Makalah Analisis Kualitas Kebisingan-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ANALISIS KUALITAS KEBISINGAN (Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kualitas Lingkungan)



Disusun oleh : Kelompok 3 Kurnia Novita Putri



152110101009



Siti Aisah



152110101056



Winda Avianti Lialy



152110101088



Dida Tadmar Aiman



152110101113



Intan Kumara Pratmawati



152110101142



Putri Panyuwuning Tyas



152110101186



Eko Prastiko Darmawan



152110101189



Jannis Sherly Shauma R.



152110101216



Elok Anisa Rahmayanti



152110101239



Analisis Kualitas Lingkungan- A Kamis, Pukul 10.40 – 12.20 di Ruang 8



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Kebisingan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analsisis Kulaitas Lingkungan Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Isa Ma’rufi, S.KM., M.Kes. selaku Dosen Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami dalam menyusun makalah ini. 2. Rekan-rekan Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 yang telah memberikan saran dan kritik demi terselesaikannya makalah ini. Penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.



Jember, 14 Mei 2017



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1.



Latar Belakang ...................................................................................................... 1



1.2.



Rumusan Masalah ................................................................................................ 2



1.3.



Tujuan ..................................................................................................................... 2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3 2.1.



Definisi Kebisingan ............................................................................................... 3



2.2.



Sumber Kebisingan .............................................................................................. 4



2.2.1.



Berdasarkan Jenis ................................................................................. 5



2.2.2.



Berdasarkan Bentuk ............................................................................. 6



2.3.



Katagori Kebisingan ............................................................................................ 7



2.4.



Jenis- Jenis Kebisingan ...................................................................................... 7



2.5.



Nilai Ambang Batas Kebisingan ....................................................................... 8



2.6.



Faktor yang Berhubungan Dengan Bahaya Kebisingan ........................... 10



2.7.



Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Masyarakat ......................... 10



2.8.



Mengukur Tingkat Kebisingan ....................................................................... 14



2.8.1. 2.9.



Alat yang digunakan ........................................................................... 14



Upaya Pengendalian Kebisingan..................................................................... 16



BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................................ 23 3.1.



Lokasi Penelitian ................................................................................................. 23



3.2.



Waktu Pengukuran ............................................................................................ 23



3.3.



Prosedur Pengukuran ........................................................................................ 23



3.4.



Alat dan Bahan : ................................................................................................. 24



3.5.



Metode Penelitian ............................................................................................... 25



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 26 4.1.



Hasil Tingkat Kebisingan dikawasan Masjid Jami’ Al Baitul Amien ... 26



4.1.1.



Tabel hasil data dalam masing-masing jam ..................................... 26



4.1.2.



Tabel hasil perhitungan total ............................................................. 29



ii



4.2.



Pembahasan hasil tingkat kebisingan dikawasan masjid Jami’ Al Baitul Amien ..................................................................................................................... 30



BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 32 5.1.



Kesimpulan........................................................................................................... 32



5.2.



Saran ...................................................................................................................... 32



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 33



iii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap aktifitas manusia disadari atau tidak, dapat menjadi sumber bising. Seiring perkembangan zaman manusia pun membutuhkan industri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun kebanyakan aktifitas dalam suatu industri terutama proses produksi, dapat menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu pekerja maupun masyarakat sekitarnya. Kebisingin merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan. Bising adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan (Suma’mur, 1984). Pengaruh bising pada kesehatan berupa gangguan pendengaran dan gangguan bukan pendengaran. Kebisingan merupakan sebuah bentuk energi yang bila tidak disalurkan pada tempatnya akan berdampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Upaya pengawasan dan pengendalian kebisingan menjadi faktor yang menentukan kualifikasi suatu perusahaan dalam menangani masalah lingkungan yang muncul.Kebisingan merupakan salah satu aspek lingkungan yang perlu diperhatikan. Karena termasuk polusi yang mengganggu dan bersumber pada suara / bunyi. Oleh karena itu bila bising tidak dapat dicegah atau dihilangkan, maka yang dapat dilakukan yaitu mereduksi dengan melakukan pengendalian melalui berbagai macam cara. Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.1,2 Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 desibel ( dB ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea



1



dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.



1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Berapa tingkat kebisingan didaerah parkiran masjid Jami’ Al Baitul Amien?”



1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat kebisingan didaerah parkiran masjid Jami’Al Baitul Amien 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hasil tingkat kebisingan dikawasan masjid Jami’ Al Baitul Amien 2. Untuk mengetahui pembahasan hasil tingkat kebisingan dikawasan masjid Jami’ Al Baitul Amien



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Definisi Kebisingan Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki, defenisi ini menunjukkan bahwa bising itu sangat subjektif, tergantung dari masingmasing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunisasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku pemukiman, ketidak nyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari. Saat ini kebisingan telah menjadi masalah yang banyak di hadapi penduduk. Untuk kegiatan pembangunan secara fisik seperti sarana transportasi harus dikendalikan tingkat kebisingannya sehingga tidak melampaui batas. Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas , frekuensi, durasi, dan pola waktu. Suara dikatakan bising bila suara-suara tersebut menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur dan lain-lain (Suma’mur, 1996). Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis merupakan penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke gendang telinga.” Menurut Patrick (1977): “kebisingan dapat pula diartikan sebagai bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.” Menurut Prabu, Putra (2009) bising adalah suara yang mengganggu



