Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 dinyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa merupakan sentral dalam proses pendidikan,



mereka



adalah sumber



daya



manusia



yang harus



dikembangkan potensinya. Dalam hal ini, guru menempati posisi yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Sebagai pengajar guru seyogyanya membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar atau yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurangnya motivasi untuk belajar. Untuk itu guru harus memotivasi siswa agar senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Pada akhirnya, seorang guru dapat memainkan perannya sebagai motivator dalam proses belajar mengajar bila guru itu menguasai dan mampu melakukan keterampilan-keterampilan didaktik dan metodik yang relevan dengan situasi dan kondisi para siswa.



1|Page



Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi. Dengan demikian siswa dapat menyerap apa yang telah diajarkan oleh guru dan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan potensinya. Motivasi belajar kerap dikenali sebagai daya dorong untuk mencapai hasil yang baik yang biasanya diwujudkan dalam bentuk tingkah laku belajar atau menunjukkan usaha-usaha untuk mencapai tujuan belajar. Berdasarkan pejelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran guru sangatlah dibutuhkan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil ketika seorang guru menggunakan media, metode dan model pembelajaran yang tepat pada saat mengajar, serta guru memahami betul perannya sebagai seorang pendidik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang di dapatkan adalah: 1. Apa saja peranan guru dalam proses pembelajaran? 2. Apa yang dimaksud dengan Motivasi? 3. Bagaimana upaya seorang guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui peranan guru dalam proses pembelajaran? 2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Motivasi? 3. Untuk mengatahui bagaimana upaya seorang guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa?



2|Page



BAB II PEMBAHASAN A. Peran Guru dalam Pembelajaran Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut menurut Djamarah (2010) adalah sebagai berikut: 1. Korektor Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betulbetul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua niilai ini mungkin telah dimiliki peserta didik dan mungkin pula telah mempengaruhinnya sebelum peserta didik masuk sekolah. Latar belakang peserta didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat dimana peserta didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak peserta didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan peserta didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat peserta didik tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Sebab peserta didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial, dan agama.



3|Page



2. Inspirator Sebagai Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar peserta didik. Persoalan belajar adalah masalah utama peserta didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana belajar yang baik. Petunjuk itu tidak tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar. Dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana belajar yang baik. 3. Informator Sebagai Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi peserta didik. Untuk menjadi Informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya. Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada peserta didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan peserta didik dan mengabdi untuk peserta didik. 4. Organisator Sebagai Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada peserta didik. 5. Motivator Sebagai Motivator, guru hendaknya dapat mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisi motif-motif yang melatarbelakangi peserta didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di Antara peserta didik yang malas belajar dan sebagainya.



4|Page



6. Inisiator Sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. 7. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar peserta didik. 8. Pembimbing Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing peserta didik untuk menjadi manusia dewasa susila yang cakap. 9. Demonstrator Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami. Apalagi peserta didik yang memiliki inteligensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami peserta didik, guru harus berusaha dengan membantunya. Dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman peserta didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan peserta didik. 10. Pengelola Kelas Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua peserta didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. 11. Mediator Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nomaterial dan materiil. 12. Supervisor Sebagai



Supervisor,



guru



hendaknya



dapat



membantu



memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.



5|Page



Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. 13. Evaluator Evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. B. Motivasi Belajar 1. Pengertian motivasi belajar Dalam disiplin ilmu psikologi, motivasi mengacu pada konsep yang digunakan untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang ada dan bekerja pada diri organisme atau individu yang menjadi penggerak dan pengarah tingkah laku individu tersebut untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan motivasi, seseorang akan dapat melakukan suatu tindakan. Jika tidak ada motivasi. Maka individu tidak akan dapat mencapai tujuannya. Berikut ini adalah beberapa definisi motivasi dari para ahli antara lain: “A motive is an iner state that energizes activates, or moves (hence motivation’), and that directs or channels behavior toward goals”. (Luthan, F., 1981dalam Wardhani, 2005) (Motif



adalah



keadaan



dalam



diri



yang



membangkitkan,



mengaktifkan, atau menggerakkan (selanjutnya disebut motivasi), dan mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku pada tujuan. “Motivation is usually defined as the process by which behaviour is energized and directed”. (Wexley & Yukl, 1977 dalam Wardhani, 2005). (Motivasi



biasanya



didefinisikan



sebagai



proses



yang



membangkitkan dan mengarahkan tindakan)



