Perancangan Gardu Distribusi 20Kv Hotel Depok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Perancangan Gardu Distribusi 20KV Hotel Depok



Disusun oleh:



Adinda Cahya Ferina (1315020030) Didra Dibyatara Yudha (1315020040) TL – 4D



PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA



DAFTAR ISI Daftar Isi ............................................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1 I.1



Latar Belakang .................................................................................................... 1



I.2



Permasalahan .......................................................................................................2



I.3



Tujuan ..................................................................................................................2



I.4



Sistematik Penulisan ............................................................................................3



BAB II TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI ................................................................4 II.1



Trafo Daya ........................................................................................................... 4



II.2



Switchgear MV Dan LV .......................................................................................5



II.3



Sistem Pengaman ...............................................................................................10



II.4



Instrumen Transformator Dan Meteran .............................................................12



II.5



Sistem Rel ..........................................................................................................16



II.6



Emergency Power Supply ..................................................................................20



II.7



Instalasi Gardu Distribusi ................................................................................. 23



BAB III DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK ...........................................................27 III.1.



Deskripsi .............................................................................................................27



III.2.



Lingkup Proyek ...................................................................................................28



BAB IVPERANCANGAN PROYEK ...............................................................................30 IV.1. Gambar-Gambar Perancangan .............................................................................30 IV.2. Pemilihan Dan Penghitungan Komponen ...............................................................42 IV.3. Bill Of Quantity (BQ)............................................................................................. 61 IV.4. Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS) ............................................................. 67 I.



Standar Dan Aturan Yang Harus Diikuti ...................................................67



II.



Jaminan Dan Garansi ................................................................................ 70



III.



Koordinasi Kerja ....................................................................................... 72



IV.



Penyelidikan Tapak ................................................................................... 73



V.



Perbedaan Antar Isi Dokumen .................................................................. 73 i



VI.



Kewajiban Kontraktor ............................................................................... 74



VII. Kelengkapan Yang Harus Diserahkan ...................................................... 78 VIII. Penyesuaian Terhadap Kemampuan Lebih ............................................... 79 IX.



Pengaman Terhadap Lingkungan ............................................................. 80



X.



Penolakan Dan Persetujuan Barang .......................................................... 80



XI.



Peralatan Dan Fasilitas Kerja .................................................................... 81



XII. Penghentian Sementara ............................................................................. 81 XIII. Kondisi Cuaca / Lingkungan .................................................................... 82 XIV. Ketentuan Keseragaman Merk .................................................................. 82 XV. Start-Up, Commissioning Dan Pengujian ................................................. 83 XVI. Uraian Pekerjaan Dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis



Pekerjaan



Instalasi Gardu Distribusi Tegangan Menengah 20 KV .......................... 83 BAB VKESIMPULAN .....................................................................................................119 V.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 119 V.1I Katalog ............................................................................................................... 120 Daftar Pustaka .................................................................................................................. iii



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang



Di zaman globalisasi sekarang ini, Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan tersebut perlu ditunjang dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung, seperti tersedianya tenaga listrik dan distribusi listrik yang baik. Karena kedua hal tersebut merupakan kebutuhan yang utama, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri. Hal ini disebabkan karena tenaga listrik mudah untuk ditransportasikan dan dikonversikan ke dalam bentuk tenaga yang lain. Penyediaan tenaga listrik yang stabil dan kontinyu merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik. Di Indonesia, PLN diberi tanggungjawab untuk melayani dan memasok tenaga listrik ke seluruh wilayah Indonesia. Tenaga listrik dihasilkan oleh suatu pembangkit tenaga listrik. Namun tenaga listrik yang dihasilkan oleh suatu pembangkit tidak bisa langsung digunakan oleh konsumen, melainkan harus ditransmisikan dan didistribusikan terlebih dahulu melalui suatu gardu distribusi. Akan tetapi saat ini permasalahannya Indonesia masih sangat bergantung dengan pembangkit tenaga listrik dengan sumber energi fossil yang sudah semakin langka. Sehingga dampaknya Indonesia sudah mulai menatap krisis energi lstrik. Banyak wilayah di Indonesia yang belum menikmati listrik secara maksimal bahkan banyak wilayah yang sama sekali belum merasakan keberadaan listrik. Pada kali ini kami akan membuat suatu perancangan gardu distribusi 20 KV untuk Hotel Depok. Banyak orang yang belum tahu bagaimana suatu gardu distribusi bekerja, banyak juga yang belum tahu apa saja yang terdapat di dalam gardu distribusi tersebut. Dalam proses pembuatan suatu gardu disribusi diperlukan perancangan yang baik, pemilihan komponen yang baik, dan penginstalasian yang sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku. Namun sebelum melakukan semua hal tersebut, perlu kita ketahui fungsi dari gardu distribusi tersebut dan berapa besar daya yang akan digunakan. Dalam karya ilmiah ini, kami akan memberikan ulasan lengkap tentang perancangan gardudistribusi, pemilihan dan



perhitungan komponen.



1



1.2 Permasalahan Dari uraian latar belakang yang telah dibahas, maka timbul beberapa permasalahan yang ada mengenai proses perancangan gardu distribusi itu sendiri, antara lain: a. Mengetahui tentang instalasi pada system tegangan menengah khususnya pada tegangan 20 KV dan mengetahui komponen yang digunakan pada gardu distribusi. b. Mengetahui pengaman apa saja yang dipakai pada system 20 KV, dan mengetahui karakteristiknya. c. Mengetahui penginstalasian komponen dengan tepat pada gardu. d. Mengetahui bagaimana perancangan kontrol pada system tersebut. e. Menyusun Rancangan Anggaran Biaya / Bill of Quantity (RAB / BQ)



1.3 Tujuan Karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mampu merancang suatu gardu distribusi 20 KV dengan baik dan sesuai dengan standar yang berlaku.



1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini dibagi dalam 4 bab, yaitu sebagai berikut:



BAB I: PENDAHULUAN Berisikan uraian garis besar permasalahan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.



BAB II: LANDASAN TEORI Terdiri atas teori – teori dasar yang berisikan prinsip – prinsip dasar instalasi, teori mengenai sistem tegangan menengah 20 KV pada gardu distribusi, dan bahan penunjang Perancangan Gardu Distribusi 20 KV Hotel Depok.



BAB III : DESKRIPSI DAN LINGKUP PROYEK Bab ini berisikan mengenai perancangan proyek.



BAB IV : PERANCANGAN DAN ANALISA Bab ini berisikan sub-bab mengenai Perancangan dan Analisa, yaitu : 1. Gambar perancangan a. Gambar MVMDP 2



- Single line diagram - Tree line diagram lengkap - Panel (front view, side view) b. Instalasi Transformator c. Gambar LVMDP - Single line diagram lengkap - Panel (front view dan side view) d. Gambar lay out ruang gardu e. Gambar lay out ruang genset f. Gambar AMF - Single line diagram - Gambar diagram kontrol - Panel AMF g. Gambar diagram kontrol batre emergency 2. Pemilihan dan Perhitungan komponen 3. Pembuatan Rancangan Anggaran Biaya/Bill of Quantity (RAB / BQ)



BAB V : KESIMPULAN Bab ini berisikan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari proses pengerjaan perancangan gardu distribusi 20 KV hotel depok. Selain kesimpulan, bab ini terdiri dari lampiran-lampiran.



3



BAB II TEORI DASAR GARDU DISTRIBUSI 2.1 Trafo Daya Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Dalam operasi umumnya, trafo-trafo tenaga ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan/proteksi, sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya. Transformator yang telah diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan. Menurut pengaturannya transformator dibagi atas: 1. Transformator tanpa pengaturan pada beban 2. Transformator dengan pengaturan pada beban Sesuai dengan tujuan penggunaannya, maka tranformator digolongkan: a. Transformator utama Dipergunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik atau pada gardu-gardu listrik yang berfungsi sebagai paengubah antara tegangan tinggi dengan tegangan menengah. b. Transformator penghubung Menghubungkan suatu sistem tenaga listrik dengan sistem tenaga lain. c. Transformator distribusi Mengubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah dan berhubungan langsung dengan pemakai. d. Transformator uji Dipergunakan untuk pengujian  transformator tegangan tinggi e. Kumparan-kumparan khusus Dipergunakan untuk keperluan kompensasi (perbaikan cos ) Normalisasi untuk daya, tegangan, dan frekuensi 1. Untuk transformator 3 dalam (kVA) 5, 10, 20, 30, 50, 75, 100, 125, 160, 200, 250, 325, 400, 500, 630, 800, 1000, 1250, 1600, 2000, 2500, 3150, 4000, 5000, 6300, 8000, 10000, dst. Untuk transformator 1 (dalam kVA) 1, 2, 3, 5, 7, 13, 20, 35, 50, 70 4



2. Normalisasi untuk frekuensi 



Indonesia: 50 Hz







Amerika: 60 Hz







Jepang: 50 Hz dan 60 Hz



3. Normalisasi tegangan rendah menurut VDE: 125, 220, 380, 500 Normalisasi tegangan tinggi menurut VDE (kV): 3, 5, 6, 10, 15, 20, 25, 30,



60, 110,



220, 380 Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut: 1. Pasangan: 



Pasangan dalam







Pasanga luar



2. Pendinginan Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut: (lihat Tabel 1) . 3. Fungsi/Pemakaian  Transformator mesin  Transformator Gardu Induk  Transformator Distribusi  Kapasitas dan Tegangan Untuk mempermudah pengawasan dalam operasi trafo dapat dibagi menjadi: Trafo besar, Trafo sedang, Trafo kecil. 2.2 Switchgear MV dan LV 2.2.1 Switchgear LV. Switchgear adalah merupakan peralatan listrik yang bekarja sebagai pemutus pada panel distribusi. Pada tegangan rendah switchgear digunakan sebagai switching dan proteksi pada panel. Perangkat switchgear ini disesuaikan dengan kebutuhannya, seperti: isolasi, disconnecting loads, short circuit breaker, switching motor, pengaman beban lebih dari pengaman manusia. Perangkat switchgear ini dapat bekerja dengan satu atau lebih fungsinya, tergantung perancangannya/design. Dan juga dapat membentuk fungsi dari peralatan tertentu. 5



Dalam system LVMDP switchgear yang biasa digunakan dalam system gardu distribusinya adalah sebagai berikut; Circuit Breaker General, Fuse, Disconnector, loadbreak Switch, Fused Switch Disconnector, Motor Starter, Contactor, Overload Relay, Switch Disconnector dengan fuse, Residual Current Circuit Breaker (RCMCCB), Miniatur Circuit Breaker (MMCCB), RCMCCB dengan Over Current Trip, dan RMCCB yang dioperasikan sebagai MMCCB.



2.2.1.1 Peralatan yang ada pada switchgear tegangan rendah : 



CB (circuit breaker) Circuit Breaker harus memiliki kondisi pengoperasian di bawah normal, dapat mudah



dikerjakan, mudah dibawa, Break Current yang baik, dan dapat bekerja sesuai spesifikasi terutama pada kondisi Short Circuit. MCCB harus dapat melajukan arus dalam waktu yang lama dan dapat memutuskannya seketika. MCCB yang dilengkapi dengan Overload dan Short Circuit Trip biasa digunakan pada perangkat Switching dan untuk Overload Proteksi, dan bagian sistemnya harus dapat dioperasikan pada frekuensi rendah. MCCB tanpa Over Current tetapi dengan Open Circuit Shunt Release (0,1 s/d 1,1 Vn) biasa dipergunakan sebagai ‘Network Protector’ untuk mencegah tegangan balik (Reverse Voltage). MCCB juga harus dapat tergantung atau tidak tergantung pada Manual Aktuasi dan juga untuk Aktuasi yang tergantung pada tenaga (Power) atau energi yang tersimpan pada masing-masing peralatan (pengoperasian motor dan peralatan elektromagnetik). Nilai sebelum dipanaskan untuk tegangan nominal yang dikontrol: Vn 24



Tegangan DC 48



110



125



220



Tegangan AC 250



24



48



110



127



220



Ip = arus maksimum, short circuit T = waktu (detik) 1 = nilai puncak arus short circuit yang tidak terbatas 2 = batasan arus puncak untuk pemutus arus dengan rating 25-100 A dengan Ik = 50 kA, 400 V, cos  = 0,2 3 = batas maksimum arus short circuit dengan pemutus arus 160 A 4 = batas maksimum arus short circuit dengan pemutus arus 250 A 5 = batas maksimum arus short circuit dengan pemutus arus 500 A 6



6 = batas maksimum arus short circuit dengan pemutus arus 800 A



Diagram batasan arus pada circuit breaker 1 = batasan arus short circuit (arus cut off) 2 = prospektif arus short circuit 



MCCB ( Moulded Case Circuit Breaker ) MCCB dibagi 2 jenis yaitu : a.



Tipe “Moulded Case”



b.



Tipe “Air Break” Komponen “Moulde Case” breakers berisikan material-material penyekat (Insulating



Materials). Beraker tipe initersedia pada rating arus di atas 3200 A. pada “Air Breaker” tidak terdapat bahan penyekat seperti pada “Moulded Case”, dan biasa diproduksi untuk rating di atas 6300 A. di samping konstruksinya, MCCB juga diklarifikasikan tergantung design, dengan prinsip “Current Zero Breakers” dan “Current Limiter”. Current Zero Breakers bekerja dengan prinsip Switching ARC pada transisi nilai nol secara alami pada arus AC. Kuat medan elektromagnetik dimanfaatkan untuk mengerjakan kontak saat terjadi Short Circuit, dan kontak tidak dapat kembali pada posisi semula sebelum arus hubung singkat dilepaskan. Semua bagian kontak yang ada pada MCCB ini harus mampu dialiri oleh arus maksimum short circuit. Current Limiter adalah fast acting Circuit Breaker yang bekerja sebelum dicapai arus maksimum. Arus maksimum Short Circuit Ip dibatasi untuk meng-Cut-Off arus ID. MCCB (Molded-case circuit Breaker) Merupakan alat proteksi jaringan distribusi listrik tenaga rendah yaitu proteksi hubung singkat dan beban lebih, pada MCCB terdapat dua jenis pengaman yaitu pengaman thermis dan pengaman magnetis. Perbedaan dua pengaman ini dengan pengaman yang ada pada MCCB adalah, pada MCCB mempunyai kapasitas tegangan dan arus yang lebih tinggi, sedangkan pada MCCB mempunyai kapasitas pemutus tegangan atau arus yang lebih rendah. MCMCCB mempunyai rating arus yang lebih rendah. MCCB mempunyai rating arus yang nominal 16A-3200A dengan Breaking capacity dapat melampaui 35000A.



7







LBS ( load break switch) Berupa pemutus mekanis yang dapat bekerja di bawah kondisi normal, dapat



menghubungkan, melajukan, dan memutuskan arus termasuk overload. Alat ini juga bekerja abnormal pada kondisi short circuit, dan harus mampu melajukan arus dalam waktu yang lama. Pemutus beban biasa dikenal dengan nama LBS. Dan kadang-kadang disebut juga IS (Interupting Switch). Berbeda dengan pemutus tenaga, ia tidak mempunyai kemampuan untuk memutus arus hubung singkat. LBS hanya mampu memutus arus beban sesuai dengan kapasitas pengenalnya. LBS juga mampu memikul arus hubung singkat dalam skala besar dan dalam jangka waktu yang lama. Arus pengenala LBS mencapai 1200 Ampere, tetapi yang biasa digunakan dalam saluran udara adalah 200 A, 300 A, 400 A, dan 600 A. Kemampuan arus pengenal ini disamping merupakan besar arus maksimum yang secara terus –menerus dapat dipikul, juga menunjukkan besar arus maksimum yang dapat diputus. 



Fuse Ada beberapa macam jenis fuse, diantaranya adalah :



1. Disconnector Fuse Sebuah disconnector yang dihubungkan serie dengan satu atau lebih fuse yang dipasang pada salah satu atau pada setiap kawat fasa. 2. Switch Fuse LBS yang dihubungkan serie dengan satu atau lebih fuse yang dipasang pada salah satu atau pada setiap kawat fasa. 3. Switch Disconnector fuse Berupa switch disconnector yang memiliki fuse dihubungkan serie pada salah satu atau pada setiap kawat fasa. Switch disconnector dan fuse dibuat dalam satu unit. 4. Fuse Disconnector Disconnector yang memiliki sebuah fuse link/fuse carrier yang ditempatkan pada bagian kontak yang bergerak. 5. Fuse Switch LBS yang memiliki sebuah fuse link/fuse carrier yang ditempatkan pada bagian kontak yang bergerak. 6. Fuse Switch Disconnector



8



Switch Disconnector yang memiliki sebuah fuse link/fuse carrier yang ditempatkan pada bagian kontak yang bergerak.



Bagian dari standar IEC 947 dan DIN VDE 0660 untuk LV



IEC Circuit Breaker



DIN VDE 0660



947-2



101



947-3



107



Contactor dan Motor Starter



947-4-1



102



Electromechanical Control Devices (control Switch)



947-5-1



200



Proximity Switch



947-5-2



208



Automatic System Selector Switches



947-6-1



114



Load



Break



Switches,



Disconnector,



Switch



Disconnector, Fuse Combination Unit



2.2.2 Switchgear MV Pada switchgear MV terdapat beberapa komponen didalamnya, yaitu :  Pemutus (PMT) : PMT atau alat yang disebut Circuit Breaker merupakan suatu alat yang di operasikan pada keadaan berbeban yang berfungsi sebagai pemutus arus gangguan serta penyambung dan pemutus arus .  Pemisah (PMS) : PMS atau Disconnection Switch merupakan suatu alat yang di operasikan pada keadaan tanpa beban yang fungsinya sebagai penyambung dan pemutus arus, dimana pada PMS ini tidak memiliki kemampuan sebagai pemutus arus gangguan dan pemadam busur api.  Load Break Swicth ( LBS) : LBS ini berfungsi untuk memutuskan arus beban akan tetapi tidak memiliki kemampuan sebagai pemutus arus gangguan. Pada LBS memiliki pemadam busur api yaitu menggunakan gas SF6.  Sekring Tenaga (Power Fuse): Sekring tenaga atau power fuse ini disebut juga pengaman lumer yang berfungsi sebagai pengaman terhadap hubung singkat dan beban lebih. Konstruksinya jauh lebih sederhana dari pemutus beban, tetapi kemampuannya sama dengan gabungan antar pemutus beban dan relay. Kerugiannya dari Sekering ini adalah tidak dapat memutuskan ketiga fasa secara bersama-sama dan harus diganti dengan yang baru setiap kali putus.  Load break fused cut out (FCO) : Fused cut out (FCO) biasanya digunakan untuk mengamankan dan memisahkan transformator atau percabangan jaringan tidak dapat 9



digunakan untuk memutus beban kecuali telah dimodifikasi dengan dilengkapi peluncur busur api dan ruang pemutus busur. Peluncur busur ini biasa disebut juga “kuping gajah”, dimana peluncur busur ini memiliki fungsi yang sama seperti circuit breaker udara magnetik atau pemutus beban udara. FCO ini dioperasikan dengan menggunakan tongkat pengait yang konvensional. FCO atau CO tanpa peluncur busur api dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut load break tool.