3



Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP48/MENLH/11/1996 definisi bising adalah “bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan dapat juga diartikan sebagai bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga secara umum kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang merugikan manusia dan lingkungan. Bising dikategorikan pada polutan lingkungan/buangan yang tidak terlihat, tapi efeknya cukup besar. Kebisingan adalah bahaya yang umum di tempat kerja. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi



yang menjengkelkan. Berdasarkan



Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran. Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan



2.2. Sumber Kebisingan Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat



4



pembangkit tenaga,alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Sumber bising dapat dibedakan berdasarkan dua 2 kategori, yaitu sumber bising berdasarkan jenis dan sumber bising berdasarkan bentuk. 2.2.1. Berdasarkan Jenis Sumber-sumber bising sangat banyak, namun dikelompokkan menjadi kebisingan industri, kebisingan kegiatan konstruksi, kebisingan kegiatan olahraga dan seni, dan kebisingan lalu lintas. Selanjutnya, emisi kebisingan dipantulkan melalui lantai, atap, dan alat-alat. Sumber bising secara umum (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003): 1.



Indoor : manusia, alat-alat rumah tangga dan mesin;



2.



Outdoor: lalu lintas, industri dan kegiatan lain.



Pembagian sumber bising lain dapat dibedakan menjadi: 1.



Sumber terbesar: lalu lintas (darat, laut dan udara) Tingkat tekanan suara dari lalu lintas dapat diprediksi dari:



2.



-



Kecepatan lalu lintas;



-



Kecepatan kendaraan;



-



Kondisi permukaan jalan.



Industri: tergantung kepada jenis industri dan peralatan. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu a) Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin. b) Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian



5



mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain. c) Pergerakan udara, gas dan cairan Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lainlain. 2.2.2. Berdasarkan Bentuk Sumber Titik (sumber diam), adalah penyebaran kebisingannya dalam bentuk bola-bola konsentris dengan sumber kebisingan sebagai pusatnya dan menyebar diudara dengan kecepatan sekitar 360 m/det. Sedangkan sumber Garis (sumber bergerak), merupakan penyebaran kebisingannya dalam bentuk silinder-silinder konsentris dan sumber kebisingan sebagai sumbunya dengan menyebar ke udara dengan kecepatan sekitar 360 m/det. Sumber kebisingan ini umumnya berasal dari kegiatan transportasi.



Gambar 2.1 Ilustrasi Sumber Kebisingan



6



2.3. Katagori Kebisingan Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise, occupational noise, dan impuls noise (Gabriel JF, 1996) 1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi atau 31,5 – 8.000 Hz. 2. Occupational noie (bising berhubungan dengan pekerjaan), bising yang disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja. 3. Impuls Noise (impact noise = bising impulsive), bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu, ledakan, mriam, tambakan bedil dan lain –lain.



2.4. Jenis- Jenis Kebisingan Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas: a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut – turut. Misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar. b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas. c. Bising terputus – putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus – menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang. d. Bising Impulsif Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam. e. Bising Impulsif Berulang



7



Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang – ulang. Misalnya mesin tempa. Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas : a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur. b. Bising yang menutupi (Masking Noise) . Merupakan bunyi yang menutupi pendengarn yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain. c. Bising yang merusak (damaging/ injurious noise) bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.



2.5. Nilai Ambang Batas Kebisingan NAB kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja ada;ah intensitas tertingi dan merupakan nilai rata – rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetao untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.Waktu maksimum untuk bekrja adalah sebagai berikut : a.



82 dB



: 16 jam per hari



b.



85 dB



: 8 jam per hari



c.



88 dB



: 4 jam per hari



d.



91 dB



: 2 jam per hari



e.



97 dB



: 1 jam per hari



f.



100 dB



: ¼ jam per hari 8



NAB Kebisingan menurut SK Menteri Tenaga Kerja No : Kep-51/Men/1996 tentang NAB batas faktor fisik di tempat kerja :



Sedangkan NAB Kebisingan sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011



9



2.6. Faktor yang Berhubungan Dengan Bahaya Kebisingan Bahaya bising dihubungkan dengan beberapa faktor : 1. Intensitas Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma dalam desibel (dB) 2. Frekuensi Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16 hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalm rentang 250 – 4.000 Hz. Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya 3. Durasi Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam. Jadi perlu untuk mengukur semua elemen lingkungan akustik. Untuk tujuan ini digunakan pengukur bising yang dapat merekam dan memadukan bunyi. 4. Sifat Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi, intermiten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi kurang 1 detik) sangat berbahaya.



2.7. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Masyarakat Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap



10



alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah. Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya disebabkan karena energi kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising. Bising menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat bising pada tenaga kerja bermacam-macam.