6|Page



Wuitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Thursan Hakim (2000) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper, 1988 dalam Wardhani, 2005). Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan. Sedangkan dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan



7|Page



dan tujuan merupakan hal ingin di capai oleh seorang individu. Tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku dalam hal ini yaitu perilaku unutk belajar. Bertolak dari arti kata motivasi diatas, maka yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat belajar. atau dengan kata lain sebagai pendorong semangat belajar. 2. Teori motivasi belajar a) Teori psikoanalisis Psikoanalisis, di samping merupakan metode untuk menangani gangguan mental, juga merupakan teori tentang motivasi manusia. Teori psikoanalisis berawal dari terbitnya buku Frued Interpretation of Dreams (1900) dan kemudian berkembang secara bertahap. Paparan lengkap tentang teori psikoanalisis membutuhkan pembahasan panjang lebar mengenai perubahan-perubahannya. Namun, saat ini cukup bagi kita untuk membahas teori tersebut secara garis besar. Dorongan Naluriah Frued yakin bahwa semua perilaku berasal dari dua kelompok naluri yang bertentangan : naluri kehidupan, yang meningkatkan hidup dan pertumbuhan seseorang, dan naluri kematian, yang mendorong individu kearah kehancuran. Energy naluri kehidupan adalah libido, yang terutama berkisar di antara kegiatan seksual. Naluri kematian dapat diarahkan ke dalam diri, dalam bentuk bunuh diri atau perilaku merusak diri yang lain, atau ke luar diri, dalam bentuk agresi terhadap orang lain. Oleh sebab itu, Frued yakin bahwa seks dan agresi merupakan dua motif dasar perilaku manusia. Dia bukannya tidak menyadari makna penting kebutuhan fisiologis atau pengaruh rasa takut terhadap perilaku; tetapi factor-faktor ini memainkan peranan yang sangat kecil dalam teorinya. Menurut Frued, pertanda perilku seksual dan agresif telah ada sejak dini dalam kehidupan seorang anak. Seks diekspresikan dalam kenikmatan yang timbul dari stimulasi bagian tubuh yang peka ; agresi



8|Page



diekspresikan dengan mengigit dan memukul. Bila orang tua menganggap tabu seks dan agresi, ekspresi bebas kedua motif ini akan direpres ; bila tidak diekspresikan secara sadar, kedua motif ini akan tetap aktif sebagai motif tak sadar. Biasanya seks lebih banyak direpres dibandingkan agresi, tetapi ekspresi salah satu motif tersebut akan menimbulkan kecemasan dalam diri anak karena sikap negative orang tua. Motif tak sadar diekspresikan dalam bentuk tersamar. Konsep motivasi tak sadar merupakan salah satu dasar teori psikoanalisis. Perilaku Yang Dapat Mengungkapkan Adanya Motif Tak Sadar. Meskipun para penulis dan para pakar filsafat telah lama mengakui adanya kendali tak sadar terhadap tingkah laku manusia, Frued merupakan orang pertama yang menaruh perhatian terhadap peranan penting motif tak sadar dalam perilaku manusia. Dia menetapkan beberapa bentuk perilaku yang dapat mengekspresikan motif tak sadar:  Dalam mimpi, kita sering mengekspresikan implus dan keinginan tak sadar.  Kesalahan pengucapan dan kelakuan tak sadar yang dapat “membuka rahasia”dan mengungkapkan motif yang tersembunyi.  Gejala penyakit (terutama gejala sakit mental) sering kali muncul untuk memenuhi kebutuhan tak sadar. Sebagian



