Peran Pariwisata Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Peran Pariwisata dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Elsa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat



[email protected] Abstract This paper to see how tourism can provide stimulus to economic growth. In tourism the interaction between tourists and local communities so as to enhance economic activities such as revenues, business opportunities, employment opportunities and reduce unemployment or poverty erodes. So, it can be explained that between the tourism sector and the economy is directly proportional, if the tourism sector increases, people's income also increased. Conversely, if the tourism sector are declining, people's income also declined. Tourism is the engine driving and driving the creation of creativity of the community in an effort to improve the lives. Problems that develop in the tourism sector is the lack of knowledge and understanding on tourism, a reference to incomplete about the tourist places (socialization of local government is still not satisfactory), and stepping are not implemented (safe, orderly, clean, cool, beautiful, welcoming, and memories) in the tourism sector. Therefore, to overcome the problem of tourism is needed awareness by government and the community to develop and explore the potential of tourism as an effort to increase the standard of living and the quality of the people in the area. Efforts are underway to explore the potential of travel may include human resource development, implementation stepping, as well as the improvement of facilities and infrastructures. It can boost the high interest of tourists to visit the tourist destination so that not only the public economy are growing, but the skill and creativity of the community also increased. Keywords: Tourism, Economic Growth.



PENDAHULUAN Pariwisata adalah kegiatan/perjalanan yang dilakukan seseorang dengan waktu yang sementara, jadwal yang terencana dan memiliki tujuan ke suatu tempat serta memiliki motif-motif tertentu tapi bukan untuk mencari pekerjaan dan penghidupan didaerah tujuan. Terjadinya kegiatan pariwisata disebabkan oleh pergerakan manusia untuk mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari suasana baru, dan untuk melakukan perjalanan setelah jenuh didalam aktivitas-aktivitas yang monoton. Zaman sekarang, pariwisata dijadikan sebagai industri penggerak dan andalan utama dalam menambah devisa sebuah negara. Pariwisata dijadikan sebuah usaha yang sangat menjanjikan dan primadona “komoditas ekspor” dalam meningkatkan ekonomi, sosial, dan budaya daerah tujuan wisata (Pitana, I Gde, dan Gayatri, Putu G, 2005:40). Pariwisata adalah sebuah sistem yang saling berkaitan satu sama lain. Jika salah satu unsur rusak maka unsur lain tidak dapat berfungsi. Menurut Rani, Deddy Prasetya Maha (2014:415) ada beberapa aktor yang berperan dalam menggerakkan sistem pariwisata. Secara umum, pariwisata dikelompokkan dalam



Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat



14



tiga pilar utama yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintah. Masyarakat di daerah tujuan wisata berperan sebagai pemilik sumber daya atau modal pariwisata (pemilik kebudayaan). Masyarakat ini terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat, intelektual, LSM, dan media massa. Selanjutnya, dalam kelompok swasta adalah asosiasi usaha pariwisata dan para pengusaha, sedangkan kelompok pemerintah mulai dari berbagai wilayah administrasi pemerintah pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya. Penyelenggaraan pariwisata didaerah tujuan wisata dapat berjalan dengan sempurna bila aktor-aktor tersebut bekerjasama dan saling mendukung satu sama lain, seperti bersama-sama merencanakan pembangunan, pengorganisasian,