1. Gangguan Fisiologis Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrine, norepinephrine dan kortisol. Stres akan mempengaruhi sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, akan berakibat perubahan tekanan darah. Stres yang



11



berulang-ulang bisa menjadikan perubahan tekanan darah itu menetap. Kenaikan tekanan darah yang terus- menerus akan berakibat pada hipertensi dan stroke.



2. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain –lain.



3. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan



terganggunya



pekerjaan,



sampai



pada



kemungkinan



terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung mengakibatkan bahaya pada keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terutama untuk para pekerja baru , karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja



4. Gangguan Keseimbangan Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain –lain.



12



5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian) Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut : 



Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal







Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB, disebut tuli ringan







Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB, disebut tuli sedang







Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat







Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat



Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling seirus karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli. Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut : a. Trauma Akustik: Merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan pemaparan tunggal (Single exposure) terhadap intensitas yang tinggi dan terjadi secara tiba-tiba, sebagai contoh gangguan pendengaran atau ketulian yang disebabkan suara ledakan bom. Hal ini dapat menyebabkan robeknya membran tympani dan kerusakan tulangtulang pendengaran. b. Temporary Threshold Shift (TTS) atau kurang pendengaran akibat bising sementara (KPABS). Adalah efek jangka pendek dari pemaparan bising, berupa kenaikan ambang sementara yang kemudian setelah berakhirnya pemaparan terhadap bising akan kembali normal. Faktor yang mempengaruhi terjadinya TTS adalah intensitas dan



13



frekuensi bising, lama waktu pemaparan dan lama waktu istirahat dari pemaparan, tipe bising dan kepekaan individual. c. Permanent Threshold shift (PTS) atau kurang pendengaran akibat bising tetap. Adalah kenaikan ambang pendengaran yang bersifat irreversibel, sehingga tidak mungkin terjadi pemulihan. Ini dapat disebabkan oleh efek kumulatif pemaparan terhadap bising yang berulang selama bertahun-tahun.



2.8. Mengukur Tingkat Kebisingan Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak suara kita lebih kuat daripada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan tingkat desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat.Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat: a) Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan) b) Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja.



2.8.1. Alat yang digunakan Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan informasi. 1. Sound Level Meter (SLM)



14



Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia.



Gambar 2.2 Sound Level Meter



2. Octave Band Analyzer (OBA) Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbedabeda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif. Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat digunakan OBA 15



dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 – 75, 75-150, 300600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600 H. Analisis kebisingan Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:Kep-48/MENLH/ 11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan Tanggal 25 Nopember 1996. Maka pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara: a. Cara sederhana Dengan sebuah sound level meter diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10 ( sepuluh ) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik. b. Cara Langsung Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Evaluasi hasil pengukuran dengan baku mutu kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi +3 dBA (Sasongko dan Hadiyarto, 2000)



2.9. Upaya Pengendalian Kebisingan Salah satu upaya pengendalian kebosingan adalah dengan sebuah program yang



di



sebut



Progaram



Konservasi



Pendengaran



(



HEARING



CONCERVATIOM PROGRAM). Program ini mencakup aktifitas berikut : A. Survey Paparan Kebisingan Identifikasi area dimana pekerja terekspose dengan level kebisingan yang berbahaya. Pada daerah kerja yang telah ditetapkan tadi, dilakukan penelitan tingkat kebisingan (analisis kebisingan). Untuk mengukur tingkt intensitas digunakan Sound Level Meter, tetapi bila ingin pengukuran lebih detail, maka menggunakan sound Level Meter yang dilengkapi Octave Band Analyzer atau dengan menggunakan Noise Dose Meter. B. Test Pendengaran



16



Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan pemeriksaan pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum diperiksa karyawan harus dibebaskan dari kebisingan di tempat kerjanya selama 16 jam. Dalam usaha memberikan perlindungan secara maksimum terhadap pekerja NIOSH menyarankan untuk melakukan pemeriksaan audiometri sebagai berikut : 1. Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah yang bising 2. Secara berkala (periodik / tahunan) Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB selama 8 jam sehari, pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas bising. 3. Secara khusus pada waktu tertentu 4. Pada akhir masa kerja. Ada beberapa macam audiogram untuk pemeliharaan pendengaran yaitu : 1. Audiogram dasar (Baseline Audiogram), pada awal pekerja bekerja dikebisingan. 2. Monitor ( Monitoring Audiogram), dilakukan kurang dari setahun setelah audiogram sebelumnya. 3. Test Ulangan (Retest Audiogram) 4. Test Konfirmasi ( Confirmation Audiogram), dilakukan bagi pekerja yang retest audiogramnya konsisten menunjukkan adanya perubahan tingkat pendengaran. 5. Test Akhir ( Exit Audiogram), dilakukan bilamana pekerja brhenti bekerja. C. Pengendalian kebisingan Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakuakn terhadap : 1. Sumbernya dengan cara :



17



 Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya.  Substitusi alat  Mengubah proses kerja 2. Perjalanannya dengan cara :  Jarak diperjauh  Akustik ruangan  Enclosure 3. Penerimanya dengan cara :  Alat Pelindung telinga  Enclosure ( misal dalam control room)  Administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerja



Selain dari ketiga diatas, dapat juga dilakukan dengan melakukan : a) Pengendalian secara teknis ( Engineering control) dengan cara :  Pemilihan



equipment/tools/



peralatan



yang



lebih



sedikit



menimbulkan bising  Dengan melakukan perawatan (Maintenance)  Melakukan pemasangan penyerap bunyi  Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik)  Menghindari kebisingan b) Pengendalian secara Administratif (Administrative control) dengan cara :  Melakukan shift kerja  Mengurangi waktu kerja  Melakukan trainning Langkah terakhir dalam pengendalian kebisingan adalah dengan menggunakan alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan helmet).



