk dan Tuhan?



Kalau makhluk itu wujud zat-sifat-asma-af'al Allah, lalu Allah itu wujuf zat-sifat-asma-af'al siapa? Ada yang mendahului Allah maka itu mustahal



Tuhan tidak bernama, sebelum ada ciptaan, siapa yang mau menyebut-Nya Tuhan? Setiap makhluk ada nama, dari Pemberi Nama.



Tuhan tidak ada yang memberi nama, kecuali Diri-Nya sendiri memberi nama(untuk keperluan makhluk)



Sebab esa Tuhan dg Nur/Zat-Nya, Allah menyebut Diri-Nya dengan sebutan Zat-nya, yaitu "Allah".



Tapi tetap bahwa Tuhan itu bukan Zat JIKA TUHAN ITU BUKAN ZAT, MAKA APALAH ALLAH ITU?



Maka Rabbul Izzati itulah Zat-nya Zat. Terlebih Maha Meliputi, Terlebih Laysakamitslii syaiun daripada Zat ciptaan-Nya.



Zat-nya zat, berarti bukan zat. Zat-Nya saja sudah bersifat tiada seumpama, apalagi Tuhan, Rabbul Izzati.



Itu sebabnya ada perkataan, "Jangan kau pikirkan tentang Zat Allah,"



Bukan tidak boleh, tapi memang mustahil mengenal Zat guna pikiran. Ini baru soal Zat-Nya, apalagi jika memikirkan Tuhan sekalian Zat/Rabbul Izzati yang terlebih Maha Lasyakamitslihisyaiun.



(AWALUDDIN MA'RIFATULLAH)*



Artinya: awal agama mengenal Allah.



Dengan apa Allah dikenal? Dengan tiga perkara : » 1),tahu akan "TUBUH". » 2) tahu akan "HATI". » 3). tahu akan "NYAWA".



Ada berapa pembagian tubuh? Tubuh dibagi tiga : »1) Tubuh yang kasar. »2) Tubuh yang halus. »3) Tubuh yang bathin.



Maksud tubuh kepada hati. Maksud hati kepada nyawa. Maksud nyawa kepada Allah.



Berapa jalan manuju kehadirat Allah? Jalan menuju kehadirat Allah itu ada empat : » 1) SYAREAT - Tubuh kasar » 2) THAREKAT- Tubuh halus » 3) HAKEKAT. -Tubuh bathin » 4) MAKRIFAT - Tubuh hissi



SYAREAT : "JADI TUBUH". THAREKAT : "JADI HATI". HAKIKAT: "JADI NYAWA". MAKRIFAT: "JADI RAHASIA".



A L L A H: ALIF : Aku dzat menjadi cahaya, menjadi rahasia. LAM AWAL : Aku sifat jadi tubuh, menjadi ruh. LAM AKHIR : Aku asma jadi ilmu, jadi iman. HA : Aku af'al jadi kelakuan, jadi hati.



Matinya yang empat itu : SYAREAT : kuburnya "Dibumi yang tak berpijak". THARIKAT : kuburnya "Dilangit tak berbintang". HAKIKAT : kuburnya "Diangin tak berhembus" MAKRIFAT : kuburnya "Dilaut tak berombak".



SYAREAT: Zikirnya "LAA ILAHA ILLALLAH". THAREKAT: Zikirnya "ALLAH ALLAH". HAKIKAT: "HU ALLAH". MAKRIFAT: Zikirnya "Tiada berhuruf, tiada bersuara, lenyap selenyapnya, karam sekaramnya".



Nafas pada hidung, keluar pujinya : ALLAH. Tanafas pada kerongkong masuk pujinya : HUWA. Anafas pada ujung hati, keluar masuk pujinya: ILLA. Nufus pada pusat, pujinya: HAQ.



Nafas KELUAR MASUK ini hakikatnya ADAM DZAHIR, tujuanNya meleburkan tubuh jadi hati.



Nafas KELUAR TIADA MASUK ini hakikat MUHAMMAD DZAHIR, tujuanNya meleburkan hati menjadi nyawa.



Nafas MASUK TIADA KELUAR ini hakikat MUHAMMAD BATHIN, tujuanNya leburkan nyawa jadikan sirr/rahasia.



Nafas DIAM hakikat SIRR ATAU RAHASIA, tujuanNya meleburkan sirr/rahasia menjadi nur/cahaya.



TUDIBBULBADANI HAJJA ALA QALBI. Artinya : hancurlah badan jadilah HATI



TUDIBBUL QALBI SHARAR RUHI Artinya, hancurkan hati jadikan RUH.



TUDIBBUR ROHI SHARAN NUR Hancurkan ruh jadi cahaya



Cahaya itu: Tiada berhuruf tiada bersuara Tiada warna tiada bau Tiada atas tiada bawah Tiada kiri tiada kanan Tiada timur tiada barat Bukan ruang bukan waktu Bukan ukuran bukan timbangan



Bukan arah bukan jarak