2.3 Sistem Pengaman



Proteksi harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity. Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating). 2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan peralatan bekerja 3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar. 4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi. 5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.



Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus. Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.



10



Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem proteksi yang efektif yaitu : a. Selektivitas dan Diskrimanasi, efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan system dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja. b. Stabilitas, sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi (gangguan luar). c. Kecepatan Operasi, sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kerusakan peralatan. d. Sensitivitas (kepekaan), yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus). e. Pertimbangan ekonomis, dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. f. Realiabilitas (keandalan), sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation). g. Proteksi Pendukung, proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama. Selain itu pentahanan peralatan juga sangat penting untuk menghindari kemungkinan timbulnya gangguan. Pengetanahan peralatan adalah pengetanahan bagian dari peralatan yang dalam keadaaan bekerja tidak dilalui oleh arus . Tujuan dari pengetanahan peralatan:  Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi manusia dalam daerah tersebut.  Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau keadaan bahaya.



11



 Untuk memperoleh impedansi yang rendah/kecil dari jalan balik arus hubung yang singkat ke tanah. Pengukuran tahanan jenis tanah:  Metode 4 elektroda  Metode 3 Elektroda  MCB → PPOS ( Pengamanan dengan Pemutus Otomatis dari Supply)



Macam-macam pentanahan :  TT Sistem/PP (Pentanahan pengaman)  TN Sistem/PNP (Pentanahan Netral Pengaman)  Sistemnya ditanahkan  Badan peralatan dihubungkan dengan hantaran netral Macam system TN: 



TN sistem dengan hantaran netral yang berfungsi sebagai hantaran pengaman di seluruh system.







TN sistem dengan hantaran netral dan hantaran pengaman sendiri-sendiri di seluruh system, disebut juga system 5 kawat.







TN sistem dengan hantaran netral yang sekaligus berfungsi sebagai hantaran pengaman di sebagian sistem.







IT Sistem  Sistemnya tidak ditanahkan (I)  Badan peralatan/instalasi ditanahkan (T)



2.4



Instrumentasi Transformator dan meteran 



Current Transformer (CT) Current transformer (CT) yang dalam bahasa Indonesia berarti transformator arus memiliki fungsi untuk menurunkan arus yang besar pada primer menjadi arus yang kecil pada sisi sekunder. Penurunan arus ini dimaksudkan agar paralatan–peralatan proteksi dan pengukuran dapat menerima besaran arus yang sesuai dengan kemampuan peralatan–peralatan tersebut, karena pada jaringan distribusi 20 kV, arus yang mengalir ke beban akan sangat besar, oleh karena arus harus diturunkan. Pada penginstalasiannya, CT dipasang seri terhadap jaringan, kumparannya menggunakan penghantar dengan penampang besar dan lilitannya sedikit. CT harus 12



mampu dilewati arus normal dalam waktu yang lama tanpa mengalami kerusakan atau penurunan kualitas, dan mampu bertahan dialiri arus hubung singkat selama beberapa saat. Pengukuran dan pengamanan dengan CT akan menggunakan sistem pembanding. Misalnya sebuah CT memiliki perbandingan 500/5 A, apabila pada sekunder terdeteksi arus sebesar 6 A, maka arus pada primer adalah sebesar : Ip = 6 x 500/5 = 600 A Pada hasil perhitungan dapat terlihat bahwa dengan arus sekunder berubah walupun sedikit, berarti pada primer telah terjadi perubahan arus yang cukup besar. Berdasarkan standar ANSI C57.13, ketelitian transformator arus berdasarkan fungsinya dibagi atas dua macam,yaitu : 1. Trafo arus yang digunakan untuk relay proteksi. 2. Trafo arus yang digunakan untuk pengukuran. Perbedaan CT untuk proteksi dan pengukuran terdapat pada karakteristik hubung singkatnya. 



Voltage Transformer (VT) Transformator tegangan atau sering disebut VT (Voltage Transformer) atau PT (Potensial Transformer) digunakan untuk menurunkan tegangan menegah atau tinggi menjadi tegangan rendah. Penurunan tegangan ini dimaksudkan untuk pengukuran, karena tidak mungkin langsung melakukan pengukuran pada tegangan 20 kV. Sama seperti CT, pengukuran menggunakan VT juga akan menggunakan sistem perbandingan. Berdasarkan konstruksinya, VT dibagi menjadi dua jenis, yaitu : - VT satu fasa - VT dua fasa VT satu fasa hanya memiliki satu kumparan primer, sedangkan VT dua fasa memiliki dua kumparan primer dan sekunder yang biasanya dihubung open delta. Sambungan VT yang biasanya digunakan adalah :



Hubungan open delta



Hubungan bintang



13



Hubungan ini digunakan sesuai dengan sistem pengukuran yang dilakukan. 



Metering Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur analog maupun digital. Alat ukur analog berdasarkan prinsip kerjanya bisa berupa alat ukur kumparan putar, thermocouple, besi putar, elektro dinamis, induksi, atau elektro statis. Bila menggunakan alat ukur digital, maka hanya dengan menggunakan satu alat ukur akan dapat mencakup Voltmeter, Amperemeter, Wattmeter, VARmeter, CosØmeter, KWhmeter, KVARhmeter. Alat ukur digital memiliki keuntungan lain, yaitu lebih akurat, terutama pada sistem daya yang banyak terdapat harmonic karena meningkatnya penggunaan beban elektronik. Metode pengukuran analog merespon terhadap harga rata-rata dari bentuk gelombang input, hal ini hanya efektif bila bentuk gelombangnya mendekati sinusoida murni. Pengukuran dengan alat ukur digital menggunakan teknik pengukuran RMS (Root Mean Square) sebenarnya yang dapat melakukan pengukuran dengan akurat dengan adanya harmonic sampai harmonic ke 15. Jenis-jenis sistem pengukuran sebagai berikut : a) Pengukuran satu fasa. b) Pengukuran tiga fasa 3 kawat beban seimbang atau tidak seimbang. c) Pengukuran tiga fasa 4 kawat beban seimbang atau tidak seimbang.



Contoh hubungan alat ukur analog :



v



Pengawatan sebuah volt meter dengan VSS



14



A



A



A



Pengawatan Ampere meter menggunakan 3 CT



Peralatan Pengukuran lainnya yang digunakan pada panel TM biasanya adalah : -



Voltmeter



-



Amperemeter



-



Frekuensi meter



-



Hourmeter



-



Cos Ø meter



Setiap alat ukur memerlukan konsumsi daya yang berbeda – beda, dan penghantar yang digunakan juga mengkonsumsi daya karena memiliki rugu – rugi. Konsumsi daya ini perlu diperhatikan untuk menentukan CT dan VT yang akan digunakan. Berikut merupakan konsumsi daya dari alat ukur dan penghantar (Switch Gear Manual 8th edition, Asea Brown Boveri, 1988, 597) Power consumptions per Instruments



Current path Voltage path VA



VA



Ammeter



0,3 – 3



-



Current recorder



5 – 10



-



Voltmeter



-



1,5 – 7



Voltmeter recorder



-



10 – 20



Voltage range recorder



-



18



Wattmeter



1–3



0,5 – 20



Power recorder



1,5 – 10



1,3 – 12



P.f. meter



1,5 – 6



0,5 – 4



P.f. meter with alternating



5 – 15



3,3 – 8



P.f. recorder



6 – 14



10 – 12



Frequency meter



-



1–3



15



Frequency recorder



-



10 – 13



Time recorder



-



0,6 – 4



Electric drive for paper feed



-



3 – 25



Zero-voltage indicator



-



15



Synchroscope



-



15 – 22



Meter (counter)



0,17 – 3



0,85 – 5



Voltage transduncer



-



1–3



Currnet transduncer



0,5 – 3



-



Power transduncer



0,5 – 1



1 – 15



P.f. transduncer



0,5



2,5



Multi transduncer



0,1 – 0,5



0,02



Konsumsi daya penghantar pengukuran tembaga untuk panjang 1 m dan 5ª 1,5 mm2



0,29 VA



6 mm2



0,07 VA



2,5 mm2



0,18 VA



10 mm2



0,044 VA



4 mm2



0,11 VA



16 mm2



0,001 VA



2.5 SISTEM REL Berdasarkan konstruksinya, system rel bus-bar dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Single Bus-Bar (Rel Tunggal) -



Standart 



REL



Untuk Gardu Induk



CT



PMS



PMS



PMT



PMT



PT



TRAFO



Incoming Feeder



16







Untuk Gardu Distribusi REL



CT



LBS FLBS



PMT



TRAFO



PT Incoming Feeder



-



Rel Tunggal dengan Pemisah (PMS) Bagian REL PMS



LBS



PMT



LBS FLBS



TRAFO Incoming Feeder



-



Incoming Feeder



Rel Tunggal dengan Pemutus (PMT) Bagian REL PMT



PMT LBS



LBS FLBS



TRAFO Incoming Feeder



Incoming Feeder



17







Kelebihan







1.



sederhana



2.



biaya investasi relative murah



3.



mudah dalam pengoperasian



Kelemahan 1.



kurang handal



2.



daya terbatas



2. Multiple Bus-Bar (Rel Ganda) -



Standart I



PMT



II PMS



PMT



PMT



CT PT Incoming Feeder



-



TRAFO



Rel Ganda Duplikat (4 Bagian) PMT



I



PMT PMT II



PMT PMS



PMT



PMT



CT



CT



PT Incoming Feeder



PMT



PMT



PT TRAFO



TRAFO



Incoming Feeder



18



-



Rel Ganda 1,5 PMT Incoming Feeder



Incoming Feeder



I PMS



PMT



II



TRAFO



-



TRAFO



Rel Ganda 2 PMT Incoming Feeder



I



PMS



PMT



II



TRAFO











Kelebihan : 1.



Handal



2.



Daya yang dipikul besar



Kelemahan 1.



3.



Biaya investasi besar



Rel Tertutup 19



Incoming Feeder



Incoming Feeder



PMS TRAFO PMT



TRAFO



TRAFO



Incoming Feeder



2.6



TRAFO



Incoming Feeder



Emergency Power Suply Emergency supply adalah suatu tenaga listrik yang diberikan kepada beban apabila



aliran listrik dari PLN terputus. Biasanya tenaga listrik itu disupply oleh genset dan UPS. Dan beban yang disupply oleh genset atau UPS adalah beban yang vital saja. UPS adalah suatu alat yang berfungsi sebagai buffer antara power suplai dengan peralatan elektronik yang kita gunakan seperti komputer, printer, modem, dsb. Bila ada gangguan, atau dengan kata lain suplai daya terputus, maka UPS akan segera bekerja dalam waktu sesingkat mungkin sehingga peralatan elektronik yang kita miliki tidak mengalami kerusakan. Dalam hal ini UPS berfungsi sebagai suplai daya baru (backup dari suplai daya utama). UPS mendapatkan daya dari sumber tegangan listrik atau battery, serta mengkondisikan tegangan dan membuat tegangan yang masuk kebeban kritis tetap bersih dan stabil. Ketika disupplay oleh sumber tegangan listrik, ups membersihkan noise dan lonjakan dari tegangan listrik dengan efisiensi yang tinggi dari AC-ke-AC bila supplay listrik dari PLN padam, UPS seara otomatis akan mengambil daya dari battery cadangan dan mensupplay kebeban kritis tanpa interupsi.



20



FILTER AND SURGE SUPRESSOR



BATERRY BACK UP



BI-DIRECTIONAL CONVERTER



ISOLATION TRANSFORMATOR



AC INPUT



LOAD



SERIES UPS



gambar.1. system block diagram UPS



Komponen utama dari sebuah UPS adalah : 



Baterei Jenis baterei yang digunakan adalah jenis lead-acid (tegangan nominal 2,0 V per sel) dan jenis nikel-cadmium (tegangan nominal 1,2 V per sel). Baterei ini mampu menjadi sumber tegangan cadangan selama 15-30 menit.







Rectifier (penyearah) Berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi arus DC dari suplai daya untuk mengisi baterei.







Inverter Berfungsi untuk mengubah arus DC dari bateri menjadi arus AC ke peralatan yang dilindungi oleh UPS.



Gambar 3



21



Macam UPS berdasarkan cara kerjanya : 1. Line Interactive UPS Pada UPS jenis ini diberi tambahan alat AVR (automatic voltage regulator) yang berfungsi mengatur tegangan dari suplai daya ke peralatan. 2. On-Line UPS Pada UPS jenis ini terdapat 1 rectifier dan 1 inverter yang terpisah. Hal ini lebih mahal apabila dibandingkan dengan dua jenis UPS lainnya. Dalam keadaan gangguan, suplai daya ke rectifier akan diblok sehingga akan ada arus DC dari baterei ke inverter yang kemudian diubah menjadi AC. 3. Off-Line UPS UPS jenis ini merupakan UPS paling murah diantara jenis UPS yang lain. Karena rectifier dan inverter berada dalam satu unit. Dalam keadaan gangguan, switch akan berpindah sehingga suplai daya dari suplai utama terblok. Akibatnya akan mengalir arus DC dari baterei menuju inverter. Genset adalah sistem pembangkit listrik tenaga diesel ini menggunakan generator dengan sistem penggerak tenaga diesel atau yang biasa disebut dengan sebutan Genset (Generator Set). PLTD ini merupakan pembangkit tenaga listrik yang ada di industri dan tenaga listrik ini digunakan untuk cadangan apabila supply dari PLN padam, baik itu akibat drop tegangan maupun hal-hal yang bersifat teknis seperti halnya bila ada pemadaman listrik dari PLN yang biasanya sudah dikonfirmasikan terlebih dahulu. Sistem-sistem dalam mesin diesel/engine adalah: a. sistem starting Sistem starting adalah proses untuk menghidupkan/menjalankan mesin diesel. Ada 3 macam sistem starting yaitu: 1.



Sistem Star Manual



2.



Sistem Start Elektrik



3.



Sistem Start Kompresi



b. sistem bahan bakar c. sistem udara dan gas buang d. sistem pendingin Sistem Pendingin pada mesin diesel dan generator harus diperhatikan dengan seksama karena merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang kinerja dari 22



genset dan juga akan menentukan kualitas dari sistem pembangkit. Secara umum fungsi dari sistem pendinginan terdiri dari 3 macam, yaitu: 1. Pendingin oli 2. Pendingin mesin 3. Pendingin udara 2.7 Instalasi Gardu Distribusi 2.7.1. Pengertian. Gardu induk adalah suatu instalasi, terdiri dari peralatan listrik yang berfungsi untuk: 1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ke tegangan tinggi yang lainnya atau ke tegangan menengah. 2. Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan pengamandari sistem tenaga listrik. 3. Pengaturan daya ke Gardu-Gardu Induk lain melalui tegangan tinggi dan GarduGardu Distribusi melalui feeder tegangan menengah. 2.7.2. Klasifikasi Gardu Listrik. Klasifikasi Gardu Listrik dapat dibedakan menurut dua hal : 2.7.2.1 Menurut lokasi dan fungsi/peranannya. Menurut lokasinya di dalam sistem tenaga listrik, fungsi dan tegangannya



(tinggi,



menengah atau rendah) maka Gardu Listrik dapat dibagi :



1. Gardu Induk. Adalah Gardu Listrik yang mendapatkan daya dari saluran transmisi atau sub transmisi suatu sistem tenaga listrik untuk kemudian menyalurkannya ke daerah beban (industri, kota dsb) melalui saluran distribusi primer. 2. Gardu Distribusi. Adalah Gardu Listrik yang mendapat daya dari saluran distribusi primer yang menyalurkan tenaga listrik ke pemakaian dengan tegangan rendah. 2.7.2.2 Menurut penempatan peralatannya. Menurut penempatan peralatannya, Gardu Listrik dapat dibagi : 1.



Gardu Induk pasangan dalam. Gardu Induk dimana semua peralatannya (switch gear, isolator dan lain sebagainya) di pasang di dalam gedung/ruang tertutup.



2.



Gardu Induk pasangan luar.



23



Gardu Induk dimana semua peralatannya (switch gear, isolator dan lain sebagainya) di tempatkan di udara terbuka.



2.7.3. Petunjuk Pengusahaan Gardu Induk 2.7.3.1.



Persiapan Pengusahaan.



1. Pengopersaian Gardu Induk yang baru selesai dibangun. Sebelum Gardu Induk diberi tegangan dan dibebani, lebih dahulu harus dinyatakan oleh regu pemeliharaan (yang memasang dan mgetest) bahwa Gardu Induk telah siap dioperasika. a. Semua peralatan Semua peralatan (Trafo tenaga, PMT, Sumber erus searah dan sebagainya) telah memenuhi syarat untuk dioperasikan (lihat buku petunjuk pengusahaan alat-alat tersebut). b. Rele Apakah setting rele sudah sesuai dengan yang ditentukan. c.



Komunikasi Sistem komunikasi yang ada harus dalam keadaan siap untuk dipakai.



d. Peralatan pemadam kebakaran Peralatan pemadam kebakaran (tabung pemadam kebakaran dan pasir), apakah sudah memenuhi syarat. e.



Pemeriksaan umum Kawat tanah pengaman apakah sudah dibebaskan. - Peralatan kerja tidak mengganggu operasi dan sudah disimpan pada tempatnya. - Rambu-rambu peringatan telah dipersiapkan.



f. Laporan siap operasi Setelah pemeriksaan persiapkan dilakukan, maka segera melaporkan kepada Piket bahwa Gardu Induk siap untuk dioperasika.



2. Pengoperasikan kembali Gardu Induk yang hubung singkat akibat gangguan. a.Segera lapor ke Piket saat setelah Gardu Induk hubung singkat akibat gangguan. b. Kabel, SUTM, beban, capasitor (kalau ada) dan trafo tenaga dikeluarkan. c. Rail tegangan tinggi dibebaskan dari tegangan (bila perlu). d. Mencatat rele-rele yang bekerja dan mereset kembali. e. Pemeriksaan secara visuit dari peralatan yang ada di switch yard. 24



f. Laporan keadaan Gardu Induk kepada Piket. g. Pemberian tegangan kembali dilakukan setelah ada perintah dari piket.