18



Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur. D. Alat Pelindung Pendengaran Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terkahir yang harus dilakukan. Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga mencapai level TWA atau kurang dari itu, yaitu 85 dB. Ada 3 janis alat pelindung pendengaran, yaitu :  Sumbat telinga (Earplug), dapat mengurangi kebisingan 8 – 30 dB. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB. Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain : Formable type, Costum molded ty\pe, Premoled type  Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25 – 40 dB. Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.  Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40 – 50 Db



Gambar 2.3 Alat Pelindung Pendengaran E. Pendidikan dan Motivasi Semua pekerja yang berhak mengikuti progam konservasi pendengaran, harus mendapatkan pendidikan dan training yang cukup



19



setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak pada program pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan edukasi pada dasarnya sasarannya adalah perilaku pekerja. Hal – hal yang relevan dan harus ada dalam program pendidikan ini adalah sebagai berikut :  Standart penanganan dampak kebisingan akibat kerja yang rasional dan jelas.  Dampak kebisingan terhadap pendengaran  Policy / kebijakan perusahaan dengan pengontrolan yang baik yang telah dilaksanakan maupun rencana kedepan  Audiometri yaitu menjelaskan bagaimana peranan audiometri dalam mencegah hilangnya pendengaran akibat kebisingan, bagaimana melakukan test itu sendiri interpretasinya serta implikasi yang timbul dari hasil test.  Tanggung



jawab individual, dengan diskusi mengenai sumber



kebisingan, bagaimana mengontrolnya serta usaha mencegahnya agar tidak mengganggu kesehatan dikemudian hari. F. Pencatatan dan pelaporan Informasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan yaitu : a. Data hasil pengukuran kebisingan  Departemen dan lokasi yang disurvey beserta hasilnya  Alat yang dipakai serta kalibrasinya  Daftar nama karyawan yang terpapar di atas 85 dBA  Daftar area karyawan yang terpapar di atas 85 dBA b. Data kontrol terikat / administrative  Data instalasi kontrol teknik secara lengkap beserta evaluasinya  Data perawatan mesin secara teratur  Data



karyawan



yang



mendapatkan



perlakuan



secara



administrative c. Data hasil Audiometri



20



 Data hasil pemeriksaan audiometri dari masing – masing karyawan lengkap dengan nama, umur, job description, tanggal pelaksanaan audiometri dsb.  Pre – employment atau pre – exposure audiogram  Termination atau exit audiogram  Hasil review dari audiogram  Nama teknisi yang melaksanakan audiometri serta sertifikasi yang dimilikinya



d. Data Alat Pelindung Diri  Tanggal mulai pemberian APD pada karyawan  Merk dan ukuran APD yang dipakai  Data pendidikan penggunaan dan perawatan APD  Data hasil inspeksi penggunaan APD  Kalkulasi efek penurunan level kebisingan dari APD yang dipakai, untuk melihat efektivitas alat. e. Data Pendidikan dan Pelatihan  Isi program pendidikan dan pelatihan tahunan  Nnama presenter serta metode pelatihan yang digunakan  Nama – nama peserta pelatihan  Hasil evaluasi pelatihan f. Data Evaluasi Program  Dokumentasi



tahunan



berkenaan



pengukuran



kebisingan,



perfomance dari APD, serta review hasil audiometri  Data usulan perubahan atau tambahan dalam pedoman program konservasi pendengaran g. Evaluasi Program



21



 Mereview apakah program pemeliharaan pendengaran diatas sudah dilakukan secara menyeluruh dan juga kulaitas pelaksanaan masing – masing komponennya.  Membandingkan baseline audiogram lainnya untuk menngukur keberhasilan usaha pencegahan tersebut.  Identifikasikan apakah ada daerah yang dikontrol lebih lanjut.  Buat check list yang spesifik untuk masing – masing daerah kerja untuk meyakinkan apakah semua komponen program telah ditindak lanjuti sesuai standart yang berlaku.



