Peran Perawat Sebagai Advokator Juga Melatarbelakangi Dibuatnya Proposal Ini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Peran perawat sebagai advokator juga melatarbelakangi dibuatnya proposal ini. Perawat harus mengetahui tindakan apa saja selain pengobatan secara farmakologi yang dapat menunjang kesembuhan pasien TBC terutama ekonomi menengah kebawah.



Cara Terapi Pengobatan Dan Penyembuhan TBC Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi kronis menahun dan menular yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Tuberklosa yang dapat menyerang pada siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin namun sesuai fakta yang ada bahwa penderita penyakit tuberkulosis lebih banyak menyerang pada usia produktif yang berkisar antara usia 15 – 35 tahun. Setiap orang yang mengalami batuk berdarah tidak berarti menderita TBC. Karena batuk berdarah dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena penyakit paru-paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertelan dan pada saat batuk keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga mengeluarkan darah. Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah dalam hal penularan TBC, sedangkan merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC. Pada umumnya TBC menular melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat berbulan-bulan sampai tahunan. Untuk penderita TBC paru-paru tidak boleh merokok atau berdekatan dengan orang yang merokok. hindari mimuman dingin dan buah-buahan dingin seperti semangka, melon, mentimun, karena semua hal diatas membuat betah bakteri Mycobacterium tuberculosis (bakteri penyebab TBC) dan cocok untuk berkembang biak. TBC termasuk penyakit menular, bisa menular yaitu melalui udara ketika orang-orang yang memiliki penyakit TBC batuk, bersin, atau meludah. Kebanyakan infeksi TBC pada manusia bersifat asimtomatik, infeksi laten, dan sekitar satu dari sepuluh infeksi laten pada akhirnya berubah menjadi penyakit aktif, yang jika tetap tidak diobati, penyakit TBC ini akan membunuh lebih dari separuh penderitanya. Pengobatan TBC memakan waktu lebih lama dibandingkan mengobati infeksi bakteri jenis lain. Jika terinfeksi TBC, penderita harus minum antibiotik setidaknya selama enam sampai sembilan bulan. Pengobatan penyakit tbc yang tepat dan lamanya pengobatan tergantung pada usia, kesehatan secara keseluruhan, resistensi obat, jenis tbc (laten atau aktif) dan lokasinya dalam tubuh.



Penderita TBC yang tidak disiplin dalam aturan minum obat mungkin merasa sudah lebih baik dan berpikir bahwa penyakitnya telah berhasil diobati. Namun, penyakit tersebut dapat kembali dengan lebih kuat dan lebih sulit diobati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penyebab utama terjadinya resistensi obat TBC, merupakan jenis TBC yang paling sulit diobati. Jika kasus kekambuhan TBC merespon pengobatan, maka akan dapat berhasil diobati. Infeksi TBC tidak selalu dapat dicegah, baik infeksi primer atau infeksi sekunder. Tetapi ada beberapa langkah untuk mengurangi risiko infeksi TBC. Gejala Gejala umum yang timbul pada penderita TBC diantaranya: • Batuk berdahak selama 2 minggu lebih, batuk bisa berdahak bercampur bercak darah • Penurunan nafsu makan dan berat badan • Kaki sering bengkak • Tulang-tulang serasa nyeri dan linu • Pada anak-anak jika diraba di tepi kanan atatu kirinya terdapat benjolan (pembengkakan kelenjakelenjar) Perasaan tidak enak (malaise), lemah • Bila sakit sudah berlanjut, suara nafas melemah yang disertai sesak • Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala Khusus Penyakit TBC • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. • Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejangkejang Penyebab Penyebab Utama TBC adalah: • Penyakit TBC disebabkan oleh bateri Mycobacterium Tuberculosis. • Karena tertular orang lain. • Karena perokok berat. • Pernah bekerja di bidang kimia. Misal saja pabrik cat, amonia, obat-obatan antisida, pabrik tembakau dan rokok. • Berkembangnya penyakit yang berkepanjangan dan tidak cepat diusahakan pengobatannya. • Pernah jatuh atau kecelakaan yang mengakibatkan paru-paru menjadi luka. • Penyakit yang melemahkan sistem kekebalan tubuh