2.7.3.2. Cara Mengoperasikan/Menjalankan Apabila syarat-syarat tersebut pada butir 1.1 dan 1.2 sudah dipenuhi dan dengan perintah Piket dilaksanakn sebagai berikut : 1. Pemasukan tegangan dari SUUT ke rail. - Keluarkan PMS tanah. - Masukkan PMS rail. - Masukkan PMS penghantar. - Masukkan PMT penghantar. - Bila ada kelainan segera melapor kepada Piket 2. Pemberian tegangan rail. - Keluarkan PMS tanah. - Masukkan PMS penghantar. - Masukkan PMS rail. - Masukkan PMT penghantar. 3. Interkoneksi dengan system lain. a. Paralel pada rail. Setelah rail I dan II bertegangan dari dua system yang berlainan (cara pemasukkan tegangan masing-masing seperti 2.1.) dan apabila akan diparalel, sesuai dengan perintah Piket maka dilakukan dengan urutan-urutan sebagai berikut : - Masukkan PMS rail I dari PMT koppel. - Masukkan PMS rail II dari PMT koppel. - Setelah syarat paralel dipenuhi (tegangan sama, frekwensi sama dan phasa/urutan phasa sama), masukkan PMT koppel. b. Paralel pada penghantar. Setelah rail I dan/atau rail II bertegangan (cara pemasukkan tegangan masing-masing seperti 2.1.) dari satu system dan salah satu penghantar telah pula bertegangan dari system lain, dan apabila akan diparalel sesuai dengan perintah Piket, maka dilakukan dengan urut-urutan sebagai berikut:



- Masukkan PMS rail I atau II dari PMT penghantar yang bersangkutan. - Masukkan PMS penghantar dari PMT penghantar diatas. 25



- Setelah syarat paralel dipenuhi (bertegangan sama, frekwensi sama dan phasa/urutan phasa sama), masukkan PMT penghantar. 4. Pemberian tegangan pada trafo tenaga. -Jalankan transformator tenaga (cara menjalankan lihat buku petunjuk pengusahaan trafo). - Masukkan PMS rail tegangan menengah. - Masukkan PMS tegangan menengah sebelah trafo. - Masukkan PMT rail tegangan menengah. 5. Pembebanan trafo tenaga. - Keluarkan PMS tanahnya. - Masukkan PMS rail. - Masukkan PMS kabel. - Masukkan PMT kabel.



26



BAB III DESKRIPSI DAN RUANG LINGKUP PROYEK



3.1 Deskripsi Kerja 1. Sebagai sumber daya utama dilayani oleh PLN tegangan menengah 20 kV. 2. Sumber PLN tersebut masuk ke panel tegangan menengah ( MVMDP ) 3. Dari MVMDP di teruskan ke panel distribusi tegangan rendah ( LVMDP ) melalui dua buah trafo daya . 4. Gardu ini dirancang dengan menggunakan dua buah trafo tersebut dirancang untuk bekerja sendiri-sendiri ,dimana dalam kondisi tertentu dimana : a. Bila salah satu trafo daya mengalami gangguan , maka trafo daya yang tidak terganggu dapat memikul sebagian beban bari trafo yang mengalami ganguan , hal ini dilakukan secara manual b. Dalam keadaan normal dapat dioperasikan secara paralel dengan secara manual . 6. Out going feeder dari LVMDP-T1 , dihubungkan langsung ke sub-distribusi panel ( SDP ) di lokasi lantai yaitu SDP-1.1, SDP-1.2, SDP-1.3, SDP-ME , SDP-K dan LP-GF . 7. Dan out going feeder LVMDP-T2, di instalasi langsung ke SDP-1.4, SDP-1.5, SDP-1.6, SDP 1.7, SDP-M, dan SDP –PL . 8. Bila listrik PLN mati atau ada gangguan , setengah beban terpasang akan dilayani oleh sebuah system generating set / Genset ( Diesel emengency ) yang diopeasikan secara otomatis dalam waktu antara 2 – 3 detik. 10. Pada saat dilayani oleh Genset , tiba-tiba sumber dari PLN hidup kembali , besamaan dengan itu Genset akan mati secara otomatis dan pelayanan beban kembali dilakukan oleh PLN secara penuh . 11. Khusus untuk beban SDP-M , bila PLN mati beban akan dilayani oleh Batrre yang beroperasi secara otomatis (UPS) tanpa ada selang waktu. Dan sebaliknya pada saat dilayani oleh Battre tiba-tiba PLN hidup kembali atau Genset telah hidup , maka beban akan dilayani oleh Genset atau PLN kembali. 3.2 Ruang Lingkup Proyek Ruang lingkup dari proyek ini meliputi : 1. Perancangan



instalasi



MVMDP



(Bus-bar,



Switchgear



and



protection



dan



Switchgear



and



protection



dan



instrumentation) 2. Perancangan instalasi transformator daya 3. Perancangan



instalasi



LVMDP



(Bus-bar,



instrumentation) 4. Perancangan Sumber Daya Cadanga dan AMF panel 5. Perancanga lay out ruang gardu dan genset.



27



Rekapitulasi Beban (Trafo Daya 1) NO GEDUNG



NAMA PANEL



01 02 03 04 05 06



SDP-1.1 SDP-1.2 SDP-1.3 SDP- ME SDP- K SDP- GF



Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 1 Lantai 2 Ground floor



TOTAL DAYA TERPASANG ( KVA ) 110 120 115 30 40 15



KETERANGAN



Rekapitulasi Beban (Trafo Daya 2) NO GEDUNG



NAMA PANEL



01 02 03 04 05



SDP-1.4 SDP-1.5 SDP-1.6 SDP- M SDP 1.7 SDP- PL



Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6 Lantai 5 Lantai 8 Penerangan Luar



TOTAL DAYA TERPASANG ( KVA ) 110 140 100 25 300 12



KETERANGAN



28



BAB IV PERANCANGAN PROYEK 4.1 Gambar-gambar Perancangan Untuk gambar-gambar perancangan pada : a. Gambar MVMDP - Single line diagram - Three line diagram - Panel ( fron view, side view ) b. Instalasi Transformator c. Gambar LVMDP - Single line diagram lengkap - Panel ( fron view dan side view ) d. Gambar layout ruang gardu e. Gambar layout ruang genset f. Gambar AMF - Single line diagram - Gambar diagram kontrol - Panel AMF g. Gambar diagram kontrol Batrre Emergency



29



30



31



32



33



34



35



36



37



38



39



40



41



CONTROL PLC 42



4.2 Pemilihan dan penghitungan komponen Pemilihan dan perhitungan komponen utama meliputi : a. Transformator Daya b. Switch Gear c. Sistem Rel ( BusBar) d. Instrumentasi dan proteksi e. Instalasi



a. TRAFO DAYA Pada perancangan ini menggunakan dua buah trafo untuk menurunkan tegangan dari tegangan menengah 20KV menjadi tegangan rendah 380 / 220 V. Dimana trafo ini melayani beban yang memilliki kapasitas daya yang berbeda maka pada perancangan gardu distribusi 20 KV HOTEL DEPOK menggunakan 2 buah trafo.



Pada trafo 1



digunakan untuk melayani instalasi pada lantai 1,2,3 dan bawah tanah . Sedangkan pada trafo 2 digunakan untuk melayani instalsi lantai 4,5,6,7 dan penerangan luar. Rating KVA, Rating tegangan dan ratio, impedansi level isolasi ,merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan trafo. Adapun dalam memilih trafo daya ini harus memperhatikan bebarapa hal antara lain:



1. Tegangan Sisi Primer UN1(KV)



Sisi Skunder UN2(KV) 0.23, 0.4, 0.525, 3.15, 1, 3, 5, 6, 10, 15, 20 6.3 - 20 / 0,4 KV (dipakai untuk umum) -



20 / 6,3 KV (dipakai untuk industri)



2. Frekuensi = 50Hz 3. Daya Transformator Rated Power (KVA)



Rated Voltage impedance (%)



50, 75, 100,125,150,200,315,400,500,630



4%



250, 315, 400,500, 630, 800, 1000,1250, 1600



6%



43



4. Koneksi



5. Cooling Sistem Pendinginan ada dua macam, yaitu pendinginan secara alami atau secara paksa. Jenis transformator ada dua, yaitu: -



Transformator kering



-



Transformator terendam minyak



Minyak berfungsi untuk : - Pendinginan - Penyekat - Pemadam Busur Api MEDIA



MACAM



DI DALAM TRAFO



DI LUAR TRAFO



PENDINGIN



Sirkulasi



Sirkulasi



Sirkulasi



Sirkulasi



*



Alamiah



Paksa



Alamiah



Paksa



1.



AN



-



-



Udara



-



2.



AF



-



-



-



Udara



3.



ONAN



Minyak



-



Udara



-



4.



ONAF



Minyak



-



-



Udara



5.



OFAN



-



Minyak



Udara



-



6.



OFAF



-



Minyak



-



Udara



7.



OFWF



-



Minyak



-



Air



8.



ONAN/ONAF



Kombinasi 3 dan 4



9.



ONAN/OFAN



Kombinasi 3 dan 5



10.



ONAN/OFAF



Kombinasi 3 dan 6



11.



ONAN/OFWF



Kombinasi 3 dan 7



No.



SISTIM



44



6. Konstruksi 7. Kelas isolasi



- Transformator Daya I Total Daya pada 7 Feeder yang tehubung pada beban = 430 KVA,  Spare 1 = 100 KVA 



Spare 2 = 100 KVA







Spare 3 = 100 KVA



½ Total daya pada Trafo 2 = 443,5 KVA Total Daya pada 3 Feeder Cadangan = 300 KVA Total Daya pada Trafo 1 = 430 + 300 + 443,5 =1173,5 KVA x faktor(0,7) = 821,45KVA = 1000 KVA - Transformator Daya II Total Daya pada 5 Feeder yang tehubung pada beban = 687 KVA 



Spare 1 = 100 kVA







Spare 2 = 100 kVA



½ Total daya pada Trafo 1 = 365 KVA Total Daya pada 2 Feeder Cadangan = 200 KVA Total Daya pada Trafo 2 = 687 + 200 + 365 = 1252 KVA x faktor (0,7) = 876,5KVA = 1000KVA - Trafo diparalel Pada rancangan gardu distribusi ini dalam keadaan normal trafo dapat dioperasikan secara parallel, maka perlu dihitung besarnya daya yang dipikul oleh masing-masing trafo adalah: T1= PN1 = 1000 KVA, UKN1 = 6 % PN2 = 1000 KVA, UKN2 = 6% PL = 821 KVA +877 KVA = 1698 KVA Ukd = PN1 + PN2 = 1000 + 1000 ×100% = 6 % PN1 + PN2 1000+ 1000 UKNI UKN2



6%



6%



P1 = 1000 . (1698) (6 / 6) = 849 KVA ( 96 %) 2000 P2 = 1000 . (1698) (6 / 6) = 849 KVA ( 96 %) 2000 45



Berdasarkan perhitungan di atas maka dipilih trafo dengan daya 1000 KVA, tetapi karena pertimbangan untuk perkembangan dimasa yang akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan beban saat full load (100%) maka trafo yang dipakai adalah :  Type transformator



: Pasangan dalam



 Rating KVA



: 1000KVA



 Rasio tegangan



: 20/0,4 KV



 Type pendingan



: ONAN



 Temperature



: 650 C



 Class isolasi



:A



 Hubungan lilitan



: Dyn5



 Type lilitan Primer



: Tipe Crossover



Sekunder



: Tipe Spiral



 Tegangan hub singkat trafo



:6%



 Type tank



: Radiator tanks



 Rating arus Primer



: 57,73 A



Sekunder



: 2,8 KA



 Rugi-rugi transformator Rugi Besi



: 3000 W



Rugi Tembaga



: 22000 W



 Effisiensi pada cos Ø 1 Beban 100%



: 98,75%



Beban 75%



: 98,98%



 Volume minyak



: 1200 Ltr



 Dimensi transformator Panjang



: 1800 mm



Lebar



: 1070 mm



Tinggi



: 1730 mm



 Berat Trafo



: 2860 Kg



 Tingkat kebisingan



: 58 DB



46



b. SWITCHGEAR DAN PENGAMAN a. Switchgear Pada setiap bagian MVDP, baik incoming, metering, dan outgoing, sebagai switchgear kami gunakan Fuse Load Break Switch (LBS). 1. Rating Pengaman pada Metering MVDP Trafo tegangan berfungsi untuk step down tegangan guna pengukuran. Bebannya dapat berupa alat-alat metering, lampu tanda, sensor under voltage, dan komponen lain. Digunakanlah LBS berkapasitas 10A. Daya yang terpasang sengaja dilebihkan guna persediaan cadangan untuk pengembangan di masa yang akan datang. Jadi daya terpasang pada metering adalah : S = 3 x 20 kV x 10 = 346.41 KVA Pemilihan FLBS = (Merlin Gerin 24KV, In = 10A, Ith = 0.8KA, Class = 0.5, 5P15) 2. Rating Pengaman pada Incoming MVDP Penentuan rating LBS pada bagian incoming adalah perjumlahan arus untuk beban trafo1, beban trafo2, dan trafo tegangan yakni Daya trafo1 + daya trafo2 + daya metering = (2000 + 2000 + 346,41) =125,61 A 3 x 20 kV



3 x 20 kV



Pemilihan FLBS = (Merlin Gerin 24KV, In = 100A, Ith = 6KA, Class = 0,5) 3. Rating Pengaman pada Outgoing MVDP Karena masing masing trafo dapat dioperasikan secara sendiri-sendiri maka masingmasing trafo diamankan oleh sebuah LBS. Tentunya rating pengaman tiap-tiap LBS berbeda karena daya tarfo pun berbeda. Nilai rating pengaman LBS tersebut adalah Rating FLBS untuk Trafo 1 dan 2 



In FLBS T1&2 = 2000 kVA



= 57,4 A



3 x 20 kV Pemilihan FLBS = (Merlin Gerin 24KV, In = 50A, Ith = 4KA, Class = 0,5, 5P15)



Pada perhitungan mencari arus nominal (In) adalah dengan : 



In =



S (KVA)



(A)



3 x V P = daya terpasang pada beban sudah termasuk perhitungan arus starting bila terdapat beban motor dalam KVA. V = tegangan pada bagian skunder dari trafo dalam KV 47



In = nilai arus dari trafo bagian skunder dalam A (Nilai RMS)



BEBAN PADA TRANSFORMATOR 1 Tabel Uraian Penggunaan Daya Pada Trafo 1 Feeder 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Nama Panel



Untuk Gedung Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 1 Lantai 2 Ground floor Cadangan Cadangan Cadangan



SDP - 1.1 SDP - 1.2 SDP - 1.3 SDP – ME SDP – M SDP – GF -



Total Daya Terpasang (KVA) 110 120 115 30 40 15 100 100 100



Ket.



1. Lantai 1 ( SDP – 1.1 )  Dengan supply genset



: In = 55 kVA = 83,56 A 3 x 380 V



Pemilihan MCCB = ABB A1A100TW = 100A, Breaking capacity 10KA  Dengan supply PLN : In = 110 kVA



= 167,1 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A2A175TW = 175A, Breaking capacity 10KA 2. Lantai 2 (SDP – 1.2) 



Dengan supply genset : In = 60 kVA = 91,2 A 3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A100TW = 100A, Breaking capacity 10KA



 Dengan supply PLN : In = 120 kVA



= 182,3 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A2A200TW = 200A, Breaking capacity 10KA. 3. Lantai 3 (SDP – 1.3) 



Dengan supply genset : In = 57,5 kVA = 87,4 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A100TW = 100A, Breaking capacity 10KA 48







Dengan supply PLN : In = 115 kVA



= 174,7 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A2A200TW = 200A, Breaking capacity 10KA



4. Lantai 1 (SDP - ME) 



Dengan supply genset : In = 15 kVA = 22,7 A 3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A30TW = 30A, Breaking capacity 10KA







Dengan supply PLN : In = 30 kVA



= 45,6 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A060TW = 60 A,Break capacity 10KA.



5. Lantai 2 (SDP – M) 



Dengan supply genset : In = 20 kVA = 30,4 A 3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A40TW = 40A, Breaking capacity 10KA



 Dengan supplt PLN : In = 40 kVA



= 60,8 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A070TW = 70A, Breaking capacity 10KA



6. Ground floor (SDP - GF) 



Dengan supply genset : In = 7,5 kVA = 11,4A 3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A20TW = 20A, Breaking capacity 10KA



 Dengan supply PLN : In = 15 kVA



= 22,8 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A30TW In = 30A, Breaking capacity 10KA.



7. SPARE Sedangkan pengaman MCCB untuk cadangan pada LVMDP1 adalah Spare = Jumlah 3 daya terpasang LVMDP1 49



3 x 380 V = 300KVA = 455,92 A 3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB S7L500/R500 In = 500 A, Breaking capacity 40KA



8. PENGAMAN LV PADA TRANSFORMATOR 1 Dari perhitungan trafo diatas didapat trafo dengan daya 1000 KVA. Sehingga pengaman MCCB pada bagian sekunder low voltage adalah : 



Dengan supply PLN : In = 1000 kVA



= 1519,3 A



3 x 380 V MCCB = ABB S6N1600/R1600 In = 1600A, Breaking capacity 50KA



BEBAN PADA TRANSFORMATOR 2 Tabel Uraian Penggunaan Daya Pada Trafo 2 Feeder Untuk Gedung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6 Lantai 5 Lantai 8 Penerangan Luar Cadangan Cadangan



Nama Panel



Total Daya Terpasang (KVA)



SDP – 1.4 SDP – 1.5 SDP – 1.6 SDP – M SDP – 1.7 SDP – PL2 -



110 140 100 25 300 12 100 100



Ket.



1. Lantai 4 (SDP – 1.4)  Dengan supply genset



: In = 55 kVA = 83,56 A 3 x 380 V



Pemilihan MCCB = ABB A1A100TW = 100A, Breaking capacity 10KA  Dengan supply PLN : In = 110 kVA



= 167,1 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A2A175TW = 175A, Breaking capacity 10KA



50



2. Lantai 5 (SDP – 1.5)  Dengan supply genset



: In = 70 kVA = 106,4 A 3 x 380 V



Pemilihan MCCB = ABB A1A125TW = 125A, Breaking capacity 10KA  Dengan supply PLN : In = 140 kVA = 212,7 A 3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A2A250TW = 250A, Breaking capacity 10KA. 3. Lantai 6 (SDP – 1.6)  Dengan supply genset: In = 50 kVA = 75,9 A 3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A80TW = 80A, Breaking capacity 10KA  Dengan supply PLN atau Genset : In = 100 kVA



= 151,9 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A2A200TW = 200A, Breaking capacity 10KA 4. Lantai 5 (SDP – M)  Dengan supply genset : In = 12,5 kVA = 19 A 3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A20TW = 20A, Breaking capacity 10KA  Dengan supply PLN : In = 25 kVA



= 37.9 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB A1A040TW = 40A, Breaking capacity 10KA . 5. Lantai 7 (SDP – 1.7)  Dengan supply genset



: In = 150 kVA = 227,9 A 3 x 380 V



Pemilihan MCCB = ABB A1A125TW = 250A, Breaking capacity 10KA  Dengan supply PLN : In = 300 kVA



= 455,8 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB S6N630/R630In = 630A, Breaking capacity 35KA



51



6. Penerangan Luar (LP – PL2) 



Dengan supply PLN : In =



12 kVA = 18.23 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB T1B160/R20 In = 20A, Breaking capacity 16KA.