besar



pakar



psikologi



mengajukan



beberapa



keberatan terhadap teori motivasi tak sadar Frued. Mereka setuju bahwa motif tak sadar (atau paling tidak motif yang tidak jelas bagi seseorang) itu ada, tetapi mereka lebih cenderung memandangnya dari sudut derajat kesadaran. Orang bisa secara samar-samar menyadari, sebagai contoh, kebutuhannya untuk mendominasi orang lain tetapi tidak menyadari seberapa jauh kebutuhan ini mempengaruhi perilakunya (Rita, Richard dan Ernest, 1983).



9|Page



b) Teori Belajar Sosial Teori belajar sosial menekankan interaksi antara perilaku dan lingkungan, yang memusatkan diri pada pola perilaku yang dikembangkan individu untuk menguasai lingkungan dan bukan pada dorongan naluriah. Kita tidak didorong oleh kekuatnan internal, dan tidak bereaksi pasif terhadap stimulasi eksternal. Jenis perilaku yang kita tunjukkan ikut menentukan ganjaran atau hukuman yang akan kita terima, dan pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi periliku kita. Pola perilaku dapat diperoleh melalui pengalaman langsung atau melalui pengamatan terhadap respons orang lain. Beberapa respons memberikan hasil yang menyenangkan, dan respons yang lain



memberikan



hasil



yang



tidak



menyenangkan.



Melalui



proses pembedaan penguat ini, orang memilih pola perilaku yang memberikan hasil yang menyenangkan dan menolak pola perilaku yang lain. Pakar teori belajar social berbeda dengan pakar behaviorisme murni dalam hal mereka menekankan makna penting proses kognitif. Karena kita dapat berpikir dan menggambarkan situasu secara simbolik, kita mampu meperkirakan kemungkinan akibat tindakan kita dan kemudian mengubah perilaku kita. Tindakan kita sangat dipengaruhi oleh akibat yang diantisipasi. Belajar Dari Orang Lain. Teori belajar social juga menekankan makna pentingbelajar dari orang lain, atau belajar melalui observasi. Beberapa pola perilaku dipelajari melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain dan observasi tehadap akibat yang ditimbulkannya. Emosi juga dapat dipelajari dari orang lain melalui pengamatan terhadap respons emosional orang lain ketika mereka mengalami pengalaman yang menyakitkan atau menyenangkan. Para pakar teori belajar social menekankan peranan model dalam menularkan perilaku tertentu maupun respons emosional. Dan mereka memusatkan 10 | P a g e



sebagian besar penelitiannya pada usaha untuk mengetahui bagaimana perilaku model ditularkan-tipe model apa yang paling efektif dan faktor-faktor apa yang menentukan apakah perilaku model yang dipelajari akan benar-benar ditampilkan atau tidak. Pengaturan Diri. Penekanan lain dari teori belajar social adalah makna penting proses penguatan diri. Suatu perilaku tertentu menimbulkan akibat eksternal, tetapi juga menimbulkan reaksi evauasi



diri.



Orang



menentukan



standar



tingkah



laku



atau



penampilannya sendiri, dan menanggapi perilaku mereka dengan cara berpuas diri atau kritik diri, tergantung pada bagaimana kaitan perilaku tersebut dengan standar mereka. Jadi, penguatan bisa bersifat eksternal atau internal (evaluasi diri). Kadang-kadang kedua sumber penguatan ini saling mendukung, dan kadang-kadang saling bertentangan. Orang bisa memperoleh ganjaran social atau financial untuk perilaku yang tidak sesuai dengan standar dirinya. Memang, celaan diri merupakan pengaruh penting dalam memotivasi orang untuk mematuhi standar perilaku yang telah diterima, guna menghadapi pengaruh yang bertentangan.Para pakar teori belajar social aktif mengembangkan prosedur yang memungkinkan orang untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri melalu penguatan diri atau penghukuman diri (Rita, Richard dan Ernest, 1983). c) Teori Kognitif Manusia adalah makhluk rasional, demikianlah pandangan dasar para penganut teori ini. Berdasarkan rasionya manusia bebas memilih dan menentukan apa yang akan dia perbuat, entah baik ataupun buruk. Tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh kemampuan berpikirnya. Makin inteligen dan berpendidikan, otomatis seseorang akan semakin baik perbuatan-perbuatannya, dan seacara sadar



