Peranan Terapi Seft Dalam Meningkatkan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERANAN TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) DALAM MENINGKATKAN KESABARAN PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati Bandung) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Pada Jurusan Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung



Oleh : Vivit Mufidah (1151040268)



PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Di zaman modern seperti saat ini, kehidupan masyarakat mempunyai tingkat mobilitas perubahan yang tinggi dan dapat mengganggu kestabilan emosi seseorang. Hal ini karena perubahan yang dialami oleh seseorang tidak sesuai dengan ekspektasi atau tidak menyenangkan, dan ada kalanya muncul situasi yang menyebabkan kecemasan dan emosi yang tidak stabil. Mahasiswa yaitu seseorang yang menjalani masa perkuliahan di sebuah universitas. Rata-rata berumur sesskitar 18 sampai 22 tahun. Mahasiswa cenderung mulai memikirkan tentang masa depan lebih serius. Rasa tanggungjawab atas diri sendiri akan semakin besar. Pemikiran tentang karier pun menjadi salah satu pokok permasalah utama. Pada tingkat akhir, permasalahan yang biasa dihadapi mahasiswa yaitu mengenai judul yang belum diterima oleh dosen pembimbing, sulit ditemuinya dosen pembimbing, mencari permasalahan untuk skripsinya. Selain itu, karir juga menjadi permasalahan pada mahasiswa tingkat akhir, akan bagaimana ke depannya, dan lain sebagainya. Adapun beberapa kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa tingkat akhir itu sendiri dalam mengerjakan tugas akhirnya atau disebut dengan skripsi, dapat mengakibatkan mahasiswa tersebut mengalami gangguan psikis. Dampak



negatifnya menimbulkan suatu kecemasan pada mahasiswa tersebut. Dan masalah tersebut dapat menghambat proses penyelesaian skripsi. Mahasiswa yang sedang dalam proses menyusun skripsi umumnya merasa tegang dan tertekan, emosi tidak stabil, yang bisa menimbulkan reaksi lebih parah seperti stres, depresi dan lain sebagainya. Maka dari itu diperlukannya rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir, agar lebih tenang dan tidak menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan. Dalam pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, sabar adalah menahan jiwa dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobekrobek baju dan seterusnya.1 Sedangkan dalam pandangan Yusuf Al-Qordhowi, sabar yaitu menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang dimurkai Allah SWT dengan tujuan semata-mata mencari keridhoan-Nya.2 Menurut Imam Al-Ghazali, jika dilihat dari sudut pandang sabar sebagai pengekangan tuntutan nafsu dan amarah dinamakan kesabaran jiwa (ash-shabr annafs).3 Menurut Amin Syukur, sabar dapat dijadikan sebagai sarana penyembuhan yang ampuh. Ketika mendapat ujian berupa sakit, baik fisik maupun psikis termasuk kecemasan dan emosi yang tidak stabil. Sabar atas segala keputusannya, sehingga dengan adanya ujian tersebut menjadi sarana untuk mendekatkan diri



1



Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Sabar Perisai Seorang Mukmin, terj. Fadli, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), hlm. 12. Yusuf Al-Qordhowi, Al-Qur’an Menyuruh Kita Sabar, terj. Abdul Azis Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 12. 2



3



M.Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),hlm.80.



kepada Allah dan memahami betapa besar kekuasaannya.4 Adapun untuk mengatasi kecemasan menurut Amin Syukur, yaitu dengan spiritual. Penyembuhan spiritual merupakan sesuatu yang batini atau dengan pendekatan kejiwaan, berdasarkan pada kepasrahan terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan mengatasi keterasingan dengan sang pencipta. 5 Beliau juga menyatakan bahwa hampir semua perilaku sufistik dapat dijadikan sarana penyembuhan penyakit, baik fisik maupun mental. Melalui pola pengolahan spiritual, dan langkah-langkah penyembuhan dunia kedokteran serta dunia medis, baik klasik maupun modern, dapat dipahami bahwa berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para sufi, terutama pelaksanaan dan pengalaman dalam maqamat dan ahwal, dapat ditarik menjadi suatu proses penyembuhan, baik fisik maupun mental. Maqamat dan ahwal yang terdapat dalam sufisme, jika dihubungkan dengan teori kesadaran, maka akan dapat ditemukan secara rasional dan empiris mengenai suatu proses pengobatan yang ilmiah. Adapun untuk meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir tersebut diperlukan terapi yaitu dengan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dengan menimbulkan perasaan tenang, menerima dengan ikhlas kepada Allah SWT menjadikan kecemasan dan emosi yang tidak stabil itu kembali dalam situasi yang aman karena sudah tertuang rasa ketenangan dalam tubuhnya.



4



Amin Syukur, Sufi Healing, (Semarang: Walisongo Press, 2011), hlm. 56.



5



Amin Syukur, Sufi Healing... hlm. 91.



Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dapat menjadi sebuah terapi yang berhasil karena beberapa aspek yang ada di dalamnya berkaitan dengan unsur dalam mengatasi gejala kecemasan. Adapun tahap dalam terapi Spiritual Emotional Freedom Technique individu tersebut diarahkan untuk menyadari bahwa segala permasalahan dan sesuatu yang terjadi agar diterima ikhlas serta rasa syukur. Salah satu aspek dari terapi SEFT yaitu ikhlas. Ikhlas yaitu suatu sikap bathiniah seseorang (muslim) yang mempunyai prinsip bahwa setiap amal dan perbuatannya dilakukan karena Allah SWT.6 Aspek lain yang terdapat dalam terapi SEFT ialah rasa syukur yang berkaitan dengan emosi yang baik (positif). Selain itu, rasa syukur dapat memberikan kekuatan pada seseorang dalam memandang masa yang akan datang. Maka dari itu, seseorang yang selalu merasa bersyukur akan selalu percaya dan mempunyai harapan yang lebih baik. Kemudian Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan terapi yang efektif untuk penyembuhan penyakit fisik dan psikis dan juga sering digunakan dalam praktikum di jurusan Tasawuf Psikoterapi. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai terapi SEFT, karena penelitian ini suatu pengembangan dari berbagai mata kuliah, yaitu Sufi Healing, Inovasi Psikoterapi, Praktek Konseling dan Terapi, Akhlak Tasawuf dimana menjelaskan mengenai kesabran dan juga mengenai permasalahan serta kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir itu terkait pada mata kuliah psikologi abnormal. Dimana



6



hlm 9.



Ramadhan, Muhammad, Quantum Ikhlas, terj. Alek Mahya Sofa, (Solo: Abyan, 2009),



terapi SEFT itu didalamnya ada unsur terapi dan juga sufistik yang terkait dengan jurusan Tasawuf Psikoterapi. Meninjau dari studi penelitian yang telah dipaparkan terkait permasalahan yang terjadi pada mahasiswa tingkat akhir, peneliti tertarik untuk menggunakan metode Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh mereka, maka dari itu peneliti mengambil judul skripsi mengenai “Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dalam Meningkatkan Rasa Sabar pada Mahasiswa Tingkat Akhir”.



B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya, yaitu: 1. Bagaimana tingkat kesabaran mahasiswa tingkat akhir sebelum dilakukan Terapi SEFT? 2. Bagaimana proses terapi SEFT dalam meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir? 3. Bagaimana hasil Terapi SEFT dilakukan kepada beberapa orang untuk meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir?



C. Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini, yaitu:



1. Untuk mengetahui tingkat kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir sebelum dilakukan terapi SEFT. 2. Mendeskripsikan proses terapi SEFT dalam meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir. 3. Mengetahui hasil Terapi SEFT yang dilakukan kepada beberapa orang untuk meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir.



D. Manfaat Penelitian Adapun meninjau dari tujuan penelitian yang telah dijelaskan, bahwa penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk berbagai kalangan, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah kajian keilmuan dalam disiplin ilmu Tasawuf Psikoterapi, khususnya dalam bidang Psikoterapi. Selain itu dapat memperkaya penelitian Psikoterapi sebelumnya mengenai terapi dan sabar. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai tambahan informasi untuk menangani tingkat kecemasan yang dapat berdampak pada psikologis maupun fisiologis mahasiswa tingkat akhir di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang terapi SEFT sebagai salah satu terapi penyembuh masalah psikis. Karena terapi SEFT ini masih tergolong penemuan baru dan belum begitu banyak orang mengenalnya.



E. Kajian Pustaka Kajian pustaka sangat diperlukan dalam sebuah penelitian dan untuk melengkapi tulisan ini, Adapun beberapa sumber referensi terkait judul penelitian ini, yaitu : 1. Skripsi yang berjudul, Terapi SSEFT (Spiritual Sufistik Emotional Freedom Technique) dalam Meningkatkan Kepasrahan Diri, Penulis Endah Wahidah. Adapun hasilnya menunjukkan terapi SSEFT efektif dilakukan untuk meningkatkan kepasrahan diri sehingga mampu menyembuhkan penyakit fisik dan psikis yang sedang dialami. Dibuktikan dalam penelitian ini bahwa klien menjadi tenang, bersyukur, menerima dengan segala yang terjadi dan meyakini bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. 2. Skripsi yang berjudul, Terapi SEFT untuk Mengatasi Gangguan Phobia Spesifik, oleh Amal Lia Solihah Musfiroh. Hasil dari penelitian ini bahwa Terapi SEFT sangat berpengaruh dalam menurunkan tingkat ketakutan terhadap objek phobia yang mereka takuti. Adapun kunci keberhasilan dari terapi SEFT ini berada dalam spiritualitasnya, yang ditekankan dalam terapi ini yaitu Syukur, Pasrah, Khusu’, Ikhlas, dan Yakin. 3. Skripsi yang berjudul, Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Kecemasan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klass II A Malang, oleh Suherni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi SEFT berpengaruh terhadap tingkat



kecemasan narapidana di lembaga pemasyarakatan perempuan Klass II A Malang menjadi menurun. 4. Jurnal yang berjudul, Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Kecemasan Wanita Klimakterium Di RW 6 Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah, yang ditulis Sari Sudarimiati, S.Kp,. M.Kep., Sp.Mat dan Yunitia Aulianita. Hasil menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari terapi SEFT terhadap kecemasan wanita klimakterium. Terapi SEFT dapat direkomendasikan sebagai terapi alternatif untuk mengatasi kecemasan wanita klimakterium. Perbedaan dengan skripsi yang penulis lakukan adalah jika dalam penelitian yang dilakukan oleh Endah Wahidah yaitu untuk meningkatkan kepasrahan diri dengan teknik terapi SEFT, lalu penelitian yang dilakukan oleh Amal Lia Mushfiroh untuk mengatasi gangguan phobia spesifik, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Suherni yaitu menurunkan tingkat kecemasan pada narapidana, sedangkan yang dilakukan oleh Sari Sudarimiati dan Yunitia Aulianita yaitu mengatasi kecemasan pada wanita klimakterium, berbeda dengan penilitian yang saya lakukan dalam skripsi ini yaitu lebih fokus untuk meningkatkan kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir dengan menggunakan metode terapi SEFT.



F. Kerangka Pemikiran Psikoterapi Islam merupakan proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik mental, spiritualitas, moral maupun fisik dengan menggunakan alQur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW.



Sebelum ada ilmu kebathinan dan ilmu kedokteran, penyembuhan penyakit dengan menggunakan kekuatan spiritual telah berkembang sejak lama. Praktik penyembuhan spiritual pada zaman Nabi Muhammad, SAW. Pernah dilakukan oleh beliau dan juga para sahabat, selain dengan cara medis pula menggunakan madu sebagai obat utama, yaitu dengan mantera atau do’a.



7



Begitupun dengan terapi



SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan sebuah inovasi dari psikoterapi islam dan barat dimana sebuah pengobatan baik fisik ataupun psikis yang cara pengobatannya dengan melakukan do’a dengan cara ikhlas, pasrah, dan juga menyerahkan atas segala yang terjadi pada seseorang tersebut kepada Allah SWT. 1. Tinjauan Tentang Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) berupa cabang dari ilmu baru yang dinamakan dengan energi psikologi.8 SEFT (Spiritual Emotinal Freedom Technique) merupakan gabungan antara Energi Psikologi dan Super Power yang merupakan pemanfaatan dari sistem energi tubuh bertujuan untuk dapat memperbaiki emosi dan tingkah laku, dan juga kondisi pikiran seseorang.9



7



Drs. Mas Rahim Salaby,Mengatasi Kegoncangan Jiwa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 71. 8



Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), Cet. I, (Jakarta: Afzan Fublishing), hlm 41. 9



Yunitia Aulianita, Sari Sudarmiati, Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Kecemasan Wanita Klimakterium Di RW 6 Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah, (Jurnal: Semarang, 7 November 2015), hlm 179.



Di dalam SEFT terdapat nilai spiritual diantaranya yaitu dengan adanya doa yang diafirmasikan oleh klien ketika hendak dimulai hingga terapi tersebut berakhir, diantaranya ada beberapa fase yang ada dalam SEFT yaitu fase setup, tune-in,dan tapping. Dalam fase set-up, klien diminta untuk berdoa kepada tuhan yang maha esa dengan rasa ikhlas dalam menerima permasalahan yang ada dan juga memasrahkan kesembuhannya kepada Allah SWT, serta khusyu’. Dalam tune-in, merasakan rasa sakit yang dialami, kemudian mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit yang sedang dirasakan, dan secara bersamaan disertai dengan doa. Dalam tune-in ini dilakukan juga fase ketiga yaitu teknik tapping. Pada saat ini (tune-in yang dilakukan bersamaan dengan tapping), yang akan meredakan rasa sakit fisik atau rasa emosi yang negatif. Klien pun diminta untuk berdo’a dengan kalimat tertentu disertai dengan mengetuk ringan pada saat tapping di titik-titik meridian.10 2. Tinjauan Tentang Sabar Sabar dalam pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah adalah menahan jiwa dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobekrobek baju dan seterusnya.11 Pandangan kaum sufi mengenai sabar bahwa musuh terberat bagi orangorang beriman ialah dorongan hawa nafsunya sendiri, yang setiap saat datang menggoyahkan iman. Kesabaran suatu kunci keberhasilan untuk meraih karunia 10



Mellisa Fitri Ardityani dan Galindra Raka Permana, Penyuluhan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) sebagai Solusi Kesehatan pada Warga Dusun Babadan, Selomirah, Ngablak, Magelang Jawa Tengah. (UII: Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 2014), hlm 202. 11



Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Sabar Perisai Seorang Mukmin, terj. Fadli, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), hlm. 12.



yang diberikan oleh Allah yang lebih besar, mendekatkan diri kepada-Nya, mendapatkan cinta-Nya, mengena-Nya secara mendalam melalui hati sanubari, bahkan merasa bersatu dengan-Nya, karena tanpa kesabaran keberhasilan tidak mungkin dicapai.12 3. Tinjauan Tentang Mahasiswa Tingkat Akhir Perkuliahan tingkat akhir merupakan tantangan bagi para mahasiswa. Gelar “maha” yang disematkan pada mereka seakan semakin menuntut timbal balik dalam bentuk keterlibatan dalam masyarakat maupun dalam sektor profesional. Nyatanya, tantangan yang dihadapi mahasiswa sebenarnya sudah berjalan sepanjang perkuliahan. Tantangan tersebut dimulai dari harus lebih mandiri pada tingkat pertama hingga menyelesaikan berbagai masalah selama perkuliahan. Kesulitan yang dihadapi mahasiswa ketika menyusun skripsi dapat mengakibatkan gangguan psikologis pada mahasiswa. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa saat menyusun tugas akhir sering dirasakan sebagai suatu beban yang berat, akibatnya yaitu berdampak menjadi sikap yang negatif, sehingga dapat menimbulkan suatu kecemasan seseorang. Berdasarkan telaah kerangka pemikiran diatas, bahwa Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) mampu untuk meningkatkan kesabaran dari berbagai permasalahan yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir, salah satunya



12



Media Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya; Mengurai Maqamat dan Ahwal Dalam Tradisi Sufi, cet.1, (Jakarta: Perdana Media, 2005), hlm 67-68.



yaitu kecemasan karena kecemasan masuk kedalam permasalahan kondisi psikis. Adapun paparan diatas dapat digambarkan melalui skema berfikir sebagai berikut:



Permasalahan Mahasiswa Tingkat Akhir



Konseling



Tahap awal



Tahap kerja



Strategi untuk meningkatkan kesabaran



Terapi SEFT 1. Set Up 2. Tune In 3. Tapping



Tahap akhir



BAB II TINJAUAN TEORITIS



A. Peranan Peran merupakan perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan merupakan suatu yang didalamnya mengenai hak dan kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut diartikan sebagai peran. Oleh karena itu, ketika seseorang mempunyai kedudukan tertentu dapat dikatakan sebagai pemegang pemegang peran (role accupant). Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beben atau tugas.13 Secara sosiologis, peranan merupakan sebuah aspek dinamis berupa tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu posisi dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuaian dengan kedudukannya. Apabila seseorang menjalankan peran tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai dengan keinginan diri lingkungannya.14



13



R. Suyoto Bakir, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, (Tangerang: Karisma Publishing Group, 2009), hlm. 348. 14



242.



Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Press, 2002), hlm.



Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh sekelompok orang dan/atau lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang individu, kelompok, organisasi, badan atau lembaga yang karena status atau kedudukan yang dimiliki akan memberikan pengaruh pada sekelompok orang dan/atau lingkungan tersebut. Peranan merupakan dinamisasi dari statis ataupun penggunaan dari pihak dan kewajiban atau disebut subyektif. Peran dimaknai sebagai tugas atau pemberian tugas kepada seseorang atau sekumpulan orang. Adapun jenis-jenis dalam peran diantaranya sebagai berikut: a. Peranan normatif yaitu sebuah peran yang dilakukan oleh seseorang atau sebuah lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. b. Peranan ideal yaitu peranan yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukanya di dalam suatu sistem. c. Peranan faktual adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.15



15



Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,... hlm. 243



B. Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) 1. Pengertian Terapi SEFT Terapi merupakan remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis. Dalam KBBI, terapi yaitu usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengbatan penyakit, perawatan penyakit. Terapi SEFT ini menurut Zainuddin mirip dengan teori akupuntur, namun seperti diketahui bahwa akupuntur adalah sesuatu yang sangat rumit yang tidak semua orang bisa menguasainya. Disamping itu, akupuntur itu sendiri memerlukan waktu untuk bisa menimbulkan efek seperti yang diharapkan selain juga membuat pasien tergantung kepada terapisnya. Akupuntur terdiri dari ratusan titik yang harus dihapal satu persatu. Sedang SEFT, hanya terdiri dari 18 titik yang hanya membutuhkan ketukan perlahan tanpa perlu penusukan jarum, dan dalam beberapa kasus phobia yang bisa dilakukan psikoterapi selama bertahun-tahun, dapat disembuhkan dengan SEFT hanya dalam waktu 20 menit.16 Terapi SEFT merupakan teknik gabungan dari sistem energi tubuh (energy meridian) dan terapi spiritual yang terdapat nilai-nilai sufistik dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. Terapi SEFT bekerja dengan prinsip yang hampir sama dengan akupuntur dan akupresur. Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energi tubuh (energy meridian). Bedanya dibandingkan metode akupuntur dan akupresur



16



Suroso, dan Abdul Muhid, Efektifitas Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk Mengurangi Perilaku Merokok Remaja Madya, (Surabaya: Jurnal Psikologi, 2014), vol. 9, no.1, hlm. 89-90



adalah teknik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) menggunakan unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) hanya menggunakan ketukan ringan (tapping).17 SEFT bisa dilakukan sendiri oleh setiap orang (karena begitu mudahnya) bahkan anak berusia 5 tahun pun dapat diajari menggunakan terapi ini. Banyak yang meragukan efektifitas terapi ini, yang mereka bilang too good to be true, karena terlihat begitu simple dan (terkesan) seperti main-main. Memang, terkadang banyak orang lebih tertarik kepada sesuatu yang rumit dan mahal dibandingkan dengan sesuatu yang simple seperti SEFT. Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dapat digunakan sebagai sebuah metode terapi mengatasi masalah psikis dan fisik, yaitu dengan melakukan tapping pada titik syaraf atau meridian tubuh. Spiritual dalam terapi SEFT ini adalah do’a yang diafirmasikan oleh klien ketika akan dimulai sampai sesi terapi berakhir. Terapi SEFT(Spiritual Emotional Freedom Technique) bersifat universal, yang berarti bisa untuk semua kalangan tanpa harus membedabedakan latar belakang keyakinan klien.18 Pengkondisian emosi dan perubahan pikiran yang positif dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi psikologis berupa pendekatan spiritual dan gerakan sederhana yang mengarahkan pada perbaikan kondisi emosi, kognisi dan perilaku atau yang disebut dengan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom



17



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT ),...hlm. 15



18



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm. 87



Technique). Pengubahan kondisi emosi yang stabil dan pikiran yang positif, memungkinkan seseorang untuk lebih aktif dan produktif dalam menyikapi suatu hal, objek atau stimulus yang diterima.19



2. Sejarah SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Sejarah terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yaitu awal mulanya dari akupuntur dan akupresur yang mana akupuntur dan akupresur tersebut berasal dari kedokteran China. Awal mula adanya Akupuntur dan akupresur yaitu pada bulan September 1991. Pada saat itu Erika dan Helmut Simon sedang jalan-jalan mereka menemukan mayat yang masih utuh dan terendam dalam glasier (sungai dengan suhu di bawah titik beku). Di tubuh mayat tersebut terdapat tatto yang menandai titik-titik utama meridian tubuh. Kemudian mayat tersebut diuji dengan carbon dating test, dan diduga berusia 5300 tahun. Para ahli akupuntur berpendapat, bahwa titik-titik tatto tersebut dibuat oleh ahli akupuntur kuno yang sangat kompeten, karena ketepatan dan kompleksitasnya.20 Akupuntur dan akupresur merupakan contoh nyata dari penggunaan sistem energi tubuh untuk menyembuhkan pasien dengan berbagai macam gangguan fisik. Ahli akupuntur menancapkan jarum ke beberapa titik yang kadang terletak jauh dari tempat rasa sakit, dan hasilnya, rasa sakit itu hilang. Ahli akupresur dan



19 20



Suroso, dan Abdul Muhid, Efektifitas Terapi SEFT..., hlm.90



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Cara Tercepat dan Termudah Mengatasi Berbagai Masalah Fisik dan Emosi, (Jakarta: PT. Arga Publishing, 2009), hal. 27-28



reflexology menekan beberapa titik di kaki untuk menyembuhkan penyakit yang “jauh” dari kaki, seperti sakit ginjal, hipertensi, nyeri punggung, dsb. Mereka melakukan ini dengan hasil yang efektif karena mengetahui dengan tepat dimana harus menusukkan jarum untuk merangsang sistem energi tubuh yang berhubungan langsung dengan sumber rasa sakit. Adapun perbedaannya, terapi SEFT itu sendiri menggunakan cara yang aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana dibanding pendahulunya (akupuntur dan akupresur). Selain itu, spektrum masalah yang dapat diatasi dengan SEFT juga lebih luas. 21 Seorang dokter ahli chiro-ptactic (terapi pijatan tulang belakang untuk menyembuhkan berbagai penyakit berupa penyakit fisik) yaitu George Goodheart mulai melakukan penelitian berupa hubungan antara organ, kekuatan otot dan kelenjar tubuh dengan energi meridian. Ia mengembangkan suatu metode yang dikenal dengan muscle testing dan memperkenalkan pada dunia apa yang ia sebut Applied Kinesiology. Kemudian John Diamond, beliau merupakan salah seorang pionerr yang menulis mengenai hubungan “sistem energi tubuh” dan gangguan psikologis. Konsep tersebut mendasari lahirnya cabang baru psikologi yang dikenal dengan Energy Psychology. Yaitu terobosan baru yang menggabungkan prinsip-prinsip kedokteran timur dengan psikologi. Dalam Energy Psychology kita menggunakan sistem energi tubuh untuk mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku. Teori tersebut menjadi pondasi bagi lahirnya Tought Field Therapy (TFT)



21



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm.28-29



yang dipelopori oleh Roger Callahan, dikenal dengan terapi kontroversialnya yang menggegerkan dunia psikoterapi. Callahan adalah psikologi klinis lulusan The University of Michigan, dan mendapatkan gelar Ph.D. dalam bidang Clinical Psychology dari Syracuse University, New York. Mary seorang klien dari Roger Callahan, mempunyai keluhan yaitu aqua phobia (sangat takut air). Mary merasakan sakit kepala berkepanjangan dan mengalami mimpi buruk yang menakutkan, keduanya berhubungan dengan aqua phobia. Selama satu setengah tahun Callahan mencoba membantunya, namun tanpa ada perkembangan yang signifikan. Kemudian Callahan mencoba satu cara penghabisan di luar batas ilmu psikoterapi. Dengan didorong rasa ingin tahu atas hasil belajarnya tentang “sistem energi tubuh”, Callahan mencoba mengetuk (tapping) dengan ujung jarinya ke bagian bawah kelopak mata Mary, dalam waktu kurang dari satu menit Mary mengatakan rasa tidak enak di perutnya akibat dari phobia itu hilang. Dan setelah pulang, Mary melaporkan bahwa phobia-nya hilang sama sekali, ia telah mencoba mendekati kolam renang yang selama ini sangat ditakutinya, bahkan telah menyentuh air dan memercikkan air kolam renang ke mukanya tanpa ada rasa takut atau sakit kepala, mimpi buruknya pun tak pernah terjadi lagi. Dia sembuh secara total dari water phobia. 22 Adapun Gary Craig (murid dari Roger Callahan) melahirkan istilah EFT. Ia menyederhanakan TFT hingga menjadi teknik yang lebih mudah tetapi tetap efektif hasilnya. Gary telah menguji efektivitas EFT secara ekstensif, baik pada



22



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm. 30-32



kasus berat maupun ringan, dan merumuskan tekniknya secara sistematis, mudah dicerna dan dipraktikkan. Istilah EFT dilahirkan oleh Gary Craig. Ia menyederhanakan TFT hingga menjadi teknik yang lebih mudah namun tetap efektif hasilnya. Kegigihannya untuk mencari sebuah metode yang paling sederhana mempertemukannya dengan penemuan Callahan yakni TFT. Saat itu ia menghabiskan USD 110.000 agar dilatih langsung oleh penemunya dan membeli alat voice technology TFT. Namun, metode yang diajarkan Callahan masih rumit dan tidak praktis, sehingga ia terpanggil untuk menyederhanakannya agar penemuan berharga ini dapat dimengerti oleh orang awam. Maka terlahirlah EFT dari jerih payah sang Maestro ini.23 EFT merupakan metode untuk menyingkirkan masalah-masalah psikologis sehingga anda bisa bebas memiliki, melakukan atau menjadi apa pun yang anda inginkan.24 Selama beberapa tahun sejak 1991, Gary berkeliling Amerika untuk menawarkan terapi gratis. Ia mempersentasikan dan menerapkan EFT pada ribuan orang, ia hadir di acara-acara sosial seperti arisan, club gathering dan kebaktian di gereja. Puncaknya, ia menawarkan diri untuk menterapi para veteran perang Vietnam di VA (Veteran Administration) yang telah puluhan tahun menderita PTSD (Post Traumatic Disorder). Para veteran perang yang malang ini selama belasan tahun telah ditangani oleh belasan psikoterapis tanpa menunjukkan hasil



23



Triantoro Safira dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 181 24



Aswar Saputra, Healing Code, (Yogjakarta: Immortal Publisher, 2013), hal. 77-78



positif yang signifikan. Ajaibnya, dalam 6 hari, Gary Craig berhasil membebaskan 20 orang veteran dari penderitaan emosi yang mereka derita selama puluhan tahun. Kemudian Gary Craig mempunyai murid, ia bernama Steve Wells seorang psikolog klinis dari Australia, Steve Wells mengembangkan EFT lebih jauh lagi. EFT yang ditangan Gary Craig lebih banyak digunakan untuk penyembuhan, oleh Steve Wells diperluas kegunaannya untuk meningkatkan prestasi (peak performance). Sebelum mengenal EFT, Steve adalah psikolog klinis yang lebih banyak bekerja untuk anak-anak. Setelah belajar EFT dari Gary Craig, ia menjadi salah satu pelatih mental bagi atlet nasional Australia, memberikan jasa executive coach dan terapi menggunakan EFT. 25 Adapun SEFT itu sendiri didirikan oleh Ahmad Faiz Zainuddin. SEFT merupakan metode baru dalam melakukan EFT. Menurutnya, beliau melakukan pertama kali secara spontan, dan ternyata berhasil. Lalu beliau melakukannya secara berulang-ulang dalam berbagai kasus, dan mempraktikkannya terhadap ratusan orang, dan hasilnya sangat bagus. Ketika orang-orang yang beliau bantu untuk mengatasi masalahnya dengan EFT versi Gary Craig atau SEFT versi Ahmad Faiz Zainuddin, kebanyakan dari mereka lebih menyukai SEFT dibanding dengan EFT. Bahkan ketika Ahmad Faiz Zainuddin mengikuti pelatihan Energy Psychology di Singapura untuk berguru pada John Hartung dan Joseph Guan, ada konselor dari Singapura yaitu Ritta Haq dan Rodney Woulfe yang telah menggunakan EFT



25



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm. 35



selama tiga tahun dalam praktik konselingnya, mengakui bahwa SEFT lebih efektif dan powerful dibanding EFT versi original. Pengakuan yang sama juga diungkapkan Niale McLoughlin, seorang corporate trainer senior yang telah mempraktikkan energy psychology lebih dari delapan tahun. SEFT yang dikembangkan mulai tahun 2006 masih relatif muda sehingga tidak heran jika SEFT masih berpusat di negara asalnya (Indonesia) dan belum banyak digunakan di sebagian besar penjuru dunia.5 Meskipun begitu, praktisi SEFT tidak hanya terbatas pada masyarakat Indonesia saja karena Zainuddin memperkenalkan teknik tersebut melalui buku, seminar, ataupun workshop hingga merambah mancanegara.26 Larry Dosey MD., adalah seorang dokter ahli penyakit dalam yang melakukan penelitian ekstensif tentang efek doa terhadap kesembuhan pasien. Penelitian yang sempat mengguncang dunia kedokteran barat ini dijelaskan secara rinci dan meyakinkan dalam bukunya The Healing Words: The Power of Prayer and The Practice of Medicine. Inti pesan yang ingin disampaikan oleh dokter Dossey adalah bahwa doa dan spiritualitas, terbukti dalam penelitian ilmiah, ternyata memiliki kekuatan yang sama besar dengan pengobatan dan pembedahan.



26



Andar Ifazatul Nurlatifah, Spiritual Emotional Freedom Technique Sebagai Terapi dalam Konseling, (IAIN Salatiga: Jurnal Madaniyah, 2016), hlm. 321



3. Teknik-teknik dalam melakukan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Menurut Faiz Zainuddin, ada dua versi dalam melakukan SEFT. Yang pertama, merupakan versi lengkap, dan yang kedua adalah versi ringkas (short-cut). Keduanya terdiri dari tiga langkah sederhana. Perbedaannya hanya pada langkah ketiga (The Tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik, dan pada versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik. Sebaiknya anda kuasai dulu versi lengkap ini sebelum versi ringkasnya, agar mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tiga langkah dalam melakukan SEFT diantaranya; a. The Set-Up The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir “Psycholigical Reversal” atau “Perlawanan Psikologis” (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bahwa negatif)27 Contoh Psychological Reversal ini diantaranya: a) Saya tidak bisa mencapai impian saya. b) Saya tidak dapat bicara di depan publik dengan percaya diri. c) Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang. d) Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menghantui hidup saya.



27



Muthmainnah Zakiyah, Pengaruh Terapi Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penanganan Nyeri Dismenorea, (Probolinggo: Jurnal sain med, 2013), hlm 67.



e) Saya marah dan kecewa pada istri/suami saya karena dia tidak seperti yang saya harapkan. f) Saya kesal dengan anak-anak, karena mereka susah diatur. g) Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan rokok. h) Saya tidak termotivasi untuk belajar, saya pemalas. i) Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini. j) Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya. k) Saya... saya... saya... Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh diatas terjadi, maka obatnya dengan berdo’a dengan Khusyu’, Ikhlas, Pasrah: “Ya Allah... meskipun saya......... (keluhan anda), saya ikhlas menerima sakit/ masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya” Kalimat diatas merupakan The Set-Up Words, yaitu beberapa kata yang perlu anda ucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir Psychological Reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa religius, the set-up words adalah “doa kepasrahan” kita pada Allah SWT. Bahwa apapun masalah dan rasa sakit yang kita alami saat ini, kita ikhlas menerimanya dan kita pasrahkan kesembuhannya pada Allah SWT. The Set-Up sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah mengucapkan kalimat seperti diatas penuh dengan rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah sebanyak tiga kali. Dan yang kedua adalah, sambil mengucapkan dengan penuh perasaan, kita menekan dada kita, tepatnya di bagian “Sore Spot”



(Titik Nyeri= daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian “Karate Chop”



Gambar 1 Set- Up



Setelah menekan titik nyeri atau mengetuk karate chop sambil mengucapkan kalimat Set-Up seperti diatas, kita melanjutkan dengan langkah kedua, yaitu tune-in. Contoh kalimat set-up (doa) diantaranya: 



Yaa Allah... Meskipun saya cemas menjelang sidang tugas akhir, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan pada-Mu ketenangan hati saya.







Yaa Allah... Meskipun saya marah dan kecewa karena diabaikan, saya ikhlas menerima perasaan saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kebahagiaan saya.







Yaa Allah... Meskipun detak jantung saya tidak teratur, saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya.



b. The Tune-In



Gambar 2 Tune- In



Dalam melakukan tune-in, untuk masalah emosi yaitu dengan cara memikirkan



sesuatu



atau



peristiwa



spesifik



tertentu



yang



dapat



mengembangkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb.) hati dan mulut mengatakan, “Yaa Allah.. saya ikhlas.. saya pasrah”



Adapun dalam masalah fisik, melakukan tune-in itu dengan cara merasakan sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan hati dan mulut kita mengatakan, “Yaa Allah.. saya ikhlas.. saya pasrah”. Bersamaan dengan tune-in ini kita melakukan langkah ketiga (tapping). Pada proses inilah (Tune-in yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik.28 c. The Tapping Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubu berjalan dengan normal dan seimbang kembali Berikut adalah titik-titik tapping :



28



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm. 64



Gambar 3 The Tapping



1. Cr = Crown, pada titik dibagian atas kepala 2. EB = Eye Brow, pada titik permulaan alis mata 3. SE = Side of the Eye, diatas tulang samping mata 4. UE = Under the Eye, 2cm dibawah kelopak mata 5. UN = Under the Nose, tepat dibawah hidung 6. Ch = Chin, di antara dagu dan bagian bawah bibir 7. CB = Collar Bone, Titik di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama 8. UA = Under the Arm, dibawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria) atau tepat dibagian tengah tali bra (wanita) 9. BN = Bellow Nipple, 2,5cm dibawah puting susu (pria) atau tepat dibagian tengah tali bra (wanita)



10. IH = Inside of Hand, dibagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan 11. OH = Outside of Hand, dibagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan 12. Th = Thumb, ibu jari disamping luar bagian bawah kuku 13. IF = Index Finger, jari telunjuk disamping luar bagian bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari) 14. MF = Middle Finger, jari tengah samping luar bagian kuku (dibagian yang menghadap ibu jari) 15. RF = Ring Finger, jari manis disamping luar bagian bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari) 16. BF = Baby Finger, jari kelingking disamping luar bagian bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari) 17. KC = Karate Chop, disamping telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok saat karate 18. GS = Gamut Spot, dibagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking. Setelah menyelesaikan sembilan gamut procedure, langkah terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-tujuh belas (berakhir di karate chop). Dan diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan menghembuskannya, sambil mengucap rasa syukur, (Alhamdulillah...).29



29



Ahmad Faiz Zainudin, SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique),...hal 63-70



4. Nilai-nilai Spiritual dalam SEFT Adapun kunci keberhasilan dalam terapi SEFT ada lima, diantaranya: a. Yakin Lafadz al-yaqin adalah lawan dari kata al-syakku asal katanya terdiri dari huruf ya’, qaf, dan nun yakni yaqina-yayqunu-yaqinan artinya jelas, pasti, meyakini, mengetahui dengan pasti.30 Menurut Quraish Shihab al-yaqin adalah pengetahuan yang mantap tentang sesuatu disertai dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan, baik berupa keraguan atau dalih-dalih lawan, condongnya hati terhadap pembenaran presentasinya 100%.31 Yakin berarti sungguh-sungguh percaya atau kepercayaan yang sungguhsungguh sehingga merasa pasti. Jika kita yakin ditambah imbuhan ke-an biasanya diidentikan dengan agama,32 karena agama adalah anutan atau pegangan seseorang dengan rasa percaya dan sungguh-sungguh.33 Keyakinan mempunyai konotasi yang positif. Allah menciptakan setiap manusia dalam keadaan fitrah dengan hati yang suci. Disaat ini pula Allah menciptakan perasaan didalam hati manusia keinginan akan surga



dan



ketakutan terhadap neraka. Akan tetapi setan menggoyahkan hati manusia



30



Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir : Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm 1590. 31



M. Quraish Shihab, Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian alQuran, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm 93. 32 33



Kamus Besar Bahasa Indonesia, menjadikan agar tidak berbeda, hlm. 319.