Beberapa komplikasi yang sering ditemukan pada pasien TBC atau TB antara lain sebagai berikut: • Kerusakan tulang dan sendi Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman TB menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga bisa terinfeksi dan memicu nyeri di bagian tersebut. • Kerusakan otak Kuman TB yang menyebar hingga ke otak bisa menyebabkan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu pembengkakan pada membran yang menyelimuti otak dan seringkali berakibat fatal atau mematikan. • Kerusakan hati dan ginjal Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada adi aliran darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman TB. • Kerusakan jantung Jaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal. • Gangguan mata Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain. • Resistensi kuman Pengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih berat. Kelompok orang dengan daya tahan tubuh rendah yang rentan sakit karena infeksi TB: Lansia Bayi Pengidap HIV atau AIDS Pengidap diabetes Pengidap kanker Pasien cangkok organ Pasien gagal ginjal Pasien yang menjalani pengobatan penyakit autoimun Kaum miskin dan kurang gizi Orang yang berada di lingkungan pasien TB Orang yang bepergian ke daerah endemi - Daerah endemi TB yang perlu diwaspadai oleh para – pelancong antara lain sebagi berikut: Afrika sub-Sahara India China Meksiko Pulau-pulau di Asia Tenggara dan Mikronesia Beberapa negara pecahan uni Soviet.



Risiko dan gejala TBC dapat dikurangi dengan mengonsumsi makanan kaya vitamin B, zat besi, antioksidan dan menjauhi makanan olahan seperti gula dan roti putih. Dengan pengobatan dan suplemen gizi yang tepat, pasien TBC dapat hidup normal dengan berat badan ideal. Penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi bersertifikat atau terdaftar agar mendapat asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Berikut adalah panduan makanan seimbang yang dianjurkan bagi penderita TBC: • Makanlah berbagai macam buah segar dan sayuran setiap hari, tetapi tetap dalam jumlah kalori yang direkomendasikan dokter. Pilih sayuran yang berbeda dari berbagai jenis seperti sayuran hijau tua, sayuran berwarna oranye, kacang, dll. • Susu atau produk susu harus dikonsumsi setidaknya 3 kali Kalsium dalam susu sangat penting dalam membangun kesehatan tulang pasien TBC.



sehari.



• Untuk produk daging, pilihlah daging tanpa lemak atau rendah lemak. 10 persen asupan kalori harian harus berasal dari lemak jenuh dan sekitar 200 mg kolesterol. Jagalah asupan total lemak dan minyak antara 25 – 30 persen kalori harian. Sebagian besar lemak harus berasal dari lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal yang ditemukan dalam makanan seperti ikan, kacang-kacangan dan minyak sayur. • Makanlah berbagai macam makanan yang kaya protein seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Makanlah makanan kecil sepanjang hari dengan rentang waktu yang singkat. Pastikan agar tubuh mendapat cukup asupan cairan dan garam dalam makanan. • Makanan untuk pasien TB harus sederhana, dipersiapkan dengan baik dan mudah dicerna. Makanan yang lebih berat baru dapat diberikan kepada pasien setelah kondisinya sangat membaik. Sedangkan makanan yang harus dihindari atau dipantang oleh pasien TBC antara lain: • Gula halus dan gula olahan harus dihindari oleh penderita Contohnya seperti roti putih, gula putih, sereal dan makanan manis seperti kue dan puding. • Saus yang kaya akan natrium dan Saus apel atau saus cranberry dapat dijadikan alternatif.



gula



juga



harus



TBC.



dihindari.



• Teh kental dan kopi yang mengandung banyak kafein harus dihindari karena kafein adalah stimulan TBC. Teh hijau yang bebas kafein dapat diminum bersama dengan pengobatan TBC karena mengandung antioksidan. • Acar banyak mengandung natrium. Karena asupan natrium pada penderita TBC harus dibatasi, maka acar juga sebaiknya dihindari. Sebanyak 1 – 2 ons acar mengandung 850 miligram natrium. • Pasien TBC dilarang keras mengkonsumsi alkohol atau minuman beralkohol selama menjalani pengobatan.



FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penyakit TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkolosis, yang menyerang dari balita hingga usia lanjut. Penyakit Tuberkulosis Basil Tahan Asam Positif atau juga bisa disebut dengan TB Paru, sampai kini belum berhasil diberantas dan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Tujuan pengendalian pengobatan adalah untuk menjamin ketekunan, keteraturan pengobatan sesuai jadwal pengobatan untuk menghindarkan penderita lalai berobat dan putus berobat sebelum waktunya dan mengurangi kemungkinan kegagalan pengobatan dan kekebalan terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, makan makanan berprotein tinggi, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOTS = Directly Observed Treatment Short Course) dan pengawasan konsumsi zat-zat makanan khususnya konsumsi protein oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO. B. Rumusan Masalah Apa faktor pendukung yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan TB Paru ? C. Tujuan Mengetahui tujuan yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan TB Paru D. Manfaat Untuk mengetahui faktor pendukung keberhasilan pengobatan TB Paru