pemeliharaan,



dan



pengawasan



berbagai



sektor



yang



mendukung kegiatan pariwisata. Namun kenyataannya, antara masyarakat, swasta, dan pemerintah belum saling mendukung dan bekerjasama satu sama lain sehingga mengakibatkan kurang lancarnya kegiatan pariwisata di suatu daerah. Masyarakat belum memahami arti penting dari pariwisata. Padahal melalui kegiatan pariwisata ini perekonomian dan taraf hidup masyarakat dapat meningkat. Pariwisataa juga mampu meningkatkan daya saing yang sehat antara masyarakat yang satu dengan yang lain sehingga memunculkan kreatifitas yang tinggi. Selanjutnya, referensi yang kurang mengenai tempat-tempat wisata dipengaruhi oleh rendahnya sosialisasi pemerintah terhadap daerah tujuan wisata yang berakibat terhadap sepinya pengunjung. Wisatawan akan mengunjungi daerah tujuan wisata jika tempat wisatanya jelas, akses lancar, dan nyaman. Tapi jika tidak ada referensi wisata bagaimana wisatawan dapat mengunjungi tempat wisata. Hal ini dapat berakibat terhadap sepinya pengunjung ke tempat wisata bila tidak memiliki referensi. Hasilnya devisa negara melalui pariwisata tidak bertambah dan ekonomi masyarakat lokal juga tidak berjalan lancar. Selain itu, kelemahan dalam pariwisata dapat dilihat dari kurang diterapkannya sapta pesona. Sapta pesona adalah cara yang dilakukan dalam menarik minat wisatawan agar berkunjung ke daerah tujuan wisata. Sapta pesona ini terdiri dari tujuh unsur yaitu a) rasa aman yang berhubungan dengan keselamatan wisatawan, b) tertib berhubungan dengan keteraturan mulai dari ketertiban lalu lintas, pelayanan, dan antrian, c) bersih berhubungan dengan lingkungan yang bebas dari sampah, penyakit, ataupun limbah, d) sejuk mengarah



15



Jurnal Spasial



pada lingkungan yang hijau, e) indah penekanannya lebih pada keserasian dan keselarasan, f) ramah tamah lebih mengarah kepada masyarakat daerah tujuan wisata yang sopan, menghargai wisatawan yang datang, dan g) kenangan adalah kesan yang tidak pernah dilupakan, dengan banyaknya kenangan maka akan menarik minat wisatawan untuk kembali mengunjungi daerah wisata. Oleh sebab itu, penerapan sapta pesona sangat penting dalam usaha pariwisata. Salah satu contoh rendahnya sapta pesona dapat dilihat dari bom yang terjadi di Bali tahun 2002. Bom Bali ini berdampak terhadap pariwisata Senggigi, di Lombok. Irianto (2011:191) menjelaskan bahwa rendahnya kunjungan wisatawan asing ke Indonesia khususnya Lombok merupakan pengaruh dari bom Bali. Peristiwa ini mengakibatkan turunnya tingkat hunian hotel berbintang yaitu hanya berkisar 17,33% sampai 34,74%, banyak unit usaha kecil yang menutup usaha sementara waktu, dan dilakukannya efisiensi oleh manajemen hotel dengan upaya menekan biaya operasional, mengurangi jam kerja karyawan, memberikan cuti, dan mengurangi karyawan magang. Didalam peristiwa ini, sapta pesona yang tidak terlaksana adalah rasa aman sehingga muncul anggapan bahwa Indonesia tidak aman lagi untuk dijadikan tujuan wisata karena tidak mampu melindungi keselamatan wisatawan. Hal ini membuktikan bahwa jika salah satu unsur dari sapta pesona tidak terlaksana maka dapat berdampak terhadap kurangnya kunjungan wisatawan. Berdasarkan peristiwa tersebut, dapat dijelaskan bahwa kegiatan pariwisata berdampak terhadap perekonomian didaerah wisata. Melalui industri pariwisata perekonomian negara dapat meningkat seperti devisa negara, pendapatan masyarakat, lapangan pekerjaan bertambah, adanya kesempatan usaha sehingga dapat mengurangi pengangguran dan bisa menghapus kemiskinan serta kelaparan di daerah tujuan wisata. Oleh sebab itu, diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga mampu mengembangkan dan menggali potensi suatu daerah untuk dijadikan daerah tujuan wisata. Selain itu, diperlukannya dukungan antara masyarakat, swasta, dan pemerintah sehingga dapat menjadikan pariwisata sebaga stimulus dalam peningkatan ekonomi kreatif. PEMBAHASAN Pariwisata merupakan kegiatan yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat seperti pendapatan, peluang usaha, kesempatan kerja dan