Jusuf Syarief Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm. 1634.



sehingga keyakinan yang sudah tertanam di dalam hati berubah menjadi keraguan.34 Dalam terapi SEFT diperlukan hanya yakin pada Maha Kuasanya Tuhan dan Maha Sayangnya Tuhan. SEFT tersebut akan tetap efektif walaupun kita ragu, tidak percaya diri, malu kalau tidak berhasil terhadap diri sendiri dan terapi SEFT tersebut, asalkan kita yakin dengan kuasa Allah, SEFT tetap efektif.



b. Khusyu’ Khusyu’ secara etimologi berarti tunduk dan diam/tenang. Secara terminologi khusyu’ adalah ketundukan hati di hadapan Tuhan dengan penuh kepasrahan dan kesadaran akan kehinaan diri. Kekhusyukan hati akan diikuti kekhusyukan seluruh anggota badan. Khusyu’ tempatnya di hati, sedang ekspresi dan indikatornya terlihat pada anggota badan. Orang yang shalatnya tidak mencegahnya dari kemungkaran, tidak akan menemukan jalan khusyu’.35 khusyuk dapat diartikan dengan kehadiran hati ketika berhadapan dengan Allah yang diikuti sikap penuh kerendahan dan kehinaan, perasaan takut yang selalu ada di dalam hati, dan terpusatnya pikiran.36 Khusyuk bisa timbul dari kesadaran bahwa Allah selalu melihat gerak gerik hamba-Nya, kesadaran



34 Khalid Abu Syadzi, Yakin: Agar Hati Selalu Yakin dengan Allah, terj. Muhammad Misbah, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm.9. 35



Abad Badruzaman, Sudah Sholat Masih Maksiat, (Solo: Ziyad Visi Media, 2011), hlm.



36



Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Madariju as-Salikin, (Riyadh: Dar as-S{ami’i, 2011), hlm.



132-133 1322.



tentang keagungannya serta tentang kekurangan diri hamba dalam melaksanakan tugas-tugas Tuhan-Nya37 Sebagian ulama mengartikan khusyu’ sebagai kelunakan hati, ketenangan pikiran, dan tunduknya kemauan yang rendah yang disebabkan oleh hawa nafsu dan hati yang menangis ketika berada di hadapan Allah sehingga hilang segala kesombongan yang ada di dalam hati. Dengan kata lain, dalam kondisi khusyu’, maka seorang hamba hanya bergerak sesuai dengan yang diperintahkan oleh Tuhannya.38 Selama proses terapi berlangsung, terutama ketika Set-Up, kita harus khusyu’. Memfokuskan pikiran kita pada saat melakukan Set-Up (berdoa) pada “Sang Maha Penyembuh”, salah satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena kita tidak khusyu’, pikiran dan hati kita tidak ikut hadir saat berdoa, tidak sepenuhnya sampai ke dalam hati. Jadi ketika selama proses terapi berlangsung usahakan menghilangkan pikiran lain, konsentrasi pada kata-kata yang kita ucapkan saat melakukan Set-Up.



c. Ikhlas Muhammad al-Ghazali mengatakan ikhlas adalah melakukan amal kebajikan semata-mata karena Allah SWT.39 Muhammad Abduh mengatakan



37 Abu Hamid al-Gazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, (Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub alArabiyyah, T.Th), Jilid I, hlm. 171. 38



Lina Kushidayati, Khusyu Dalam Perspektif Dosen dan Pegawai STAIN Kudus, (STAIN Kudus: Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf,2016), vol.2, no.1, hlm.58. Muhammad al-Ghazali, Khulu’ al-Muslim : [terj] Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1993), hlm. 139 39



ikhlas adalah ikhlas beragama untuk Allah SWT. dengan selalu manghadap kepada-Nya, dan tidak mengakui kesamaan-Nya dengan makhluk apapun dan bukan dengan tujuan khusus seperti menghindarkan diri dari malapetaka atau untuk mendapatkan keuntungan serta tidak mengangkat selain dari-Nya sebagai pelindung.40 Adapun ciri-ciri dari orang yang ikhlas. Pertama, senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad. Kedua, Terjaga dari segala yang diharamkan Allah SWT., baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari manusia. Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah SWT., bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun. Ketiga, Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang apabila kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya. Para dai



Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an as-Syahir bi Tafsir al-Manar, (Beirut : Dar alFikr, 1973), Jilid 5, hlm. 475 40



yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya.41 Adapun nilai keikhlasan yang dilakukan ketika SEFT yaitu dilakukan selama proses terapi itu dilaksanakan yaitu tepatnya ketika set-up, tune-in yang disertai dengan tapping.



d. Pasrah Pasrah atau biasa disebut dengan tawakkal berarti berserah (kepada kehendak Tuhan), dengan segenap hati percaya kepada Tuhan terhadap penderitaan, percobaan dan lain-lain. 42 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tawakkal adalah pasrah diri kepada kehendak Allah dan percaya sepenuh hati kepada Allah.43 Sedangkan dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia, tawakal berarti jika segala usaha sudah dilakukan maka harus orang menyerahkan diri kepada Allah yang Maha Kuasa.44 Menurut ulama tasawuf, tawakal adalah salah satu dari beberapa maqam (tahapan) yang harus ditempuh oleh seorang sufi dalam usahanya mendekatkan



41



Hasiah, Peranan Ikhlas Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Padangsidimpuan: Jurnal Darul ‘Ilmi, 2013), Vol. 01, No. 02, hlm. 37-38. 42



W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1976),



hlm.1026. 43



Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 2002), hlm.1150.



44



Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Grafika: Jakarta, 2008),



hlm. 956.



diri kepada Allah SWT, di samping tahapan-tahapan lain, seperti; taubat, wara’, fakir, sabar, rida.45 Dalam ajaran Islam sikap tawakal terbagi dalam tiga macam yaitu. Pertama, Tawakal pada pekerjaan yang mempunyai sebab dan ‘illat. Kedua, Tawakal dalam urusan yang tidak ber’illat. Ketiga, Tawakal dalam meraih apa yang dicintai oleh Allah SWT berupa iman. Tawakal yang mempunyai sebab dan ‘illat adalah mengharuskan manusia berusaha terlebih dahulu sebatas kemampuan yang dimilikinya, kemudian bertawakal kepada Allah SWT.46 Ajaran Islam menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, tetapi pada saat yang sama dituntut juga untuk berserah diri kepada Allah SWT.47 Tawakal menjadi tumpuan terakhir dalam suatu usaha. Di mana suatu usaha tanpa tawakal akan membangun jiwa yang selalu gelisah, dibayang bayangi oleh rasa cemas, dan gelisah. Sebaliknya suatu usaha yang dilengkapi dengan tawakal, akan membangun ruhani yang tenang karena puncak dari segala usahanya di barengi dengan pasrah diri kepada Allah SWT.48 Dalam terapi SEFT ini, dalam do’a Set-Up itu sendiri ada kalimat yang berupa “saya ikhlas, saya pasrah..” bahwa ketika proses terapi berlangung, kita



45



Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),



46



Yunasril Ali, Pilar-Pilar Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 134.



47



Gulam Reza Sultani, Hati yang bersih: Kunci Ketenangan Jiwa, (Jakarta: Zahra, 2006),



hlm. 67.



hlm. 155 48



M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, vol.5, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 616-617.



diharuskan untuk membayangkan memasrahkan semua permasalahan yang sedang terjadi. e. Syukur Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufuran adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah.49 Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara.50 Pertama, Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah swt, sehingga akan selalu memuji Allah swt dan tidak akan muncul keinginan memuji yang lain. Sedangkan gerak lidah dalam memuji-Nya hanya sebagai tanda keyakinan. Kedua, Hal (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi melahirkan jiwa yang tentram. Mensyukuri nikmat bukan hanya dengan menyenangi nikmat tersebut melainkan juga dengan mencintai yang memberi nikmat yaitu Allah swt membuatnya senantiasa senang dan mencintai yang memberi nikmat, dalam bentuk ketundukan, kepatuhan. Ketiga, Amal perbuatan, ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan, yaitu hati yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan yang menampakkan rasa syukur dengan pujian kepada Allah swt dan anggota badan



Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), h. 216 49



50



Imam Ghazali, Taubat, Sabar dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H. A Suminto, (Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 1983), hlm. 197-203



yang menggunakan nikmat-nikmat Allah swt dengan melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya. Bersyukur sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, ketika kita mampu mensyukuri yang masih baik dan sehat, masalah dan sakit pun hilang dengan sendirinya. Seperti halnya alumni dari Ahmad Faiz Zainuddin yang menderita tumor otak, tiba-tiba tumornya tidak mengganggu dia lagi ketika hati dan pikirannya untuk mensyukuri bagian tubuh yang masih sehat, bukan mengeluhkan bagian tubuh yang sakit, setelah hampir kurang lebih tiga bulan fokus untuk bersyukur, kemudian sakit jantungnya menghilang tanpa dia sengaja. Begitulah dampak positif dari bersyukur yang ada dalam terapi SEFT ini.51 Jadi, kunci keberhasilan terapi SEFT terletak pada setiap individu itu sendiri, jika seseorang tersebut tidak memiliki niatan yang kuat untuk sembuh atau terbebas dari masalah yang sedang dihadapinya, maka hal tersebut mustahil bagi orang tersebut untuk sembuh, maka dari itu jika ingin kesembuhan seseorang harus memiliki niat untuk ingin benar-benar sembuh. Setelah meyakinkan diri dan berniat sungguh-sungguh untuk sembuh, selanjutnya dibarengi dengan bersikap khusyu’, mengikhlaskan segala sesuatu atau masalah yang sedang dihadapinya saat ini, kemudian yang terakhir harus memasrahkan segala kesembuhan hanya kepada Allah SWT., karena segala sesuatu yang terjadi pada diri kita semua itu karena kehendak Allah SWT.



51



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)..., hlm. 79.



5. Manfaat Terapi SEFT Menurut Ahmad Faiz Zainudin terapi SEFT mempunyai banyak manfaat dalam berbagai bidang, diantaranya: a. Individu Dapat memberikan solusi untuk mengatasi beberapa masalah yang sedang kita hadapi dan juga dapat mengembangkan potensi diri agar terlepas dari konflik batin yang belum terselesaikan. Sehingga setelah bebas dari lingkaran beban emosi ini, seseorang mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. b. Kelompok Mampu menciptakan sebuah hubungan yang kokoh untuk setiap anggota keluarga, dengan SEFT tersebut sebagai penetralisasi emosi negatif yang sering timbul di dalam keluarga seperti rasa marah, kecemburuan, rasa takut kehilangan, tersiggung dan lain sebagainya. c. Sekolah Membantu guru atau dosen, siswa ataupun mahasiswa untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ruang lingkup pendidikan. Seperti, malas belajar, murid yang bandel, sulit konsentrasi ketika belajar, dan lain sebagainya. d. Kesehatan Memberikan suatu manfaat yang bisa membantu menyembuhkan penyakit fisik tanpa pemberian obat-obatan ataupun dengan operasi, karena dengan cara



tapping dititik meridian yang tepat dapat memperbaiki dengan memanfaatkan energi tubuh dan kekuatan psikologi.



52



Dapat ditarik kesimpulan dari uraian manfaat di atas bahwa SEFT mampu menangani berbagai kasus dan berbagai bidang di dalam kehidupan manusia yang penuh dengan masalah yang semakin hari semakin kompleks.



C. KESABARAN 1. Pengertian Kesabaran Sabar berasal dari kata (‫ )صبر‬bersabar, (‫ )يصبر‬tabah hati, (‫ (صبرا‬berani atas sesuatu.



53



Secara etimologi, )‫ (الصبور‬berarti menahan dan mengekang ( ‫)الجس‬.



Secara terminologi sabar berarti menahan dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridha Allah54. Sedangkan secara istilah sebagaimana yang diungkap oleh Al-Maraghi, sabar adalah ketabahan hati dalam menanggung berbagai macam kesulitan dalam hal mencegah perbuatan-perbuatan maksiat dan dalam rangka melaksanakan ibadah.55 Dalam pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, sabar adalah menahan jiwa dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobek-robek baju dan seterusnya. 56



52



Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique..., hlm.7



53



Mas’ud Hasan Abdul Qohar, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Bintang Pelajar, tt), hlm.



54



Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LIPPI, 2000) cet.11, hlm. 34



184



55



Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahran Abu Bakar, dkk. (Semarang: Toha Putra, 1992), hlm. 10 56



Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Sabar Perisai seorang Mukmin, terj. Fadli, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), hlm. 12



Dalam Ensiklopedi Muslim disebutkan bahwa sabar ialah menahan diri terhadap apa yang dibencinya atau menahan sesuatu yang dibencinya dengan rida dan rela, maksudnya menahan diri terhadap ujian yang menimpanya dengan tidak membiarkannya berkeluh kesh atau marah sebab keluh kesah terhadap sesuatu yang telah hilang adalah penyakit dan keluh kesah yang akan terjadi adalah tidak ridha, sedangkan tidak ridha terhadap takdir berarti mengancam Allah Yang Maha Esa. Dalam bersabar terhadap itu semua, orang Muslim bersenjatakan diri dengan ingat pahala ketaatan yang besar dari Allah dan ingat siksa pedih Allah untuk orang yang dimurkai-Nya. Selain itu, ia ingat bahwa takdir-takdir Allah akan senantiasa berlangsung, keputusan-Nya adalah adil dan hukum-Nya pasti terjadi, seorang hamba sabar atau tidak dalam menerima takdir dari Allah swt. Karena sabar dan tidak sabar adalah akhlak yang didapatkan dengan pelatihan dan mujahadah (usaha maksimal), maka setelah orang muslim meminta Allah memberinya sifat sabar, ia ingat sifat sabar dengan ingat perintah kepada sabar dan ingat pahala yang dijanjikan bagi orang sabar.57 Dalam istilah syariat, sabar berarti menahan diri untuk melakukan keinginan dan meninggalkan larangan Allah swt. Ketika seorang hamba mampu melakukan hal ini dengan ikhlas, maka Allah swt. Memberikan kompensasi berupa pahala yang besar dan membalasnya dengan surga. Jadi sabar adalah sikap tegar dan kukuh dalam menjalankan ajaran agama ketika muncul dorongan syahwat. Ia adalah ketegaran yang dibangun di atas landasan Kitab dan Sunnah, karena hamba yang



57



Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, terj. Fadhli Bahri, Lc., (Jakarta: Darul Falah, 2000), cet.1, hlm. 220-221



berpegang teguh dengan al-Qur’an dan Hadits mampu bersabar terhadap beragam musibah dalam beribadah dan menjauhi larangan. 58 Kesabaran menurut Al-Jauziyah menyatakan bahwa kesediaan untuk menerima penderitaan dengan penuh ketabahan dan ketenangan, sehingga kesabaran membuat orang mampu mengatasi setiap masalah. Kesabaran berarti menahan diri dan mencegah dari keluhan. Oleh karenanya mereka tetap tenang ketika merasa takut dan bingung. Kesabaran mempunyai pengertian kemampuan individu dalam mengendalikan perasaan dan perilaku. Kesabaran adalah kemampuan untuk mengatur, mengendalikan, mengarahkan (perilaku, perasaan, dan tindakan) serta mengatasi berbagai kesulitan dan secara komprehensif dan integratif. Adapun kesabaran menurut sahl yaitu pengharapan akan lipuran dari tuhan, kesabaran merupakan kebaktian tertinggi dan paling mulia, dan kesabaran itu merupakan rahmat. Kesabaran berarti bersikap sabar terhadap kesabaran. 59



2. Macam-macam sabar Kesabaran tersebut antara lain meliputi tempat dan situasi dan membagi sabar ke dalam enam macam yaitu: a. Sabar dalam taat kepada Allah Swt. Tingkat yang paling tinggi adalah sabar atas ketaatan. Inilah sabar yang sungguh-sungguh diharapkan, yaitu ketika kamu mengerjakan halhal yang



58



Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid, Jagalah Hati: Raih Ketenangan, terj. Saat Mubarak, (Jakarta: Cakrawala Pubishing, 2006), cet.1, hlm. 214-215 59



Al-Kalbazi, Ajaran Kaum Sufi, (Bandung: Mizan, 1995), hlm 116-117.