22



BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di sekitar kawasan Masjid Jami’ Al Baitul Amien di Jl. Sultan Agung, Jember. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei-14 Mei Tahun 2017



3.2. Waktu Pengukuran Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (Lsm) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (Ls) pada selang waktu 06.00-22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (Lm) pada selang 22.00-06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran. Contoh sampling adalah : • L1 diambil pada ja, 07.00 mewakili jam 06.00-09.00 • L2 diambil pada jam 12.00 mewakili jam 09.00-15.00 • L3 diambil pada jam 17.00 mewakili jam 15.00-18.00 • L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 18.00-22.00 • L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00-24.00 • L6 diambil pada jam 02.00 mewakili jam 24.00-03.00 • L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00-06.00 3.3. Prosedur Pengukuran Pengukuran tingkat kebisingan yang kami lakukan dengan cara sederhana :



23



Cara sederhana harus dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Orang pertama untuk melihat waktu dan memberikan aba-aba pembacaan tingkat kebisingan sesaat per lima detik dalam waktu 10 menit menggunakan timer pada aplikasi handphone. Orang kedua mencatat pembacaan tingkat kebisingan sesaat dari sound level meter (SLM). Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi sesaat dB(A) selama 10 (sepuluh) menit. Rincian cara kerjanya sebagai berikut: 1. Menyiapkan Sound Level Meter 2. Mengaktifkan alat dengan menekan tombol on/off 3. Memposisikan alat sound level meter dengan ketinggian 1,2 meter hingga 1,5 meter dari permukaan tanah pada titik pengukuran 4. Melakukan pencatatan nilai intensitas kebisingan yang terukur dengan melihat nilai yang tertera pada display layar sound level meter pada setiap interval 5 detik selama satu menit.



3.4. Alat dan Bahan : 1. Sound Level Meter (SLM) Merupakan alat utama dalam penelitian kebisingan. SLM digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan. SLM yang digunakan adalah SLM digital yang mampu mengukur tingkat tekanan bunyi efektif dalam desibel (dB). 2. Stopwatch Digunakan untuk menghitung waktu saat pengukuran. 3. Bolpoint Sebagai tinta untuk menulis. 4. Kertas Untuk mencatat hasil dari data.



24



3.5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan evaluatif.Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi eksisiting. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses pengembangan dan produk yang dihasilkan Data yang dihasilkan berupa angka- angka hasil pengamatan dilapangan secara langsung, setelah data terkumpul kemudian dideskriptifkan, dibandingkan dengan standar yang ada yaitu membandingkan Leq dengan Standar Baku Mutu Lingkungan Hidup seperti yang ada di dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996 a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian atau data utama dalam penelitian tingkat kebisingan. Data primer ini merupakan hasil pengambilan data dari titik lokasi yang sudah ditentukan. Langkahlangkah pengambilan data ini dilakukan dengan menggunakan sebuah SLM digital, yang diukur dengan tingkat tekanan bunyi sesaat dB (A) selama 10 menit, atau Leq (10 menit) untuk setiap pengukuran dan pembacaan hasil dilakukan setiap 5 detik. Sehingga didapat 120 data dalam setiap pengukuran 10 menit. Tabel hasil pengambilan data pengukuran tingkat kebisingan dalam rentang waktu 1 menit sampai 10 menit dengan interval pembacaan hasil dari alat setiap 5 detik. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian atau sebagai data pembanding dan dari beberapa referensi jurnal, skripsi, dan buku panduan lainnya.



25



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Tingkat Kebisingan dikawasan Masjid Jami’ Al Baitul Amien 4.1.1. Tabel hasil data dalam masing-masing jam 1.



Sabtu, 13 Mei 2017, Jam : 07.00-0710



Menit 5 ke1 82.3 2 80.7 3 81.6 4 80.8 5 78.9 6 81.0 7 79.4 8 100.5 9 101.8 10 82.2 Leq 10 menit



10



15



20



84.0 81.6 82.3 81.1 81.1 82.6 87.6 88.6 97.8 79.2



81.1 80.1 81.9 81.5 78.8 82.5 88.5 81.3 92.2 81.3



81.0 80.8 80.9 78.0 77.2 80.4 87.2 91.0 92.9 79.6



25



30



35



40



80.5 81.6 82.9 80.2 80.1 84.2 79.8 82.9 81.0 81.4 82.1 80.4 82.2 80.4 81.9 83.7 83.0 78.4 79.6 79.3 79.9 79.7 84.5 82.0 87.4 86.7 92.6 90.6 99.0 102.7 93.6 105.1 91.9 89.6 101.3 93.1 79.7 77.8 80.3 79.3



45



50



79.0 80.3 79.8 80.5 77.6 85.4 94.7 96.9 99.6 78.5



79.3 81.1 80.4 79.3 79.8 80.0 94.6 94.7 98.5 80.2



55



60



79.8 81.1 80.3 81.5 80.5 83.5 77.5 82.0 82.1 79.5 78.5 76.8 94.6 91.5 95.5 101.1 95.8 95.1 81.7 83.2



Leq 1 menit 81.3 81.3 81.4 81.1 79.9 81.7 91.3 99.2 97.4 80.5 92.0



Tabel 4.1 Leq 10 menit pada jam 07.00-07.10



2.