7. SPARE Sedangkan pengaman MCCB untuk cadangan pada LVMDP2 adalah 



Spare



= Jumlah daya terpasang cadangan LVMDP2 3 x 380 V = = 200 KVA



= 304 A



3 x 380 V Pemilihan MCCB = ABB S5N400/R400 In = 400A, Breaking capacity 35KA



8. PENGAMAN LV PADA TRANSFORMATOR 1I Dari perhitungan trafo diatas didapat trafo dengan daya 1000 KVA. Sehingga pengaman MCCB pada bagian sekunder low voltage adalah : 



Dengan supply PLN : In = 1000 kVA



= 1519,3 A



3 x 380 V MCCB = ABB S6N1600/R1600 In = 1600A, Breaking capacity 50KA



f. PERHITUNGAN KONTAKTOR Dalam perhitungan kemampuan kontak sebuah kontaktor dalam mengalirkan beban sebesar 1.1 x dari besar arus nominal beban. 1. Kontaktor untuk trafo 1 In kontaktor di trafo 1 = 1.1 x In = 1.1 x 1519,3 A = 1671,23A Pemilihan kontaktor = (Type LC1BR = 1800A, 500KW) 2. Kontaktor untuk trafo 2 In kontaktor di trafo 2 = 1.1 x In = 1.1 x 1519,3 A = 1671,23 A Pemilihan kontaktor = = (Type LC1BR = 1800A, 500KW) 3. Kontaktor untuk genset In kontaktor di ESDP dan LVMDP = 1.1 x In = 1.1 x 1521,1 A = 1673,21 A Pemilihan kontaktor = = (Type LC1BR = 1800A, 500KW)



52



c. JENIS KABEL Penentuan dan perhitungan jenis kabel berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000) yang mana Kemampuan Hantar Arus adalah 1,25 x In (A). Perhitunganya: Dalam pemilihan jenis penghantar perlu diperhatikan 1. Kemampuan hantar arus 2. kondisi suhu 3. susut tegangan 4. sifat lingkngan kekuatan mekanis



BEBAN PADA TRANFORMATOR 1 Ip = 1000 kVA



= 28,87 A



3 x 20KV KHA dari MVMDP ke trafo 1 = 1,25 x 28,6A = 36,08 A (N2XSY 4 X 2,5 mm2) Is = 1000 kVA



= 1519,3 A



3 x 380V KHA dari trafo ke panel = 1,25 x 1519,3A = 1899,17 A (2 x (N2XSY 2 x 500 mm2) 1. Lantai 1 (SDP – 1.1) Supply PLN



: 1,25 x 168 A = 210 A (NYFGbY 4 x 70 mm2)



Supply Genset



: 1,25 x 0,5 x 168 A = 105 A (NYFGbY 4 x 25mm2)



2. Lantai 2 (SDP – 1.2) Supply PLN



: 1,25 x 183A = 282,5 A (NYYGbY 4 x 70mm2)



Supply Genset



: 1,25 x 0,5 x 183A = 141,25 A (NYFGbY 4 x 35mm2)



3. Lantai 3 (SDP – 1.3) Supply PLN



: 1,25 x 175 = 218,75 A (NYFGby 4 x 70mm2)



Supply Genset



: 1,25 x 0,5 x 175A = 109,37 A 53



(NYFGby 4 x 25mm2) 4. Lantai 1 (SDP – ME) Supply PLN



: 1,25 x 46 = 57,5 A (NYAFGbY 4 x 10mm2)



Supply Genset



: 1,25 x 0,5 x 46A = 28,75 A (NYFGby 4 x 2,5mm2)



5. Lantai 2 (SDP – K) Supply PLN



: 1,25 x 60,7 A = 75,87 A (NYFGbY 4 x 10mm2)



Supply Genset



: 1,25 x 0,5 x 60,7 A = 37,94 A (NYFGby 4 x 4mm2)



6. Ground Floor (SDP – GF) Supply PLN



: 1,25 x 23 = 28,75 A (NYFGbY 4 x 2,5mm2)



Supply Genset



: 1,25 x 0,5 x 28,75A = 14,37 A (NYFGby 4 x 1,5mm2)



7. Spare Supply PLN



: 1,25 x 455,92 A = 569,9 A (NYFGbY 4 x 300mm2)



Supply Genset : 1,25 x 0,5 x 455,92 = 285 A (NYFGbY 4 x 120mm2)



BEBAN PADA TRANSFORMATOR 2 1. Ip = 1000 kVA



= 28,87 A



3 x 20KV KHA dari MVMDP ke trafo 1 = 1,25 x 28,6A = 36,08 A (N2XSY 4 X 2,5 mm2) Is = 1000 kVA



= 1519,3 A



3 x 380V KHA dari trafo ke panel = 1,25 x 1519,3A = 1899,17 A (2 x (N2XSY 2 x 500 mm2)



54



2. Lantai 4 (SDP – 1.4) Supply PLN



: 1,25 x 168 A = 210 A



(NYFGbY 4 x 70mm2) Supply Genset : 1,25 x 0,5 x 168 = 105 A (NYFGbY 4 x 25mm2) 3. Lantai 5 (SDP – 1.5) Supply PLN



: 1,25 x 212,7 A = 265,8 A



(NYFGbY 4 x 95mm2) Supply Genset : 1,25 x 0,5 x 212,7 A = 132,9 A (NYFGbY 4 x 35mm2) 4. Lantai 6 (SDP – 1.6) Supply PLN



: 1,25 x 152 A = 190 A



(NYCWY 4 x 70mm2) Supply Genset : 1,25 x 0,5 x 152 = 95 A (NYFGbY 4 x 16mm2) 5. Lantai 5 (SDP – M) Supply PLN& Genset: 1,25 x 38 A = 47,5 A (NYFGbY 4 x 6mm2) 6. Lantai 7 (SDP – 7) Supply PLN



: 1,25 x 455,8 A = 569,75 A



(NYFGbY 4 x 300mm2) Supply Genset : 1,25 x 0,5 x 455,8 A = 284,875 A (NYFGbY 4 x 120mm2) 7. Spare Supply PLN : 1,25 x 304 A = 380 A (NYFGbY 4 x 185mm2) Supply Genset : 1,25 x 0,5 x 304 A = 190 A (NYFGbY 4 x 70mm2) 8. Penerangan Luar (SDP – PL) Supply PLN



: 1,25 x 18,23 A = 22,78 A



(NYFGbY 4 x 1,5mm2) Supply Genset



: 1,25 x 0,5 x 18,23 A = 11,39 A 55



(NYFGbY 4 x 1,5mm2)



d. PEMILIHAN BUSBAR PEMILIHAN BUSBAR PADA LVMDP1 Besar arus yang mengalir adalah sebesar 1519,3 A maka digunakan busbar yang memiliki max rated current sebesar 2000A pada katalog (TS Switchgear LoadMaster In = 1600A, Alumunium BCL1600, Plate). Rating arus agak dilebihkan guna persediaan daya agar tidak terlalu pas. Jika kurang, maka dapat menyebabkan busbar melengkung dan meleleh.



PEMILIHAN BUS BAR PADA LVMDP1 (spare feeder) Busbar yang dipakai pada LVMDP1 bagian spare feeder adalah satu buah busbar EASYPACK EZB600W06. Busbar tersebut memiliki rating arus sebesar 600 A dengan jumlah outgoing 4 way.



PEMILIHAN BUSBAR PADA LVMDP2 Besar arus yang mengalir adalah sebesar 1519,3 A maka digunakan busbar yang memiliki max rated current sebesar 2000A pada katalog (TS Switchgear LoadMaster In = 1600A, Alumunium BCL1600, Plate). Rating arus agak dilebihkan guna persediaan daya agar tidak terlalu pas. Jika kurang, maka dapat menyebabkan busbar melengkung dan meleleh. PEMILIHAN BUSBAR PADA LVMDP2 (spare feeder) Busbar yang dipakai pada LVMDP2 bagian spare feeder adalah satu buah busbar EASYPACK EZB400W04. Busbar tersebut memiliki rating arus sebesar 400 A dengan jumlah outgoing 4 way.



PEMILIHAN BUSBAR PADA ESDP Pada bus bar di ESDP memiliki rating arus sebesar 1521,1 A, maka busbar yang digunakan pada panel ESDP adalah 1600A pada katalog (TS Switchgear LoadMaster In = 1600A, Alumunium BCL1600, Plate). Rating arus agak dilebihkan guna persediaan daya agar tidak terlalu pas. Jika kurang, maka dapat menyebabkan bus bar melengkung dan meleleh.



56



e. PERHITUNGAN DAYA GENSET Sebelum penginstalasian gensets terlebih dahulu dipertimbangkan beberapa kriteria, sehingga penggunaannya sangat optimal. Kriteria-kriteria yang dimaksud adalah: a. Menyesuaikan dengan daya terpasang yang dibutuhkan b. Jumlah fasa (1 fasa atau 3 fasa) c. Peruntukan gensetnya (standby operation atau continuous operation) d. Harga sesuai dengan kebutuhan daya terpasang e. Memiliki pondasi dan peredam getaran yang baik f. Tingkat kebisingan (sound level) rendah g. Emisi gas buang rendah (kandungan SO2 dan CO rendah) h. Mudah dalam instalasi i. Mudah dalam perawatan, suku cadang, jasa serta lokasi servis tersedia j. Irit bahan bakar k. Mesin memiliki unjuk kerja yang baik l. Tahan korosi akibat udara lembab m. Dilengkapi dengan panel penunjuk n. Dilengkapi sistim keamanan dan alarm kebakaran o. Rentang waktu servis yang panjang yang dihitung berdasar jam kerja p. Dilengkapi sensor suhu, oli, bahan bakar, air dan tekanan Jumlah daya terpasang pada penggunaan genset pada trafo 1 dan 2 adalah : Daya genset = (730+887) x 1/2 KVA = 808,5 KVA Maka genset yang dipakai adalah : 1000 KVA Model



: PJI1000P



Type



:2806A-E18TAG1A



Cylinder



: 6/l



Altenator



: Newage



Hours Run



: 380



RPM



: 1500



Fuel Consumption



: 100L/h



Oil System



: 62L 



In = 1000 kVA



= 1521,1 A



3 x 380V 57



Pemilihan MCCB = ABB S6N1600/R1600 In = 1600A, Breaking capacity 50KA Pemilihan AMF Penggunaan AMF sangatlah penting dalam perancangan gardu distribusi ini karena AMF merupakan suatu alat yang berguna untuk mengatur apabila terjadi gangguan maka AMF ini akan langsung mengatur genset dan UPS untuk bekerja. AMF ini pula mengatur beban mana saja dan berapa banyak daya yang dibutuhkan pada setiap beban. Pada rancangan ini mengguanakan AMF dengan merk DATAKOM yang memiliki spesifikasi sebagai berikut : Step control



: 8 bit microcontroller



Mains voltage : 277VAC (Ph-N) Mains frequency



: 50/60 Hz



Alternator voltage



:277-AC (Ph-N)



Alternator frequency : 0-100 Hz Total DC current output rating



: 10A-DC



Total AC current output rating



: 10A-AC



Pemilihan UPS UPS adalah suatu alat yang berfungsi sebagai buffer antara power supply dengan peralatan elektronik yang kita gunakan seperti computer, modem, dll. Bila gangguan, atau dengan kata lain supply daya terputus maka UPS akan bekerja dalam waktu sesingkat mungkin sehingga peralatan elektronik yang kita miliki tidak rusak. Dalam hal ini UPS berfungsi sebagai daya baru ( backup dari suplly daya utama). UPS hanya bertangguna jawab agar peralatan elektronik tidak rusak atau sebelum dta hilang. Dalam perancangan ini kami menggunakn UPS yang memiliki spesifikasi sebagai berikkut :



Type : MBS-7011A-1 BP225-1P-N1-01 MITSUBISHI, 30 A,1Pole MBC schematic,120 V, 2 WIRE, 50/60



f. Pemilihan CT dan PT Pada pengukuran tegangan dan arus yang tinggi diperlukan pula sebuah transformator arus. Pada sisi primer transformator ini harus dapat dialiri oleh arus sistem yang tinggi itu, lagi pula mempunyai isolasi secukupnya bila sistem itu bertegangan tinggi. Pada sisi 58



sekunder besar arus biasanya diturunkan menjadi 5 ampere, yang merupakan suatu standar internasional. Karena pada sisi primer selalu mengalir arus instalasi, maka sisi sekunder transformator harus senantiasa merupakan suatu rangkaian tertutup. Jika tidak, dan karena suatu kelalaian sisi sekunder berada dalam keadaan terbuka, maka transformator arus itu akan mengalami kerusakan karena tidak adanya fluks yang berasal dari kumparan sekunder. Bila untuk keperluan perbaikan atau pemasangan rangkaian sekunder ini perlu dibuka, maka terlebih dahulu sisi sekundernya dihubung singkatkan. Hal ini dilakukan dengan suatu trip atau sakelar khusus yang biasanya disimbolkan dengan huruf S. Dengan demikian, kita dapat menentukan rasio transformator arus yang dapat digunakan untuk keperluan pengukuran pada tegangan menengah ( 20 kV ) untuk kapasitas daya 1617 kVA. 



Langkah pertama, tentukan arus sistem yang mengalir pada saluran tegangan menengah tersebut. Is = 1617 KVA



= 46,7 A



3 x 20kV 



Tentukan Rasio Transformator Arus ( CT ) Dengan melihat hasil perhitungan diatas, kita dapat ketahui bahwa rasio Transformator Arus yang harus atau dapat kita gunakan adalah 50/5 A. Dengan double secondary and metering, shorth time thermal current 10 kA x 1s, type ARJP2/N2J, Artinya pada sisi primer CT dapat dialiri arus sistem yang cukup besar yaitu sekitar 46,7 A, karena pada sisi primer tersebut memiliki rasio 50 A. Sedangkan pada sisi sekunder, arus yang mengalir pada sisi primer akan diturunkan menjadi arus yang relatif rendah atau sekitar arus rasio 5 A. Pada sisi sekunder inilah, biasanya langsung dihubungkan dengan Amperemeter dan tidak lupa pula dihubungkan dengan proteksi.







Gambar pemasangan CT yang lazim digunakan adalah :



A1



A2



a1



a2



A



59



Pemilihan PT Transformator tegangangan pada dasarnya merupakan sebuah transformator biasa, akan tetapi memiliki rasio transformasi yang sangat teliti. Rasio tegangan itu biasanya berupa mengubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang standar dan dapat terukur dengan Voltmeter. Dengan demikian, kita dapat menentukan rasio transformator arus yang dapat digunakan untuk keperluan pengukuran pada contoh soal ” Pemilihan CT dan PT untuk pengukuran tegangan, arus, dan daya aktif pada tegangan menengah ( 20 kV ) untuk kapasitas daya 1617 kVA.” 



Gambar pemasangan PT yang lazim digunakan adalah :



T1



T2



t1



t2



V







Tentukan Rasio Transformator Tegangan. Dengan mengetahui pokok permasalahan, telah kita ketahui bahwa tegangan yang mengalir saluran tegangan menengah yang akan diukur adalah 20 kV.Dengan demikian, kita harus mencari rasio transformator tegangan untuk sisi primernya adalah 20 kV dimana tegangan tersebut akan diturunkan tegangannya ke sisi sekunder transformator tegangan menjadi 380 V. Jadi, rasio yang cocok untuk transformator tegangan yang dipasang pada saluran tegangan menengah 20 kV tersebut adalah sebesar 20.000/100 V type VRC2/S1. Dengan demikian, tegangan yang tadinya tidak mungkin diukur secara langsung dengan voltmeter, dengan adanya transformator tegangan (PT) maka tegangan tersebut dapat terukur dengan baik. Dan pengaman yang digunakan adalah



g. ALAT UKUR



Instrumen ini adalah alat yang berfungsi menunjukkan suatu besaran listrik kepada pemakai. Kami pakai dapat berupa:



60



1. Frekuensi meter jenis



: Elektronik



Tegangan Test : 20 KV Ketelitian



: + 0,3 %



Berat



: + 0,4 Kg



Skala



: 48…52 Hz



Tegangan



: 220 V/380 V



2. KWh meter rating Tegangan referensi



: 3 x 220/ 380 v, + 20 %, 50 Hz



Connectioon



: 3 fasa 4 pole



Arus



:5A



Ketelitian



: 1.0



Eter konstan



: 1600 imp/kwh



Arus star



: 25 mA



3. Volt meter jenis



: moving iron



ketelitian



: + 1,5 %



module



: 96x96 mm



scala



: 0-500 v



4. volt meter jenis



: Moving iron



ketelitian



: + 1,5 %



module



: 96x96 mm



61



4.3



Bill of Quantity Daftar Komponen



No



Daftar komponen



Jumlah



Keterangan



MVMDP Peralatan Incoming Cubicel 1



FLBS (Fuse Load Break Switch) Rated Current : 100 A Rated Voltage : 24 kV Type : ISARC-1P



1



Trafindo



2



Earthing Switch Rated Voltage : 20-24 kV Rated Current : 630 A Rated withstand current : 25 kA



1



Trafindo



3



Capacitor Voltage Indicator Terdiri dari 3 buah resin isolator 24 kV + box lengkap socket Rated Voltage : 20 kV Frequency : 50 Hz



1



Trafindo



Peralatan Metering : 4



Current Transformer (CT) Rated primary current : 75 A Rated secondary current : 5 A Type : ARJP2/N2J



2



5



Potensial Transformer Rated primary voltage : 20 kV Rated secondary voltage : 100 V Type : VRC2/S1



3



6



Fuse HRC Transformer Rating : 400 kVA Rating Current : 10 A Type fusarc



3



Trafindo



8



Ampere Meter System : Moving Iron Mechanism : Strip core system with oil damping Internal Consumption : 2,5 VA Upper Scala Value : 2 x the measuring