diperintahkan, kamu bersabar atas perintah itu dan bersabar untuk mengerjakannya dengan cara yang paling sempurna.60 Dalam Al-Qur’an Surat Maryam (19) ayat 65 dijelaskan bahwa kewajibankewajiban yang ditetapkan Allah Swt kepada manusia harus dilakukan dengan sabar seperti: puasa, hajji, berzakat dan lainnya. Bagi mereka yang selalu sabar dan teguh pendirian dan keimanan kepada Allah SWT, akan sangat mudah dan ringan untuk mengerjakannya. Taat kepada Allah SWT merupakan suatu kewajiban. Karena, hal tersebut terasa berat sehingga memerlukan usaha yang sungguh-sungguh agar bisa mengalahkan musuhnya yang nyata, sehingga ia kokoh dalam pendirian dan menjadikan nafsunya mengikuti syari’at Allah Swt, kesungguhan tersebut meliputi kesabaran, pengorbanan dan usaha yang gigih. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mampu menahan nafsunya sehingga sesuai dengan apa yang diridhai Allah, yang tercermin dalam ketaatan dan komitmennya. Contohnya yaitu seperti orang yang melaksanakan shalat setiap waktu, maka ia tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan. Walaupun ia tidak melihat Allah Swt, namun ia sadar bahwa Allah Swt senantiasa bersamanya dan selalu menjadi penolongnya. b. Sabar dalam menerima cobaan hidup Kehilangan orang yang dicintai, gagal dalam usaha, mengalami penyakit, dan sebagainya. Ujian dan cobaan sering membuat manusia gelap mata. Akibatnya,



60



Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Membeli Surga dengan Sabar dan Syukur, (Yogyakarta: Golden Books, 2010), cet. ke-1, hlm. 12.



mereka bisa stress dan kehilangan akal sehat, mengamuk dan kemudian bunuh diri. Semua bentuk cobaan tersebut harus diterima dengan sabar. Dalam hal ini manusia harus bersikap sabar dalam menghadapi cobaan hidupnya. “ Sikap sabar yang dimaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Allah Swt.”61 Ketika seseorang mendapatkan ujian, semestinya bersabar, bertahan, dan tidak menjadi lemah, sehingga keyakinannya kepada Allah Swt bertambah dan tetap dapat melaksanakan segala kewajiban. Kesabaran tersebut harus dipertahankan dalam segala hal.62 Contohnya seperti dengan bersabar kita dapat berfikir positif atas sebuah hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Orang yang mempunyai sifat sabar akan selalu mengingatkan dirinya untuk bersyukur dikarenakan dirinya yang sabar mendapatkan hasil sekecil apapun itu. Ia akan banyak bersyukur.



c. Sabar dari dorongan keinginan hawa nafsu Hawa nafsu manusia selalu mendorong kearah keburukan dalam dimensi psikis manusia dan mengarah untuk kenikmatan hidup dan kemegahan dunia Akan tetapi hawa nafsu dapat diarahkan kepada kebaikan apabila dikendalikan dengan kesabaran. Baharuddin mengungkapkan bahwa dimensi nafsu merupakan daya yang berpotensi untuk mengejar kenikmatan dan menghindarkan diri dari hal-hal



61



Istarani dan Muhammad Siddik, Jiwa dan Kepribadian Muslim, (Medan: Iscom, 2015), cet. ke-1, hlm. 40. 62



5 Ibn Taimiyyah, Gerak-gerik Qalbu: dilengkapi analisis tentang penyakit-penyakit hati dan pengobatannya, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005), hlm.64



yang mencelakakan. Dimensi ini, jika tidak terkendali akan mengantarkan manusia bergaya hidup hedonistic, seks, material, dan lain-lain.63 “Rasulullah Saw menjadi teladan dalam menghadapi dan menghindari hal-hal yang tidak disukai.64 Contohnya seperti hawa nafsu kita menginginkan kita buat benda yang mungkar, kita lawan dengannya tidak ikut buat yang disuruh oleh nafsu itu dikatakan nama bersabar dari keinginan hawa nafsu. d. Sabar dalam mengajak manusia untuk taat kepada Allah Swt (berdakwah kepada umat) Islam menganjurkan manusia untuk berdakwah. ”Islam merupakan agama dakwah, yakni agama yang harus didakwahkan kepada umat manusia.65 Dakwah untuk menegakkan agama Islam terkadang harus ditempuh dengan perjuangan yang penuh dengan rintangan dan tantangan. Karena itulah, maka dalam berdakwah diperlukan kesabaran. Al-Quran mengajarkan kesabaran dalam berdakwah sebagaimana yang dinasehatkan oleh Lukman al-Hakim kepada anaknya dalam Alquran Surat Luqman (31) ayat 17 bahwa kita diperintahkan untuk mendirikan shalat dan mengerjakan perbuatan baik dan mencegah perbuatan munkar, kemudian kita diperintahkan untuk bersabar terhadap segala sesuatu yang menimpa diri kita.



63



Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. ke-1,



hlm. 165. 64



Imam Abu Syaikh Al-Ashbahani, Meneladani Akhlak Nabi, (Jakarta: Qishti Press, 2011), cet. ke-2, hlm. 63. 65



1, hlm. 8



Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-



Sebagai aktivitas muslim, kita tahu bahwa kita harus tetap berusaha menyampaikan berita gembira dan peringatan (amar ma’ruf nahi munkar) kepada lingkungan sekitar. Contohnya seperti yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. kita harus menyadari, diingat-ingat dalam pikiran dan terus dihujamkan ke dalam jiwa, bahwa dakwah akan tetap terus berjalan mesti bersama atau pun tanpa diri kita. e. Sabar dalam kondisi berperang Dalam peperangan sangat dibutuhkan kesabaran.” Perang dalam arti untuk kebebasan berdakwah atau mempertahankan keyakinan dengan senjata yang digunakan oleh pihak yang memerangi keyakinan.”66 Al-Quran menegaskan bahwa kesabaran dalam peperangan merupakan salah satu ciri dari orang yang bertakwa. Allah Swt. Dalam Surat al-Baqarah (2) ayat 177 menegaskan bahwa sabar bukanlah kepasrahan. Dalam peperangan sangat diperlukan kesabaran, apalagi menghadapi musuh yang lebih banyak atau lebih kuat. sebagaimana yang kita pahami dalam perang maka pasti kita akan terbunuh dan tidak pernah menang. Karena niscayanya perang kalau tidak membunuh pasti terbunuh. Tapi sabar dalam peperangan maksudnya adalah walau kita ada dalam medan peperangan maka seorang mukmin tetap harus menjaga kesabarannya.



66



Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2009), cet. ke-38, hlm. 241.



f. Sabar dalam kehidupan sosial Manusia yang merupakan makhluk sosial, yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain, baik dengan keluarganya sendiri maupun dengan orang lain. Bersabarlah



dengan



keadaan



orang-orang



sekitar



yang



menunjukkan



ketidaksenangan, selama dalam jalan yang haq. Rasulullah SAW adalah orang yang senantiasa sabar dengan apa yang telah dilakukan orang-orang Quraisy yang sangat membenci beliau. Tidak jarang beliau disakiti baik secara lisan atau ucapan bahkan secara fisik. Ketika bergaul dengan seseorang terkadang kita merasa tersinggung saat mendengar atau mendapatkan perlakukan yang kurang menyenangkan dari orang lain. Namun, sebagai Muslim kita diwajibkan untuk bersabar menghadapinya, karna boleh jadi hal itu ternyata akan mendatangkan banyak kebaikan bagi diri kita. Dalam kehidupan sehari-hari, akan ditemui hal-hal yang tidak menyenangkan atau atau menyinggung perasaan. Oleh sebab itu dalam pergaulan sehari-hari diperlukan kesabaran, sehingga tidak cepat marah, atau memutuskan hubungan apabila menemuihal yang tidak disukai. Contonya seperti seorang teman diingatkan untuk bersabar terhadap hal-hal yang tidak disukai pada orang lain, karena boleh jadi yang dibenci itu ternyata mendatangkan banyak kebaikan. Sedangkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Mendulang Faidah dari lautan Ilmu (Fawa’idul-Fawa’id) berkata, “Sabar menghindari syahwat lebih mudah daripada sabar menghadapi akibat dari syahwat, karena akibatnya itu bisa berupa:



1. Siksaan dan penderitaan. 2. Hilangnya kenikmatan secara total. 3. Kerugian dan penyesalan.67 4. Kehormatan diri yang terkoyak, yang andaikan kehormatan itu dijaga akan lebih bermanfaat bagi hamba. 5. Harta yang melayang, yang andaikan harta ituntetap ada akan lebih baik bagi hamba. 6. merendahkan kedudukan, yang andaikan kedudukan itu terjaga akan lebih baik kedudukan itu jatuh. 7. Menghilangkan nikmat, yang andaikan nikmat itu tetap ada akan lebih baik daripada mengumbar syahwat. 8. Membuka jalan kea rah kehinaan, yang tidak pernah dilalui sebelumnya. 9. menimbulkan kekhawatiran, kesedihan, kesusahan dan ketakutan, yang tidak sebanding dengan kenikmatan syahwat. 10. Melalaikan ilmu. 11. Menyenangkan musuh dan menyedihkan penolong. 12. Memotong nikmat yang akan datang. 13. Mendatangkan aib yang sifatnya sulit dihilangkan. Karena amal itu tentu akan mendatangkan sifat dan akhlak.” Contohnya, seorang pemuda yang bersabar menjalankan ibadah kedapa Allah SWT., padahal ia berada dalam desakan hawa nafsunya. Imam ‘ali bin Abi Thalib berkata, “Sabar adalah tirai untuk menutupi, dan akal adalah pedang yang tajam.



67



Asfa Davi Bya, Jejak langkah mengenal Allah, (Jakarta: Maghfirah, 2005), hlm.409-410



Karena itu simpanlah kelemahan dalam perilaku Anda dengan kesabaran dan bunuhlah hawa nafsu anda dengan akal anda.”68 Adapun Imam Al-Ghazali membagi sabar dalam dua bagian. Pertama, sabar yang berkaitan dengan tubuh, yaitu menanggung beban yang berat dengan anggota tubuh, baik seecara pekerjaan, seperti mengerjakan pekerjaan yang berat dalam beribadah dan lainnya maupun menanggung beban yang berat dengan ketabahan (hati), seperti sabar dalam menghadapi kesulitan, sakit yang parah, dan cobaan berat lainnya. Kedua, yaitu kesabaran yang paling sempurna, sabar dalam menghadapi keinginan syahwat dan hawa nafsu. Sabar dalam menghadapi syahwat perut dan kemaluan disebut dengan iffah (menjaga diri), sabar dalam menghadapi musibah disebut dengan shabr (sabar), sabar dalam menghadapi kelapangan rezeki disebut dengan dhabt an-nafs (mengendalikan diri), sabar dalam peperangan disebut dengan syuja’ah (keberanian), sabar ketika marah disebut dengan hilm (kasih sayang), sabar dalam dalam menghadapi problema hidup disebut dengan si’at ashshadr (lapang dada), sabar dalam menyimpan omongan orang lain disebut dengan kitman assir (menjaga rahasia), sabar dalam menghadapi kelebihan rezeki disebut denan zuhud, sabar ketika memperoleh rezeki yang sedikit disebut dengan qona’ah (puas hati).69 Adapun dari segi hukum, sabar dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya, fardhu, sunnah, makruh, dan haram. Sabar atas perkara yang haram hukumnya



68



Asfa Davi Bya, Jejak langkah mengenal Allah,... hlm.411- 412



69



Ismail Yakub, Ihya’ Al-Ghazali, (CV. Faizan: Jakarta Selatan, 1989) hlm 284-285



fardhu, sedangkan sabar atas perkara yang makruh hukumnya sunnah. Namun, ketika istri ingin melakukan perbuatan yang tidak baik, kemudian suami sabar untuk tidak menunjukan rasa cemburu, maka seperti ini hukumnya haram, sedangkan sabar atas kejahatan orang lain kepadanya dan ia mampu untuk menolaknya, maka sabar seperti ini hukumnya makruh. Oleh karena itu, perkataan yang menyatakan sabar adalah sebagian dari iman tidak diartikan semua sikap sabar, akan tetapi sabar yang diwajibkan dan disunnahkan.70



3. Tingkatan Sabar Sebagian ulama ahli ma’rifat membagi tingkatan orang yang senantiasa sabar (ahl shabr) ke dalam tiga tingkatan, yaitu: a. Meninggalkan syahwat (keinginan nafsu), tingkatan ini adalah tingkatan orang yang taubat (ta’ibin ). Taubat adalah meninggalkan maksiat dalam segala hal, menyesali dosa yang pernah di perbuat dan tidak mengulanginya kembali.



71



Ketika seseorang



melakukan kesalahan (dosa) sangat dianjurkan bagi orang yang melakukan dosa tersebut untuk segera bertaubat pada Allah Ta’ala. Ibn Qayyim al-Jauziyah mengatakan bahwa bersegera melakukan taubat adalah kewajiban. Taubat harus dilakukan secepatnya, karena jika seseorang menundanunda taubat dia telah



Sa’id Hawwa, Tazkiyatun Nafs Kajian Lengkap Penyucian jiwa-intisari ihya’ ulumuddin, (Pena: kota, ), hlm 390-391. 70



71



Burhan Djamaluddin, Konsepsi Taubat, Pintu Pengampunan Dosa Besar dan Syirik (Surabaya: Dunia Ilmu, 1996), hlm. 3



berdosa dan dia harus bertaubat atas penundaan taubat yang dia lakukan.72 Maka apabila seseorang telah meninggalkan perbuatan dosa tersebut (ta’ibin) masuk kedalam tingkatan orang yang sabar. b. Ridhlo dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya, tingkatan ini adalah tingkatan orang yang zuhud (zahidin). Zuhud adalah sikap sesorang yang lebih mencintai urusan akhirat dari pada urusan dunia. Tidak tertarik untuk mencintai dan menikmati kenikmatan dunia. Orang yang melakukan praktek zuhud mengganggap materi dunia sesuatu hal yang rendah dan menjadi hijab atau penghalang untuk menuju ma'rifat pada Allah. Tujuan utama hidup manusia bukan untuk berlomba-lomba mencari meteri dunia, tetapi untuk menyembah Allah.73 c. Mahaban (mencintai) apa saja yang Allah SWT lakukan dan perintahkan, dan ini adalah tingkatan orang yang benar atau lurus (shadiqin).74 Salah satu tanda orang yang mahabbah (cinta) pada Allah dalam pandangan Dzunnun Al-Misri adalah dia tidak punya kebutuhan selain Allah. Salah satu tanda orang yang cinta pada Allah adalah mengikuti kekasih Allah Nabi Muhammad SAW dalam akhlak, perbuatan, perintah dan sunnah-sunnahnya. Pangkal dari jalan (Islam) ini ada empat perkara: cinta pada Yang Agung, benci kepada yang



Ibn Qayyim al-Jauziyah, At-Taubah Wal inabah, ter Abdul Hayyie al –Kattani, (Jakarta: Gema insani, 2006), hlm. 163. 72



73



Muhammad Hafiun, Zuhud Dalam Ajaran Tasawuf, (Yogyakarta: Hisbah (Jurnal Bimbingan Konseling dan Islam), 2017), hlm. 79. 74



Dian Purna Triodita, Hubungan Antara Kesabaran Dengan Tingkat Depresi Pada Penderita Paska Stroke, (Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010) hlm. 5-6



Fana, mengikuti Al-Qur’an yang diturunkan, dan takut akan tergelincir (dalam kesesatan).75 Adapun tingkatan orang sabar ada tiga macam. Pertama, orang yang dapat menekan habis dorongan hawa nafsu hingga tidak ada perlawanan sedikitpun, dan orang itu bersabar secara konstan. Mereka adalah orang yang sudah mencapai tingkat shiddiqin. Kedua, Orang yang tunduk total kepada dorongan hawa nafsunya sehingga motivasi agama sama sekali tidak dapat muncul. Mereka termasuk kategori orang-orang yang lalai (alghofilun). Ketiga, Orang yang senantiasa dalam konflik antara dorongan hawa nafsu dengan dorongan keberagamaan. Mereka adalah orang yang mencampuradukkan kebenaran dengan kesalahan. Secara psikologis, tingkatan orang sabar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: Pertama, orang yang sanggup meninggalkan dorongan syahwat. Mereka termasuk kategori orang-orang yang bertaubat (at-tabi’in). Kedua, orang yang ridla (senang/puas) menerima apa pun yang ia terima dari Tuhan, mereka termasuk kategori zahid. Ketiga, orang yang mencintai apa pun yang diperbuat Tuhan untuk dirinya, mereka termasuk kategori shiddiqin.



4. Hikmah Sabar Jika seseorang bersikap sabar, maka setidaknya ia akan memperoleh empat hikmat atau keberuntungan. Pertama, sabar sebagai penolong. Kesabaran bisa menjadi penolong yang akan menyelamatkan seseorang dari bahaya, baik bahaya dunia terlebih lagi bahaya



75



Ibtihadj Musyarof, Biografi Tokoh Islam (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2010), hlm. 147



akhirat. Ketika seseorang dapat berlaku sabar saat mengemudikan kendaraan misalnya, dengan tetap berhati-hati dan menaati rambu-rambu lalu lintas, maka ia akan selamat dari kecelakaan dan selamat dari kejaran polisi. Orang lain pun akan selamat dari ulahnya kalau saja ia tidak sabar akibat terlalu cepat. Kedua, sabar dapat membawa keberuntungan. Setiap manusia normal pasti menginginkan keberuntungan. Seorang yang sedang berdagang misalnya, ia menginginkan dapat memperoleh laba yang banyak dari dagangannya. Seorang pelajar pasti menginginkan keberuntungan dengan kelulusan studinya. Para nelayan, petani, pegawai, guru, tukang ojek, bahkan para pengemis dan pengamen, pasti mendambakan keberuntungan. Tidak ada yang perlu diragukan dari janji Allah Swt. karena Allah tidak pernah dan tidak akan mengingkari janji-Nya. Tidak ada yang perlu dibimbangkan lagi dari keberuntungan bagi orang-orang yang beriman yang sabar dan bertakwa, keberuntungan itu pasti datang dan diterima, baik di dunia maupun di akhirat. Kalau tidak diterima di dunia, pasti di akhirat. Ketiga, akan mendapat tempat yang baik di akhirat. Kesudahan yang baik adalah kehidupan setelah dunia. Kehidupan ini secara umum ada dua kelompok; dunia dan akhirat. Disebut dunia sebab di alam dunia orang melewati dua alam, yaitu alam rahim dan alam dunia. Sedang kelompok akhirat, karena di sana ada alam kubur, alam mahsyar, alam surga/neraka. Ibarat orang yang melamar pekerjaan, kalau ada di antara calon yang memiliki skill khusus, lalu ia dijanjikan oleh sang direktur untuk posisi tertentu karena kemampuannya tersebut, maka meskipun menjalani proses tes, bisa saja tes



itu hanya formalitas saja. Kemungkinan besar ia akan dinyatakan langsung lulus dan diterima sebagai pegawai. Demikian halnya orang sabar, proses melalui alam kubur, mahsyar, akan dilalui dengan mudah. Keempat, mendatangkan keuntungan yang besar. Pedagang yang beruntung, itu biasa. Tetapi kalau pedagang yang beruntung besar, merupakan keistimewaan tersendiri. Inilah yang dinyatakan Allah Swt. dalam al-Qur’an bahwa keuntungan yang besar akan dapat diraih oleh hamba-hamba-Nya yang sabar. Sabar dalam menjalankan perintah Allah Swt. meskipun dalam keadaan kesulitan. Tetap kokoh dalam menjauhi segala yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, serta tahan uji terhadap segala cobaan. Bersabar dapat berarti bertahan dan konsisten dalam menjalankan perintah Allah Swt. dengan baik dan benar, bertahan dan konsisten dalam menjauhi larangan-Nya, serta bertahan dan konsisten dalam ketegaran menghadapi cobaan dan ujian Allah Swt. Keutamaan lainnya yaitu dengan mendapatkan surga, surga merupakan tempat segala kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dan hanya orang-orang yang sabar berhak memperolehnya.76 Adapun beberapa hikmah sabar yang lainnya, diantaranya: a.