pula



melakukan



perbuatan-perbuatan



untuk



memenuhi



keinginan/kebutuhan tersebut.



11 | P a g e



Menurut teori ini tingkah laku tidak digerakkan oleh apa yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Setiap perbuatan yang akan dilakukannya sudah dipikirkan alasan-alasanya. Oleh karena itu setiap orang sungguh- sungguh bertaggungjawab atas segala perbuatannya. Di sisni tidak dikenal perbuatan-perbuatan yang berada di luar kontrol rasio (Handoko, 1994). 3. Jenis-jenis motivasi belajar Ada dua jenis motivasi belajar menurut Hanafiah dan Suhana (2009) yaitu; motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Motivasi Instrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel (1991) mengatakan bahwa: “Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”. Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak



akan



kaitan



antara



belajar



dan



menjadi



orang



yang



berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu.



12 | P a g e



b. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Winkel (1991) mengatakan “Motivasi Ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”. Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar, bersumber pada penghayatan atas suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain: belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman, belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan gengsi social, atau belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua). Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi. 4. Proses motivasi Pada umumnya tingkah laku diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan indivdu. Proses motivasi sebagai pengarah tingkah laku dapat dikatakan sebagai suatu siklus dan merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga elemen. Ketiga elemen tersebut adalah: kebutuhan (needs), dorongan (drives), dan tujuan (goal). Luthans (1981) mengemukakan ketiga elemen tersebut sebagai berikut:



13 | P a g e



a. Kebutuhan



(needs)



Kebutuhan



merupakan



suatu



kekurangan/deficiency. Dalam pengertian keseimbangan, kebutuhan tercipta apabila terjadi ketidakseimbangan yang bersifat fisiologis atau psikologis. b. Dorongan (drives) suatu dorongan didefinisikan secara sederhana sebagai suatu kekurangan disertai pengarahan. Menurut Hull’s dorongan berorientasi pada tindakan untuk mencapai tujuan. c. Tujuan (goals) Suatu tujuan dari siklus motivasi adalah segala sesuatu yang akan meredakan suatu kebutuhan dan akan mengurangi dorongan. Jadi pencapaian suatu tujuan cenderung akan memulihkan keseimbangan yang bersifat fisiologis dan psikologis. Pada dasarnya model ini mengungkapkan bahwa individu memiliki berbagai kebutuhan, keinginan, dan harapan yang kekuatannya berbeda. Timbulnya suatu kebutuhan, keinginan atau harapan menciptakan suatu ketidakseimbangan dalam diri individu yang kemudian mencoba meredakan. Timbulnya kebutuhan, keinginan atau harapan tersebut biasanya diasosiasikan dengan antisipasi atau keyakinan (belief) bahwa tingkah laku tertentu mengarah pada peredaan ketidakseimbangan tersebut. Berdasarkan ketidakseimbangan dalam tubuh dan antisipasi atau keyakinan



bahwa



tingkah



laku



tertentu



dapat



meredakan



ketidakseimbangan itu, maka individu bertingkah laku dengan cara tertentu yang diyakini bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Munculnya tingkah laku ini membangkitkan serangkaian isyarat baik berasal dari individu maupun dari lingkungan luar yang memberikan umpan balik (informasi) mengenai akibat tingkah lakuny saat ini, atau sebaliknya mengisyaratkan bahwa tingkah laku saat ini sudah benar. 5. Prinsip motivasi belajar Prinsip-prinsip motivasi belajar dikemukakan oleh Kenneth H. Hoover dalam Rusyan Tabrani (2008) sebagai berikut:



14 | P a g e



a. Pujian



lebih



efektif



daripada



hukuman.