3



Trafindo



62



Connection Frame Size 9



range : Direct Connection : 96 x 96 mm



Volt Meter System : Moving Iron Mechanism : Strip core system with oil damping Internal Consumption : 2,5 VA Upper Scala Value : 1.2 x the measuring range for../100V or 110Vwith trafo connected 100 V – secondary Frame Size : 96 x 96 mm



1



GAE



1



Trafindo



Peralatan Outgoing Cubicel 10 fLBS (Load Break Switch) Rated Current : 50 A Rated Voltage : 24 kV Type : ISARC- 2P 11 Earthing Switch Rated Voltage : 20-24 kV Rated Current : 630 A Rated withstand current : 25 kA Pole Stand distance : 230 mm



Trafindo



12 Capacitor voltage Indicator Terdiri dari 3 buah resin isolator 24 kV + box lengkap socket Rated Voltage : 20 kV Frequency : 50 Hz



Trafindo



13 Fuse HRC Transformer Rating : 1000 kVA Rating Current : 40 A Type fusarc



3



Trafindo



14 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A1A100TW Rating Arus : 100 A Breaking Capacitiy :10 kA



4



ABB



15 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A2A175TW Rating Arus : 175 A Breaking Capacitiy : 10 kA



2



ABB



16 MCCB 4 Pole



3



ABB



CB yang digunakan



63



Type MCCB ABB A2A200TW Rating Arus : 200 A Breaking Capacitiy : 10 kA 17 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A1A30TW Rating Arus : 30 A Breaking Capacitiy : 10 kA



2



ABB



18 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A1A060TW Rating Arus : 60 A Breaking Capacity : 10 kA



1



ABB



19 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A1A40TW Rating Arus : 40 A Breaking Capacitiy : 10 kA



2



ABB



20 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A1A20TW Rating Arus : 20 A Breaking Capacitiy : 10 kA



3



ABB



21 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A1A70TW Rating Arus : 70 A Breaking Capacitiy : 10 kA



1



ABB



22 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB S7L500/R500 Rating Arus : 500 A Breaking Capacitiy : 40 kA



1



ABB



23 MCCB 4 Pole Type MCCB = ABB S6N1600/R1600



3



ABB



1



ABB



2



ABB



Rating Arus : 1600 A Breaking Capacitiy : 50 kA 24 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A1A125TW Rating Arus : 125 A Breaking Capacitiy : 10 kA 25 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB A2A250TW Rating Arus : 250 A Breaking Capacitiy : 10 kA



64



26 MCCB 4 Pole Type MCCB ABB S6N630/R630 Rating Arus : 630 A Breaking Capacitiy : 35 kA



1



ABB



27 MCCB 4 Pole



1



ABB



1



ABB



2



CENTRADO



1



Mercedez Benz



1



Toshiba



Type MCCB ABB A1A80TW Rating Arus : 80 A Breaking Capacity : 10 kA 28 MCCB 4 Pole



Type MCCB ABB S5N400/R400 Rating Arus : 400 A Breaking Capacity : 35 kA Transformator Yang Digunakan 29 Transformator Kapasitas : 1000 Kva Impedansi : 5,0 % Rugi Besi = 1840 Watt Rugi Tembaga : 12100 Watt Berat : 2650 kg Emergency Supply 30 Gen - Set Kapasitas : 1000 kVA / 50 Hz / 3~ / 4 Kawat Putaran : 1500 rpm Type : 2806A-E18TAG1A 31 UPS ( Baterai ) AC Input and output : Single Phase 230 Vac Capasity : 8 KVA Frequency Range : 45 – 65 Hz Power Factor : > 0.98 Battery Rated Voltage : 252 Vdc Rated Output Current : 34,7 A



Kabel yang Digunakan 30 Four Core N2XY – 0,6/1 kV, XLPE Low Voltage Cable A = 500 mm2



200 m



31 Three Core N2XSY 12/20 kV, XLPE Medium Voltage Cable A = 2,5 mm2



500 m



65



32 Four Core NYFGbY Low Voltage Cable for SDP-1.1 A = 70mm2



3 Roll



= 25mm2 33 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-1.2 A = 70mm2 = 35mm2



2 Roll



34 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-1.3 A = 70mm2 = 25mm2



2 Roll



35 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-ME A = 10mm2 = 2,5mm2



2 Roll



36 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-K A = 10mm2 = 4mm2 37 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-GF A = 2,5mm2 = 1,5mm2



2 Roll



2 Roll



38 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for Spare T1 A = 300mm2 = 120mm2 39 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-1.4 A = 70mm2 = 25mm2 40 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-1.5 A = 95mm2 = 35mm2 41 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-1.6 A = 70mm2



2 Roll



2 Roll



2 Roll



66



= 16mm2 42 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-M A = 6 mm2 43 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-1.7 A = 300mm2 = 120mm2 44 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for Spare T2 A = 185mm2 = 70mm2 45 Four Core NYFGBY Low Voltage Cable for SDP-PL A = 1.5mm2 = 1.5mm2 LVMDP 43 Lampu tanda Rated Voltage :380/220v Frequency : 50 Hz Merah Kuning Hijau 44 Ampere Meter System : Moving Iron Class : 1.5 Mechanism : Strip core system with oil damping Internal Consumption : 3 VA Upper Scala Value : 2 x the measuring range Connection : Direct Connection 45 Frame Size : 96 x 96 mm Weight : 0.25 kg Volt Meter System : Moving Iron Class : 1.5 Mechanism : Strip core system with oil damping Internal Consumption : 3 VA



2 Roll



2 Roll



2 Roll



2 Roll



F&G



13 13 13 17



GAE



13



GAE



45 Upper Scala Value : 1.2 x the measu ring range … / 100 V or … / 110 V



67



With transformer connected 100 V Secondary Frame Size : 96 x 96 mm Weight : 0.25 kg 46 Capacitor Drive Indicator Terdiri dari 3 buah resin isolator 24 kV + box lengkap socket Rated Voltage : 20 kV Frequency : 50 Hz



3



F&G



47 Earthing Switch Rated Voltage : 20-24 kV Rated Current : 630 A Rated withstand current : 25 kA Pole Stand distance : 230 mm



3



F&G



48 Kontaktor Type : LC1BR



3



Rated current = 1800 A Rated power = 500 kW 49 AMF



4.4.



1



AEG



Rencana Kerja dan Syarat – syarat ( RKS ) RKS ini berisi tentang uraian deskripsi kerja ( Job Deskcription ) sebagai penjelasan kepada pemborong mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jalannya proyek.



I.



STANDAR DAN ATURAN YANG HARUS DIIKUTI



1.1.



Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor harus mengikuti segala aturan dan standar yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peralatan untuk kesempurnaan operasi, kemudahan perawatan dan pengaturan, keamanan operasi sistem sesuai dengan salah satu peraturan-peraturan yang ditulis di bawah ini : 1.2.1



ANSI, American National Standard Organization



1.2.2



ASME, American Society of Mechanical Engineer



1.2.3



ASTM, American Society of Testing of Material



1.2.4



BSI, British Standard Institute 68



1.2.



1.2.5



DIN, Deutsche Institute for Normalization



1.2.6



FM, Factory Mutual



1.2.7



ISO, International Standard Organization



1.2.8



JIS, Japanese Industrial Standard



1.2.9



JES, Japanese Electronics Standard



1.2.10



NEC, National Electric Codes



1.2.11



PUIL, Peraturan Umum Instalasi Listrik



1.2.12



SII, Standard Industri Indonesia



1.2.13



Peraturan DEPNAKER tentang keselamatan kerja



1.2.14



Peraturan lain yang berlaku



GAMBAR-GAMBAR



1.2.1.



Gambar Perancangan



1.2.1.1.



Yang dimaksud dengan gambar perancangan adalah gambar-gambar yang menyertai buku ini, gambar-gambar penjelasan dan segala gambar-gambar beserta addendumnya.



1.2.1.2.



Kontraktor harus segera mempelajari gambar-gambar perancangan dan secepatnya melaporkan, kepada manajemen kostruksi apabila terdapat hal-hal yang dianggap harus jelas, dalam waktu tidak kurang dari 3 ( tiga ) minggu setelah diadakan rapat prapelaksana.



1.2.1.3.



Gambar-gambar dalam perancangan ini tidak dimaksudkan untuk mencantumkan semua detail konstruksi detail pemasangan terutama yang berhubungan dengan peralatan yang akan disediakan / dipasang oleh kontraktor.



1.2.1.4.



Walaupun demikian, kontraktor tetap harus tetap memasang peralatan tersebut sesuai dengan praktek pelaksanaan terbaik yang memberikan hasil yang terbaik,



69



dalam hal ini kontraktor diharuskan membuat shop drawing yang terinci untuk menjelaskan hal tersebut diatas. 1.2.1.5.



Dalam hal ini keraguan yang ditimbulkan oleh kesalahan penggambaran dan / ketidaksesuaian lain kontraktor harus mengajukan pertanyaaan untuk mendapat penjelasan selambat-lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum masalah tersebut terlibat dilapangan baik dalam arti pemasangan ataupun pemesanan barang.



1.2.1.6.



Ukuran-ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah dicantumkan pada gambar perancangan dimana ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran-ukuran efektif.



1.3.



Gambar kerja ( shop drawing )



1.3.1.



Yang dimaksud dengan gambar kerja adalah gambar-gambar yang dibuat oleh kontraktor, pemasok barang atau pihak-pihak lain yang bertujuan menjelaskan cara pemasangan maupun cara penyambungan dan lainnya pada saat pelaksanaan pekerjaan sedang berlangsung.



1.3.2.



Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan, kontraktor wajib membuat gambar kerja untuk memperjelas dan sebagai gambar untuk pelaksanaan dilapangan terdiri atas :



1.3.2.1.



1.3.2.2.



Gambar-gambar, seperti : 



Gambar perancangan







Gambar layout ruang Gardu







Gambar layout ruang genset







Dan gambar-gambar lainnya



Detail-detail, seperti : −



Detail panel. 70



1.3.2.3.







Detail pemasangan panel.







Detail pemasangan peralatan.







Detail-detail lain yang diperlukan.



Gambar-gambar lain yang diperlukan sesuai



dengan pekerjaan yang sedang



dikerjakan. 1.3.3.



Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada gambar perancangan, spesifikasi teknik serta disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi kesalahan dilapangan.



1.3.4.



Gambar-gambar dibuat sebanyak tiga rangkap dan diserahkan kepada manajemen konstruksi untuk diperiksa dan disahkan.



1.3.5.



Kontraktor diwajibkan mengamati dan mengikuti tatacara pelaksanaan sesuai yang tertulis pada peraturan-peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan yang dipasang.



1.3.6.



Jika terjadi kesimpang siuran dalam hal standard yang harus diikuti, Kontraktor harus melapor pada manajemen kostruksi untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.



1.3.7.



Bila manajemen konstruksi tidak dapat mengambil keputusan maka pengambilan keputusan akan diserahkan kepada instansi atau badan yang berwenang.



II.



JAMINAN DAN GARANSI



Surat jaminan atau garansi Kontraktor harus menyerahkan surat jaminan untuk mesin dari pabrik pembuat mesin tersebut, sehingga dengan demikian kontraktor dengan jaminan tersebut, dan atas jaminan yang dikeluarkan olehnya sendiri, wajib mengganti atau



71



memperbaiki setiap bagian yang rusak dan atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Bila terjadi kerusakan atau ketidak sepurnaan kerja dari peralatan, unit mesin, bagian dari unit mesin atau bagian dari peralatan selama masa jaminan / garansi, kontraktor harus memperbaiki dengan biaya sendiri sampai peralatan atau unit mesin tersebut dapat bekerja kembali secara baik dan benar.



Jaminan atas material peralatan dan unit mesin Material yang diserahkan oleh kontraktor harus bebas dari kerusakan baik atas kesalahan pabrik, kerusakan akibat kesalahan bahan, kesalahan akibat kesalahan pengiriman atau kesalahan selama



jangka waktu menunggu serah terima



dilapangan. Semua peralatan dan unit mesin yang dserahkan kontraktor harus dilengkapi dengan tanda lulus pengujian QA / Quality Assurance pabrik pembuat peralatan atau unit mesin tersebut. Kontaktor harus memberikan jaminan pekerjaannya selama paling sedikit 1 ( satu ) tahun terhitung dari penyerahan pertama meliputi : a.



kerusakan atas kesalahan pabrik



b.



kerusakan akibat kesalahan pemasangan



c.



kerusakan akibat kesalahan pengiriman



d.



kerusakan akibat kesalahan operasi selama peralihan.



Jaminan atas hasil pekerjaan Kontraktor harus menyatakan secara tertulis bahwa :



72



Barang yang diserahkan adalah dari kualitas yang



baik.Bahwa barang atau



peralatan atau unit mesin yang diserahkan didalam instalasi yang diserahkannya seharusnya merupakan barang baru dan diperkuat dengan surat pernyataan keaslian atau Letter of Origin. Cara pelaksanaan dan pekerjaan dilakukan secara wajar dan baik. Instalasi yang diserahkan dapat bekerja dengan baik tanpa



mengurangi atau



menghilangkan bahan-bahan atau peralatan yang seharusnya disediakan walapun secara nyata tidak disebutkan dalam buku ini atau tidak dinyatakan dengan tegas dalam gambar-gambar yang menyertai buku ini.



Klaim atau tuntutan. Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, pemberi tugas harus bebas dari segala macam tuntutan / klaim atas hak-hak kusus seperti hak paten, lisensi dan lain sebagainya. Bila ada hal-hal seperti disebut diatas, kontraktor wajib mengurus dalam artian menyelesaikan segala sesuatu perijinan / biaya / lisensi yang berhubungan dengan hal-hal tersebut dan dilakukan atas beban biaya kontraktor.



III.



KOORDINASI KERJA



Mengingat bahwa jadwal pekerjaan satu dan lainnya sangat erat kaitannya terhadap jadwal pelaksanaan, maka pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui bersama. Dalam



membuat



rencana



serta



gambar-gambar



kerja,



kontraktor



harus



sudah



memperhitungkan unsur kerja sama dengan kontraktor / subkontraktor pekerjaan lain dan / instansi-instansi lain yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan tersebut.



73



Selama pekerjaan berlangsung kontraktor diwajibkan melakukan koordinasi dengan kontraktor / sub-kontraktor lain, dalam pengertian bahwa apabila urutan atau rangkaian proses atau pekerjaan dari sistem yang dikerjakan oleh kontraktor lain dengan paket pekerjaan masing-masing, atas petunjuk manajemen kostruksi.



IV.



PENYELIDIKAN TAPAK



Sebelum melakukan pekerjaan, dalam arti membuat dan atau memasang, setiap bagian dari pekerjaan, kontraktor wajib mengadakan pengukuran ditapak, yang mana hasil pengukuran tersebut harus tertera dan dapat dibaca pada gambar pelaksanaan yang dibuat oleh kontraktor yang bersangkutan. Bila mana kontraktor lalai dalam melaksanakan hal tersebut maka segala sesuatu hal yang diakibatkan oleh adanya kelalaian itu menjadi tanggung jawab kontraktor yang bersangkutan. Apabila dalam pengukuran diatas terdapat hal-hal yang berbeda dengan dokumen kontrak maka kontraktor harus segera melapor kepada manajer kostruksi untuk segera mendapat penyelesaian. Pada saat suatu pekerjaan atau bagian dari suatu pekerjaan akan dilaksanakan, kontraktor harus membuat gambar kerja untuk satu lokasi kerja yang mencantumkan semua indikasi instans / struktur / finising pada lokasi tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan tempat pemasangan yang mengganggu salah satu atau lebih dari jaringan instalasi gardu distribusi.



V.



PERBEDAAN ANTAR ISI DOKUMEN



Bila terdapat perbedaan pada gambar-gambar perencaan dengan buku-buku spesifikasi atau perbedaan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain atau salah satu klasul dalam buku spesifikasi dengan klasul lainnya maka pernyataan yang menyebabkan harga yang lebih



74



tinggi adalah yang dianggap benar dan dianggap sebagai besaran dasar / referensi yang digunakan oleh kontraktor untuk menghitung biaya pada saat penawaran / lelang.



VI.



KEWAJIBAN KONTRAKTOR



Kewajiban umum. Kontraktor harus bersedia mentaati uraian dan persyaratan pelaksanaan yang tertulis dalam buku ini, gambar perancangan dan persyaratan lainnya yang dikeluarkan oleh manajemen kostruksi baik sebagai dokumen lelang berikut adenda-adendanya, dokumen kontrak berikut segala adenda-adendanya. Apabila terdapat klausul yang yang kedapatan saling bertentangan atau saling meniadakan maka hal tersebut bukan berarti memang sesungguhnya ditiadakan melainkan suatu hal yang hendak dipertegas atau ditekankan pengertiannya untuk itu kontraktor harus melapor kepada pihak manajemen kostruksi untuk mendapat kejelasan dan penyelesaian. Kontraktor harus memenuhi kualifikasi untuk dapat menjadi pelaksana proyek ini dan bila mana penampilan pekerjaan dilapangan menunjukan hal-hal yang berlawanan dengan hal diatas maka kontraktor bersedia menganti tenaga pelaksana pekerjaan tersebut dengan yang memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan tersebut diatas. Kontraktor harus dapat menunjukan dan melampirkan suratijin bekerja personil yang bersangkutan, yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, pada saat penawaran dan pada saat pelaksanaan akan dimulai.



75



Kewajiban saat penawaran. Pemborong wajib mengikuti / memenuhi semua persyaratan-persyaratan yang tertulis dalam buku ini, juga wajib mengikuti / memenuhi persyaratan umum yang dikeluarkan oleh manajemen kostruksi. Kontraktor wajib mempelajari dan dianggap telah mempelajari dengan seksama secara antar – disiplin seluruh bagian dari seluruh dokumen lelang dan adendaadendanya pada saat melakukan penawaran sehingga dengan demikian kontraktor harus telah memperhitungkan dan dianggap telah memperhitungkan semua kemungkinan yang akan terjadi apabila terjadi penyesuaian pada saat pelaksanaan terhadap hal-hal berikut : a.



Kondisi lapangan.



b.



Penyesuaian seluruh sistem instalasi gardu distribusi terhadap struktur bangunan, finising bangunan, maupun interior bangunan serta lanskep maupun kondisi antar sistem instalasi gardu distribusi itu sendiri.



c.



Penyesuaian yang harus dilakukan sebagai akibat peralatan yang ditawarkan.