16



Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat



mengurangi angka pengangguran atau mengikis angka kemiskinan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional bahwa tujuan pembangunan pariwisata adalah a) mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional, b) berbasis pada



pemberdayaan



masyarakat,



kesenian



dan



pesona



alam



dengan



memperhatikan kelestarian seni budaya tradisional dan kelestarian lingkungan hidup, serta c) mengembangkan dan memperluas pasar pariwisata terutama pasar luar negeri. Selanjutnya,



dalam



Undang-Undang



No.



10



Tahun



2009



tentang



kepariwisataan, agar sumber daya dan modal kepariwisataan dimanfaatkan secara optimal



melalui



penyelenggaraan



kepariwisataan



yang



ditujukan



untuk



meningkatkan pendapatan nasional, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha



atau



lapangan



pekerjaan,



mendorong



pembangunan



daerah,



memperkenalkan dan mendayagunakan daya tarik wisata dan destinasi di Indonesia dalam rangka memupuk rasa cinta tanah air (Anom, I putu, 2013:112). Berdasarkan undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pariwisata tidak hanya memperkuat ekonomi sebuah negara tapi juga menumbuhkan cinta dan bangga terhadap tanah air sehingga mampu memperkuat rasa persatuan dan kesatuan. Sebenarnya, sudah banyak literatur-literatur yang menjelaskan bahwa pariwisata tidak hanya meningkatkan perekonomian masyarakat saja tapi juga meningkatkan aspek sosial budaya, dan lingkungan. Dilihat dari aspek sosial budaya, pariwisata berperan sebagai pelestarian nilai-nilai budaya, memiliki sikap terbuka, dan menghargai serta menghormati kebudayaan lain. Selanjutnya, dari aspek lingkungan, pariwisata berperan sebagai pelestarian lingkungan agar tetap bersih, asri, sejuk, dan tetap hijau. Banyaknya dampak positif yang diberikan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat menyebabkan industri pariwisata harus tetap dikembangkan dengan melibatkan semua unsur yang terkait. Hal ini disebabkan karena antara perkembangan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi berbanding lurus. Jika pariwisata berkembang dengan baik maka ekonomi masyarakat juga membaik. Sebaliknya jika pariwisata memburuk maka perekonomian masyarakat juga akan memburuk. Pariwisata merupakan salah satu kunci pendongkrak perekonomian masyarakat karena kegiatan ini berhubungan langsung dengan kehidupan



17



Jurnal Spasial



masyarakat daerah wisata. Hubungan interaksi yang saling menguntungkan antara masyarakat dan wisatawan didalam industri pariwisata terjalin secara harmonis dan ekologis. Wisatawan melakukan perjalanan wisata dengan berbagai tujuan, misalnya rekreasi, perjalanan dinas (kongres, seminar, dan simposium), dan pendidikan. Kegiatan ini memerlukan penginapan, restoran, biro perjalanan, dan toko souvenir. Keperluan wisatawan dapat dipenuhi oleh masyarakat daerah tujuan wisata. Oleh sebab itu, masyarakat dituntut untuk kreatif didalam aktivitasaktivitas pariwisata sehingga dapat memberikan kesan bagi wisatawan dan menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Berikut dapat dijelaskan manfaat pariwisata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat : 1. Meningkatnya Pendapatan, Peluang Usaha, dan Kesempatan Kerja bagi Masyarakat Peran pariwisata dapat dilihat dari ukuran besarnya pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah melalui meningkatnya devisa, PDRB dan output total sedangkan masyarakat dapat dilihat melalui peluang usaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari income multiplier. Income multiplier adalah jumlah uang yang dihasilkan pada suatu wilayah akibat tambahan pengeluaran turis sebesar satu unit. Misalnya, wisatawan mengeluarkan uang sebanyak satu juta rupiah dalam liburan, sementara masyarakat lokal menghasilkan tambahan pendapatan 800 ribu rupiah, maka nilai income muliplier adalah 0,8. Besaran income muliplier memperlihatkan bahwa pariwisata dapat menggerakkan aktifitas perekonomian wilayah lokal (Nugroho, Iwan, 2011:65). Menurut Erawan dalam Pitana, I Gde, dan Gayatri, Putu G (2005:112)