Hukuman



bersifat



menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu, pujian lebih efektif dalam upaya mendorong motivasi belajar siswa. b. Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud dalam bentuk yang berbeda-beda. Siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar. c. Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar. Motivasi dari dalam memberi kepuasan kepada individu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri siswa itu sendiri. d. Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (reinforcement). e. Motivasi mudah menjalar kepada orang lain. Guru yang berminat dan antusias dapat mempengaruhi siswa, sehingga berminat dan antusias pula, yang pada gilirannya akan mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan. f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar. g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar. Guru perlu memberi kesempatan kepada siswa



untuk



menemukan



dan



memecahkan



masalah



sendiri



berdasarkan minat dan keinginannya, dan bukan dipaksakan oleh guru. h. Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar. Dorongan berupa pujian, penghargaan oleh guru terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih aktif.



15 | P a g e



i. Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat siswa. Strategi pembelajaran yang bervariasi dapat menciptakan suasana yang menantang dan menyenangkan siswa, sehingga lebih mendorong motivasi belajar. j. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran. Minat khusus itu mudah ditransferkan menjadi minat untuk mempelajari bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi. Keller (dalam Sugihartono, 2012) menyusun prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model ARCS. Dalam model itu ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang dilakukannya menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada siswa, sehingga harapannya bisa meningkatkan motivasi belajar siswa. Keempat kondisi tersebut adalah: a. Attention (perhatian), untuk menciptakan perhatian siswa didalam kelas rasa ingin tahu seorang siswa harus bisa ditumbuhkan. Karena dengan rasa ingin tahu yang besar seorang siswa akan memberikan perhatian yang besar terhadap materi yang disampaikan. Selain itu metode yang diguanakan dalam penyampaian materi juga harus dibuat bervariasi agar siswa tidak bosan dan tetap bisa menaruh perhatian yang besar pada materi yang dipelajari. b. Relevance (relevansi), untuk membangun motivasi siswa, kita juga harus menunjukkan keterkaitan materi yang diberikan dengan keadaan siswa. Motivasi siswa akan meningkat bila mereka merasa bahwa materi yang mereka pelajari penting untuk kehidupan mereka. c. Confidence (kepercayaan diri), membangun kepercayaan diri siswa juga sangat penting untuk dilakukan. Pada kasus ini seorang guru harus lebih memperbanyak pengalaman berhasil bagi siswa. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat kegiatan pembelajaran dalam bagian-



16 | P a g e



bagian yang lebih kecil, dan meningkatkan harapan berhasil dengan menyatakan persyaratan untuk berhasil. d. Satisfaction (kepuasan), kepuasan akan tercipta bila seorang siswa bisa mencapai tujuannya. Kepuasan ini akan meningkatkan motivasi siswa untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar. Untuk memelihara motivasi siswa seorang guru menguatkan dengan pujian, pemberian kesempatan atau memberikan hadiah lainnya. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Dalam aktivitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Terkait dengan hal tersebut, maka Mudjiono dan Dimyati (2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: a) Cita-cita atau Aspirasi siswa b) Kemampuan Siswa c) Kondisi Siswa d) Kondisi Lingkungan Siswa e) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran f)



Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa



7. Strategi meningkatkan motivasi belajar Ada beberapa strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti yang oleh diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007), motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu: a) Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik b) Hadiah c) Saingan/Kompetisi d) Pujian, e) Hukuman f) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik



