Peran Fisioterapi Pada Masa Pandemi Covid-19 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERAN FISIOTERAPI PADA MASA PANDEMI COVID-19



PERAN FISIOTERAPI PADA MASA PANDEMI COVID-19 Coronavirus dan Covid-19 Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasa, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat / Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavisus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan, Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Penyebaran Virus Penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menajdi lebih agresif . Penyebaran SARS-C0V-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Kemudian menyentuh benda yang terdapat virus SARS-CoV-2 dapat bertahan [ada benda mati seperti plastic. Stainless steel, glass, kertas. Kontaminasi Veses. SARS-CoV-2 ditemukan pada pencemaran lingkungan yang luas pada kamar dan toilet pasien covid-19 dengan gejala ringan. SARS-CoV-2 juga dapat terdeteksi pada ganggang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi. Virus bisa bertahan selama 3 jam setelah dikeluarkan droplet.



Tanda dan Gejala Tanda dan gejala muncul setelah masa inkubasi sekitar 5,2 hari. Periode onset gejala hingga terjadi kematian berkisar 6-41 hari dengan median 14 hari. periode ini sangat bergantung pada sistem imun pasien. Pasien berusia >70 tahun, periode menjadi lebih pendek. Tanda/gejala paling umum yaitu demam, batuk dan fatigue (kelelahan). Tanda/gejala lainnya: produksi sputum, sakit kepala, hemoptysis, diare, dyspnea, limfopenia. Gejala yang sedikit tidak umum seperti rasa tidak nyaman dan nyeri, nyeri tenggorokan, diare, mata memerah, sakit kepala, hilangnya indra perasa atau penciuman, ruam pada kulit serta adapun gejala serius yaitu kesulitan bernafas atau sesak nafas, nyeri dada atau rasa tertekan pada dada dan hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak. Untuk memulihkan kondisi dengan gejala seperti kelelahan, kesulitan



bernafas, nyeri dada atau rasa tertekan pada dada dan peningkatan kemampuan aktifitas tubuh dibutuhhkan peran dari fisioterapi. Fisioterapi Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/kelompok untuk mengeembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi dan komunikasi (Permenkes No 65 tahun 2016). Modalitas yang digunakan fisioterapi tidak terbatas pada aktino terapi (terapi sinar), melainkan pada exercise therapy, manual therapy¸ electrotherapy, hydrotherapy. Peran fisioterapi pada Covid-19 Fisioterapis berperan dalam mencegah/ memulihakan gangguan pernafasan dan keterbatasan aktivitas fungsional, serta komplikasi akibat Covid-19. Fisioterapis harus menggunakan penilaian profesionalnya untuk menentukan kapan, dimana, dan bagaimana memberikan intervensi (WCPT, 2020). Fisioterapis merekomendasikan aktifitas fisik dan gerak badan di rumah, selama masa social distancing untuk menjaga kebugaran, mengurangi stress dan meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas). Pelayanan fisioterapi di Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan gerak dan fungsi tubuh kepada individu dan/atau kelompok, yang bersifat umum dengan pengutamaan pelayanan pemgembangan dan pemeliharaan melalui pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya pemerintah untuk menangani covid-19 adalah program vaksinasi. Dalam dokumen Frequently Asked Question (FAQ) Seputar Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 yang diunggah dalam laman resmi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI, dijelaskan bahwa vaksinasi Covid-19 memang tidak membuat kita 100 persen kebal dari Covid-19. Tapi, vaksinasi Covid-19 akan mengurangi dampak yang ditimbulkan jika kita tertular Covid-19. Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, di mana seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat



terpajan dengan penyakit tersebut, maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Vaksinasi terjadi biasanya dengan pemberian vaksin. Di Indonesia terdapat lima jenis vaksin yaitu sinovac, moderna, astrazeneca, sinopharm, dan pfizer. Setiap jenis vaksin terdapat kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berbeda, misalnya pada vaksin moderna terdapat nyeri di bekas suntikan dan terjadinya pembengkakan, demam, mual, serta kekakuan pada sendi bahu. Fisioterapi dengan pendekatan kuratif memiliki peranan penting pada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yaitu mengembalikan aktifitas fungsional bahu yang ditimbulkan oleh rasa nyeri akibat suntikan vaksin. Tindakan fisioterapi yang dapat dilakukan untuk mengembalikan aktifitas fungsional sendi bahu yaitu pemberian exercise therapy dan elektortherapy seperti Ultrasound dan TENS (Trans Electrical Nerve Stimulation). Elektrotherapy 1. Ultrasound adalah metode pengobatan yang menggunakan teknologi ultrasound atau gelombang suara untuk merangsang jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. 2. TENS (Trans Electrical Nerve Stimulation) merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang berguna untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit yang telah terbukti efektif untukmenghilangkan nyeri



Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020