menjelaskan bahwa industri pariwisata mampu menyumbang sebesar 51,6% terhadap pendapatan masyarakat di Bali dan kesempatan kerja menyumbang sekitar 38 %. Data tersebut menunjukkan selama di Bali, pengeluaran wisatawan yang terserap ke dalam perekonomian rakyat cukup tinggi dapat dilihat dari kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Selain bagi masyarakat, kegiatan pariwisata juga memberikan dampak positif bagi pemerintah dalam aspek ekonomi, sebab semakin banyak jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata, maka akan meningkatkan pemasukan PDRB bagi daerah. Jadi tidak hanya masyarakat yang diuntungkan tetapi pemerintah juga.



Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat



18



Meningkatnya pendapatan masyarakat dapat dilihat dari penginapan/cottagecottage milik masyarakat yang disewakan kepada wisatawan. Cottage ini juga membutuhkan beberapa karyawan untuk kelancaran operasionalnya sehingga secara tidak langsung pendirian cottage dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat lain. Selain itu, didalam pariwisata dibutuhkan seorang guide dan yang bisa menjadi guide hanyalah masyarakat lokal sebab mengenal dan memahami wilayah tersebut. Dengan menjadi guide, pendapatan masyarakat bertambah dan dapat menjadi mata pencarian alternatif bagi masyarakat. Selanjutnya, kebutuhan wisatawan didalam menikmati daerah tujuan wisata adalah transportasi. Transportasi yang lancar dapat mempengaruhi kenyamanan wisatawan dalam menikmati tempat wisata. Transportasi ini juga dapat menambah pendapatan masyarakat melalui rental/sewa sepeda, sepeda motor, dan mobil kepada wisatawan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat akibat pariwisata selain bertambahnya pendapatan adalah kesempatan atau peluang kerja. Peluang kerja ini dapat diciptakan melalui usaha kuliner yang dirintis oleh masyarakat lokal sehingga banyak masakan khas daerah wisata yang dijual. Selain meningkatnya peluang usaha juga mampu melestarikan nilai-nilai budaya melalui masakan khas daerah wisata. Peluang usaha selanjutnya adalah souvenir yang dibuat oleh masyarakat lokal. Souvenir ini akan dibeli oleh wisatawan sebagai kenangkenangan atau sebagai tanda bahwa pernah mengunjungi daerah tersebut. Pembuatan souvenir ini menjadi industri rumah tangga yang membutuhkan beberapa karyawan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Prayogi, Putu Agus (2011) di objek wisata Penglipuran, bahwa perkembangan pariwisata dapat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sebagai penyedia kebutuhan wisatawan. Ini dapat dilihat dari pendirian art shop dirumah-rumah penduduk, yang menawarkan berbagai cendra mata khas Penglipuran yang berbahan dasar pohon bambu. Perkembangan pariwisata secara tidak langsung juga berdampak pada sektor industri kecil/rumah tangga. Dimana masyarakat Desa Penglipuran mendirikan kelompok-kelompok pengrajin bambu, yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain pemasukan berupa hasil penjualan cindramata, masyarakat desa Penglipuran juga memperoleh masukan dari restribusi yang dibayarkan oleh



19



Jurnal Spasial



wisatawan ketika memasuki objek wisata. Adapun restribusi yang dikenakan kepada wisatawan adalah sebesar Rp. 2.500,- dari total restribusi yang diperoleh 40 % nya diserahkan kepada pihak Desa Penglipuran. Besarnya pengaruh industri pariwisata terhadap kesejahteraan hidup masyarakat mengharuskan semua unsur-unsur yang terlibat dalam pariwisata agar dapat memajukan dan mengembangkan daerah wisata.



