Peran Hutan Kota Dalam Meredusir Kebisingan 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERAN HUTAN KOTA DALAM MEREDUSIR KEBISINGAN (Studi Kasus Pengukuran Kebisingan antara di Pinggir Jalan dan Pintu Dua (di dalam Vegetasi) Kampus IPB Dramaga Bogor) Kelompok 8 Ferbina Br Barus1) (E34150017), Muhammad Ilham Al1) (E34150021), Desty Sunja P1) (E34150027), Lilis Siti N1) (E34150033), Ismail F1) (E34150036), Firman Arief M1) (E34150046), Maisun Arifah1) (E34150049), Evira N1) (E34150069), Vira Apriliani1) (E34150074), Rizka Nur A1) (E34150100), Ivan Khofian A1) (E34150102) 1)



Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB, Dramaga, Babakan, Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680. Penanggung jawab : [email protected]



ABSTRAK Meningkatnya pembangunan fisik kota, pertumbuhan penduduk serta berbagai aktivitas kota menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) dan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem alami. Salah satu bentuk gangguan yang ditimbulkan dari semakin meningkatnya pembangunan dan aktivitas manusia adalah kebisingan. Di samping itu lalu lintas (Road Traffic) juga merupakan sumber pencemar kebisingan (Environmental Noise Pollution) yang dapat mengancam kehidupan masyarakat umumnya terutama bagi mereka yang hidup di perkotaan. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi yang berbeda menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang dihasilkan memiliki tingkat kebisingan yang berbeda. Tingkat kebisingan tertinggi terdapat di lokasi pinggir jalan dengan tingkat kebisingan sebesar 70-80 dB sedangkan tingkat kebisingan di dalam vegetasi hanya sekitar 40-50 dB. Faktor yang memengaruhi perbedaan tingkat kebisingan tersebut adalah faktor waktu pengukuran, kondisi lalu lintas, jarak titik pengukuran dari sumber kebisingan, serta jumlah vegetasi dimasing-masing lokasi. Kata kunci : RTHK, kebisingan, lingkungan hidup



PENDAHULUAN Meningkatnya pembangunan fisik kota, pertumbuhan penduduk serta berbagai aktivitas kota menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) dan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem alami. Seperti diketahui, salah satu cara pengurangan dampak negatif dari pembangunan dan aktivitas manusia yang sangat tinggi adalah dengan penyediaan kembali Ruang Terbuka Hijau (RTH) di areal perkotaan. Dengan areal terbuka hijau perkotaan yang semakin menyempit akibat pembangunan dan semakin meningkatnya aktivitas manusia menyebabkan fenomena lingkungan kota yang meningkat dari segi ekonomis namun, menurun dari segi ekologis. Salah satu bentuk gangguan yang ditimbulkan dari semakin meningkatnya pembangunan dan aktivitas manusia adalah kebisingan. Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang



tidak diinginkan dan pengukurannya menimbulkan kesulitan besar karena bervariasi di antara perorangan dalam situasi yang berbeda (Murwono 1999). Salah satu sumber pencemar kebisingan adalah aktivitas lalu lintas (Road Traffic) yang dapat mengancam kehidupan masyarakat umumnya terutama bagi mereka yang hidup di perkotaan (Zulfahani et al 2005). Kebisingan di perkotaan yang padat lalu lintasnya bukan merupakan masalah baru lagi, tetapi permasalahan lama yang perlu dipecahkan bersama. Kebisingan akibat aktivitas transportasi bersumber dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Kebisingan merupakan bentuk suara yang tidak dikehendaki karena dianggap mengganggu. Menurut Irwan (1994) hutan kota dapat menunjukkan kemampuan-nya dalam mereduksi kebisingan yang tergantung dari jenis spesies, tinggi tanaman, kerapatan



dan jarak tumbuh, faktor iklim yaitu kecepatan angin, suhu dan kelembaban. Hutan kota merupakan suatu ekosistem yang mempunyai fungsi majemuk, semakin diperlukan kehadirannya untuk melindungi penduduk dari berbagai masalah lingkungan di dalam kota. Oleh karena itu hutan kota sangat diperlukan di daerah perkotaan karena hutan kota dapat membuat kualitas lingkungan membaik dan berfungsi efektif dalam meredam kebisingan, juga menyerap panas, meningkatkan kelembapan, mengurangi debu, mengakumulasi polutan serta menciptakan suasana nyaman, sehat, dan estetis. Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peran hutan kota untuk mereduksi kebisingan. METODE



Gambar 1 Titik pengukuran kebisingan Analisis Data Analisis data menggunakan perhitungan berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996 dan Widagdo (1998).