Dalam penawaran kontraktor diwajibkan menyertakan rincian daftar peralatan / material yang akan dipasang berikut spesifikasinya. Dalam penawaran, kontraktor diwajibkan menyertakan brosur, katalog, diagram ukuran, dan keterangan lain yang diterbitkan oleh manufaktur peralatan, sistem yang akan dipasang sebagai lampiran dalam penawaran. Semua peralatan / material harus baru dengan disain khusus untuk daerah tropis dan mendapat jaminan dari pabrik pembuatnya. Semua peralatan / material yang sejenis yang dipasang harus dari satu merk, kecuali dibatalkan dalam ketentuan lain dalam klausul lain pada buku ini maupun lampiran-lampiranya.



76



Apa bila terdapat material atau peralatan yang telah disediakan oleh pemberi tugas, maka kontraktor harus tetap berhubungan dengan suplayer yang bersangkutan agar pekerjaan atau koordinasi berjalan dengan baik. Apabila peralatan atau material yang ditawarkan oleh pemborong pada saat pengajuan penawaran tidak sesuai dengan yang tercantum dalam buku ini maka terhadap penawaran tersebut tidak akan dilakukan evaluasi teknis, kecuali apabila didalam penawaran tersebut dicantumkan catatan penawaran ( tender note ) yang isinya antara lain adalah alasan atau penyebab dari penyimpangan yang terjadi pada jenis barang yang ditawarkan oleh pemborong dan harus disertai dengan bukti-bukti tertulis. Pada harga penawaran kontraktor harus sudah mengetahui metode dan cara yang akan dipergunakan dalam melaksanakan proyek ini sesuai dengan buku spesifikasi ini. Jika terdapat perbedaan antara buku satu dengan buku yang lainnya atau klausul satu dengan yang lainnya, maka kontraktor harus menawarkan dan dianggap menawarkan yang menyebabkan penawaran harga tertinggi. Dalam buku penawaran, kontraktor diwajibkan mengisi lembaran mechanical specification list, routine adjustment tools dan maintenance tools, ketidak sesuaian terhadap dokomen pelelangan.



Kewajiban selama masa pelelangan Kontraktor harus mengajukan usulan material / peralatan yang akan dipasang, paling lambat 4 ( empat ) minggu setelah keluarnya surat perintah kerja. Kontraktor harus selalu meminta persetujuan untuk barang / peralatan / bahan yang akan dipasang sesuai dengan yang diuraikan terdahulu.



77



Kontraktor harus menyediakan dan memasang alat-alat pengatur, alat-alat pengaman yang diwajibkan oleh ketentuan-ketentuan dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Apabila terdapat unsur pekerjaan pemasangan atau unsur lain yang penting untuk berhasilnya pelaksanaan pekerjaan dimana pekerjaan tersebut harus diselesaikan oleh kontraktor lain, maka kontraktor diwajibkan menyediakan, menyerahkan bahan atau informasi beserta segala penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan oleh kontraktor lain tersebut, kepada manajemen kostruksi, untuk selanjutnya mengikuti ketentuan-ketentuan dan atau petunjuk yang diberikan oleh manajemen konstruksi. Kontraktor harus tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan yang tercantum dan atau yang berkaitan dengan pekerjaan lain. Kontraktor harus menugaskan paling sedikit satu orang tenaga ahli dilapangan selama masa pelaksanaan berlangsung dimana tenaga ahli tersebut harus telah berpengalaman dan memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi tenaga pelaksana dilapangan dengan penilaian pada manajemen konstruksi untuk mendapat penyelesaian. Segala kerusakan akibat dari salah satu resiko dari pelaksanan pekerjaan pemasangan harus segera diperbaiki dan dikembalikan tepat seperti bentuk semula atas biaya kontraktor yang bersangkutan. Apabila terdapat perbedaan antara gambar perencanaan dengan rekomendasi dari pabrik pembuat mesin, untuk pemasangan peralatan, kontraktor harus segera melaporkan kepada manajemen kostruksi untuk mendapat penyelesaian.



78



Kewajiban selama masa pemeliharaan. Kontraktor harus mendidik tenaga operator, sebanyak delapan orang atau 2 orang setiap



tempat pengoperasian gardu distribusi, yang disediakan oleh pemberi



tugas, sehingga mencapai tingkat keterampilan sebagai tenaga operator. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit satu orang tenaga teknis ditempat untuk mengoperasikan dan merawat unit mesin maupun sistem secara keseluruhan, sehingga dapat bekerja dengan baik sebagai mana mestinya. Kontraktor harus melakukan perawatan rutin secara cuma-cuma termasuk penggantian perlengkapan atau part rusak atau kedapatan rusak atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Kontraktor harus menyediakan buku-buku : -



petunjuk operasi



-



petunjuk perawatan



-



daftar perawatan



-



dan lainnya sesuai dengan petunjuk manajemen kostruksi



Masa pemeliharaan ditentukan selama 90 ( sembilan puluh ) hari kalender terhitung sejak penyerahan pertama kecuali bila dinyatakan lain.



VII.



KELENGKAPAN YANG HARUS DISERAHKAN



Sebelum pekerjaan dimulai. Selambat-lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti “ pemesannan barang “ atau pembuatan barang / instalasi gardu distribusi atau pemasangan, kontaktor harus menyerahkan barang-barang yang pada pasal-pasal selanjutnya kepada manajemen konstruksi untuk mendapat persetujuan.



79



Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka kontraktor harus segera mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada manajemen kostruksi untuk mendapat persetujuan. Barang-barang tersebut berupa : a.



Katalog, data teknis, test report dan part list untuk persetujuan peralatan lainnya yang akan didatangkan langsung dari negara asal negara pembuatnya atau akan dipesan pada pabrik pembuatnya, berlaku pada peralatan antara lain : Trafo daya listrik, Swictch gear, MCCB, MCB, KABEL, KLEM, SELECTOR SWITCH, TOMBOL TEKAN, PANEL dan lainnya.



b.



Installations instructor persetujuan terhadap cara-cara pemasangan.



c.



Shop-drawings untuk persetujuan terhadap rencana instalasi gardu distribusi dan cara-cara pemasangan yang akan dilaksanakan / dikerjakan / dilakukan.



d.



Contoh-conyoh barang-barang dan bahan, untuk persetujuan barang atau bahan yang akan dipasang / dipergunakan yang didapat secara lokal.



Sesudah pekerjaan diselesaikan. Selambat-lambatnya 2 ( minggu ) sebelum penyerahan kontraktor harus menyerahkan barang-barang tersebut pada pasal selanjutnya kepada manajemen kostruksi untuk mendapat persetujuan. Apabila tidak diperoleh persetujuan kontraktor harus segera mengganti / memperbaiki dan diserahkan kepada manajemen kostruksi untuk mendapat persetujuan. Barang-barang tersebut berupa : a.



Petujuk operasi dan perawatan.



b.



Suku cadang dan perkakas pembantu ( tools ). 80



VIII.



c.



As-bilt drawings.



d.



Dan lain-lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.



PENYESUAIAN TERHADAP KEMAMPUAN LEBIH.



Penyusuaian terhadap kemampuan lebih dimaksud sebagai terhadap kemampuan tambahan yang dimiliki merk barang atau mesin atau peralatan atau sistem yang akan dibeli atau dipasang akan tetapi belum atau tidak disyaratkan dalam dokumen perancangan. Setelah



kontaktor



mempelajari



dokumen-dokumen



perancangan,



kontaktor



harus



menyelesaikan kemampuan lebih yang dimiliki oleh peralatan atau bahan atau mesin yang ditawarkan dan segera menyampaikan secara tertulis kepada team konstruksi untuk segera dinilai dan dievaluasi. Kontraktor harus segera mengusulkan kepada manajemen kostruksi / pengawas dalam rangka penyesuaian tersebut diatas tanpa mengurangi item-item yang disyaratkan pada buku spesifikasi teknis maupun pada gambar perancangan dimana usulan tersebut dapat berupa penambahan komponen, penambahan volume dan lain-lain. Usulan penambahan tersebut harus sudah diperhitungkan pada saat penawaran dengan maksud untuk segala macam penambahan tidak akan diberikan kesempatan untuk merubah harga penawaran atau harga kontrak borongan atau dengan kata lain bahwa penyesuaian sebagai mana dijelaskan diatas tidak diberikan biaya tambahan setelah kontraktor dinyatakan sebagai pemenang tender, kecuali bila dinyatakan secara tertulis oleh kontraktor / suplayer peralatan tersebut dan dilampirkan pada saat penawaran sebagai “ tender notes “.



IX.



PENGAMAN TERHADAP LINGKUNGAN.



Bila dalam pelaksanaan terdapat proses kegiatan yang menyebabkan gangguan terhadap lingkungan, maka kontraktor harus segera melengkapi tempat kerja tersebut dengan



81



perlindungan seperlunya sesuai dengan prinsip keamanan terhadap barang-barang yang dimiliki oleh pemberi tugas dan prinsip keamanan manusia serta kepentingan umum lainnya.



X.



PENOLAKAN DAN PERSETUJUAN BARANG.



Semua usulan atau material, peralatan dan lainnya, yang akan dipasang dan atau dipergunakan didalam dan atau untuk pekerjaan ini seperti pada pasal terdahulu akan diteliti oleh manajemen kostruksi dan akan dikeluarkan keputusan persetujuan atau penolakan oleh manajemn konstruksi berdasarkan ketentuan yang berlaku pada kontrak perjanjian borongan antara kontraktor yang bersangkutan dengan pemberi tugas dan segala adenda-adendanya atau segala peraturan tentang pembangunan yang berlaku diwilayah lingkungan pekerjaan. Dalam hal ini, selama tidak diadakan persetujuan secara tertulis, maka segala usulan yang disampaikan oleh kontraktor yang bersangkutan baik saat penawaran atau penjelasan lelang atau perhitungan volume atau acara lainnya dalam forum pelelangan, dianggap tidak ada dan tidak dapat dijadikan persetujuan perubahan terhadap sebagian manupun seluruh dokumen perancangan ini. XI.



PERALATAN DAN FASILITAS KERJA.



Peralatan kerja yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilakukan, dan harus mengikuti teknik-teknik pelaksanaan yang wajar dan terbaik. Alat-alat atau cara-cara yang tidak sewajarnya untuk digunakan / dilakukan pada suatu pekerjaan, misalnya mengencangkan baut dengan kunci inggris, mengupas kabel dengan api / dibakar, sama sekali tidak diperkenankan. Kontraktor harus menyediakan sendiri peralatan tersebut di atas termasuk kebutuhan lainnya yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.



82



Dalam hal ini Kontraktor bertanggung jawab sendiri atas penyediaan listrik dan air untuk kebutuhan selama masa pelaksanaan berlangsung, dengan anggapan bahwa fasilitas yang tersedia di tapak tidak diijinkan untuk dipergunakan.



XII.



PENGHENTIAN SEMENTARA



Pada pekerjaan pemipaan yang ditinggalkan untuk sementara ( lebih dari 8 jam ), sebelum disambungkan alat atau dengan segmen pemipaan lain harus ditutup dengan cara-cara yang ditentukan di bawah ini. Pipa baja dan copper, dibuat berulir dan ditutup dengan dop atau bila berujung flange dapat ditutup dengan blind-flange. Pipa PVC dibuat berlebih secukupnya dan kemudian dipanaskan untuk dijepit sehingga rapat. Penutup ujung-ujung pipa dengan cara-cara lain tidak diperkenankan.



XIII.



KONDISI CUACA / LINGKUNGAN



Seluruh peralatan dan unit mesin yang disediakan dan dipasang oleh Kontraktor harus dapat beroperasi dengan kondisi cuaca sebagai berikut : a.



Suhu di udara terbuka



: 55 C-grade maksimum



b.



Suhu dalam ruang no-AC



: 40 C-grade maksimum



c.



Kelembapan nisbi



: 90 % maksimum



d.



Kecerahan matahari



: 95 %



Apabila peralatan yang hendak disediakan / dipasang oleh Kontraktor ternyata tidak dapat beroperasipada kondisi cuaca di atas maka Kontraktor harus mengganti peralatan tersebut dengan yang sesuai dan melaporkan kepada MANAJEMEN KONSTRUKSI untuk mendapat penjelasan seperlunya.



83



XIV.



KETENTUAN KESERAGAMAN MERK



Selama tidak ditentukan lain, Kontraktor harus memasang peralatan dengan merk yang sama untuk seluruh peralatan yang sejenis, misalnya Trafo daya, Switch gear , Sistem Proteksi dan lainnya, pada seluruh pekerjaan pada proyek ini. Pengecualian pada butir di atas adalah peralatan yang didatangkan bersama dengan peralatan ini, dalam arti peralatan tersebut merupakan suatu komponen dari suatu peralatan yang lebih besar. Perbedaan merk untuk suatu peralatan yang sejenis hanya dapat dilakukan apabila terjadi kondisi keterbatasan variasi produksi yang ada, dan hal ini hanya boleh dilakukan apabila ada ijin tertulis dari manajemen konstruksi.



XV.



START-UP, COMMISSIONING DAN PENGUJIAN



Start-up dan commissioning harus dilakukan oleh tenaga ahli yang ditunjuk oleh Manufacturer Representative ( pabrik pembuat peralatan / unit mesin tersebut )atau tenaga ahli yang telah pernah mendapat pendidikan dan sertifikat khusus untuk start-up dan commissioning mesin tersebut. Pengujian dilakukan untuk setiap peralatan yang menjadi bagian dari sistem dan pengujian seluruh sistem dengan disaksikan oleh manajemen konstruksi, Wakil pemberi tugas, Konsultan perencanaan dan pihak-pihak lain sesuai ketentuan yang berlaku.



XVI. URAIAN PEKERJAAN DAN PERSYARATAN PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN



INSTALASI



GARDU



DISTRIBUSI



TEGANGAN



MENENGAH 20 KV.



84



16.1.



PEKERJAAN INSTALASI



16.1.1



Lingkup pekerjaan a. Pengadaan material, peralatan dan pemeliharaan, testing, pengawasan untuk konstruksi, pemasangan sistem listrik yang lengkap sesuai dengan gambar perencanan dan Rencana Kerja. b. Pengadaan dan pemasangan 



Panel Tegangan Menengah TM







Trafo 20 kV/400 V/3 Ph/50 Hz, kapasitas sesuai gambar perencanaan dan Rencana Kerja







Panel utama, Distribusi Tegangan Rendah (TR) lengkap dengan peralatn control dan alat bantunya







Bus Duct masing-masing dari trafo dan panel generator ke panel utama







Kabel TM dari gardu PLN ke panel TM







Kabel TM dari panel TM ke trafo



c. Pengadaan dan pemasangan kabel distribusi daya tegangan rendah (TR) dari panel utama ke panen-panel distribusi di setiap lantai dan ke masingmasingpanel mesin, pompa dan peralatan d. Pemasangan fixture lampu dan pengadaan instalasi penerangan, kotak kontak daya secara lengkap di dalam bangunan e. Pengadaan dan pemasangan fixtures penerangan dan outlet dinding/lantai lengkap dengan plug dan accessoriesnya f. Pengadaan dan pemasangan duct kabel dan rak kabel lengkap dengan support dan accessoriesnya g. Pengadaan dan pemasangan panel-panel penerangan dalam dan luar bangunan serta panel-panel peralatan guna menunjang sistim dari bangunan (sesuai dengan gambar perencanaan) h. Pengadaan dan pemasangan instalasi dan peralatan lightning protection (Penangkal/ Penyalur petir) sesuai gambar perencanaan dan Rencana Kerja i. Pengadaan dan pemasangan instalasi sistim pembumian instalasi serta peralatn sehingga berfungsi dengan baik j. Menyiapkan dan menyerahkan surat jaminan keaslian untuk seluruh perlatan dan instalasi yang akan dipasang



85



k. Mengadakan testing commissioning untuk seluruh peralatan instalasi sesuai Rencana Kerja & Syrat ini dan ketentuan-ketentuan ri pabrik serta standar lainnya l. Membuat gudang, kantor kerja serta pengamanannya m. Menyediakan sarana listrik, air dan keperluan kerja lainnnya n. Menyerahkan manual kerja dan peralatan penunjang kerja bagi pengelola teknis serta mengadakan training bagi pengelola teknis o. Melaksanakan masa pemeliharaan dasn masa pertanggungjawaban (guarantee) sesuai Rencana Kerja & Syarat ini. p. Menyerahkan garansi after sales service spare part (jaminan spare part purna jual) perltan yang dipasang, langsung dari pabrik yang membuat peralatan tersebut. q. Scope pekerjaan untuk M/E didalam bangunan dan yang ada hubungan dengan bangunan itu secara langsung.



16.1.2



Ketentun Umum a. Pekerjaaan-pekerjaan yang mencakup bidang keahlian meliputi : menyediakan seluruh pekerjaan, material, perlengkapan, peralatan dan melaksanakan seluruh pekerjaan system listrik sehingga dapat beroperasi dengan sempurna. b. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi dan sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat. c. Seluruh pekerjaan instalasi listrik yang akan dikerjakan harus dilaksanakan oleh sub-kontraktor instalasi yang dapat dipercaya, mempunyai reputasi yang baik dan mempunyai pekerja-pekerja yang cakap dan berpengalaman dalam bidangnya, serta perusahaan tersebut terdaftar sebagai instalasi resmi PLN sengan memegang pas instalatir kelas C yang masih berlaku untuk thun terakhir yang berjalan. d. Seluruh pekerjaan instalasi harus dikerjakan menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik di Indonesia/ Perturan PLN edisi yang terakhir sebagai petunjuk dan juga peraturan yang berlaku pada daerah setempat dan standardstandard dan kode-kode lainnya yang diakui (VDE DIN, NEC, BS).



16.1.3



Klausal yang disebutkan 86



Apabila ada hal-hal yang disebutkaan kembali pada bagian/bab/gambar yang lain, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi bahkan untuk lebih menghadapkan masalahnya.



16.1.4



Koordinasi Pekerjaan Untuk kelancaran pekerjaan ini harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian yang terlibat didalam proyek ini. Penyediaan material & pemasangan sleeves/sparing menjadi tnggung jawab kontraktor. Melokalisi/ memperinci setiap sampai dengan detail untuk menghindari gangguan dan konflik, dan harus mendapat persetujuan Pengawasan/Perencanaan.



16.1.5



Material dan Workmanship Semua material yang disupply dan di pasang oleh kontraktor harus baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang didaerah tropis. Material-material heruslah produk dengan kwalitas baik dan produksi terbaru. Untuk materialmaterial yang disebut dibawah ini kontraktor harus menjamin bahwa barang terebut adalah baik dan baru dan merupakan produk terbaru dari pabrik dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.