Selain itu, kontribusi lain pariwisata adalah penciptaan kesempatan kerja. Pada tahun 1992 WTIC (World Travel and Tourism Council) memperkirakan bahwa sektor pariwisata mempekerjakan sekitar 127 juta pekerja atau sekitar satu setiap limabelas pekerja di dunia (WTTC, 1992dikutip oleh Hawkins, 1994). Estimasi WTO (World Tourism Organization) bahkan menunjukkan jumlah itu telah mencapai 200 juta atau satu dari setiap sepuluh pekerjaan yang tersedia (TIES, 2000). Di Indonesia, dengan menggunakan simulasi metode National Satelite Account, WTIC bekerjasama dengan Wharton Economic Forecasting Associates (WEFA), memperkirakan angka awal jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata pada tahun 1997 sebesar 6,6 juta. Sedangkan skenario moderat proyeksi penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata yang disusun oleh PUSPAR UGM berdasarkan tabel 1-0 tahun 1995 menunjuk angka 8 juta peluang kerja yang tercipta pada tahun 1998. Diperkirakan jumlah ini akan mencapai 11,1 juta pada tahun 2003 nanti, yang terdiri dari 1,9 juta kesempatan kerja langsung dan 9,2 juta lainnya merupakan kesempatan kerja tidak langsung (Kusworo, Hendrie Adji dan Damanik, Janianton, 2002:108). Besarnya pengaruh pariwisata terhadap masyarakat diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perkembangan pariwisata. Kesadaran ini dapat dilakukan melalui penerapan sapta pesona bagi masyarakat karena yang berhubungan dan bersentuhan langsung dengan wisatawan adalah masyarakat. Masyarakat harus mampu menciptakan rasa aman bagi wisatawan dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga keindahan alam, ketertiban, dan menampilkan atraksiatraksi yang berhubungan dengan kebudayaan setempat sehingga memberikan kenangan terindah bagi wisatawan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah aksesibilitas atau kemudahan dalam menjangkau tempat-tempat wisata melalui penyediaan transportasi yang aman dan nyaman serta kondisi jalan yang bagus. 2. Mengurangi Pengangguran dan mengikis kemiskinan



Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat



20



Peningkatan kualitas hidup dan pengurangan angka kemiskinan dapat dicapai dengan memajukan pariwisata. Pariwisata mampu mengentaskan kemiskinan dan membasmi kelaparan melalui peluang-peluang usaha yang diciptakannya sehingga kehidupan masyarakat dapat sejahtera dan taraf hidup masyarakat dapat meningkat. Menurut Sudana, I Putu (2013:15) berkembangnya sektor pariwisata diharapkan dapat menimalisir kantong-kantong kemiskinan terutama di daerah yang potensial untuk dijadikan kawasan wisata. Masyarakat seharusnya merasakan efek pariwisata dalam kesehariannya dan sadar bahwa pariwisata bukan hanya milik segelintir orang tapi semua orang. Dasar pariwisata ada dua unsur penting yaitu akomodasi dan atraksi. Akomodasi diartikan sebagai tempat tinggal penduduk yang disewakan kepada wisatawan sedangkan atraksi merupakan wujud keseharian penduduk desa serta setting fisik desa yang unik. Bercermin kepada pola konsumsi wisatawaan terutama mancanegara maka dewasa ini banyak minat wisatawan berorientasi pada interaksi, baik terhadap budaya, masyarakat maupun alam setempat. Effektifitas dan wujud dari interaksi yang



maksimal



dapat



direalisasikan



melalui



keunikan



suatu



kawasan.