17 | P a g e



h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok i) Menggunakan metode yang bervariasi dan j) Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 8. Fungsi motivasi belajar Motivasi belajar dianggap sangat penting dalam proses belajar dan pembelajaran dilihat dari fungsi, nilai dan manfaatnya. Hal tersebut menjadi acuan bahwa motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku dan juga mempengaruhi serta dapat mengubah tingkah laku siswa. Dalam hal ini ada tiga fungsi motivasi menurut Hamzah (2011) yaitu: a) Motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan dalam belajar. Suatu perbuatan akan timbul karena adanya motivasi, Motivasi dalam hal ini sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b) Motivasi belajar berfungsi sebagai pengarah dalam belajar. Artinya motivasi mengarahkan pada perubahan untuk mencapai yang diinginkan. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan apa yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c) Motivasi belajar berfungsi sebagai penggerak. Artinya motivasi mengerakkan tingkah laku seseorang dalam belajar. Motivasi belajar juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Sedangkan menurut Sardiman (2000) fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut: a) Mendorong manusia untuk berbuat: Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b) Menentukan arah perbuatan: Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.



18 | P a g e



c) Menyeleksi perbuatan: Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut. C. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar siswa Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang beprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal. Upaya meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegiatan belajar di sekolah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru diungkapkan Sardiman (2005) yaitu: 1.



Memberi angka, angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angkaangka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.



2.



Hadiah dapat menjadi motivasi yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.



3.



Kompetisi Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.



19 | P a g e



4.



Ego-involvement, menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi.



5.



Memberi ulangan, para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.



6.



Mengetahui hasil, mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.



7.



Pujian, apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.



8.



Hukuman, hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsipprinsip pemberian hukuman tersebut. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi



dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk



memperoleh



hasil



belajar



yang



optimal,



guru



dituntut



kreatif



membangkitkan motivasi belajar siswa. Selain beberapa pendapat di atas, menurut Sanjaya, (2009) ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan motivasi belajar



20 | P a g e



siswa, Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu: 1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi nbelajar siswa (Sanjaya, 2009). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai. 2. Membangkitkan minat siswa Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar (Sanjaya, 2009). Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa (Djiwandono, 2006). Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi instrinsik siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Anni, dkk., 2006). 3. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu. 4. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan



21 | P a g e



teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin, 2009). Dengan pembelajaran yang menarik, maka akan membangitkan rasa uingin tahu siswa di dalam kegiatan pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi dalam pembelajaran. Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menharik, dan juga penggunaan



variasi



metode



pembelajaran.



Misalnya,



untuk



membAngkitkan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio, karya wiasata, dan lainnya ( Hamalik, 2009). 5. Memberi pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Hamalik, 2009). Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja siswa. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar (Djamarah dan Zain, 2006). 6. Memberikan penilaian Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya, 2009).



22 | P a g e



Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap anak memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik. Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama (Hamalik, 2009). 7. Memberi komentar terhadap hasil pekerjaan siswa Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan mmemberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “ bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009). Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas, baik tugas-tugas yang harus dikerjakan segera, maupun tugas-tugas yang berlangsung terus menerus (Prayitno, 1989). Sebaliknya pemberian celaan kurang menumbuhkan motivasi dalam belajar. Bahkan menimbulkan efek psikologis yang lebih jelek. 8. Menciptakan persaingan dan kerjasama Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pemebelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik (Sanjaya, 2009). Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu. Namun demikian, persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yeng memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antar kelompok. Selain persaingan antar siswa lebih banyak pengaruh buruknya daripada baiknya terhadap perkembangan kepribadian siswa. Persaingan antara diri sendiri dapat dialakukan dengan cara memeri kesempatan kepada siswa untuk