16.1.6







Peralatan Listrik Utama : Trafo, Panel TM, Bus Duct







Peralatan Panel : Switch, Circuit breaker, relay-relay dan Kontaktor







Peralatan Lampu : Armature, Bola lampu, Ballast dan Kapasitor







Peralatan Instalasi:Kotak kontak, Saklar







Kabel







Peralatan listrik lainnya



Daftar Material Pada



waktu



mengajukan



penawaran,



kontaktor



harus



menyertakan/melampirkan “Daftar Material” yang lebih diperinci dari semua bahan yang akna dipasang pada proyek dan harus disebut pabrik, merk, manufacture dan tipe lengkap dengan brosur/catalog. Daftar material yang diajukan pada waaktu penawaran ini adalah mengikat, dan harus diajukan lengkap, tidak boleh sebagian-sebagian. 87



Daftar harus dibnuta dalam rangkap empat (4).



16.1.7



Nama Pabrik/Merk yang ditentukan Apabila pada spesefikasi teknis ini disebutkan nama pabrik/merk dari satu jenis bahan/komponen, maka kontaktor wajib menawarkan dan memasang sesuai dengan yang ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi kontaktor pada waktu pemasangan menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran ataupun sukar didapat dipasaran. Untuk barang-barang yang harus diimpor, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang, kontaktor harus secepat mungkin memesannya pada keagenannya. Apabila kontaktor telah berusaha untuk memesannya, namun pada saat pemesanan bahan/merk tersebut tidak/sukar diperoleh, maka perencana akan menentukan sendiri alternative merk lain dengan spesifikasi minimal yang sama. Jadi setelah 1 (satu) bulan penunjukkan pemenang, kontaktor harus memberikan fotocopy dari pemesanan material yang diimport pada keagenan ataupun importer lainnya, yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order import).



16.1.8



Substitusi a. Produk yang disebutkan Nama Pabriknya Material, peralatan, perkakas, accessories yang disebutkan nama pabriknya dalam RKS. Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkna di RKS, atau dapat mengajukan produk pengganti yang setaraf, disertakan data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Perencana sebelum pemesanan. b. Produk yang tidak disebutkan Nama Pabriknya Material, peralatan, perkakas, accessories dan produk-produk yang tidak disebutkan nama pabriknya didalam RKS, kontraktor harus mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang menghasilkannya, catalog dan selanjutnya menguraikan data yng menunjukkan secara benar bahwa produk yang digunakan adalah sesuai dengan RKS dan kondisi proyek.



16.1.9



Contoh



88



Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh dari seluruh material untuk mendapatkan persetujuan sebelumnya. Seluruh biaya ditanggung atas biaya Pemborong.



16.1.10



Proteksi Seluruh material dan peralatan harus diproteksi secara memadai oleh kontraktor, sebelum, selama pengerjaan dan sesudah selesai (dalam masa garansi). Material dan peralatan yang mana mengalami kerusakan sebagai akibat dari pemasangan yang ceroboh dan proteksi todak memadai tidak dapat diterima untuk instalasi pada proyek.



16.1.11



Access Opening Kontraktor harus menyediakan access opening (bukaan) untuk instalasi dan pemeliharaan dari instalasi listrik. Access opening (bukaan) ynag terdapat pada konstruksi bangunan seperti dinding-dinding, lantai beton (lantai atap). Pembukaan harus dilengkapi dengan fasilitas penutup yang tepat bagi permuakan peralatan. Penutup harus dapat dilepaskan dan dipindahkan tanpa mengakibatkan kerusakan pada permukaan yang berdekatan.



16.1.12



Pengecatan Apabila peralatan-peralatan sudah di cat ari pabrik dan tambahan pengecatan di lapangan tidak dispesifikasi maka permukaan yang cacat harus diperbaiki ataupun dilakukan pengecatan kembali untuk memperoleh hasil pengecatan yang seragam. Apabila perlatan belum dicat dari pebrik, Pemborong harus bertanggung jawab atas pengecatan tersebut. Seluruh rangka, penutup, cover plate dan pintu panel listrik keseluruhannya harus diberi cat dasar atau prime coat dan diberi pelapis cat akhir (finishing paint). Penentuan jenis warna dan dan merk cat, sebelumnya harus dimintakan persetujuan pada Owner atau perencana. Pengecatan dikerjakan dengan proses “stove enamel” untuk lampu, sedangkan untuk panel listrik harus dibuat tahan karat dengan cara “galvanized cadmium plating” atau dengan :zinix chromatic prime” dan harus dicat bakar. 89



16.1.13



Papan Nama Seluruh cabinet, panel listrik, pemutus daya (CB), saklar dan bagian-bagian lainnya dari peralatan, jika tidak disebutkan dalam hal-hal lain, harus dibuatkan papan nama untuk mengindikasikan/mengidentifikasikan/penggunaan/nama alat tersebut. Papan nama harus terbuat dari plastik dengan huruf timbul. Untuk keseluruhan, papan nama harus berukuran tinggi 1,5 inci (3,81cm) dengan lebar seperlunya, dengan tinggi huruf 1,0 inci (2,54cm), untuk ukuran yang lebih kecil dimana penutupnya terbatas gunakan 1,5 inci (3,81cm) tinggi dari plat. Ketebalan plat minimum 3mm. Untuk wiring harus dilengkapi dengan nomor cable dan kode-kode lainnya untuk memperjelas connection dan urutan kabel tersebut yang disesuaikan dengan gambar wiring control dari panel tersebut.



16.1.14



Gambar Pemasangan yang sebenarnya Kontraktor harus mempergunakan secara baik satu set lengkap gambargambar pada lapangan yang mana yang harus diberi tanda yang tepat pada lokasi dari seluruh jenis sistim out-let. Panel/cabinet, peralatan, pengkabelan dan seterusnya dengan dimensi yang diambil dari patokan as kolom (center column). Kontraktor harus melengkapi gambar pemasangan yang sebenarnya (as installed) dari instalasi. Kontraktor pada saat mendekat penyerahan (2minggu sebelum penyerahan) harus menyerahkan gambar “as built drawing” yang menyatakan gambar-gambar seperti yang telah terpasang untuk diserahkan kepada Perencana/Direksi sebanyak empat (4) set.



16.1.15



Data Suku Cadang Sejak pengiriman dari bagian-bagian dan peralatan ke tempat lapangan, kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas daftar lengkap dari suku cadang (spare parts) dan menyerahkan untuk masing-masing bagian disertai dengan daftar harga satuan dan alamat supplier dan tambahan daftar dari suku cadang supply yang secara normal harus dalam setiap pembelian atau suku cadang yang 90



disebutkan dalam RKS yang harus dilengkapi oleh Pemborong dengan biaya dari Pemborong.



16.1.16



Peraturan Hak Patent Kontraktor harus melindungi Pemberi Tugas terhadap klaim atau tuntutan, biaya atua kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan merk dagang atau nama produksi, baik hak cipta pada semua material, peralatan yang digunakan dalam proyek ini.



16.1.17



Kebersihan Kontraktor harus membersihkan seluruh kotoran/sampah dan sisa-sisa material tidak terpakai yang diakibatkan oleh pekerjaan dan harus menyelesaikan tiap-tiap bagian secara teratur serta rapi segera.



16.1.18



Built-in Insert, Sleeves dan Perlengkapannya Lengkapi insert, sleeves dan perlengkapan lainnya bagi keprluan built-in dalam beton atau pekerjaan konstruksi. Lengkap dengan keterangan mengenai instruksinya, dimensi lay-out dan keperluan informasi lainnya bagi pekerjaan instalasi yang seharusnya.



16.1.19



Buku Petunjuk (Manual Book) dan Instruksi Kontraktor harus melengkapi buku petunjuk (manual book), pemeliharaan dan petunjuk cara mengoperasikannya dan bahasa dari instruksi bagi seluruh bagian peralatan ini harus dalam bahasa Indonesia.



16.1.20



Gambar-gambar Gambar listrik menunjukkan keseluruhan besaran dan jumlahnya serta persyaratan dan keperluan instalasi. Instalasi harus menyesuaikan kondisi setempat pada proyek. Gambar-gambar mengenai arsitektur dan struktur harus berkaitan dengan konstruksi dan detail akhir dari proyek, sedangkan gambargambar lainnya harus berkaitan dengann detail yang berhubungan dengan masingmasing pekerjaan, kontraktor harus melengkapi seluruh keperluan lebih lanjut seperti keperluan “shop” dan gambar-gambar detail. Kontraktor wajib memeriksa terhadap kemungkinan kesalahan/ketidakcocokan baik dari segi besaran listriknya, fisik maupun pemasangan dan lain-lain. 91



Diartikan bahwa bila ada ketidaksesuaian teknis mapupun fisik maka hal ini harus disampaikan secara tertulis 4 hari sebelum dilakukan penjelasan rencana (aanwijzing). Bila hal ini tidak dilakukan, oleh Direksi Pengawas/Perencana di lapangan dianggap sudah sesuai untuk/sebagai langkah pelaksanaan, dimana biaya sudah dicakup pada unit price dari item tersebut.



16.2.



PRINSIP DESIGN



16.2.1



Prinsip Supply Listrik Supply listrik mengacu kepada supply PLN Jakarta dan Tangerang.



16.2.2



Prinsip Distribusi a. Distribusi secara radial dari panel utama ke panel-panel dari masing-masing lantai b. Karakteristik tegangan 400Volt/220 Volt, 50HZ, 3 phase, 5 kawat c. Distribusi daya untuk penerangan, tidak dipisahkan dengan distribusid aya untuk mesin-mesin Exhaust Fan pompa motor-motor, dll. d. Tagangan jatuh untuk penerangan sekitar max 2,5% dan tegangan jatuh untuk mesin-mesin sekitar 5%



16.2.3



Proteksi Semua bagian metal dari peralatan listrik harus dihubungkan ke kabel tanah (grounded/dibumikan) dan semua panel harus dibumikan dengan elektroda tersendiri.



16.2.4



Pembumian Netral Titik netral (0) dari generator harus dibumikan secara terpisah, dan harus dibumikan langsung (solidly grounded)



16.3.



PERIODE JAMINAN KERUSAKAN/PERIODE PEMELIHARAAN



16.3.1



Periode Pemeliharaan Kontraktor akan melaksanakan semua dengan tanpa biaya, apabila ada pekerjaan yang tidak/kurang baik untuk periode 12 bulan setelah timbang terima pekerjaan dilaksanakan kecuali dalam hal ini langsung diakibatkan oleh



92



kurangnya pemeliharaan periodik dan pemberi tugas berdasarkan buku petunjuk pengoperasian.



16.3.2



Instruksi Staff Pemberi Tugas (Employer) Kontraktor akan memperagakan pada wakil Direksi, operasi dari seluruh peralatan dan sistim dan pada saat yang bersamaan menerangkan isi dari pedoman operasi.



16.3.3



Inspeksi Yang Berwenang Pemborong akan melaksanakan peragaan dari semua sisitim yang diminta oleh yang berwenang, yang sebelumnya telah disetujui/diperiksa lebih dahulu oleh Direksi.



16.4.



SPESIFIKASI PEMASANGAN



16.4.1



Persyaratan Instalasi a. Kontraktor diharuskan meneliti semua dimensi-dimensi secepatnya mendapat Surat Perintah Kerja. Ajukan usulan-usulan kepada Direksi/Perencana apa yang perlu dirubah atau diatur kembali supaya semua peralatan dalam sistim dapat ditempatkan dan bekerja sebaik-baiknya. 1. Sebelum melakukan pekerjaan atau pemesanan peralatan, lakukan pengukuran-pengukuran dengan teliti peil-peil dalam proyek menurut keadaan sebenarnya 2. Apabila ada perbedaan antara pengukuran dilapangan dengan gambargambar, ajukan data-data penyimpangan kepada Direksi/Perencana b. Kontraktor harus membuat layout dari peralatan dan menetukan dengan tepat koordinat-koordinat sesuai dengan gambar kerja dan keadaan yang sebenarnya di lapangan dan bertanggung jawab sepenuhnya atas ketelitiannya. c. Kontraktor harus berkonsultasi dengan kontraktor lain dan Direksi sebelum memulai pekerjaan pemasangan kabel-kabel, conduit, hanger, peralatan dan sebagainya. 1. Aturlah sedemikian sehingga kabel-kabel listrik dan peralatan lain tidak bertabrakan dengan pemasangan pekerjaan lain 2. Apabila ada perselisihan paham antara kontraktor maka keputusan akhir ada pada Direksi 93



d. Pemasangan kabel-kabel, pipa-pipa dan peralatan sebagai berikut: Peralatan sesuai ketentuan pabrik dan berilah Direksi ketentuan cara tersebut sehingga merupakan bagian dari spesifikasi ini. e. Semua bahan instalasi dan bahan peralatan sebelum dibeli atau dipesan atau masuk ke proyek harus mendapat persetujuan dari Direksi terlebih dahulu.



16.4.2



Pemasangan Peralatan a. Panel-panel Listrik 1. Pasangan panel-panel sesuai dengan tempat yang telah ditentukan pada gambar rencana kerja. 2. Semua kabel masuk / keluar panel dapat dilakuukan baik dari bagian bawah ataupun bagian atas panel. 3. Semua badan panel harus diberi pentanahan menurut aturan PLN. b. Kabel-kabel Feeder. 1. Sebelum kabel-kabel feeder dipasang, pemboronng harus membuat gambar layout jalur-jalur kabel feeder serta membuat koordinatnya. 2. Kemudian pemborong memasang tanda-tanda pada jalyr-jalur kabel tersebut dan harus mendapat persetujuan Direksi untuk menghindar. Kemungkinan tabrakan dengan instalasi dan pekerjaan-pekerjaan lain. 3. pemasangan kabel Feeder. 



Kabel feeder terpasang dalam tanah minimum 100 cm dibawah permukaan tanah dan bila digunakan jenis kabel NYY harus digunakan pelindung pipa galvanis.







Seriap belokan kabel harus diperhitungkan radiusnya yang minimal R = 15 X D, dimana D adalah diameter kabel tersebut.







Tidak diperkenankan melakukan penyambungan kabel ditengah jalan.







Pada setiap ujung kabel sesampai dipanel atau peralatan berilah kelebihan panjang secukupnya untuk menghindari kesulitan bilamana terjadi penggeseran panel atau peralatan.







Terminal kabel harus selalu menggunakan sepatu kabel dan isolasi penutup sepatu kabel.



c. Angkur, Kelos, Terobosan, Rangka, dan Rak Besi.



94



1. Pemasangan angkur, kelos dan pembuatan terobosan sloof, kolom balok plat. Untuk ini pemborong transformator harus bekerjasama dengan pemborong sipil. 2. Sebelum



pemasangan



angkur,



kelos,



dan



pembuatan



terobosan,



Pemborong transformator harus membuat gambar detail baik lokasi maupun cara pemasangannya. Gembar-gambar ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Doreksi. 3. Besi angkur harus diikat kesisi tulangan sisi coran supaya terpasang dengan kuat.



16.5.



PENGUJIAN/TESTING.



16.5.1



Ketentuan Umum. Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan harus diuji supaya mencapai hasil baik dan bekerja sempurna sesuai persyaratan LMK, PLN dan Pabrik. Bilamana diperlukan peralatan atau bahan-bahan instalasi dapat diminta oleh Direksi untuk diuji diLaboraturium atas tanggungan biaya pemborong.



16.5.2



Testing daripada Sistem Instalasi Listrik. a. Pengukuran Untuk Instalasi Penerangan. 1. Hubungan ke armature diputuskan dengan mematikan saklar yang berhubungan kelampu-lampu maupun kealat. 2. MCB dipanel dalam possisi OFF. 3. Pengukuran dilakukan setiap group maupun phase serta arde. 4. Untuk keperluan pengukuran instalasi penerangan tahanan kawat (sesuai PUIL 2000). 5. Setiap menunjukkan hasil pengukuran tahanan kawat dibuat daftar/catatan. 6. Diwaktu pengukuran dilaksanakan, sumber daya dari Genset tidak boleh dimasukkan. b. Pengetesan terhadap Armatur dan Lampu Penerangan. 1. Jangka waktu pengetesan 7 x 24 jam. 2. Lampu dinyalakan terus menerus. 3. Pengujian dapat dilakukan secara Random dan secara keseluruhan. c. Pengukuran Untuk Instalasi Tenaga. 1. Hubungan kea lat diputuskan dengan mematikan switch untuk alat itu. 2. Kontaktor maupun MCB untuk alat itu dalam kondisi OFF> 95



3. Pengukuran dilakukan setiap phase, setiap arde. 4. Untuk pengukuran instalasi tenaga, tahanan kawat (Sesuai PUIL 2000). 5. Setiap penunjukan hasil pengukuran tahanan kawat dibuatkan daftar. 6. Waktu pengukuran dilaksanakan, sumber daya dari Genset tidak oleh dimasukkan.



d. Pengukuran Arde Induk. 1. Pemantekan pipa arde selesai dikerjakan serta kabel arde sudah ditanam. 2. Setiap alat ukur khusus untuk mengukur tahanan kawat dan arde. 3. Hasil pengukuran daripada tahanan kawat daripada arde harus sesuai dengan yang diminta pada spesifikasi. 4. Dibuatkan daftar pengukuran.



16.6.



KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN.



16.6.1



Panel Tegangan Menengah (MVSB).



16.6.1.1



Umum 



Panel tegangan menengah (MVSB)harus mengikuti standar IEC, VDE, ANSI dan memenuhi standar SCI dan SPLN.







Konstruksi panel dari tipe metal-enclosed.







Panel MVSB terdiri dari : o 1 buah incoming cubicle o 3 buah outgoing cubicle.







Incoming cubicle terdiri dari : Circuit Breaker, meteran dan Relay Proteksi. Outgoing Cubicle berisi : Load Break Switch dan Fuse.







Seluruh Cubicle dilengkapi dengan Space Heater yang bias menggunakan supply 1 phasa : 220V;50 Hz.







Panel tegangan Menengah harus sesuai spesifikasi minimum sebagai berikut : 1. Tegangan kerja



:220KV



2. Tegangan Maksimum



:24 KV



3. Arus hubung singkat yang dapat ditahan



:14.5 KA



4. Gangguan puncak yang dapat ditahan



:37.5KA



5. Tegangan Impulse yang dapat ditahan



:125KV



6. Arus Rating Busbar



:400KA 96



7. Frekuensi 



:50 Hz



Panel harus dilengkapi dengan sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat dan harus diserahkan kepada direksi/manajemen konstruksi sebelum panel dipasang.



16.6.1.2



Konstruksi Panel (Cubicle)



16.6.1.2.1. Panel Incoming, sesuai gambar rencana. a. Panel Incoming berisi antara lain : 



Circuit Breaker : 630A







Busbar tiga phasa : 630 A







Disconnector dan earthing switch.







Circuit Breaker operating mechanism.







3 buah Current Transformer







Auxillary Contact pada Circuit Breaker.







Motor operating Mechanism







Earthing switch operating mechanism.