TINJAUAN PUSTAKA Salah satu keberhasilan dalam pengobatan penderita TB paru terletak pada Pengawas Menelan Obat (PMO), PMO dapat diambil dari orang yang tinggal satu rumah dengan penderita atau tinggal dalam Dasa Wisma. Selain itu juga dapat diawasi oleh anggota keluarga, kader dasa wisma, kader PPTI, PKK, guru, teman tokoh masyarakat dan petugas sosial kecamatan. Selain itu kesembuhan penderita TB paru dapat ditentukan oleh perilaku dari penderita sendiri, banyak hal yang mempengaruhi perilaku seseorang antara lain : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan seseorang. Selain itu umur seseorang akan mengalami kemunduran dalam sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah terserang berbagai penyakit. Tingkat pendidikan akan memberikan pengalaman seseorang terhadap sesuatu hal bagaimana cara mengatasi masalah yang dihadapi, sehingga dapat memilih



jalan yang terbaik guna mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Pada umumnya, penderita yang terserang TB paru adalah golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Kebutuhan primer sehari-hari lebih penting dari pada pemeliharaan kesehatan. Hal ini dikarenakan kemiskinan dan jauhnya jangkauan pelayanan kesehatan dapat menyebabkan penderita tidak mampu membiayai transportasi kepelayanan kesehatan dan ini menjadi kendala dalam melakukan pengobatan, sehingga dapat mempengaruhi keteraturan berobat. Adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dan ketersediaan obat serta jumlah tenaga yang cukup belum cukup menjamin keberhasilan dalam pengobatan, keteraturan dan ketaatan penderita untuk berobat sampai dengan waktu pengobatan yang telah ditentukan merupakan faktor pendorong dalam keberhasilan pengobatan. Lamanya pengobatan TB paru akan mengurangi kepatuhan penderita dalam melakukan pengobatan sesuai demgan jadwal yang telah ditentukan.



Kesimpulan Penyakit TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kumanMycobacterium tuberkolosis, yang menyerang dari balita hingga usia lanjut. Penyakit Tuberkulosis Basil Tahan Asam Positif atau juga bisa disebut dengan TB Paru, sampai kini belum berhasil diberantas dan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia Saran Untukkeluarga disarankan agar selalu memotivasi pasien melalui pendidikan kesehatan atau penyuluhan agar melakukan pengobatan secara teratur untuk keberhasilan dalam pengobatan. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU 1. Apakah keluarga berperan dalam kesembuhan TB Paru ? a. Ya b. Tidak



2. Apakah Anda menggunakan masker ? a. Ya b. Tidak 3. Apakah anda pergi berobat ketika terkena TB Paru ? a. Ya b. tidak



Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru Berbagai kemajuan telah dicapai, antara lain program DOTS dimana Indonesia hampir mencapai target 70/85, artinya sedikitnya 70% pasien TB berhasil ditemukan dan sedikitnya 85% diantaranya berhasil disembuhkan.(1) Laporan langsung dari beberapa Negara yang menggunakan DOT sebagai kunci keberhasilan dari komponen strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) direkomendasikan untuk digunakan diseluruh dunia oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam mengonrol dan mencegah penyakit TB Paru. (2) Penemuan suspek tuberculosis didapatkan bahwa seluruh puskesmas penelitian melakukan secara pasif di tempat pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas pembantu, polindes dan waktu pelaksanaan puskesmas keliling.(3) Kami menemukan keunggulan dalam penemuan penderita TB Paru oleh perempuan di klinik dibandingkan laki-laki khususnya bagi anak mereka yang menunjukkan gejala-gejala terkena TB paru (4) Faktor perilaku penderita ikut menentukan dalam keberhasilan pemberantasan TB Paru (5). Dalam hal perilaku minum obat secara teratur sebaiknya pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan pasien untuk minum obat (6) Pengetahuan tentang TB paru dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang memberi pengaruh positif dalam penyembuhan,(7) Tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan ekonomi yang baik sangat mempengaruhi terhadap kemauan/kemampuan penderita dan keluarganya dalam upaya pengobatan (8) Petugas kesehatan dalam proses penyembuhan melalui pengobatan dan perawatan dari para medis. Peran petugas kesehatan yang sering berinteraksi dan memiliki tanggung jawab dalam hal proses penyampaian informasi mengenai penyakit TB.Paru serta petugas kesehatan juga harus berperan aktif dalam pelaksanaannya bagi pasien dalam membantu proses pengobatan.(9) Efektivitas program pada DPS setelah menjalankan kemitraan dengan Puskesmas menjadi lebih baik. Karena semua suspek TB paru sudah diperiksa sputum, penderita TB yang ditemukan DPS sudah diobati dengan regimen yang benar. (10) Referensi 1. 2.



3.