Sabtu, 13 Mei 2017, Jam : 12.00-12.10



Menit 5 ke1 78.1 2 76.7 3 80.1 4 79.3 5 83.5 6 74.1 7 79.1 8 77.2 9 78.4 10 74.2 Leq 10 menit



10



15



20



25



30



35



40



45



50



55



60



80.4 76.5 78.7 75.3 80.5 74.0 79.6 79.1 80.6 80.1



81.5 77.8 77.5 76.9 78.9 80.5 78.3 77.9 78.1 82.0



80.3 79.3 79.5 76.6 73.9 79.3 77.8 76.6 77.2 85.4



79.3 79.8 80.3 74.0 74.9 77.3 77.5 80.2 78.3 79.8



77.8 83.8 77.6 73.7 83.4 75.8 74.8 81.7 80.4 84.3



76.0 79.1 78.0 74.9 75.9 78.5 77.3 79.0 79.2 78.1



75.1 80.4 79.2 75.2 78.2 76.6 77.5 80.0 77.5 80.0



76.1 86.5 78.2 75.1 81.1 81.1 75.8 79.5 78.5 80.3



75.4 80.3 78.5 71.9 80.0 79.4 76.3 78.4 76.8 78.5



77.8 78.2 73.3 70.7 81.3 77.4 77.7 75.6 72.7 79.6



76.9 81.1 77.3 70.9 76.6 78.1 75.0 73.3 80.0 76.5



Tabel 4.2 Leq 10 menit pada jam 12.00-12.10



26



Leq 1 menit 78.4 81.0 78.5 75.2 80.0 78.2 77.5 78.7 78.5 80.9 79.0



3.



Sabtu, 13 Mei 2017, Jam : 17.00-17.10



Menit 5 ke1 73.5 75.4 2 3 73.8 4 77.3 5 74.8 73.8 6 7 75.5 8 73.9 9 75.4 73.0 10 Leq 10 menit



10



15



20



25



30



35



40



45



50



55



60



72.5 73.2 74.9 75.9 71.9 75.7 74.3 74.2 74.9 75.7



75.5 74.1 70.0 74.2 73.2 70.4 73.7 70.7 74.0 76.3



70.7 70.2 74.7 75.8 77.8 70.7 72.8 72.8 72.1 75.9



75.1 75.6 72.9 73.5 76.9 72.8 71.9 73.4 73.8 77.1



73.4 76.1 75.3 72.1 75.7 72.0 73.5 72.1 72.9 75.4



73.0 72.3 74.3 74.0 76.8 73.0 72.7 71.9 71.6 75.0



74.3 69.2 75.2 74.8 74.2 74.9 70.0 75.2 73.9 74.3



72.0 71.9 72.1 71.7 72.4 75.1 70.3 74.9 70.6 73.2



70.9 73.3 70.9 71.4 73.5 73.8 73.2 75.8 75.3 70.1



74.8 78.4 71.8 72.0 75.8 76.7 71.3 74.0 72.1 71.2



71.5 75.7 74.0 73.3 71.2 74.4 70.8 73.5 73.8 71.9



Leq 1 menit 73.4 74.5 73.6 74.2 75.0 74.0 72.8 73.8 73.6 74.6 74.0



Tabel 4.3 Leq 10 menit pada jam 17.00-17.10



4.



Sabtu, 13 Mei 2017, Jam : 20.00-20.10



Menit 5 ke82.1 1 82.4 2 83.9 3 82.7 4 79.4 5 84.0 6 82.4 7 81.2 8 88.9 9 80.8 10 Leq 10 menit



10



15



20



25



30



35



40



45



50



55



60



80.7 79.9 81.7 79.9 80.9 83.9 82.0 82.9 81.5 80.6



81.6 80.4 82.8 79.6 81.4 83.0 78.6 82.4 84.2 84.4



81.2 83.8 84.5 81.4 83.8 81.5 81.2 80.9 83.3 80.3



84.7 80.1 88.6 81.4 87.0 80.9 82.8 81.8 81.5 79.9



82.1 82.0 86.3 79.8 81.7 81.2 81.8 84.0 80.7 78.1



81.1 90.9 84.6 79.9 80.7 80.9 80.8 83.8 80.8 77.3



80.3 86.0 80.5 81.2 79.7 81.0 81.0 83.8 82.2 78.5



83.1 87.6 83.5 72.0 78.1 80.9 82.3 81.3 82.9 79.8



85.2 87.7 83.8 82.7 82.6 80.8 83.8 80.4 82.9 79.1



83.7 85.7 82.5 80.5 81.4 82.0 85.7 82.1 83.3 70.5



80.3 85.4 81.5 81.5 81.7 80.6 84.0 83.6 81.7 79.1



Tabel 4.4 Leq 10 menit pada jam 20.00-20.10



27



Leq 1 menit 82.5 85.6 84.3 80.8 82.2 81.9 82.5 82.5 83.5 79.9 82.9



5.