Selalu dicintai Allah Swt.



Firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran (3) ayat 146



76



Zulhammi, Tingkah Laku Sabar Relevansinya Dengan Kesehatan Mental, (Jurnal Darul ‘Ilmi: IAIN Padangsidimpuan, 2016), Vol. 04, No. 01, hlm. 46



َ‫صا ِب ِريْن‬ َّ ‫َوهللاُ يُ ِحبُّ ال‬ ”...Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. 3 : 146) Ujian demi ujian hendaknya justru menimpa kepribadian agar menjadi hamba yang semakin dicintai oleh Allah Swt, yang bersyukur bila mendapat nikmat, bertaubat bila berdosa dan bersabar dalam ketaatan, dalam menghindari maksiat dan tatkala menghadapi musibah.77 Rahmat Allah Swt meliputi semua makhluk-Nya, meski sebagian mereka tak mau tunduk kepada-Nya. Terlebih-lebih lagi kepada hamba yang dicintai-Nya. Orang-orang yang sabar adalah orang yang berhak mendapatkan cinta-Nya. b.



Allah Swt akan menghapus dosa-dosa dan memberinya pahala Orang yang sabar menghadapi ujian dari Allah Swt akan memperoleh pahala



sebagai ganjarannya. ”Pahala bisa didapat melalui berbagai musibah yang diterima seseorang manakala ia menerima dengan sabar”78 Yasin menyatakan mungkin saja ada dosa yang kita melakukannya secara tidak sadar, yang bias terhapuskan jika kita lulus dalam suatu ujian.79 Orang yang sabar akan memperoleh balasan yang sempurna dari Allah Swt. Sungguh sangat beruntung orang-orang yang memilih untuk bersabar yang menghadapi segala ketetapan Allah Swt karena Allah Swt akan memberikan pahala tanpa batas.



77



Agus Suryana, Sabar Itu Indah, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2008), cet. ke- 1, hlm. 149.



78



Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Alquran dan Hadits, (Jakarta: Widya Cahaya, 2009), Jilid 4, cet. ke-1, hlm. 343. 79



69



Ahmad Hadi Yasin, Dahsyatnya Sabar, (Jakarta: Qultum Media, 2012), cet. ke-2, hlm.



c.



Memperoleh rahmat dan petunjuk



Allah Swt berfirman dalam surat al- Baqarah (2) ayat 157



ٌ َ‫صل‬ َ‫وت ّم ْن َّربّ ِه ْم َو َر ْح َمةٌ قلى َو اُولَئِ َك ُه ُم ْال ُم ْهتَد ُْون‬ َ ‫اُولَئِ َك َعلَ ْي ِه ْم‬ ”Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( QS.(2): 157).



5. Ciri-ciri Orang Sabar Adapun ciri-ciri orang yang bersabar dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam QS. Ali Imran: 146, yang artinya: “Dan berapa ramai para nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah (mental) kerana bencana yang menimpa di jalan Allah tidak lesu (dalam penampilan), dan tidak menyerah (dalam aktiviti). Allah menyukai orangorang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146) Dari ayat 146 surah Ali Imran (seperti di atas), menunjukkan sekurangkurangnya terdapat tiga kriteria orang sabar. Pertama, “Maa Wahanu” (Tidak pengecut atau tidak lemah mental) Apabila berhadapan dengan kesulitan hidup, dia memiliki ‘kontrol diri’. Dia segera menstabilkan emosi dan mentalnya, sebelum orang lain mengingatkannya. Nasihat orang lain agar dia bersabar hanya berperanan sebagai ‘faktor tambahan’ bagi stabiliti dirinya.



Kedua, “Ma Dha’ufuu” (Tidak lesu dari segi penampilan) Seseorang yang sabar tidak pernah merasa perlu menampilkan kesedihan atau kesulitan masalahnya kepada orang lain. Dia pantang menampilkan kelesuan di raut wajahnya, betapa sulit pun masalah yang dihadapi. Dia sedar betul bahawa tiada manusia di dunia yang luput dari masalah. Secanggih mana pun seorang pakar psikiatri atau psikologi dalam menangani masalah orang lain, nescaya dia juga tidak terlepas dari bebanan masalah. Walaupun mungkin orang sabar harus menampilkan kelemahan diri, maka dia sampaikan kepada Allah subhanahu wa ta'ala di kesunyian malam melalui salat (shalat) Tahajud. Ketiga, “Mas takaanuu” (Tidak menyerah atau tunduk dari segi aktivitas) Seorang yang sabar sentiasa memelihara ketekunan dan ketahanan dirinya. Dia sentiasa gigih dalam usaha mencapai sasarannya. Dia seorang yang tak kenal perkataan putus asa. Tidak ada dalam kamus hidupnya putus harapan. Dia tak mudah patah semangat apabila berhadapan dengan kegagalan. Dia bukanlah seorang pesimis, malah selalu memelihara dan mengembangkan sikap optimis dalam hidupnya. Jika dia menemui kegagalan hari ini, dia akan cuba sekali lagi keesokan harinya. Jika esoknya dia masih gagal, dia cuba kembali pada hari lusanya. Bila setelah sekian kali menemui kegagalan, maka dia akan membuat keputusan untuk mengubah usahanya ke bidang yang lain. Yang pasti dia tak akan pernah memilih untuk duduk diam tanpa usaha.



D. Mahasiswa Tingkat Akhir 1. Pengertian Mahasiswa Tingkat Akhir Mahasiswa secara menyeluruh termasuk kategori tahap perkembangan dewasa awal. Mahasiswa berada dalam usia antara 19 tahun sampai dengan 26 tahun, mengalami transisi dari masa perkembangan remaja akhir ke pada tahapan berikutnya yaitu masa perkembangan dewasa awal. Dalam psikologi perkembangan usia tersebut merupakan masa peralihan, yaitu individu berada di masa perkembangan remaja akhir dan menuju tahapan berikutnya masa perkembangan dewasa awal. Penetapan usia di tahap masa perkembangan dewasa awal berbeda-beda di antara para ahli. Santrok menetapkan usia dewasa rentang 20 tahun sampai 30 tahun. Sedangkan Papilia menentukan dewasa awal rentang usia 20 tahun sampai 40 tahun. Dari pendapat di atas mahasiswa adalah seseorang yang berkecimpung di lembaga pendidikan untuk menempuh masa studinya di lembaga tersebut dengan rentang usia 20 tahun sampai 40 tahun. Masa transisi ini tentunya individu mengalami perubahan-perubahan pada dirinya.80 Dalam dunia perguruan tinggi mahasiswa akan mempelajari teori-teori dan menempuh SKS semester demi semester terkait dengan jurusan yang dipilihnya. Setelah sampai pada tingkat akhir dan telah mencapai jumlah SKS yang dijadikan prasyarat untuk menempuh ketahapan berikutnya, mahasiswa akan masuk pada tahap terakhir dalam dunia perkuliahan, yaitu tugas akhir atau yang disebut dengan



80



Indrawati, Gambaran Stres Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Penyusunan Skripsi Di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Alauddin Makassar, (Skripsi: UIN Alauddin Makasar, 2018)



skripsi. Skripsi adalah syarat wajib untuk mahasiswa meraih gelar sarjana. Skripsi merupakan karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana akhir masa studinya berdasarkan hasil penelitian, atau kajian kepustakaan, atau pengembangan terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama.81 Berdasarkan fase perkembangan peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa, tidak hanya tentang pencapaian kesuksesan secara akademik. Mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan perilaku dan pribadi untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai sosial selain kesuksesan secara akademik. Mahasiswa sudah menjadi bagian dari masyarakat seutuhnya dengan peran yang nyata. Wujud peran nyata mahasiswa yaitu melalui pelaksanakan nilai dan norma yang ada didalam masyarakat dengan baik. Prestasi secara akademik yang bagus dengan ditunjang karakter yang baik di lingkungan masyarakat menunjukan kesuksesan akademik mahasiswa secara keseluruhan.82



2. Permasalahan Mahasiswa Tingkat Akhir Bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dituntut untuk menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya memperoleh gelar yang dapat mereka banggakan, tuntutan dari pihak akademik,



81



Shahnaz Roellyana, dan Ratih Arruum Listyandini, Peranan Optimisme terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang mengerjakan Skripsi, (Universitas YARSI: Jurrnal Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia, 2016), vol.1, No. 1,hlm 29 82



Erwan Cristiyanto, Hubungan Efikasi Diri Dengan Kecemasan Pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Di Universitas Kristen Satya Wacana, (Salatiga: Skripsi, 2017), Hlm.1.



dorongan dari teman, dosen, maupun keinginan dari diri sendiri. Tuntutan, dorongan maupun keinginan dari pihak ini akan mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam memandang penyelesaian studi sesuai batas waktu yang ditentukan atau tidak. Kedudukan penyusunan skripsi sebagai salah satu sistem evaluasi akhir di Pendidikan Tinggi telah ditetapkan dan diatur dalam Peraturan Pemerintah No 30/1990 pasal 15 ayat (2) yaitu: Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis dan ujian disertasi. Pernyataan tersebut ditegaskan kembali pada pasal 16 ayat (1) yaitu ujian skripsi diadakan dalam rangka penilaian hasil belajar pada akhir studi untuk memperoleh gelar sarjana. Peraturan Pemerintah No 30/ 1990 juga mengandung pengertian bahwa penyusunan skripsi sebagai tugas akhir bukanlah syarat mutlak kelulusan namun diserahkan pihak perguruan tinggi, sehingga dapat diartikan bahwa prasyarat penyusunan skripsi adalah salah satu ciri suatu perguruan tinggi. Pada umumnya, mahasiswa mengalami kesulitan dalam tulis menulis, kemampuan akademik yang tidak memadai, adanya kurang ketertarikan mahasiswa pada penelitian, kegagalan mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, serta kesulitan menemui dosen pembimbing. Mahasiswa dituntut pula untuk lebih dewasa dalam pemikiran, tindakan, serta perilakunya, karena semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula tekanantekanan yang dihadapi dalam segala aspek. Akibatnya kesulitan-kesulitan yang dirasakan tersebut berkembang menjadi perasaan negatif yang akhirnya dapat menimbulkan ketegangan, kekhawatiran, stres, rendah diri, frustrasi, dan



kehilangan motivasi yang akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa menunda penyusunan skripsinya, bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya dalam beberapa waktu. Mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi dituntut untuk memiliki rasa optimis, semangat hidup yang tinggi, mencapai prestasi optimal dan berperan aktif dalam menyelesaikan masalah, baik akademis maupun non-akademis. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit mahasiswa yang merasa terbebani dan mengalami berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi. Kesulitan-kesulitan tersebut, seperti kesulitan dalam hal mencari tema, judul, sampel, alat ukur yang digunakan, kesulitan mendapatkan referensi, keterbatasan waktu penelitian, proses revisi yang berulang-ulang, dosen pembimbing yang sibuk dan sulit ditemui, lamanya umpan balik dari dosen pembimbing ketika menyelesaikan skripsi, dan lain-lain.83 Sedangkan faktor penyebab stres pada mahasiswa penulis skripsi terdiri atas dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal meliputi kemampuan atau kecerdasan seseorang. Sedangkan faktor eksernal meliputi tuntutan kampus, keluarga dan keuangan.84 Stres pada mahasiswa karena menyusun skripsi yaitu berkeluh kesah, sering merasa lelah, pusing, terlihat cemas dan tidak bersemangat, bahkan ada beberapa yang merasa ingin mengakhiri studinya begitu saja atau membuat status di media



83



Shahnaz Roellyana, dan Ratih Arruum Listyandini, Peranan Optimisme terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang mengerjakan Skripsi, (Universitas YARSI: Jurrnal Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia, 2016), vol.1, No. 1, hlm 30 84



Indrawati, Gambaran Stres Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Penyusunan Skripsi Di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Alauddin Makassar,... Hlm. 4.



sosial berisi keluhan tentang perasaannya ketika mengalami kendala dalam menyelesaikan skripsi. Dampak stres lainnya adalah sengaja tidak mengerjakan skripsi karena tidak ingin merasa terbebani sehingga lebih memilih mencari kesenangan dari kegiatan lain di luar kampus dan menghindari dosen pembimbing.85 Stress merupakan beban mental pada seseorang saat mengerjakan pekerjaan di luar batas kemampuan seseorang yang menyebabkan rasa cemas dan tegang. Stres merupakan ancaman bagi kesehatan mental dan fisik yang menyebabkan gangguan psikologis pada seseorang.86



3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Studi Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal.



Adapun



faktor



internal



yang



mendorong



mahasiswa



dalam



menyelesaikan studi salah satunya adalah motivasi mahasiswa. Dalam menyelesaikan studi dibutuhkan motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan studi sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan studi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.



85



Witrin, Mahardianisa dan Isop, Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi, (UIN Bandung: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2018), Vol.05, No.1, hlm.115-116. 86



Giyarto, Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Dalam Mengerjakan Skripsi, (Surakarta: Skripsi, 2018), hlm.4



Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara umum pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor ekstern yaitu: a. Faktor intern 1. Faktor jasmaniah mencakup, faktor kesehatan, cacat tubuh 2. Faktor psikologis mencakup, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. 3. Faktor kelelahan b. Faktor ekstern Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: 1. Faktor keluarga mencakup, cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2. Faktor universitas meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi dosen dengan mahasiswa, relasi mahasiswa dengan mahasiswa, disiplin universitas, alat mata kuliah, waktu kuliah, standar mata kuliah di atas ukuran, keadaan gedung, metode pengajaran, dan tugas kuliah. 3. Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, media masa, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.87 Kehidupan akademik, terutama dari tuntutan eksternal maupun harapannya sendiri, faktor akademik yang bisa menimbulkan stres bagi mahasiswa yaitu perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugastugas perkuliahan, target pencapaian nilai, prestasi akademik, dan kebutuhan



87



Nor Amira, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terlambatnya Penyelesaian Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau, (Riau: Jurnal Jom Fisip, 2016), Vol.3, No.2, Hlm.5-6.



untuk mengatur diri sendiri dan mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih baik. Stres pada mahasiswa semester akhir yaitu untuk membuat karya ilmiah atau skripsi.



BAB III METODE PENELITIAN



A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu sebuah prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif dimana berupa lisan dari orang-orang yang dapat diamati atau katakata tertulis.88 Metode kualitatif yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode Pra Eksperinen mengenai SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk mengatasi kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir. Pra-Eksperimen merupakan peneliti yang mengamati suatukelompok utama dan melakukan intervensi sepanjang penelitian. Dalam rancangan ini tidak ada kelompok kontrol untuk diperbandingkan dengankelompok eksperimen yang disebut preexperimental design.89 B. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah One-Shot Case Study (Studi Kasus Bentuk Tunggal), yaitu suatu penelitian eksperimen dengan cara memberikan perlakuan dimana peneliti hanya mengadakan treatment satu kali yang diperkirakan sudah



88 89



Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm 4.