Tjandra Yoga A. Jurnal Tuberkulosis Indonesia : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia; 2006. Lindtjorn Bern, & Estifanos BS : Journal International : Determinants of Treatment Adherence Among Smear-Positive Pulmonary Tuberculosis Patients in Southern Ethiopia; 2004. Antony Syahrizal SY, Lutfan Lazuardi, Andajani Woerdanjari : Jurnal KMPK Universitas Gadjahmada : Implementasi Penemuan Suspek Tuberkulosis di Puskesmas Kabupaten Pesisir Selatan; 2009.



4. 5.



6. 7.



8. 9.



10.



Nyirenda M, R. Sinfield, S. haves, et al. Journal international Lung Diseases : Poor Attendance at a Child TB Contact Clinic in Malawi; 2006. Sukana Bambang, Herryanto, Supraptini : Jurnal Ekologi Kesehatan : Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita TB Paru di kabupaten Tangerang; 2003. Hiswani. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat; 2004. Susani Rani. Jurnal Keperawatan : Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Keteraturan Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas; 2008. Herryanto, Dede AM, Freddy M K. Jurnal Ekologi Kesehatan : Riwayat Pengobatan Penderita TB paru Meninggal di Kabupaten Bandung; 2004. Arifin Yasir. Jurnal Keperawatan : Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru tentang Keteraturan Minum Obat di Desa Pamah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang; 2009. Alex Prasudi. Action Research TB di Kabupaten Sleman; 2009.



3. Hubungan antara Pekerjaan dengan Keberhasilan Pengobatan



Responden sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta yang kemungkinan penghasilan kurang, ekonomi yang kurang menyebabkan berkurangnya kemampuann penderita untuk memperoleh gizi baik dan seimbang. Selain itu karena ekonomi yang kurang menyebabkan penderita tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan secara memadahi. Penderita lebih mementingkan kebutuhan primer sehari-hari dari pada pemeliharaan kesehatan. Status ekonomi yang rendah ini cenderung menjadi erat hubungannya dengan faktor-faktor lain seperti kepadatan penduduk, keadaan lingkungan yang kurang memadai, serta menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi kronis dan malnutrisi (kurang gizi) akibat dari tidak teerpenuhinya kebutuhan gizi yang seimbang dan memadahi



17)



.



Dari uji chi square diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan keberhasilan pengobatan. Tidak adanya hubungan antara pekerjaan dengan keberhasilan pengobatan karena adanya subsidi dari pemerintah untuk Obat Ati Tuberkulosis (OAT) yang di salurkan lewat puskesmas, sehingga penderita tidak lagi membeli OAT dan mengeluarkan biaya yang banyak. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuni Wulandari (2005) menyatakan bahwa TB paru jenis pekerjaan seseorang belum tentu berhubungan dengan keberhasilan pengobatan karena dalam satu keluarga biasanya mendapat sumber penghasilan sampingan, hasil dari wiraswasta atau berdagang sesuatu.



18)



Pendidikan yang rendah sehingga menghasilkan tingkat ekonomi yang rendah pula karena keterbatasan pemilihan untuk memperoleh kesempatan kerja Dan terdapat hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan tingkat kesehatan seseorang. Pada masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi lebih mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk melakukan pengobatan dari pada orang dengan penghasilan yang kurang



19)



.



Berdasarkan hasil peennelitian factor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pegobatan TB paru dii BP4 Tegal, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :



1.



Umur responden sebagian besar termasuk kelompok umur antara 15-29 tahun sebesar 36,4%, tingkat



pendidikan sebagian besar sekolah SD sebesar 45,5%, pekerjaan sebagian bekerja sebagai karyawan swasta sebesar 56,4%, sebelum menjalani pengobatan di BP4 Tegal belum mendapatkan OAT sebelumnya sebesar 85,5%.Mayoritas responden dalam menjalani pengobatan didampingi PMO sebesar 85,5%. Mayoritas responden teratur dalam menjalani pengobatan sebesar 91,8%. Mayoritas responden yang menjalani pengobatan dapat sembuh sebesar 81,8%.



2.



Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan keberhasilan pengobatan TB paru (p=0,725).



3.



Tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan keberhasilan pengobatan TB paru (p=0,158)



4.



Tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan keberhasilan pengobatan TB paru (p=0,494)



5.



Ada hubungan yang bermakna antara pemakaian OAT sebelumnya dengan keberhasilan pengobatan TB paru (



p=0,029)



6.



Ada hubungan yang bermakna antara peran PMO dengan keberhasilan pengobatan TB paru. (0,000)



7.



Ada hubungan yang bermakna antara keteraturan minum obat dengan keberhasilan pengobatan TB paru



(p=0,000)