Sabtu, 13 Mei 2017, Jam : 23.00-23.10



Menit 5 ke1 79.6 2 81.0 3 80.2 4 86.5 5 81.6 6 81.1 7 88.0 8 79.3 9 82.0 10 78.6 Leq 10 menit



10



15



20



25



30



35



40



45



50



55



60



81.5 80.6 78.5 81.6 83.0 78.5 88.1 78.3 82.5 79.6



91.3 85.0 78.3 77.7 77.6 77.5 86.0 82.1 84.0 88.1



89.9 82.2 78.5 77.5 78.4 80.8 84.4 84.5 82.9 79.2



86.6 77.5 79.4 79.2 77.3 82.6 87.1 87.3 86.0 84.5



84.6 80.7 81.8 76.6 80.7 79.8 88.7 83.7 83.6 80.5



81.5 81.5 85.4 77.1 83.1 79.4 81.6 81.0 83.7 80.2



78.3 81.2 80 77.3 91.9 83.6 79.6 82.1 80.6 78.4



79.0 82.5 79.2 78.5 80.4 81.3 80.8 81.3 77.2 78.1



81.4 81.5 80.6 79.4 81.6 80.4 78.6 81.6 77.5 79.9



83.5 81.0 79.6 82.4 82.9 85.6 78.1 80.0 77.3 79.0



79.6 85.7 81.2 83.0 82.5 86.7 78.2 80.9 78.6 79.0



Leq 1 menit 85.3 82.2 80.7 80.9 84.0 82.3 85.0 82.6 82.2 81.7 83.0



Tabel 4.5 Leq 10 menit pada jam 23.00-23.10



6.



Minggu, 14 Mei 2017, Jam 02.00-02.10



Menit 5 ke1 72.7 2 70.6 3 80.7 4 76.4 5 75.8 6 78.4 7 80.4 8 80.2 9 93.7 10 74.2 Leq 10 menit



10



15



20



25



30



35



40



45



50



55



60



78.4 72.7 74.6 76.3 76.9 75.1 75.5 76.9 82.2 78.7



82.3 72.2 74.5 74.2 73.1 75.0 75.8 78.0 77.7 75.0



90.5 74.2 73.7 73.2 73.4 71.3 74.4 79.5 74.0 72.2



95.0 76.0 73.9 74.7 75.4 75.9 76.6 80.4 72.7 75.0



87.7 76.7 74.5 75.5 74.4 77.6 76.9 75.7 76.6 69.6



82.3 74.7 79.1 74.0 86.0 77.7 76.2 78.8 79.1 68.2



79.2 74.8 78.9 75.2 69.0 79.1 74.8 75.9 89.9 70.2



73.8 78.0 76.4 74.0 76.6 77.2 73.4 75.7 73.9 71.8



73.2 78.4 75.1 72.6 79.1 79.1 74.4 75.5 80.4 70.7



74.2 79.3 73.2 69.8 77.7 78.0 76.9 80.8 74.5 72.7



69.9 83.9 74.8 74.0 74.8 81.2 75.9 78.6 75.0 77.3



Tabel 4.6 Leq 10 menit pada jam 02.00-02.10



28



Leq 1 menit 86.6 77.5 76.5 74.5 78.3 77.7 76.3 78.4 85.1 74.1 80.7



7.



Minggu, 14 Mei 2017, Jam : 04.00-04.10



Menit 5 ke1 76.1 2 73.5 3 76.5 4 77.0 5 70.8 6 71.0 7 71.0 8 78.5 9 74.3 10 75.9 Leq 10 menit



10



15



20



25



30



35



40



45



50



55



60



75.2 73.9 77.7 75.8 72.4 73.7 75.2 86.5 73.0 75.9



76.7 74.1 76.8 75.2 72.4 69.4 73.7 81.2 75.0 75.9



75.4 73.9 80.8 73.6 79.3 70.4 75.3 82.4 76.8 75.9



74.3 73.4 86.3 76.1 74.9 79.2 73.7 84.5 75.4 75.9



74.0 84.3 93.7 74.0 78.1 75.1 72.2 84.0 74.3 75.9



74.6 75.3 77.6 74.5 74.5 77.2 72.2 85.5 79.7 75.9



78.9 74.3 77.5 76.0 74.9 76.1 73.2 88.0 78.1 75.9



74.8 76.2 76.8 76.2 72.3 76.0 76.7 90.0 74.2 75.9



73.7 74.9 77.6 75.3 76.0 74.1 76.5 87.8 75.6 75.9



73.8 77.0 77.1 74.3 73.1 74.7 82.8 88.0 74.4 75.9



73.5 74.6 77.3 73.2 72.9 73.2 79.1 70.1 73.1 75.9



Tabel 4.7 Leq 10 menit pada jam 04.00-04.10



4.1.2. Tabel hasil perhitungan total Kode



Waktu



La



7:00



Lb



12:00



Lc



17:00



Ld LSiang



20:00 16 jam



Le



23:00



Lf



2:00



Lg LMalam LSiangMalam



4:00 8 jam 24 jam



Mewakili Pukul 06:0009.00 Pukul 09:0015.00 Pukul 15:0018.00 Pukul 18:0022.00 Siang Hari Pukul 22:0024.00 Pukul 24:0003.00 Pukul 03:0006.00 Malam Hari



Leq 10 menit (dB A)