Alat dan Bahan



1. πΏπ‘’π‘ž (1 menit) 1 = 10 log [(100,1𝐿1 + 100,1𝐿2 60 + β‹― 100,1𝐿12 )5] dB (A) 2. πΏπ‘’π‘ž (10 meniy) 1 = 10 log [(100,1𝐿1 + 100,1𝐿2 10 + β‹― 100,1𝐿𝑛 )1] dB (A) 3. 𝑁𝑅𝑣 = 𝐾𝐷𝑉 βˆ’ 𝐾𝐡𝑉



Alat dan bahan yang digunakan adalah tallysheet, alat tulis, laptop dan sound level meter IEC 61672 class 1.



Keterangan: Leq L1, ..., L12



Pengambilan Data



L1, ..., LX



Pengambilan data dilakukan melalui observasi lapangan yaitu di pinggir jalan dan pintu dua (dalam vegetasi) IPB dengan pengukuran menggunakan alat kebisingan yaitu sound level meter IEC 61672 class 1. Cara menggunakan alat ini adalah tekan tombol power (I) > frequency weighting (A) > range dB (60-100) > time weighting (S) > INSTANT. Pengukuran kebisingan dilakukan selama 10 menit dengan pembacaan alat setiap 5 detik sekali, jadi data yang terkumpul sebanyak 120 data kebisingan pada setiap kelompok per pengukuran. Pengukuran kebisingan baik di pinggir jalan maupun di pintu dua (dalam vegetasi) IPB dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu. Kemudian data diolah dengan menggunakan Microsoft excel.



𝑁𝑅𝑣 𝐾𝐷𝑉 𝐾𝐡𝑉



Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada hari Sabtu tanggal 29 September 2018. Lokasi yang digunakan adalah di pinggir jalan dan pintu dua (dalam vegetasi) kampus IPB Dramaga Bogor



= Kebisingan ekivalen [dB(A)] = Kebisingan setiap 5 detik selama 60 detik [dB(A)] = Kebisingan setiap 1 menit selama 10 menit [dB(A)] = Reduksi di lokasi bervegetasi = Kebisingan di depan vegetasi =Kebisingan di belakang



vegetasi HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat kebisingan yang tercatat di dalam vegetasi yaitu di Pintu 2 Gerbang Kampus IPB berkisar antara 49.16 dB yaitu pada ulangan ke-10 pukul 12.00 WIB hingga 64.12 dB yaitu pada ulangan ke-2 pukul 9.00 WIB. Tingkat kebisingan yang diukur pada pukul 9.00 WIB ini menunjukkan grafik fluktuasi yang cukup stabil dibandingkan dengan pengukuran di waktu lainnya. Tingkat kebisingan yang diukur pada pukul 9.00 WIB ini berkisar antara 62.18 dB yaitu pada ulangan ke-9 hingga 64.12 dB yaitu pada ulangan ke-2.



Sedangkan tingkat kebisingan yang menunjukkan fluktuasi yang sangat tajam yaitu pada tingkat kebisingan yang diukur pada pukul 16.00 WIB. Tingkat kebisingan pada waktu tersebut berkisar antara 51.39 dB pada ulangan ke-8 hingga 59 dB pada ulangan ke-4. Grafik fluktuasi tingkat kebisingan di dalam vegetasi dapat dilihat pada Grafik 1 80



dB (A)



60



40 20 0 1



2



07.00



3



4



09.00



5



6



7



12.00



8



9



14.00



10 16.00



Grafik 1 Nilai Leq (1 menit) di Dalam Vegetasi



Tingkat kebisingan yang tercatat di pinggir jalan sekitar Pintu 2 Gerbang Kampus IPB berkisar antara 70.42 dB yaitu pada ulangan ke-2 pukul 12.00 WIB hingga 79.84 dB yaitu pada ulangan ke-3 pukul 12.00 WIB. Tingkat kebisingan yang diukur pada pukul 14.00 WIB ini menunjukkan grafik fluktuasi yang cukup stabil dibandingkan dengan pengukuran di waktu lainnya. Tingkat kebisingan yang diukur pada pukul 14.00 WIB ini berkisar antara 74.48 dB yaitu pada ulangan ke-7 hingga 78.06 dB yaitu pada ulangan ke10. Sedangkan tingkat kebisingan yang menunjukkan fluktuasi yang kurang stabil yaitu pada tingkat kebisingan yang diukur pada pukul 12.00 WIB. Tingkat kebisingan pada waktu tersebut berkisar antara 70.42 dB pada ulangan ke-2 hingga 76.42 dB pada ulangan ke-4. Grafik fluktuasi tingkat kebisingan di pinggir jalan dapat dilihat pada Grafik 2.