John W. Creswell, Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.125



mempunyai pengaruh sehingga kurang bernilai ilmiah karena sangat sederhana dan selanjutnya di observasi efeknya.90 Peneliti dalam melakukan penelitian tidak melakukan randomisasi tetapi dengan menetapkan kelompok studi. Adapun yang menjadi subjek penelitiannya yaitu mahasiswa tingkat akhir jurusan Pendidikan Fisika. C. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian kondisional, karena yang menjadi subjek yaitu mahasiswa tingkat akhir, jadwal mereka untuk datang ke kampus berbeda-beda sesuai jadwal dosen dan sebagian dari mereka ada yang pulang pergi dari rumah, jadi penelitian ini dilakukan di tempat kos masing-masing subjek, dan juga sebagian di tempat kos peneliti. D. Subjek Penelitian Partisipan dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang mahasiswa tingkat akhir dari Jurusan Pendidikan Fisika yang sedang mengalami permasalahan dalam menghadapi semester akhir tersebut dan untuk meningkat kesabaran masing-masing subjek tersebut. E. Jenis Data Jenis data yang akan digunakan yaitu data kualitatif menggunakan pendekatan eksperimental. Kegunaan dari teori ini membantu peneliti untuk



90



Nur Lindah Aisyah , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Jasa Boga pada Kompetensi Dasar Potongan Bahan Makanan di SMK Negeri 1 Cerme, Gresik, (Universitas Surabaya: E-journal Boga, 2015), hlm. 145



memandu bagaimana mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat berbagai pernyataan dalam penelitian.91 F. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer merupakan bentuk wawancara dan observasi yang dilakukan pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan treatment yang dilakukannya berupa Terapi SEFT. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu berasal dari beberapa data atau sumber tambahan. Seperti berupa jurnal, dokumen-dokumen, buku-buku sebagai referensi, dan sumber data lainnya yang bisa menunjang terhadap penelitian ini. G. Rancangan dan Prosedur Penelitian Rancangan dan tahapan penelitian ini meliputi beberapa tahapan yang dilakukan antara lain: 1. Tahap Perencanaan Pertama peneliti memilih dan menentukan subjek penelitian sebagai kelompok yang diberikan penelitian. Subjek dalam penelitian ini yaitu mahasiswa tingkat akhir jurusan Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan



91



Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm 295.



terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk meningkatkan kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini ada tiga tahap, yaitu: a. Tahap pra- perlakuan Yaitu dengan melakukan wawancara terhadap subjek mengenai kondisi kesabaran mereka, permasalahan yang sedang di alami oleh mahasiswa tingkat akhir tersebut, dan juga seberapa besar skala permasalahan yang mereka alami dari 1-10. b. Tahap perlakuan Mahasiswa tingkat akhir yang menjadi subjek penelitian tersebut diberikan treatment berupa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yaitu untuk meningkatkan kesabarannya, karena biasanya permasalahan yang terjadi di semester akhir membuat



mereka



merasa



stres,



dan



kurang



menerima



permasalahannya. c. Pasca- Perlakuan Setelah diberikan treatment berupa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Dilakukan wawancara kembali mengenai hasil dari terapi tersebut, apakah tingkat permasalahannya menurun atau tidak sehingga subjek bisa menerima permasalahan tersebut dan mampu meningkatkan kesabarannya.



H. Teknik-teknik pengumpulan data a. Observasi Observasi yaitu seorang peneliti memperhatikan juga mencatat aktivitas dan tingkah laku seseorang yang terlibat dalam situs penelitian dan rekaman observasi.92 Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian terhadap mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pendidikan Fisika. b. Wawancara Peneliti melakukan wawancara tatap muka dengan objek, ataupun terlibat dalam wawancara kelompok. Beberapa wawancara ini melibatkan pertanyaan yang tidak teratur secara umum masih open-ended.



93



Dalam hal



ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan mahasiswa tingkat akhir yang mengalami permasalahan di semester akhirnya. c. Memberikan Treatment Treatment yang diberikan adalah terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) pada mahasiswa tingkat akhir untuk meningkatkan kesabaran. d. Dokumentasi Dokumentasi merupakan hasil dari pengumpulan data yang didapatkan dari beberapa dokumen. Biasanya berupa jurnal, buku, catatan, laporan terkait dengan informasi terapi Spiritual Emotional Freedom



92



John W. Creswell, Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm 351. 93



Ibid,.



Technique (SEFT) untuk meningkatkan kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir. e. Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan pendekatan eksperimen. Menurut John W. Creswell analisis data yaitu proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi secara terus-menerus terhadap data, menulis catatan singkat sepanjang penelitian, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis eksperimental yaitu dengan cara memberikan treatment atau perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, yang kemudian dapat diketahui hasilnya setelah dilakukan treatment yaitu berupa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) apakah ada penurunan tingkat permasalahannya, seperti cemas, mengeluh, melukai diri dan lain sebagainya. Adapun sesuai dengan eksperimen yang dilakukan maka analisis data yang digunakan yaitu dengan mencari mean atau nilai rata-rata dari hasil terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) tersebut. Mean mengandung pengertian rata-rata matematik yang harus dihitung dengan cara tertentu dan dapat sebagai jumlah semua angka dibagi oleh banyaknya angka yang dijumlahkan. Rumusnya adalah sebagai berikut:



M=



𝑋 𝑁



Keterangan M = Mean (rata-rata) X = Jumlah semua angka 𝑁 = Jumlah Subjek I. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami skripsi, adapun susunan dari sistematika penulisan ini diantaranya sebagai berikut: Pada bab pertama, berisi pendahuluan mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kajian pustaka. Pada bab kedua, berisi pembahasan yaitu mengenai landasan teori tentang terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), dan juga tentang sabar. Pada bab ketiga, berisi metode penelitian mengenai lokasi penelitian, subjek penelitian, sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan lain sebagainya. Pada bab keempat, berisi tentang hasil penelitian yaitu berupa proses terapi yang dilakukan terhadap objek penelitian dan juga mengenai hasil dari ke efektivan terapi SEFT itu. Pada bab kelima, merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini dan juga saran.



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir yang sedang dalam penyusunan skripsi, yang menjadi subjek yaitu mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, objek yang di teliti berjumlah tujuh orang. Sebelum masuk ke tahap terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), terlebih dahulu dilakukan konseling. Adapun data subjek diantaranya sebagai berikut:



No



Inisial



Usia



Alamat



1



NH



24 tahun



Ciamis



2



ZA



22 tahun



Sukabumi



3



SN



21 tahun



Indramayu



4



WN



21 tahun



Bandung



5



LN



23 tahun



Subang



6



GN



21 tahun



Purwakarta



7



ES



22 tahun



Bandung



Table 1 Data Subjek



B. Hasil Penelitian 1.



Kondisi Kesabaran Mahasiswa Tingkat Akhir Pada tahap ini merupakan tahap awal, dimana tahap awal merupakan tahap



pendefinisian masalah, tujuannya untuk mendefinisikan masalah subjek yang didapatkan dari hasil dialog yang dilakukan.94 Kemudian ditahap ini untuk mengetahui tingkat permasalahan yang sedang subjek rasakan dari 10%-100%. Sebelum dilakukan terapi seft, terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara terhadap subjek, untuk mengetahui tingkat kesabaran yang dialami oleh subjek dalam menghadapi semester akhir ini. Adapun indikator dari kesabaran itu sendiri terhindar dari rasa cemas, mengeluh, melukai diri, merasa kesal, dsb. Berikut penjelasan tingkat kesabaran dari subjek. a. Cemas Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa semua subjek mengalami kecemasan, diantaranya NH, ZA, SN, WN, LN, GN, ES. Berikut penjelasannya. Subjek 1 (NH) NH merupakan mahasiswi semester VIII jurusan Pendidikan Biologi, NH merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, subjek berasal dari Ciamis, dan saat ini subjek tinggal bersama kakak nya di daerah Rancasari, untuk berangkat ke kampus biasanya subjek pulang pergi menggunakan motor, dan terkadang ketika ada acara di kampus atau tugas yang menumpuk subjek menginap dikosan temannya.



94



7, hlm.239



Sofyan Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet-



Tinggal bersama saudara kandungnya yang berada di Rancasari membuat subjek sulit untuk membagi waktu, terutama dalam mengerjakan skripsi. Karena subjek merasa tidak enak jika waktunya banyak untuk mengerjakan skripsi, sedangkan pekerjaan di rumahnya sangat banyak dan subjek merasa jika membantu pekerjaan rumah itu sebuah keharusan, dan itu menyebabkan pengerjaan skripsi subjek menjadi terhambat. NH terkadang merasakan cemas ketika dalam mengerjakan skripsi dan terkadang saking cemasnya NH menangis dan merasa stres. Selain itu sulit ditemuinya dosen pembimbing, banyaknya revisi yang harus dikerjakan, dan juga melihat orang lain mampu sidang terlebih dahulu dibanding NH, itu yang menyebabkan NH merasa cemas. 95



Subjek 2 (ZA) ZA berasal dari Sukabumi, usia ZA saat ini 22 tahun. Merantau di kota Bandung ZA menyewa kos-kosan yang berada di daerah Manisi, lokasinya tidak jauh dengan kampus tempat ia mengenyam pendidikan S1 ini, subjek merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara. Namun, kedua orangtua subjek sudah tiada, dan kakak-kakaknya sudah menikah, saat ini biaya kuliah subjek ditanggung oleh kakak nya. subjek hatinya sangat sensitif dan terkadang membuat subjek menjadi lemah ketika orangtuanya sudah tiada, karena sudah tidak ada lagi penopang hidup.



95



Hasil wawancara dengan subjek NH di Kosan Putri milik peneliti Vivit Mufidah, pada



tanggal 23 Mei 2019, pada pukul 13:02 WIB.



Berkaitan dengan latar belakang kehidupannya itu, membuat subjek sering merasakan cemas yang berlebih sampai nangis dan subjek juga sering sakit sampai pingsan. Namun permasalahannya dalam semester akhir ini, kesulitan subjek dalam pengerjaan skripsi yaitu dalam mencari referensi. Dimana ketika itu subjek sudah menemukan referensi di beberapa tempat, namun dosen pembimbing menginginkan subjek lebih dari itu, saking stres nya subjek pun sempat dibawa ke dokter. Selain itu ketika merasakan cemas yang berlebih ketika mengerjakan skripsi atau selesai bimbingan, subjek terkadang sampai nangis, dan pernah sampai muntahmuntah karena saking cemas dan pusingnya yang dirasakan oleh subjek dalam pengerjaan skripsi tersebut. Dan seringkali subjek merasakan cemas yang berlebih karena beberapa hal belum selesai, seperti tahsin sebagai persyaratan untuk ujian komprehensif. Subjek mempunyai target untuk sidang dalam waktu dekat, namun skripsi belum selesai dan itu membuat subjek merasa cemas.96



Subjek 3 (SN) SN sering merasa cemas ketika teman-temannya hampir selesai, sedangkan SN persyaratan pun belum semua terpenuhi seperti tahsin yang belum juga selesai, tetapi teman-teman yang lain bebannya hanya tinggal dalam pengerjaan skripsi. Selain itu kendala yang di alami dalam penelitian jarak yang ditempuh lumayan jauh dan juga adanya kekurangan info dari pihak sekolah, yang menyebabkan



96



Hasil wawancara dengan subjek ZA, dikosan milik ZA subjek, oleh Vivit Mufidah,



pada tanggal 23 Mei 2019, pukul 21:24 WIB



penelitian itu sempat ditunda, karena permasalahan itu SN sampai nangis dan takut jika penelitian itu bisa dilaksanakan di tahun depan, yang mana jika pelaksanaanya tahun depan akan memperlambat wisuda SN. SN belum mampu mengatur waktu dengan baik sehingga dalam mengerjakan skripsi selalu di akhir-akhir waktu, oleh karena itu subjek selalu menyalahkan dirinya sendiri.97



Subjek 4 (WN) WN merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dia berasal dari Cileunyi rumahnya berada tepat di kaki gunung manglayang, untuk berangkat ke kampus WN biasanya pulang-pergi dengan membawa motor, selain menjadi mahasiswa subjek juga mengajar di madrasah yang ada didekat rumahnya. Dan itu menjadi salah satu alasan subjek kurang bisa mengatur waktu untuk mengerjakan skripsi. Sama halnya dengan subjek yang lain WN pun seringkali merasa cemas, gelisah. Karena waktu sudah semakin dekat dengan sidang, sedangkan pengerjaan skripsi masih belum selesai, terlebih belum melaksanakan penelitian. Subjek mempunyai target untuk segera cepat-cepat lulus karena ada tuntutan setelah lulus untuk menikah, selain itu WN juga menjadi perbincangan di lingkungan masyarakatnya karena teman-teman seusianya sudah berkeluarga, hanya subjek saja yang belum. Tuntutan dari dosen pun menjadi penyebab subjek merasakan gelisah yang berlebihan, dosen pembimbing selalu menargetkan bahwa harus tuntas di hari yang



97



Hasil wawancara dengan subjek SN, dikosan milik subjek SN, oleh Vivit Mufidah,



pada tanggal 23 Mei 2019, pukul 21:58 WIB



telah ditentukan oleh dosennya. Dan itu menjadi beban, karena subjek takut tidak selesai tepat waktu. Selain itu, dosen pembimbing selalu meceritakan mahasiswa yang dibimbing olehnya selesai dalam waktu yang cepat, subjek merasa dibandingbandingkan, terkadang itu membuat subjek merasa sakit hati dan patah semangat. Subjek juga selalu merasa kebingungan ketika harus memulai pengerjaan skripsinya, semisal dalam perihal membuat wawancara, dalam metode penelitian, dan lain sebagainya dia selalu merasa kebingungan. Ketika merasa kebingungan serta cemas subjek sering merasakan pusing, kepalanya terasa berat.98



Subjek 5 (LN) LN merupakan anak pertama dari dua bersaudara, kedua orang tuanya merupakan guru sekaligus kepala sekolah, subjek termasuk orang yang pintar dan aktif. Sejak dibangku Taman Kanak-Kanak hingga ia SMA selalu menjadi juara, di kampus pun subjek aktif mengikuti organisasi UPTQ (Unit Pengembangan Tilawatil Qur’an) dan Himpunan Jurusannya. Di Bandung, subjek tinggal di koskosan Jl. Manisi, subjek berasal dari Subang. Yang subjek rasakan di semester akhir ini, yaitu dari dosen pembimbing nya. Dimana dosen pembimbing yang pertama kurang memberi pencerahan terhadap subjek, sedangkan dosen pembimbing keduanya sulit ditemui bahkan saat ini dosen tersebut berangkat keluar kota selama beberapa bulan, subjek kebingungan bagaimana ia harus melakukan bimbingan serta meminta tanda tangan, subjek pun



98



Hasil wawancara dengan subjek WN, dikosan milik peneliti Vivit Mufidah, pada



tanggal 5 Juli 2019, pukul 15:01 WIB



merasa kesal ketika dosen tersebut sulit untuk dihubungi, sedangkan waktu untuk melaksanakan sidang sudah semakin dekat hanya tinggal beberapa minggu lagi. Subjek kurang motivasi dari lingkungannya, karena teman-teman disekitar nya pun terlihat santai dalam pengerjaan skripsinya. Subjek harus selalu ada orang yang mengajak untuk mengerjakan skripsi agar ia semangat. Selain itu penelitian juga menjadi hambatan, karena untuk melaksanakan penelitian harus menunggu sekolah masuk. Sedangkan jadwal masuk sekolah dekat dengan waktu pendaftaran sidang akhir. Selain itu subjek juga merasa bahwa di semester akhir ini terlalu banyak waktu luang, subjek ingin ada kegiatan selain mengerjakan skripsi, karena ia tinggal dikoskosan sendiri, adapun penghuni kosan lainnya semester bawah yang mana mereka masih libur kuliah, subjek merasa cemas dan ketakutan tinggal di kos-kosan sendirian, apalagi penjaga kosan dan lingkungan di sekitarnya kebanyakan lakilaki. Terkadang subjek seringkali pulang-pergi Subang-Bandung untuk melakukan bimbingan. Subjek ingin mencari pekerjaan, karena untuk maju mengerjakan skripsi pun dosen pembimbing kedua sulit ditemui, adapun ketika subjek sering menemui pembimbing yang pertama, mendapat respon yang kurang baik dan diperintahkan untuk bimbingan ke pembimbing kedua, dan itu membuat ia cemas selama berbulan-bulan ini, sehingga ia seringkali menangis, merasa stres.99



99



Hasil wawancara dengan subjek LN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada



tanggal 8 Juli 2019, pukul 17:02



Subjek 6 (GN) GN merupakan anak tunggal, dia berasal dari Purwakarta. Ibu nya seorang ibu rumah tangga, sedangkan ayahnya mempunyai bengkel didekat rumahnya. Disini awalnya ia tinggal disebuah kos-kosan daerah di Cipadung tetapi waktu tinggal disananya sudah habis, jadi ia mencari kos-kosan perbulan, dan saat ini ia tinggal di Cibiru Hilir. Beban yang dirasakan oleh subjek di semester akhir ini yaitu pertanyaanpertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang disekitar, mengenai wisuda, pengerjaan skripsi sudah sampai mana. Terkadang orang seringkali menyepelekan mengenai hal-hal atau pertanyaan-pertanyaan seperti itu, padahal orang lain tidak tahu seberapa jauh usaha subjek untuk mencapai semua hal itu, dan pertanyaanpertanyaan seperti itu membuat subjek menjadi cemas. Bahkan jikalau sudah lulus pun subjek masih kebingungan, kedepannya ia akan kerja apa, dan skill apa yang ia bisa, subjek merasa bahwa ia merasa banyak tidak bisanya, minder, dan tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri. Adapun skill sesuai jurusan subjek yaitu dibidang pendidikan, dan itu kerjaannya tidak jauh menjadi tenaga pendidik (guru). Sedangkan jika pekerjaannya seperti itu, subjek berpikiran bahwa orang-orang disekitarnya akan menganggap bahwa pekerjaan seperti itu gaji nya tidak banyak tidak sesuai dengan pendidikan yang telah mengeluarkan biaya banyak. Hal lain yang membuat subjek merasa cemas yaitu ketika teman-teman sebaya yang disekitar rumahnya itu sudah banyak yang berkeluarga. Sedangkan orang-



orang disekitarnya banyak yang bertanya, “kapan nikah?”. Apalagi tinggal beberapa bulan lagi lulus kuliah. Selain itu subjek sempat melamar kerja, sebenarnya subjek kurang percaya diri dan merasa takut kalau dirinya tidak bisa, namun subjek tetap mencobanya, ketika tes selesai dan mengumpulkan hasilnya, subjek mendapat perkataan dari panitianya yang membuat subjek merasa sangat rendah, dan itu ketakutan yang dirasakan ketika sebelum tes, dan itu membuat ia merasakan cemas yang sangat berlebih. Dan ia merasa malu dan malas untuk datang lagi ke tempat kerja itu.100



Subjek 7 (ES) ES merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia berasal dari Kab. Bandung, Kec. Cibeureum, sedangkan disini ia tinggal di kos-kosan Jl. Manisi, untuk biaya kosan yang ia keluarkan 500.000 per bulan. Ibu nya seorang Ibu Rumah Tangga, sedangkan Bapak nya yaitu seorang supir yang mengantarkan sayursayuran ke pasar. Jadi semua biaya kebutuhan keluarga dan juga biaya sekolah anaknya ditanggung oleh bapaknya. ES masih merasa kebingungan dalam pengerjaan skripsi, meskipun ada panduan tetapi kurang memahami, kadang sudah mengerti tetapi masih butuh pencerahan lagi. Subjek sering merasa cemas ketika sedang sendiri terkadang pusing sampai nangis. Adapun ketika sedang bersama teman-temannya ES merasa tidak suka jika pembahasannya berkaitan dengan skripsi.