Keterangan



92.0



Ta=3



79.0



Tb=2



74.0



Tc=6



82.9 Td=5 85.8025271 83.0



Te=2



80.7



Tf=3



79.9 Tg=3 81.1589865 85.9246267 Tabel 4.8 Perhitungan Total



29



Leq 1 menit 75.4 77.0 84.5 75.2 75.0 75.0 76.6 85.8 75.8 75.9 79.9



Ket : Ls = Perhitungan untuk siang hari dengan rentang waktu pukul 06.00-22.00 Lm = Perhitungan untuk malam hari dengan rentang waktu pukul 22.00-06.00 Lsm = Perhitungan yang terakhir yaitu menentukan kebisingan lingkungan secara total (24 jam) 4.2. Pembahasan hasil tingkat kebisingan dikawasan masjid Jami’ Al Baitul Amien Untuk Menentukan nilai dB Ekivalen sepanjang hari dBA harus dilakukan perhitungan menerut keputusan menteri lingkungan hidup seperti pada lampiran Nilai dB ekivalent pada waktu siang dinyatakan sebagai Ls, nilai dB ekivalen waktu malam dinyatakan dengan Lm dan nilai rata-rata dB(A) Rumus yang dipakai untuk menghitung : 𝟏



Leq(1 menit) = 10 log 𝟔𝟎 [(100.1 L1+100.1 L2+…+10 0.1 L12)5] 𝟏



Leq(10 menit) = 10 log 𝟏𝟎 [(100.1 LI+100.1 LII+…+10 0.1 Lx)1] 𝟏



Ls = 10 log 𝟏𝟔 (Ta0.1 La+…+Td 0.1 Ld) 𝟏



Lm = 10 log 𝟖 (Te100.1 La+Tf 100.1 Lf+Tg 100.1 Ld) 𝟏



Lsm = 10 log 𝟐𝟒 (16 × 10 0.1 Ls + 8 × 10 0.1 (LM+5) ) Hasil pengukuran yang telah di lakukan dikawasan Masjid Jami’ Al Baitul Amien dan telah mendapatkan beberapa data untuk di hitung dan mendapatkan hasilnya, dapat dianalisis bahwa hasil dari pengukuran tersebut didapatkan nilai Lsm pada perhitungan ini didapatkan sebesar 85.9246267 dB(A) atau dapat dibulatkan sebesar 86 dB(A). Dimana hasil keseluruhan yang ada di kawasan Masjid Jami’ Al Baitul Amien, melebihi standar yang ditentukan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KMNLH) (1996) yaitu pada tabel baku tingkat kebisingan peruntukan kawasan lingkungan kegiatan pada tempat ibadah atau sejenisnya sebesar 55 dB. Sumber kebisingan yang didapatkan pada lingkungan tersebut, dikarenakan kawasan tersebut sangat



30



dekat sekali dengan jalan raya dan alun-alun, maka kebisingan tersebut bersumber atau banyak di pengaruhi oleh suara klakson kendaraan, bunyi mesin yang dihasilkan dari semua kendaraan bermotor terutama suara mobil dan sepeda motor, adanya kegiatan disebrang jalan yaitu di alun-alun yang waktu itu terdapat sound system dan lain-lainnya. Kebisingan yang berulang-ulang dan tidak dapat diadaptasi oleh individu dapat menyebabkan terjadinya stress dalam setiap imdividu. Keadaan bising juga dapat berakibat kelainan pada system pendengaran serta menurunkan kemampuan dalam berkomunikasi, disamping sebagai penyebab stress yang dapat memodulasi sistem imun. Sehingga dalam hal ini sangat perlu dilakukan sosialisasi untuk penanganan kebisingan. Peredam kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang mampu meredam bising atau bahan penyerap bunyi. Penyerapan bunyi adalah kemampuan suatu bahan untuk meredam bunyi yang datang (Satwiko, 2005). Penanganan bising yang mungkin cocok untuk mengurangi tingginya kebisingan yang diterima adalah dengan memasang atau menambahkan barrier buatan dalam bentuk tanaman atau vegetasi, karena dengan penanaman barrier seperti pepohonan dapat mengurangi tingkat kebisingan yang ada dikawasan tersebut, tidak hanya untuk mengurangi tingkat kebisingan, melakukan penanaman pepohonan



juga dapat memberikan estetika keindahan pada



kawasan yang ada disekitar Masjid Jami’ Al Baitul Amien.



31



BAB V PENUTUP



5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1. Kebisingan merupakan sesuatu yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pendengaran. 2. Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat intensitas kebisingan yaitu sound level meter (SLM) 3. Hasil dari pengukuran tersebut didapatkan nilai Lsm pada perhitungan ini didapatkan sebesar 85.9246267 dB(A) atau dapat dibulatkan sebesar 86 dB(A). Dimana hasil keseluruhan yang ada di kawasan Masjid Jami’ Al Baitul Amien, melebihi standar yang ditentukan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KMNLH) (1996) Dimana standar kebisingan dalam ruang yaitu berkisar antara 50-100 dB.



5.2. Saran 1. Sangat perlu dilakukan sosialisasi untuk penanganan kebisingan. Peredam kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang mampu meredam bising atau bahan penyerap bunyi. 2. Tidak sering melakukan kegiatan pada kawasan tersebut. 3. Sebaiknya ada peneliti yang juga melakukan pengukuran disana agar supaya jika hasilnya sama halnya dengan penelitian ini dapat diberikan penanganan lanjut.



32



DAFTAR PUSTAKA



Notoatmodjo, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineke Cipta Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU Repository: Universitas Sumatera Utara.



33