dB (A)



85 80



75 70 65 1 7



2



3 9



4



5 12



6



7 14



8



9



10 16



Grafik 2 Nilai Leq (1 menit) di Pinggir Jalan



Di lokasi Pintu 2 Gerbang Kampus IPB yang ditumbuhi oleh banyak vegetasi mampu menyerap panas dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya sehingga dapat menurunkan suhu dan iklim mikro. Namun kondisi suhu udara dan kelembaban relatif udara di Indonesia yang tinggi menyebabkan reduksi kebisingan karena serapan udara tidak dapat terjadi dengan baik (Ginting et al 2013). Hal tersebut mendukung dengan data yang didapat pada pengukuran tingkat kebisingan pada waktu 12.00 WIB dengan asumsi atau perkiraan suhu dan kelembapan relatif yang tinggi menyebabkan grafik fluktasi tingkat kebisingan menaik hingga ulangan ke-6 dan menurun hingga ulangan ke-10. Literatur tersebut juga mendukung terhadap data fluktuasi tingkat kebisingan di pinggir jalan yang dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan relatif dengan asumsi atau perkiraan suhu dan kelembapan tertinggi terjadi pada pukul 12.00 WIB. Namun besarnya suhu dan kelembapan relatif di pinggir jalan tidak disebabkan oleh faktor vegetasi, melainkan dimungkinkan disebabkan dengan intensitas kendaraan bermotor yang sedang melintasi jalan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi yang berbeda menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang dihasilkan memiliki tingkat kebisingan yang berbeda. Tingkat kebisingan tertinggi terdapat di lokasi pinggir jalan dengan tingkat kebisingan sebesar 70-80 dB sedangkan tingkat kebisingan di dalam vegetasi hanya sekitar 40-50 dB. Faktor yang memengaruhi perbedaan tingkat kebisingan tersebut adalah faktor waktu pengukuran, kondisi lalu lintas, jarak titik pengukuran dari sumber kebisingan, serta jumlah vegetasi dimasing-masing lokasi. Tingkat kebisingan saat pagi hari cederung lebih rendah dibandingkan waktu yang lainnya. Hal ini terjadi pada dua lokasi yang dilakukan penelitian. Pada pagi hari, jumlah kedaraan maupun aktivitas makhluk hidup relatif masih sedikit sehingga tingkat kebisingannyanpun rendah. Semakin tinggi kepadatan kendaraan akan meningkatkan akumulasi kebisingan yang ditimbulkan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Suroto (2010) intensitas kebisingan lalu lintas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu kecepatan dan kepadatan, komposisi kendaraan dan



ketidakstabilan lalu lintas. Faktor lainnya yang memengaruhi tingkat kebisingan yaitu jarak lokasi pengukuran dari sumber kebisingan. Jarak yang lebih jauh akan menimbulkan reduksi kebisingan yang lebih tinggi, sehingga titik yang berada lebih jauh dari sumber kebisingan akan memiliki tingkat kebisingan lebih rendah dari titik yang berada lebih dekat dengan sumber kebisingan. Peran Vegetasi Mereduksi Kebisingan



dB(A)



Lokasi pengambilan data yang merupakan hutan alam dengan tipe hutan heterogen yang memiliki semak dan pohon berdaun lebar dapan mengurangi tingkat kebisingan yang terjadi. Data yang didapatkan memiliki perbedaan antara tingkat kebisingan pada luar vegetasi dan dalam vegetasi. Hal ini didukung dengan pernyataan bahwa, vegetasi mampu mereduksi energi bunyi yang keluar dari sumber kebisingan sehingga intensitas kebisingan berkurang. Gelombang bunyi yang menyebar di udara akan berkurang setela diserap oleh udara dan obyek-obyek lain terutama oleh vegetasi (Sagitawaty 2001). Menurut Carpenter (1975), penyerapan bunyi oleh vegetasi akan berbeda tergantung dari ukuran dan kerapatan daun. Tingkat kebisingan yang dapat direduksi oleh tanaman juga tergantung pada kepadatan tanaman, tinggi tanaman, lebar penanaman, intensitas bunyi, frekuensi dan arah sumber kebisingan terhadap tanaman. Oleh sebab itu, penanaman beberapa spesies vegetasi secara bersamasama akan lebih efektif dalam mereduksi kebisingan daripada penanaman vegetasi dari satu spesies.