100



Hasil wawancara dengan subjek GN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada



tanggal 8 Juli 2019, pukul 18:51



Persyaratan untuk menuju sidang pun subjek belum selesai, seperti tahfidz. Padahal waktu untuk sidang akhir tinggal satu bulan lagi, dan skripsi pun masih di bab awal, itu menyebabkan subjek cemas, “bisakah saya lulus di tahun ini?”. Adapun saya sebagai konseli meyakinkan subjek bahwa subjek akan mampu untuk selesai ditahun ini. Seringkali subjek mengeluh, dan merasa down. Apalagi ketika teman-teman disekitarnya sudah sidang dan wisuda terlebih dahulu. Tuntutan dari keluarga pun menjadi beban, karena subjek merupakan anak dan cucu satu-satunya yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Ketika pulangpun seringkali keluarganya menanyakan perihal skripsi, dan wisuda, dan itu membuatnya semakin pusing. Terkadang ketika pulang semangat untuk mengerjakan skripsi, tetapi tidak ada tempat untuk menanyakan perihal itu, namun ketika subjek berada di kosan semangat



untuk mengerjakannya berkurang



meskipun banyak tempat untuk bertanya perihal skripsinya. Subjek tidak mau mengecewakan orangtua, karena jika tidak selesai tahun ini harus mengeluarkan lagi biaya untuk semester selanjutnya, dan juga biaya kontrakan. Dosen pembimbing subjek selalu memberi semangat, dan baik. Bahkan subjek selalu diperintahkan oleh pembimbingnya agar cepat selesai, tetapi dalam diri subjek nya yang kurang bersemangat. Selain itu dalam pengerjaan skripi dosen pembimbing nya kurang memberikan solusi, dan revisi nya selalu sedikit. Jadi subjek pun jika menghadapi sidang takut, takut banyak yang salah dalam pengerjaan skripsinya. Subjek pun mengalami trauma semenjak melakukan sidang ujian proposal, karena perkataan dari dosen pengujinya tersebut kurang mengenakan di hati subjek



dan juga seperti meremehkan judul dan penelitian subjek, jadi untuk ingin melanjutkan sidang akhir pun subjek masih merasa takut.101



Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek, bahwa semua subjek yang saya wawancara mereka mengalami kecemasan, adapun kecemasannya berbeda-beda dimulai dari tuntutan dari dosen, kesulitannya dalam mengerjakan skripsi dan mencari referensi, tuntutan orangtua, dan lain sebagainya. b. Mengeluh Sama halnya dengan cemas, semua subjek pun hampir sering mengeluh ketika mendapat permasalahan. Berikut penjelasannya. Subjek NH Subjek lebih sering mengeluh ketika awal dalam pengerjaan skripsi, NH mengeluh karena kesulitan untuk memulai dalam pengerjaan skripsi, karena bingung harus memulai dari mana. Subjek lebih sering mengeluh hanya terhadap dirinya sendiri, namun terkadang keluhannya tersebut dituangkan dalam status WhatsApp nya. Subjek ZA ZA sering mengeluh dalam pengerjaan skripsi, terutama ketika dosen meminta dia untuk menambah referensi teori di thesis. Padahal dia sudah berusaha mencari



101



Hasil wawancara dengan subjek ES, dikosan milik subjek ES, oleh Vivit Mufidah, pada



tanggal 10 Juli 2019, pukul 15:21 WIIB



kemanapun, dan itu cukup sulit mencari referensinya. Subjek pun sering mengeluh, baik itu terhadap diri sendiri, maupun mengeluh terhadap orang lain.



Subjek SN SN belum mampu mengatur waktu dengan baik sehingga dalam mengerjakan skripsi selalu di akhir-akhir waktu, oleh karena itu subjek selalu menyalahkan dirinya sendiri. Dan SN sering merasa kesal ketika ada orang yang bertanya tehrhadap SN mengenai skripsi dan wisuda. Terkadang SN pun mengeluh, namun mengeluh nya lebih terhadap diri sendiri seperti menyalahkan diri sendiri, dibanding ke orang lain. Dan sampai saat ini SN belum merasa sabar dalam menghadapi permasalahan di semester akhir ini.



Subjek WN Permasalahan yang WN rasakan selain membuat ia cemas, ia juga seringkali mengeluh, terutama ketika selesai bimbingan. Dia selalu mengeluhkan hasil bimbingan tersebut terhadap teman-temannya, karena dia dituntut untuk cepat menyelesaikan skripsi tersebut. Sedangkan yang menjadi beban, dia kurang mampu mengatur waktu antara mengajar dan mengerjakan skripsi. Selain itu, dosen pembimbing selalu meceritakan mahasiswa yang dibimbing olehnya selesai dalam waktu yang cepat, subjek merasa dibanding-bandingkan, terkadang itu membuat subjek merasa sakit hati dan patah semangat. Subjek juga selalu merasa kebingungan ketika harus memulai pengerjaan skripsinya, semisal



dalam perihal membuat wawancara, dalam metode penelitian, dan lain sebagainya dia selalu merasa kebingungan.



Subjek LN Subjek seringkali mengeluh terhadap dirinya sendiri maupun temannya, karena dosen pembimbing yang pertama kurang memberi pencerahan terhadap subjek, sedangkan dosen pembimbing keduanya sulit ditemui bahkan saat ini dosen tersebut berangkat keluar kota selama beberapa bulan, subjek kebingungan bagaimana ia harus melakukan bimbingan serta meminta tanda tangan. Dan terlihat juga terkadang ia sering mengeluhkan permasalahannya kedalam status WhatsApp.



Subjek GN Subjek seringkali mengeluh, apalagi ketika dosen kurang memahami apa yang menjadi kendala dalam pengerjaan skripsi subjek, subjek sendiri ingin cepat-cepat lulus. Tetapi sulitnya menemukan referensi menjadi beban untuk subjek dan itu membuat subjek merasa pusing, stres. Kendala lain dalam pengerjaan skripsi yang dialami oleh subjek itu sendiri yaitu laptop nya rusak.



Subjek ES Ketika ingin mengerjakan skripsi ES lebih sering mengeluh, karena merasa dirinya kurang paham bagaimana cara penulisan, penyusunan kalimat dan lain sebagainya, setiap ingin mengerjakan selalu ada perasaan takut salah, dan ketakutan itu membuat ia sering mengeluh terhadap teman yang ada di sekitarnya.



Subjek pun mengalami trauma semenjak melakukan sidang ujian proposal, karena perkataan dari dosen pengujinya tersebut kurang mengenakan di hati subjek dan juga seperti meremehkan judul dan penelitian subjek, jadi untuk ingin melanjutkan sidang akhir pun subjek masih merasa takut.



Berdasarkan hasil wawancara, bahwa semua subjek seringkali mengeluh, adapun sebabnya berbeda-beda dimulai dari kesulitannya dalam pengerjaan skripsi, mengeluh karena kesalahan dirinya sendiri yang sulit untu semangat, banyaknya tuntutan dari dosen dan lain sebagainya. c. Melukai Diri Indikator selanjutnya mengenai seseorang yang belum mampu untuk bersabar yaitu melukai diri, dari tujuh subjek yang saya wawacarai hanya ada satu subjek yang mana ia sampai melukai diri, yaitu ZA. Selain merasakan cemas, dan sering mengeluh. Kerapkali ZA pun melukai dirinya sendiri, karena seringkali merasakan pusing yang berlebih ketika mengerjakan skripsi dan tuntutan dari dosen pembimbing yang sulit, beberapakali ia mengikat kepalanya menggunakan tali dengan kencang, saking pusingnya terkadang subjek juga muntah. Dari hasil wawancara tersebut bahwa yang melukai diri hanya ada satu subjek, yang mana dapat disimpulkan bahwa ia belum bisa untuk bersabar. d. Mudah merasa kesal



Ada beberapa subjek yang seringkali merasakan kesal ketika menghadapi problematikanya, adapun penjelasnnya sebagai berikut: SN sering merasa kesal terhadap dirinya sendiri, karena merasa dirinya tidak ada semangat untuk bangkit dalam pengerjaan skripsi, ketika melihat teman-temannya yang lain sudah hampir selesai, tetapi SN masih jauh dan masih dalam tahap pengerjaan, SN pun sering merasa kesal ketika ada orang yang bertanya terhadap SN mengenai skripsi dan wisuda. Dan sampai saat ini SN belum merasa sabar dalam menghadapi permasalahan di semester akhir ini. Selain SN, yang terkadang merasa kesal itu subjek LN, dimana subjek pun merasa kesal ketika dosen tersebut sulit untuk dihubungi, sedangkan waktu untuk melaksanakan sidang sudah semakin dekat hanya tinggal beberapa minggu lagi. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, bahwa ada beberapa subjek yang merasa kesal ketika menghadapi permasalahannya, seperti kesal terhadap diri sendiri, dan juga merasa kesal terhadap dosen.



2. Proses Terapi SEFT terhadap Mahasiswa untuk Mengimplementasikan Kesabaran Tahap selanjutnya yaitu tahap kerja atau tahap treatment, dimana dalam tahap ini tujuannya untuk mengolah/ mengerjakan permasalahan subjek yang telah didefinisikan secara bersama di tahap awal. 102



102



Sofyan Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek,... hlm.239



Berdasarkan permasalahan yang terjadi, saya memberikan treatment berupa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Adapun proses terapi yang saya lakukan terhadap subjek adalah sebagai berikut: 1. Subjek 1 (NH) Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan bahwa NH belum cukup sabar dalam menghadapi permasalahan di semester akhir ini, NH seringkali merasa kesal, mengeluh, dan juga cemas. Adapun yang sedang dirasakan oleh NH ketika dilakukan wawancara ini, dia merasakan cemas. Karena telah selesai bimbingan, dan biasanya setelah bimbingan selalu ada revisi dari dosen pembimbing. Tingkat kecemasan yang dirasakan oleh subjek dari 1-10 yaitu 7. Setelah dilakukan wawancara untuk mengetahui permasalahannya. Terlebih dahulu saya memberi intruksi terhadap subjek untuk duduk dengan relaks, tetapi NH sebelumnya tidak minum terlebih dahulu, karena pada saat itu subjek sedang berpuasa, kemudian menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). a. The Set-Up Saya memulai menekan di dada sebelah kiri NH , Sore Spot (titik nyeri) dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a. Adapun kalimatnya yaitu:



“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas ketika mengerjakan skripsi, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati. b. The Tune-In Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan yang sedang dialami seperti kesulitannya dalam mengerjakan skripsi, melihat teman-temannya yang sudah selesai terlebih dahulu yang benarbenar membuat NH merasa sangat cemas. Kemudian emosi NH sangat memuncak, NH menangis ketika memfokuskan terhadap permasalahannya. Kemudian saya memerintahkan NH untuk membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,. Dengan saya memerintahkan kembali untuk membayangkan bahwa dengan cemas tidak akan memudahkan untuk membuat skripsi dan mempercepat selesainya skripsi, dan membayangkan dampak negatif bahwa jika tidak segera selesai mengerjakan skripsi akan mengecewakan orang-orang di sekitar. c. The Tapping Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik



tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk yaitu dengan menggunakan teknik yang ringkas. Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown), dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik permulaan alis (Eye Brow). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai. Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu mengeluarkannya



sambil



mengucapkan



“Alhamdulillah...”



secara



berulang selama tiga kali. 103 2. Subjek 2 (ZA) Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa ZA tingkat kesabarannya masih rendah, karena ZA sering merasa stres, melukai diri, cemas, dan juga mengeluh. Adapun yang sedang dirasakan oleh ZA ketika dilakukan wawancara ini, dia merasakan cemas. Karena skripsinya belum selesai, sedangkan target untuk sidang tugas akhir sudah semakin dekat. Tingkat kecemasan yang dirasakan oleh subjek dari 1-10 yaitu 7.



103



Proses terapi terhadap subjek NH di Kosan Putri milik peneliti Vivit Mufidah, pada



tanggal 23 Mei 2019, pada pukul 13:20 WIB.



Sebelum masuk ke tahap terapi, terlebih dahulu saya memberi intruksi terhadap subjek untuk duduk dengan relaks, menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). a. The Set-Up Saya memulai menekan di dada sebelah kiri ZA, yaitu Sore Spot (titik nyeri) dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a. Adapun kalimatnya yaitu: “Ya Allah meskipun saya merasakan cemas karena tuntutan dari dosen yang sulit untuk saya lakukan, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati. b. The Tune-In Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya mengintruksikan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan yang sedang dialami seperti kesulitannya dalam mencari referensi dan lain sebagainya yang membuat ZA merasa sangat cemas. Raut wajah ZA terlihat begitu sedih ketika memfokuskan terhadap permasalahannya. Kemudian saya memerintahkan ZA untuk membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,.



c. The Tapping Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk dengan menggunakan teknik yang ringkas. Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown), dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama (Collar Bone). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai dengan terus menuntun do’a “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik nafas



sambil membayangkan bahwa ketika tarik nafas tersebut juga



menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu mengeluarkannya sambil mengucapkan “Alhamdulillah” secara berulang selama tiga kali. 104



104



Proses terapi terhadap subjek ZA, dikosan milik ZA subjek, oleh Vivit Mufidah, pada



tanggal 23 Mei 2019, pukul 21:35 WIB



3. Subjek 3 (SN) Dari penjelasan diatas telah dipaparkan bahwa SN belum mampu untuk sabar dalam menghadapi permasalahan semester ini, SN merasakan cemas, merasa kesal, dan sering menyalahkan diri sendiri. Sama halnya dengan ZA dan NH, ketika dilakukan wawancara di hari tersebut SN merasakan cemas, dimana SN telah melakukan bimbingan skripsi, selain itu belum selesai tahsin. Yang mana tahsin tersebut merupakan salah satu persyaratan untuk melaksanakan sidang, jika tahsin belum selesai maka sidang pun belum bisa dilakukan. Adapun tingkat kecemasan yang SN rasakan dari skala 1-10 yaitu 6. Kemudian tahapan selanjutnya yaitu memberikan terapi. Terlebih dahulu saya memberi intruksi terhadap subjek untuk duduk dengan relaks, menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya, minum terlebih dahulu, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). a. The Set-Up Saya memulai menekan di dada sebelah kiri, Sore Spot (titik nyeri) dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a. Adapun kalimatnya yaitu:



“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas atas permasalahan di semester akhir ini saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati. b. The Tune-In Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan yang sedang dialami oleh SN benar-benar membuat SN sangat cemas. Kemudian saya memerintahkan SN untuk membuang energi negatif, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,. SN terlihat sangat tenang setelah ditanamkan sugesti yang positif. c. The Tapping Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk dengan menggunakan teknik yang ringkas. Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown),



dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik permulaan alis (Eye Brow). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai. Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu mengeluarkannya



sambil



mengucapkan



“Alhamdulillah...”



secara



berulang selama tiga kali. 105 4. Subjek 4 (WN) Berdasarkan indikator kesabaran bahwa WN belum sabar, karena ia seringkali merasakan cemas dan juga mengeluh ketika selesai bimbingan, adapun ketika dilakukan wawancara ini ia lebih merasa cemas, karena takut tidak selesai tepat waktu. Tingkat kecemasan yang dirasakan oleh WN dari skala 1-10 yaitu 9. Setelah diketahui permasalahan tersebut masuk ke tahap selanjutnya yaitu dengan memberikan treatment (tindakan) yaitu dengan melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Terlebih dahulu saya memberi intruksi terhadap subjek agar duduk dengan keadaan relaks, menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya, meminum terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi, lalu membaca basmalah. Kemudian



105



Proses terapi terhadap subjek SN, dikosan milik subjek SN, oleh Vivit Mufidah, pada



tanggal 23 Mei 2019, pukul 22:12 WIB



saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).



a. The Set-Up Saya memulai menekan di dada sebelah kiri, Sore Spot (titik nyeri) dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a. Adapun kalimatnya yaitu: “Ya Allah meskipun saya merasakan cemas karena takut tidak selesai tepat waktu sesuai tuntutan dosen, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati. b. The Tune-In Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan yang sedang dialami yaitu tuntutan dari dosen yang mengharuskan subjek selesai cepat dan lain sebagainya yang benar-benar membuat WN sangat cemas. Setelah itu, saya memerintahkan WN untuk membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,.



c. The Tapping Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk dengan menggunakan teknik yang ringkas. Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown), dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik dibagian atas kepala (Crown). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai. Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu mengeluarkannya



sambil



mengucapkan



“Alhamdulillah...”



secara



berulang selama tiga kali. 106 5. Subjek 5 (LN) Permasalahan yang dirasakan oleh LN yaitu cemas yang berlebih selama berbulan-bulan dan seringnya mengeluh, berdasarkan indikator bahwa cemas



106



Proses terapi terhadap subjek WN, dikosan milik peneliti Vivit Mufidah, pada tanggal



5 Juli 2019, pukul 15:16 WIB



dan mengeluh belum bisa untuk bersabar. Adapun tingkat kecemasan yang subjek rasakan dari 1-10 yaitu 6. Setelah diketahui permasalahan tersebut masuk ke tahap selanjutnya yaitu dengan memberikan treatment (tindakan) yaitu dengan melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Kemudian saya mengintruksikan terhadap subjek agar relaks tidak tegang, duduk yang nyaman, meminum terlebih dahulu, menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). a. The Set-Up Saya memulai menekan di dada sebelah kiri LN, Sore Spot (titik nyeri) dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a. Adapun kalimatnya yaitu: “Ya Allah meskipun saya merasakan cemas karena beberapa tuntutan dari dosen, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati. b. The Tune-In Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan



yang sedang dialami yaitu tuntutan dari dosen, dan dosen yang satunya lagi sulit dihubungi yang benar-benar membuatnya sangat cemas. Kemudian saya memerintahkan LN untuk membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,. Ketika proses Tune-in berlangsung, LN lebih bermuhasabah diri yaitu dengan diberikan sugesti ikhlas, dan pasrah, membuatnya menjadi yakin bisa ikhlas terhadap permasalahan yang terjadi, agar ia tidak lagi merasakan cemas yang berlebih. c. The Tapping Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk yaitu Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown), dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama (Collar Bone). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai. Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu



mengeluarkannya



sambil



mengucapkan



“Alhamdulillah...”