Berlandaskan semangat untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat serta menyikapi keinginan wisatawan untuk mencari sesuatu hal yang baru, maka tidak diragukan lagi hal ini akan menunjang proses take and give dari sisi budaya dan ekonomi. Pengembangan pariwisata juga mampu membuka kesempatan bagi perempuan untuk menempati berbagai profesi, dapat dilihat dari keberadaan tenaga kerja perempuan dalam berbagai segmen industri pariwisata di antaranya: public relation, sales and marketing, hous keeping, front office, ticketing, pramusaji, dan pramugari. Hal ini karena perempuan dipandang lebih telaten, rapi, hati-hati dan efisien dalam melakukan pekerjaan. Dengan bervariasi usaha jasa pariwisata, tentulah memberi kesempatan kepada perempuan untuk bekerja dengan sistem penggal/paruh waktu serta usaha yang dilakukan lebih banyak mendekati sektor informasi. Alasan masuknya perempuan kesektor publik atau meningkatnya minat untuk bekerja, karena ingin keluar dari rutinitas domestik, mengembangkan diri agar memiliki uang sendiri, sehingga mereka bisa mengambil keputusan sendiri dalam menggunakan uang tanpa harus minta persetujuan atau berembug dengan suami. Keseimbangan status perempuan dalam rumah tangga baru bisa terwujud



21



Jurnal Spasial



jika ada kekuatan yang sama di antara suami-istri dalam bidang ekonomi dan kontrol terhadap sumber-sumber yang vital (Sri, Anak Agung Putri, 2013:2). Perkembangan pariwisata dapat memberikan keuntungan yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Keuntungan tersebut berupa terkikisnya kemiskinan sehingga mampu membasmi kelaparan didaerah tujuan wisata. Sebab semua anggota keluarga dapat bekerja dan mampu memenuhi kebutuhan hidup. Misal jika suami sudah memiliki pekerjaan tetap, istri bisa bekerja sambilan dengan menjadi karyawan di restoran-restoran atau berjualan minuman ringan sedangkan anak-anak sepulang dari sekolah bisa menjadi guide. Dengan bekerjanya semua anggota keluarga maka taraf hidup masyarakat dapat meningkat. Masyarakat tidak lagi hidup miskin karena uang selalu mengalir dari usaha-usaha yang diciptakan oleh pariwisata. Selanjutnya, perkembangan pariwisata juga berdampak pada sumberdaya manusia. Masyarakat lokal akan berusaha meningkatkan kemampuan komunikasi mereka melalui pelatihan-pelatihan bahasa inggris. Tujuannya adalah agar komunikasi masyarakat lancar dengan wisatawan didalam transaksi jual beli sehingga uang akan selalu bergerak didaerah pariwisata. Jika komunikasi lancar, maka wisatawan juga nyaman sebab tidak akan terjadi kesalahpaham didalam berbahasa. Selain itu, pariwisata juga mampu menciptakan persaingan yang sehat diantara masyarakat. Misalnya masyarakat akan berlomba-lomba menarik perhatian wisatawan melalui kreatifitas yang diciptakan dengan pendekorasian penginapan yang selalu dikaitkan dengan budaya setempat, menemukan resep-resep baru didalam memasak, dan membuat souvenir-souvenir yang unik, serta selalu membuat inovasi-inovasi baru agar wisatawan tetap bertahan dan jika kembali berkunjung tetap memilih di penginapan, restoran, ataupun tokoh-tokoh souvenir tersebut. Oleh sebab itu, industri pariwisata perlu dikembangkan secara terencana dan terpadu agar taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat meningkat sehingga ekonomi didaerah wisata dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. KESIMPULAN Pariwisata merupakan industri yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mampu menciptakan peluang kerja dan kesempatan kerja sehingga menghindari masyarakat dari bahaya kemiskinan dan kelaparan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat akibat perkembangan industri pariwisata