23 | P a g e



mengenal kemajuan-kemajuan yang telah diucapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada pada waktu berikutnya (Prayitno, 1989). Misalnya guru membuat dan memberi tahu grafik kemajuan belajar siswa. Untuk mengembangkan motivasi belajar, guru harus berusaha membentuk kebiasaan siswanya agar secara berangsur-angsur dapat memusatkan perhatian lebih lama dan bekerja keras (Isjoni, 2008). Oleh karena itu, usaha dan perhatian guru yang besar lebih diperlukan untuk membimbing siswa-siswa yang memiliki pencapaian rendah agar mereka memiliki motivasi belajar yang baik. Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar diatas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat dan menantang (Sanjaya, 2009). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan mmemmbangkitkan motivasi dengan cara-cara negatif lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkakn motivasi dengan cara negatif dihindari. Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang guru menurut Winkel (dalam Siti, 2015) hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar, pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran siswa di kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari siswa 2. Guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, karena dalam proses belajar, seorang siswa terkadang dapat terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun mental siswa, sehingga seorang guru harus berupaya untuk membangkitkan kembali kinginan siswa dalam



24 | P a g e



belajar. Upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru menurut Dimyati (2009) yaitu dengan cara: a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang di alaminya b. Meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar c. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar d. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar e. Merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil f. Guru mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan kemampuan siswa. Perilaku belajar yang ditunjukkan siswa merupakan suatu rangkaian perilaku yang ditunjukkan pada kesehariannya. Untuk itu, maka pengalaman yang diberikan oleh guru terhadap siswa dalam meningkatkan motivasi belajar menurut Dimyati (2002) adalah dengan cara:  Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca hal-hal penting dari bahan tersebut dicatat.  Guru memecahkan hal yang sukar bagi siswa dengan cara memecahkannya.  Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian kepada siswa dalam mengatasi kesukaran.  Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu memecahkan masalah dan mungkin akan membantu rekannya yang mengalami kesulitan.  Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesulitan belajarnya sendiri.  Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri



25 | P a g e



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Peran guru dalam proses pembelajaran yaitu: korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor dan evaluator. 2. dengan motivasi belajar adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat belajar. atau dengan kata lain sebagai pendorong semangat belajar. 3. Beberapa upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah yaitu: memberi angka atau nilai, memberi hukuman, kompetisi persaingan, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil belajar, ujian, memberi hadiah B. Saran Sebagai guru yang profesional harus memperhatikan kondisi peserta didiknya



sebelum



memulai



pembelajaran,



pada



saat



pembelajaran



berlangsung atau pun diakhir pembelajaran. Kesiapan peserta didik akan sangat berpengaruh dalam proses tranformasi pengetahuan sehingga guru harus memberikan motivasi untuk membangkitkan minat belajarnya.



26 | P a g e



DAFTAR REFERENSI Anni, Catharina T., dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press. Danim, Sudarwan. 2004. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Djamarah, S.B, dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar-Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta. Djiwandono, S.E.W. 2006. Psikologi Edukatif. Jakarta: Asdi Mahasatya



Pendidikan. Jakarta:



Grasindo



Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamzam B. Uno, 2011. Teori Motivasi & Pengukurannya (Analisis di Bidang Pendidikan).Jakarta: Penerbit PT Bumi Akasara. Handoko, Martin. 1994 Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta : Kenisius https://anomsblg.wordpress.com/profesi-kependidikan/peran-guru-dalampembelajaran/ (diakses tanggal 04 Novemebr 2016) Isjoni. 2008. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Pelajaran Sejarah di Sekolah’. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Luthans, Fred, 1981. Organizational Psychological Research, NewYork, John Wiley & Sons Inc. Prayitno, Elida. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Debdikbud Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, & Ernest R. Hilgard, editor: Agus Dharma, bahasa: Nurdjannah Taufiq. 1983 Pengantar Psikologi, Jakarta : Erlangga.



27 | P a g e



Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sardiman,A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo. Suprihatin. Siti. 2015. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Vol. 3 No. 1 Sugihartono, dkk. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sutikno, M. Sobry & Fathurrohman Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama. UU No. 14 tahun 2005 Wardhani, Nunu. 2015. Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Makalah Unit Pengembangan tenaga Kependidikan. Bandung Wuitt,W.(2001). Motivation To Learn. An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta: Saldosta State University. Winkel, W.S, 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Grasindo. Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press..



28 | P a g e