secara



berulang selama tiga kali. 107



6. Subjek 6 (GN) Permasalahan yang GN rasakan dalam menghadapi semester akhir ini yaitu GN seringkali merasakan cemas, terutama ketika ditanyakan perihal skripsi dan wisuda, selain itu GN juga sering mengeluh ketika dosen kurang memahami apa yang menjadi kendala dalam pengerjaan skripsi subjek. Dapat disimpulkan bahwa GN belum cukup sabar, karena GN seringkali merasa cemas dan juga mengeluh. Adapun ketika diwawanca yang sedang GN rasakan yaitu cemas, tingkat kecemasannya dari skala 1-10 yaitu 7. Setelah diketahui permasalahan yang dirasakan oleh GN. Terlebih dahulu saya memberi intruksi terhadap subjek agar duduk dengan keadaan relaks, menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya, meminum terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). a. The Set-Up



107



Proses terap terhadap subjek LN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada



tanggal 8 Juli 2019, pukul 18:34



Saya memulai menekan di dada sebelah kiri GN, Sore Spot (titik nyeri) dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a. Adapun kalimatnya yaitu: “Ya Allah meskipun saya merasakan cemas terutama ketika banyak orang yang menanyakan perihal skripsi dan tuntutan dari dosen, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati. b. The Tune-In Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan yang sedang dialami oleh GN benar-benar membuat GN sangat cemas. Ketika proses Tune-in berlangsung, subjek terlihat ingin menangis, namun ia menahannya. Kemudian saya memerintahkan GN untuk membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,. c. The Tapping Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang diantaranya:



saya ketuk,



Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown), saya bertanya kepada subjek titik mana yang paling terasa nyaman, dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik dibagian atas kepala (Crown). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai. Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu mengeluarkannya sambil mengucapkan Alhamdulillah secara berulang selama tiga kali. 108 7. Subjek 7 (ES) Berdasarkan pemaparan diatas bahwa yang dirasakan oleh ES masuk kedalam indikator, yaitu cemas dan mengeluh. Adapun tingkat kecemasan yang ia rasakan sebelum dilakukan terapi yaitu 7. Setelah dilakukan wawancara untuk mengetahui permasalahannya. Terlebih dahulu saya memberi intruksi terhadap subjek untuk duduk dengan relaks, menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain



108



Proses terapi terhadap subjek GN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada



tanggal 8 Juli 2019, pukul 19:11



sebagainya, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), ketika selama proses terapi berlangsung saya mengiringi dengan musik relaksasi. a. The Set-Up Saya memulai menekan di dada sebelah kiri, Sore Spot (titik nyeri) dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a. Adapun kalimatnya yaitu: “Ya Allah meskipun saya merasakan cemas karena takut tidak selesai tepat waktu, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati. b. The Tune-In Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan yang sedang dialami seperti belum selesai tahfidz, tuntutan dari keluarga yang menjadi beban, ketakutannya dalam menghadapi sidang yang benarbenar membuat ES sangat cemas. Kemudian emosi ES sangat memuncak, ES menangis ketika memfokuskan terhadap permasalahannya. Kemudian saya memerintahkan ES untuk membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,.



c. The Tapping Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang



saya ketuk,



diantaranya: Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown) , saya bertanya kepada subjek titik mana yang paling terasa nyaman, dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik permulaan alis (Eye Brow). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai. Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu mengeluarkannya



sambil



mengucapkan



“Alhamdulillah...”



secara



berulang selama tiga kali. 109



3. Hasil Terapi SEFT Adapun yang telah dijelaskan dalam Bab II yaitu mengenai kesabaran menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yaitu ketika seseorang tersebut menerima penderitaan



109



Proses terapi terhadap subjek ES, dikosan milik subjek ES, oleh Vivit Mufidah, pada tanggal 10 Juli 2019, pukul 15:58 WIB



dengan penuh ketabahan dan ketenangan. Oleh karena itu, orang yang sabar mereka akan tetap tenang meskipun dalam keadaan takut dan bingung. Setelah dilakukan tahap awal dan tahap kerja, selannjutnya yaitu tahap akhir. Tahap akhir itu sendiri merupakan tahap kesimpulan yang dengan tujuan agar klien dapat merubah perilaku dan emosi yang negatif menjadi tindakan-tindakan yang positif.110 Adapun hasil dari treatment yang diberikan berupa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dari beberapa subjek, diantaranya sebagai berikut: 1. Subjek 1 NH Kondisi yang dirasakan oleh NH ketika telah diberikan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk mengatasi kecemasannya, bahwa setelah dilakukan terapi ia merasakan ketenangan, ketika di terapi NH sangat memuncak emosinya dengan ia menangis. Kemudian ia mampu menerima keadaan yang sedang ia alami, dan dia ikhlas terhadap permasalahannya yang terjadi yang menyebabkan menghambat dalam skripsinya yaitu hambatan di rumah, teman, dan juga dosen. Adapun tingkat kecemasan NH berkurang menjadi 3.111 Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, setelah beberapa minggu dilakukan terapi pun dia mengatakan bahwa kecemasannya berkurang dan



110



Sofyan Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek,... hlm. 240



111



Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek NH di Kosan Putri milik peneliti Vivit



Mufidah, pada tanggal 23 Mei 2019, pada pukul 13:25 WIB.



sudah tidak sering mengeluh, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesabaran NH meningkat dan dapat mengimplementasikan kesabaran tersebut dalam kehidupan sehari-sehari setelah dilakukannya terapi.



2. Subjek 2 (ZA) Setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotinal Freedom Technique) terhadap ZA untuk mengatasi kecemasannya, dan juga terkadang ZA melukai diri dengan mengikat kepala dengan sekencang-kencangnya. Yang ia rasakan setelah dilakukan terapi yaitu subjek merasa tenang, ketika diterapi raut wajah subjek terlihat begitu sedih namun tidak sampai menangis. Dan ia mengatakan bahwa ia menerima segala permasalahan yang terjadi, termasuk tuntutan dosen yang cukup sulit ia lakukan. Dia akan berusaha sekeras mungkin agar pengerjaan skripsinya maksimal. Adapun tingkat kecemasan subjek berkurang menjadi 5, hasilnya dapat dilihat juga dari beberapa minggu setelahnya bahwa subjek mampu menyelesaikan skripsi lebih cepat, seiring dengan itu beban yang dirasakan oleh subjek juga berkurang. Subjek sempat meminta bantuan saya untuk dilakukan lagi terapi, karena ketika itu subjek merasa kebingungan, cemas tidak bisa membagi waktu dengan baik. Setelah itu dia merasa tenang dan juga dia tidak pernah lagi melukai diri dengan mengikat kepala.112



112



Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek ZA, dikosan milik ZA subjek, oleh Vivit Mufidah, pada tanggal 23 Mei 2019, pukul 21:40 WIB



Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesabaran subjek meningkat dan dapat mengimplementasikan kesabaran tersebut dalam kehidupan sehari-sehari setelah dilakukannya terapi. 3. Subjek 3 (SN) Kondisi yang ia rasakan setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yaitu ia merasakan tenang, adapun kecemasan yang



ia



rasakan setelah dilakukan terapi berkurang menjadi 4. Permasalahan yang ia rasakan bukan karena lingkungan sekitar, atau pun dosen. Tetapi dirinya sendiri yang kurang bersemangat, dan terlihat beberapa hari setelah dilakukan terapi ia mampu bersemangat, selain itu karena melihat teman-teman nya juga sudah sidang lebih awal, dia pun tidak mau kalah dengan temannya yang lain, terbukti juga bahwa tahfidz nya telah selesai dan juga tidak terlalu banyak mengeluh. 113 Berdasarkan indikator kesabaran orang yang merasa tenang dan juga mampu mengatasi permasalahanya dengan tidak mengeluh, bahwa tingkat



kesabaran



subjek bertambah dan juga sudah mampu mengimplementasikan nya dalam kehidupan sehari-sehari. 4. Subjek 4 (WN)



113



Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek SN, dikosan milik subjek SN, oleh Vivit Mufidah, pada tanggal 23 Mei 2019, pukul 22:18 WIB



Kondisi yang ia rasakan setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) sangat signifikan, ia merasa tenang. Karena kecemasan ia berkurang menjadi 2, awal sebelum dilakukan terapi yaitu 9. Selain itu, ia juga mampu menerima permasalahan yang ada seperti dilingkungan rumahnya, dan juga tuntuan dari dosen nya. Ia kembali bersemangat setelah dilakukan terapi yang awalnya terlihat sangat cemas.114 Berdasarkan indikator kesabaran orang yang merasa tenang dan juga mampu mengatasi permasalahanya dengan tidak mengeluh, bahwa tingkat



kesabaran



subjek meningkat. 5. Subjek 5 (LN) Setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) kecemasan yang ia rasakan berkurang menjadi 3. Ia mengakui bahwa dirinya merasa lebih tenang, terlebih ketika di tapping dan juga proses tune-in karena disana memfokuskan segala permasalahannya. Dan ketika proses tune-in berlangsung subjek lebih bermuhasabah diri, bahwa dia yakin dia ikhlas dan pasrah terhadap segala sesuatu yang terjadi. Dia merasa nyaman ketika diketuk dibagian Collar Bone yaitu titik di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama. Dan untuk saat ini, dia juga tidak terlihat sering mengeluh, yang mana biasanya ia sering terlihat mengeluh di status Whatsapp nya, dan kecemasan juga sudah berkurang secara berangsur-angsur. Ia sudah terlihat ceria dan juga



114



Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek WN, dikosan milik peneliti Vivit Mufidah, pada tanggal 5 Juli 2019, pukul 15:20 WIB



menerima segala beban yang terjadi di semester akhir ini, meskipun dosen pembimbing yang menjadi patokannya dalam melanjutkan skripsi sedang berangkat keluar kota selama beberapa bulan, dia terlihat lebih tenang. Dan dia akan tetap melanjutkan skripsi nya tersebut dengan semaksimal mungkin, meskipun dosen yang biasa memberi ia masukan tidak bisa membantunya.115 Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesabaran subjek meningkat dan dapat mengimplementasikan kesabaran tersebut dalam kehidupan sehari-sehari setelah dilakukannya terapi. 6. Subjek 6 (GN) Kondisi yang ia rasakan setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) ia merasa tenang dan juga merasa nyaman ketika di tapping terutama dibagian kepala (Crown). Adapun kecemasan yang ia rasakan berkurang menjadi 4. Selain itu, ia juga ikhlas, mampu menerima permasalahan yang ada seperti dilingkungan rumahnya, dan juga tuntuan dari dosen nya. Ia kembali bersemangat setelah dilakukan terapi yang awalnya terlihat sangat cemas dan lelah.116



115



Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek LN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada tanggal 8 Juli 2019, pukul 18:39 WIB 116



Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek GN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada tanggal 8 Juli 2019, pukul 19:15 WIB



Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesabaran subjek meningkat. 7. Subjek 7 (ES) Setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) kecemasan yang ia rasakan berkurang menjadi 3, emosi subjek sangat memuncak ketika dalam proses tune-in, subjek menangis tersedu-sedu. Dia mengatakan bahwa dalam proses tunne-in tersebut membayangkan kedua orangtuanya, sehingga itu membuat



dia bersemangat dalam segala hal, subjek tidak mau sampai



mengecewakan kedua orangtuanya. Meskipun ketika sidang proposal dia sempat mengalami trauma, dia berjanji bahwa ke depannya dia akan bersemangat dalam mengerjakan skripsi, karena yang lebih dia takutkannya itu menghadapi sidangnya. Subjek tidak peduli waktu sidangnya sedikit telat di banding temannya yang lain, dia bisa menerima keadaan itu, tekad dia yang penting tetap semangat dan sidang ditahun ini, meskipun tidak tepat waktu. Dan terlihat juga dari kesehariannya saat ini, dia lebih menerima segala yang terjadi dengan tetap berusaha dan bersemangat.117 Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, dapat disimpulkan



117



Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek ES, dikosan milik subjek ES, oleh Vivit Mufidah, pada tanggal 10 Juli 2019, pukul 16:04 WIB



bahwa tingkat kesabaran subjek meningkat dan dapat mengimplementasikan kesabaran tersebut dalam kehidupan sehari-sehari setelah dilakukannya terapi.



Subjek



Sebelum



Sesudah



NH



7



3



ZA



7



5



SN



6



4



WN



9



2



LN



6



3



GN



7



4



ES



7



3



Jumlah



49



24



Table 2 Hasil Terapi SEFT



Adapun untuk mengetahui rata-rata dari tingkat permasalahan sebelum dilakukan terapi tersebut adalah:



M=



𝑋 𝑁



Keterangan M = Mean (Rata-rata) X = Jumlah penurunan tingkat permasalahan N = Jumlah Subjek



Diketahui. X = 49 N=7 M=?



M=



49 7



M=7 Jadi hasil rata-rata dari tingkat permasalahan yang dialami mahasiswa tingkat akhir tersebut adalah 7. Selanjutnya yaitu untuk mengetahui hasil rata-rata setelah dilakukan terapi tersebut, adalah: Diketahui. X = 24 N=7 M=?



M=



24 7



M = 3,4 Jadi hasil rata-rata dari penurunan tingkat permasalahan yang dialami mahasiswa tingkat akhir tersebut adalah 3,4. Dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian tersebut semua subjek mengalami tingkat penurunan dari permasalahan yang sedang mereka alami, dan dari hasil wawancara bahwa semua subjek setelah dilakukan terapi merasa tenang



dan juga bisa menerima permasalahannya, dan dari hal tersebut seiring dengan menurunnya tingkat permasalahannya bahwa subjek mengalami peningkatan kesabarannya karena bisa merasa tenang dan juga bisa menerima dengan ikhlas.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi kesabarannya sebelum dilakukan terapi masih rendah, karena masih sering merasakan cemas, mengeluh, dan ada yang sampai melukai diri. Sangat bertolak belakang dengan teori kesabaran menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, yaitu bahwa sabar itu terhindarnya jiwa dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobek-robek baju dan seterusnya. Kesabaran tersebut masih rendah karena beberapa faktor permasalahan, dari internal dan juga eksternal yang menghambat mahasiswa dalam pengerjaan skripsi. Seperti tuntutan dari dosen yang mempersulit mahasiswa, tuntutan orangtua untuk segera menyelesaikan skripsinya, lingkungan sekitar yang sering mempertanyakan perihal skripsi, dan juga karena dirinya sendiri yang sulit memahami, dan lambat dalam pengerjaannya. Dalam proses Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yang dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pendidikan Fisika tersebut, sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu membuat subjek merasa nyaman, kemudian dilanjutkan terapi dengan tiga tahap yaitu, pertama The Set-Up, yang mana dalam tahap ini subjek harus memasrahkan dan juga mengikhlaskan



permasalahannyya, dengan mengucap do’a yang dituntun oleh saya yaitu, “Ya Allah meskipun saya merasakan cemas, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini pada Mu Ya Allah”, do’a tersebut sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh subjek, kedua The-Tune in, dalam tahap ini subjek harus memfokuskan terhadap permasalahannya, dalam tahap ini beberapa subjek ada yang sampai menangis sampai berakhirnya terapi, kemudian tahap yang ketiga Tapping, yang dilakukan oleh peneliti sekaligus terapis menggunakan teknik yang ringkas, diantaranya: 19. Cr = Crown, pada titik dibagian atas kepala 20. EB = Eye Brow, pada titik permulaan alis mata 21. SE = Side of the Eye, diatas tulang samping mata 22. UE = Under the Eye, 2cm dibawah kelopak mata 23. UN = Under the Nose, tepat dibawah hidung 24. Ch = Chin, di antara dagu dan bagian bawah bibir 25. CB = Collar Bone, Titik di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama 26. UA = Under the Arm, dibawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria) atau tepat dibagian tengah tali bra (wanita) 27. BN = Bellow Nipple, 2,5cm dibawah puting susu (pria) atau tepat dibagian tengah tali bra (wanita) Setelah selesai tahap tapping, subjek melakukan tarik nafas sambil membayangkan bahwa ketika membuang nafas tersebut membuang energi negatif yang sedang dirasakan oleh subjek, kemudian mengucapkan, “Alhamdulillah..”.



Adapun hasil dari terapi tersebut, mengalami penurunan permasalahan atau kecemasan yang sedang dirasakan oleh subjek, diantaranya: 1. Subjek 1 NH, sebelum terapi 7 berkurang menjadi 3. 2. Subjek 2 ZA, sebelum terapi 7 berkurang menjadi 5. 3. Subjek 3 SN, sebelum terapi 6 berkurang menjadi 4. 4. Subjek 4 WN, sebelum terapi 9 berkurang menjadi 2. 5. Subjek 5 LN, sebelum terapi 6 berkurang menjadi 3. 6. Subjek 6 GN, sebelum terapi 7 berkurang menjadi 4. 7. Subjek 7 ES, sebelum terapi 7 berkurang menjadi 3. Adapun hasil rata-rata skala permasalahan yang dialami oleh subjek yaitu 7, sedangkan hasil rata-rata setelah dilakukan terapi yaitu turun menjadi 3,4. Setelah dilakukan terapi subjek merasa tenang dan juga menerima permasalahan yang terjadi dalam menghadapi semester akhir ini. Sesuai dengan teori menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah bahwa kesabaran itu ketika seseorang tersebut menerima penderitaan dengan penuh ketabahan dan ketenangan.



B. Saran 1. Bagi klien yang menjadi subjek penelitian, semoga klien bisa meningkatkan kesabarannya, dan mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga ketika mendapatkan permasalahan mampu bersikap tenang dan menerima segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT,.



2. Bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian berupa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dalam meningkatkan kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir, dapat dilanjutkan dengan menggunakan sampel dan populasi yang lebih banyak, serta tindakan terapi tersebut dilakukan secara berulang sehingga kualitas yang dilakukan lebih baik lagi.