76,11 77,78 73,35 76,56 77,26 80,00 63,50 70,00 58,55 55,07 54,11 60,00 54,16 50,00 40,00 Di dalam 30,00 vegetasi 20,00 10,00 0,00 7,00 9,00 12,00 14,00 16,00 Waktu



Grafik 3 Nilai perbandingan kebisingan di dalam vegetasi dan di pinggir jalan



Nilai rataan kebisingan di dalam vegetasi berada pada angka 57,08 dB. Sedangkan nilai rataan kebisingan di luar vegetasi atau di pinggir jalan bernilai 81,36 dB. Perbedaan nilai kebisingan antara dua variabel data yang di ambil pada tempat yang berbeda menunjukan selisih 24,28 dB. Perbedaan nilai ini di analisa dari sisi keberadaan vegetasi sebagai peredam kebisingan. Selain itu, pada Gerbang 2 Pintu Kampus IPB, jenis permukaan berupa tanah, rerumputan dan vegetasi merupakan jenis permukaan yang lunak. Pada permukaan lunak, apabila bunyi merambat dari satu titik melalui permukaan lunak seperti ini, akan cukup signifikan menyerap bunyi yang merambat, sehingga bunyi yang diterima pada suatu titik berjarak tertentu dari sumber bunyi akan melemah kekuatannya. Pada lokasi di pinggir jalan, jenis permukaan berupa permukaan yang keras sehingga gelombang bunyi akan langsung dipantulkan oleh permukaan tersebut dan tingkat bunyi yang didengar menjadi kuat. Jika permukaan bumi atau suatu wilayah dilapisi dengan yang permukaan yang keras, maka permukaan tersebut tidak dapat menyerap gelombang bunyi yang merambat tapi justru dipantulkan, sehingga bunyi sampai ke suatu titik dengan jarak tertentu dari sumber bunyi menjadi lebih kuat (Mediastika 2005). Jika dibandingkan sesuai dengan data yang tercantum pada Grafik 3 pada pukul 9.00 WIB merupakan tingkat tertinggi terjadi kebisingan. Pada data tersebut nampak bahwa selisih tingkat kebisingan antara dalam vegetasi dan luar vegetasi pada pukul 9.00 WIB paling sedikit dibandingkan dengan selisih antar keduanya dijam berbeda. Hal ini dapat diartikan bahwa vegetasi yang terletak pada lokasi belum mengurangi tingkat kebisingan secara signifikan. Terbukti bahwa sumber kebisisngan tinggi vegatasi yang tersedia belum maksimal meredam tingkat kebisingan tersebut, sehingga perlu adanya penanaman vegetasi lebih rapat dan beragam untuk mengoptimalkan peredaman kebisingan yang terjadi.



SIMPULAN Tingkat kebisingan di dua lokasi yang dijadikan tempat percobaan memiliki hasil yang berbeda. Di lokasi pinggir jalan tingkat kebisingannya lebih tiggi dari pada di dalam vegetasi. Hal ini dikarenakan vegetasi mampu mereduksi energi bunyi yang keluar dari sumber kebisingan sehingga intensitas kebisingan berkurang sedagka ada lokasi di pinggir jalan, jenis permukaan berupa permukaan yang keras sehingga gelombang bunyi akan langsung dipantulkan oleh permukaan tersebut dan tingkat bunyi yang didengar menjadi kuat DAFTAR PUSTAKA Carpenter P I, Walker T D dan Lanpbear F O. 1975. Plants in the Lanscape. San Fransisco () : Freeman & Co. Ginting. 2013. Pengaruh Hutan Kota Terhadap Reduksi Kebisingan Lalu Lintas di Jalan A. Yani Pontianak (Studi Kasus : Arboretum Sylva Untan dan Halaman Kantor Gubernur Kalbar). Pontianak (ID) : Universitas Tanjungpura Irwan .D. 1994. Peranan Bentuk dan Struktur Hutan Kota terhadap Kualitas Lingkungan Kota [Disertasi]. Bogor(ID): Pasca Sarjana IPB Press. Mediastika EC. 2005. Akustika Bangunan :Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta(ID): Penerbit Erlangga Murwono D. 1999. Perencanaan Lingkungan Transportasi. Magister Sistem dan Teknik Transportasi. Yogyakarta(ID): Universitas Gajah Mada. Sagitawaty LA. 2001. Peranan Vegetasi Dalam Mereduksi Kebisingan Jalan Raya[Skripsi]. Bogor(ID): IPB Suroto W. 2010. Dampak Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Pemukiman Kota (Kasus Kota Surakarta). Jurnal of Rulan and Development. 1(1). Zulfahani R, Hatta ,Rusmayadi ,Maharso. 2005. Peran Hutan Kota dalam



Menurunkan Tingkat Kebisingan. EnviroScieniteae.1 (1): 29-35.