22



Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat



dipengaruhi oleh tiga aktor yang saling mempengaruhi satu sama lain yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintah. Ketiga aktor ini merupakan bagian terpenting dalam perkembangan pariwisata. Apabila ketiga aktor tersebut tidak bekerjasama maka pariwisata tidak akan ada arti apa-apa. Oleh sebab itu, diperlukan



kesadaran



masyarakat,



swasta,



dan



pemerintah



untuk



bisa



mempromosikan daerah tujuan wisata sehingga menarik minat wisatawan untuk berkunjung dengan cara mensosialisasikan kepada semua pihak bahwa pariwisata bukan hanya menguntungkan segelintir orang saja tapi semua pihak ikut merasakan. Selain itu, daerah tujuan wisata juga harus mampu menerapkan sapta pesona yang merupakan bagian terpenting dalam pariwisata. Sapta pesona adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi yang mampu menarik minat wisatawan agar mau berkunjung ke daerah tujuan wisata. Sapta pesona ini terdiri dari rasa aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramahtamah, dan kenangan. Didalam melakukan perjalanan wisata, wisatawan akan mempertimbangkan daerah-daerah wisata manakah yang aman untuk dikunjungi. Jika tidak aman maka wisatawan tidak akan berkunjung sebab salah satu tujuan wisata adalah untuk menghilangkan rasa jenuh dari aktivitas kerja sehingga keamanan dan keselamatan sangat dibutuhkan. Daerah tujan wisata yang tertib, bersih, sejuk, dan indah akan membuat suasana hati pengunjung bahagia sehingga tujuan wisata dapat tercapai. Selanjutnya, ramah-tamah masyarakat daerah tujuan wisata sangat diperlukan sebab masyarakat terlibat langsung dengan wisatawan. Kebaikan hati dan keramah tamahan yang diberikan masyarakat kepada wisatawan akan membuat wisatawan betah dan nyaman. Kenyamanan yang diberikan ini akan berkesan dan menjadi sebuah kenangan yang nantinya akan diceritakan kepada kerabat dan teman-teman sehingga secara tidak langsung menjadi sebuah promosi. Promosi ini tentu saja akan menambah kunjungan wisatawan sebab bisa saja kerabat atau teman-teman wisatawan tersebut tertarik untuk berkunjung. DAFTAR PUSTAKA Anom, I putu. 2013. Potensi Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Studi Kasus di Kawasan Pariwisata Komodo). Universitas Udayana: Fakultas Pariwisata. Jurnal Analisis Pariwisata. ISSN 1410-3729. Vol. 13 No. 1 Th. 2013 hal. 112-118.



23



Jurnal Spasial



Irianto. 2011. Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan : Vol. 7 No. 3 November 2011 hal 188-196. Kusworo, Hendrie Adji dan Damanik, Janianton. 2002. PENGEMBANGAN SDM PARIWISATA DAERAH: Agenda Kebijakan untuk Pembuat Kebijakan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: ISSN 1410-4946. Volume 6, Nomor I, Juli 2002 hal 105-120. Nugroho, Iwan. 2011. Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Pitana, I Gde, dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata.Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Prayogi, Putu Agus. 2011. Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran. Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya: Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2011, Vol.1 No.1. hal 64-79. Rani, Deddy Prasetya Maha. 2014. PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lombang). Universitas Airlangga: Jurnal Politik Muda, Vol. 3 No. 3, Agustus-Desember 2014, 412-421. Sudana, I Putu. 2013. Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Universitas Udayana: Fakultas Pariwisata. Jurnal Analisis Pariwisata. ISSN 14103729. Vol. 13 No. 1 Th. 2013 hal. 11-31. Sri, Anak Agung Putri. 2013. Faktor-faktor yang Memotivasi Perempuan sebagai Pengelola Pondok Wisata di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Universitas Udayana : Fakultas Pariwisata. Jurnal Analisis Pariwisata. ISSN 1410-3729. Vol. 13 No. 1 Th. 2013 hal. 1-10