Voltage indicator.







Downstream earthing switch







Heater







Relay protection.







Shunt Trip.



b. Karekteristik Circuit Breaker 



Rating tegangan



: 20 KV.







Rating tegangan maksimum



:24 KV.







Rating insulation Level











o 50 Hz untuk 1 menit



: 50 KV(RMS)



o Impulse 1.2 /50µs



: 125 KV (peak)



Rating arus o Load break switch



: 400A



o Busbar



: 630A



o Circuit Breaker



: 400A



Short time withstand current o Untuk rating arus 400A



:14.5 KA/1 detik 97



c. Current Transformer 



Double primary winding







Double secondary winding untuk pengukuran dan proteksi.







Rating tegangan Primer



: 20 KV







Tegangan maksimum



: 24 KV







Kelas Isolasi



:A







Short circuit current withstand (selama 1 detik) :14.5 KA (RMS)







Peak fault current withstand



: 37.5 KA







Impulse voltage withstand



: 125 KA (Peak)







Power Frequency Voltage Withstand



: 50 KV (RMS)



d. Voltage Transformer 



Rating tegangan primer



: 20 KV







Tegangan maksimum



: 24 KV







Accuracy class



: 0.5







Kelas isolasi



:A







Impulse Voltage withstand



: 125 KA







Power frequency voltage withstand



: 50 KV (RMS).



16.6.1.2.2. Panel Outgoing, sesuai gambar rencana. a. Panel cubicle outgoing berisi antara lain : 



Circuit breaker 630 A







Busbar tiga phasa 630 A







Disconnector dan earthing switch







Circuit breaker operating mechanism.







3 buah current transformer







Auxillary contact pada circuit breaker







Motor operating mechanism







Earthing switch operating mechanism







Voltage indicator







Downstream earthing switch







Heater







Relay protection



98







Shunt trip







SF6 Load Breaker switch dan earthing switch







Busbar 3 phasa 630 A







Operating Mechanism







3 buah Fuse







Indikasi mekanis untuk Blown Fuse







Voltage Indicator







Down stream earthing switch







Heater







Shunt trip







Motor operating mechanism







Auxillary contact



b. Karakteristik 



Rating tegangan



: 20 KV







Rating tegangan maksimum



: 24 KV







Rating insulation level



:



o 50 Hz untuk 1 menit



: 50 KV rms



o Impulse 1.2/50µs



:12 KV peak











Rating Arus o Load break switch



: 400A



o Busbar



: 630 A



o Fuse



: 100A



Short time withstand current o Untuk rating 450 A



:14.5 KA



c. Panel Meter Panel metering menyatu dan ada dibagian atas panel Incoming Alat ukur yang dipasang pada panel metering : 



KWH meter double trip







Tiga buah Ampere meter







1 buah Voltmeter







1 buah Voltmeter selector switch



d. Relay Protection 1. Relay protection dipasang untuk melindungi system terhadap gangguan: 99







Arus hubung singkat







Arus lebih (over current)







Arus gangguan lemah







Under voltage



2. Relay proteksi harus mempunyai spesifikasi : 



Tipe relay harus digital







Memiliki kekebalan elektromagnetik







Dapat melakukan pembacaan dan memori besarnya arus gangguan atau pemutusan







Jenis gangguan yang terjadi dapat dketahui dengan jelas







Relay harus dapat menerima catu arus 1 A atau 5 A secara flexible tanpa harus mengganti relaynya.







Relay harus mampu menahan arus steady state 8 A







Relay harus mempunyai fungsi self monitoring terus-menerus karena adanya kemampuan menyimpan informasi walaupun supply tegangan terputus.







Relay harus dapat men-hold apabila tegangan catu tiba0tiba hilang.







Relay harus mmungkinkan digunakan untuk diskriminasi up-stream dan down stream.







Relay harus mempunyai range setting kurva dan tanda waktu yang lebar. Direct time (DT), Invers Definite Minimum Time (IDMT) dan instantenous (50MS) sampai 50 detik







Memiliki fasilitas lock-out of closing order ketika adanya suatu gangguan.







Perubahan setting relay hanya memungkinkan dilakukan orang yang berkompeten karena adanya micro switch







Relay memiliki 1.2/50 µs impulse wave withstand samadengan 15 KV.



e. Catu daya Kontraktor harus menyediakan supply daya khusus yang dilengkapi dengan battery dan charger untuk catu teganganb relay proteksi yang ada dengan kapasitas sesuai kebutuhan. 16.6.2



Transformator 100



Transformer yang akan dipasang harus memiliki persyaratan sebagai berikut 



Standar Transformator dibuat, di desain dan ditest berdasarkan salah satu standar dibawah ini:







o IEC 76



-



internasional



o VDE/DW



-



jerman



o NEMA



-



USA



o BS



-



british



o SPLN 50/82



-



Indonesia



o UIE



-



perancis



Kondisi kerja Transformator itu akan dipasang pada lokasi dengan ketinggian tidak lebih dari 1000m diatas permukaan laut, dan maksimum ambient temperature tidak melebihi 40ºC. atmospheric Condition ± 90 % Humidity.











Karakteristik umum o Tipe transformer



: Hermetically sealed totally oil field



o Kondisi pelayanan



: indoor



o Jenis Minyak



: mineral oil class I, sesuai IEC



o Jumlah phasa



: 3 phasa



o Frekuensi



: 50 Hz



Spesifikasi Teknis o Kapasitas



: 1250KVA;2000KVA;3150KVA;



o Tegangan primer



: 20 KV



o Tegangan sekunder



: 0.4 KV



o Group Vektor



: Dyn 5



o Pendingin



: ONAN



o Kenaikan temperature a. Minyak



: 60 ºC



b. Kumparan



: 65 ºC



o No-load Losses



: max 3600 watt



o Load losses



:21000 Watt



o Impedance Voltage



:7 %



101



o Temperature insulation class



:A



o Off circuit tapping value



: + 2.5% ; + 5%



o Noise



: 65 dB



o Dimensi



:



 max panjang : 2350 mm ; 2350mm







 Lebar



: 1340 mm ; 1340 mm



 Tinggi



: 186 mm ; 1980 mm



Kelas isolasi dari kumparan o Tegangan system tertinggi a. Primer



: 24 KV



b. Sekunder



: 1.1 KV



o Impulse test Voltage a. Primer



: 125 KV



b. Sekunder



:0



o Applied test voltage







a. Primer



: 50 KV



b. Sekunder



: 3 KV



Efficiency Effivciency min : 98.49 % pada beban penuh, pada factor daya 0.8 dan 98.78% pada factor daya 1.0







Voltage drop Voltage drop max 5.11 % pada factor daya 0.8 dan 1.23 % pada factor daya 1.0







Kelengkapan Kelengkapan transformator antara lain : o Name plate, rating plate dan wiring diagram o HV plug-in type blushing c/w straight connector untuk 95 mm conductor cable. o LV porcelain bushig o Off-circuit tap changer o Oil filling valve o Oil draining valve



102



o Grounding terminal o Bidirectional roller o Fin type radiator o Oil level indicator o Oil thermometer c/w contact o Pressure relief device o Protective relay DMCR



16.6.3.



Panel Tegangan Rendah (LV Main Switchboard)



16.6.3.1. Umum o System pemasangan panel sesuai dengan standar internasional yang berlaku o Dapat dioperasikan dan di maintain dari depan dan dari belakang o Tipe panel adalah free standing o Indek proteksi konstruksi panel IP 54 standard BS 5190 IEC 144 o Supply daya masuk control harus 24 V DC o Dilengkapi relay Bantu untuk kebutuhan BAS o Kompartmen form mengacu pada form 4 IEC 439.1



16.6.3.2. Parameter-Parameter Sistem Elektrikal Parameter-parameter system secara detail dapat dilihat pada gambar tender Kondisi nominal supply daya yang dipakai sbb: Tegangan



: 400 V



Frekwensi



: 50 Hz



Phasa



:3



Fault level



: 65KA



Lama gangguan



: 1 detik



Netral



: pentanahan solid



16.6.3.3. Jenis Pengujian Panel-panel harus mempunyai sertifikat pengujian Pengujian antara lain : a. Ketahanan terhadap hubung singkat b. Tingkat proteksi dari bodi panel. c. Verifikasi dari batas kenaikan temparatur 103



d. Verifikasi dari dielektrik propertoes e. Internal archins fault test 16.6.3.4. Konstruksi 



Konstruksi terdiri dari modul-modul yang dapat dipisah untuk kebutuhan pemasangan dan pengangkutan







Dinding samping panel harus dapat dibuka untuk kebutuhan penambahan atau perawatan







Pintu panel harus dapat membuka penuh 135º







Ukuran masing-masing modul harus pas untuk dapat mengeluarkan peralatan dan mounting plate dengan mudah.







Pintu dihubungkan dengan pentanahan dengan flexible cooper braid







Desain dari panel harus menjamin pengurangan arching fault, keamanan manusia dan membatasi kerusakan ketika terjadi gangguan.







Panel dilengkapi dengan ventilasi yang cukup, panas yang ditimbul didalam panel tidak menimbulkan kenaikan temperature yang melebihi rating temperature yang diperbolehkan pada peralatan.







Semua komponen atau peralatan yang terpasang pada panel harus dapat dilepas tanpa harus melepas komponen atau peralatan lannya terlebih dahulu.







Tidak diijinkan memasang komponen diatas, bawah dan samping panel.







Lengkapi base mounting dengan menggunakan besi kanal 75 mm







Lengkapi panel dengan liftting eyes pada setiap bagian modulnya.







Panel harus terlindung dari serangga dengan tingkat perlindungan khusus.







Rangka atau support panel harus bebas karat dan kerak; dan harus mempunyai ketebalan minimum 2.0 mm







Penutup panel harus rigit, minimumteal tutup panel adalah 1.5 mm.







Lengkapi panel dengan anti-condensation heater pada incoming, metering modul dan tempat kabel.







Pemasangan baut harus memenuhi standard torsi, yang dianjurkan







Panel dicat dengan Powder coating dengan warna yang disetujui oleh engineer.



16.6.3.5



.Busbar 



Busbar harus diberi lapisan heat shrink insulation dengan warna yang sesuai dengan kode warna phasanya. 104







Busbar harus mampu menahan gangguan arus hubung singkat sampai breaker memutus arus gangguan tersebut.







Kapasitas arus yang disarankan adalah seperti yang terlihat pada diagram pada gambar tender.







Busbar harus dari jenis high grade Electrolyt copper dan diberi marking sesuai dengan harga yang dipakai.







Busbar harus diberi support dan isolasi dengan isoplator jenis high strength, non-tracking glass polyster material. Current density busbar tidak boleh lebih dari 2.5 A/mm2







Ukuran busbar netral harus sama dengan busbar phasa.







Ukuran busbar pentanahan minimum 40 x 5 mm yang dipasang sepanjang panel. Seluruh bagian logam yang tidak bertegangan dari panel harus titanah kan dengan menghubungkan dengan busbar ini. Terminal pentanhan eksternal akan dilengkapi untuk dihubungkan dengan busbar ini pada dua titik melalui kabel konduktor.







Dropper busbar harus mempunyai kemampuan menahan arus hubung singkat yang sama dengan busbar utama. Kemampuan arus beban adalah lebih besar dari kapasitas breaker yang terhubung.







Luasan busbar pada semua titik harus seragam (uniform).







Busbar harus diberi spare lubang dan mur baut untuk kebutuhan sambungan tembahan, min 20 % jumlah breaker terpasang.



16.6.3.6



Komponen-Komponen Panel



16.6.3.6.1 Air Circuit Breker (ACB) a. Circuit breaker harus dari jenis drow-out type dengan matching current transformer dan solid state transformer unit b. Solid state protection unit harus mempunyai inverse over current dan short circuit dengan karakteristik yang bisa diatur pada basis waktu dari arus. c. Jumlah pole seperti terlihat pada gambar diagram basis d. Mempunyai assesoris sebagai berikut : 



Motor operate spring charged operating mechanism yang dapat bekerja pada supply 230 V AC, 1 phasa, 50 Hz







Handle untuk untuk charging spring dengan tangan.



105







Close open push button untuk operasi mekanis. Lengkapi gembok dan kunci.







Spring charged – discharged mechanical indicator







Key lock untuk posisi connected disconnected dan test.







Door interlock







Functional indicator lkuntuk posisi connected, disconnected dan test.







Indicator ON, OFF breaker.







Fasilitas gembok dalam posisi disconnected atau test’ lengkapi dengan gembok dan kunci.







Fault trip indicator atau breaker reset push button.







Operation Counter







24 VDC shunt trip dan closing coil







4 NO + NC auxillary contact.







Safety shutter sisi busbar dan kabel dengan fasilitas gembik







ON, OFF, push button atau Trip Neutral Close Switch untuk operasi elektrik.







Under Voltage Relay







Auto/Manual switch.



16.6.3.6.2 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) 



MCCB-MCCB yang dipakai pada panel-panel LVMSB harus mempunyai rating uninterrupted duty. Short Circuit Performance Category Breaker tersebut harus P-2. rating aruss dan setting tripnya harus terliahat jelas dibagian depan breaker. MCCB tersebut harus mempunyai breaking Capacity 65 KA pada tegangan 380 V untuk waktu bertahan minimum 1 detik.







Mekanisme switching harus tipe quick make, quick break yang mempunyai manual operation yang independent.







Tipe handle adalah toggle atau rotary, secara mekanis bebas trip sehingga kontak-kontaknya tidak bias ditahan terhadap arus beban lebih dan huibungan singkat.







Indikasi yang jelas dari kondisi ON, OFF, dan trip harus disediakan. Tidak mungkin meletakan handle pada posisi trip secara manual.







Setiap pole-nya harus dilengkapi dengan over load dan short circuit tripping dengan karakteristik yang sesuai penggunaanya. Karakteristik Over Load 106



Teippong MCCB harus sesuai criteria yang diatur pada IEE Wiring Regulation. 



MCCB dengan karakteristik Tripping harus bias distel sehingga dapat diatur sesuai pemakaian.







Proteksi mekanis harus berupa thermal magnetic.







MCCB yang dikhususkan untuk Back-Up proteksi terhadap starter motor harus dari tipe Motor Breaker yang mampu memikul arus start motor dan digabungkan dengan proteksi arus hubung singkat magnetic yang bias adjust dimana instanious tripping pointnya dapat diatur sebagai fungsi dari arus beban rating breaker.



16.6.3.6.3. Load Break Switch 



Rating arus kontinyu seoerti gambar







Rating tegangan operasi 500-690 V







Rating impulse withstand voltage : 8 KV



16.6.3.6.4. Miniatur Circuit Breaker (MCB) 



MCB ini harus tertutup, jumlah pole dan rating arus sesuai gambar.







Karakteristik trip harus tipe C atau D, sesuai kebutuhan.







Minimum rating short circuit capacity harus 10 KA



16.6.3.6.5 Relay Proteksi 



Bila tidak ada ketentuan lain, relay proteksi harus mengacu pada BS. 142







Pemilihan plug harus sedemikian rupa sehingga setting plug dapat diubah dalam kondisi berbeban tanpa membuka current transformer , dan titik tapping arus yang paling tinggi secara otomatis harus dapat di diseleksi bila olug dibuka.







Relay proteksi arus lebih harus mempunyai setting arus yang bias diatur antara 50 % sampai dengan 200% dalam 7 step yang sama besar dan setting waktu dari 0.1 s/d 1.0 pada step yang sama besar.







Relay arus lebih harus memilliki hal berikut : o Arus pick-up 100-130 % setting plug. o Arus reset tidak lebih kecil dari 90% setting plug.



107



o Operating time tidak lebih kecil dari 9.0 detik bila arus lebih mencapai 130% aru setting plug dengan setting waktu 0.2 dan tidak lebih kecil dari 16 detik dengan setting waktu 3.0. 



Instantaneous high set over current protection harus terdiri dari 3 unit 1 phasa yang mempunyai continuously adjustable current rating antara 200% s/d 800% dari rating arus sekunder current transformer.







Relay harus terlindung dari debu dan terlindung dari binatang-binatang kecil







Indicator operasi harus dilengkapi pada masing-masing elemen proteksi dan dipasang pada relay yang sama. Relay harus mempunyai system Hand Reset yang bias dibuka tanpa mebuka bagian dari relay.







Kontak relay harus mampu menyalurkan atau memutuskan arus maksimum yang mungkin terjadi pada saat terjadi gangguan pada rangkaian yang dihubungkan.



16.6.3.6.6. Fuse-Switch, switch fuse dan isolating switch 



Seluruh fuse switch dan isolating switch yang digunakan pada panel utama harus sesuai dengan ketentuan BS 5419 dan BS 5486 Part 1 : 1986. semua kontak-kontaknya harus tertutup atau terbungkus penuh dan mempunyai breking capacity pada manual operation seperti yang ditentukan oleh standard yang berlaku. Switch fuse harus direncanakan untuk pemakaian dangan HRC Fuse







Seluruh Fuse Switch atau isolating switch harus dari produk yang sama yang produknya bias mengikuti kebutuhan spesifikasi.







Penggabungan beberapa merek dan tipe yang berbeda dari panel sangat dilarang.







Moving contact yang dipasang harus bisa dibuka dengan mudah untuk pengecekan dan perawatan



16.6.3.6.7. Fuse 



Fuse yang dipakai HRC Catridge Fuse, clas Q1 bersertifikat ASTA.







Rating tegangan 415 V 50 Hz. Rating breaking capacity 80 KA







Seluruh terminal-terminal yang bertegangan dan kontak-kontak harus tertutup dan memungkinkan untuk mengganti Fuse pada kondisi rangkaian bertegangan, tanpa bahaya terhadap sentuhan yang berteganagn. 108



16.6.3.7. Alat Ukur 16.6.3.7.1. Umum 



Jenis Alat Ukur adalah Moving Iron dengan accuracy class 1.5.







Ukuran minimal 96 mm segi empat, flash mounted.







Seluruh meteran harus dilengkapi dengan kaca non-glare dan dari pabrik yang sama.



16.6.3.7.2 Ammeter 



Ammeter harus dari jenis moving iron dan haru smampu mengalirkan aru sbeban penuh tanpa menimbulkan panas dan tidak akan mengalami gangguan bila panel menalami gangguan.







Semua ammeter harus mempunyai kemampuan beban lebih terus menerus sebear 120 % diatas batas skala selama 2 jam.







Harus dikengkapi setelan mekanis ke nol dan dapat diopearikan tanpa melepasnya.







Ammeter harus dapat memberikan pembacaan langsung tanpa suatu factor perkalian.







Ammeter harus disediakan untuk motor dengan kapasitas 30 KW keatas dan harus mampu menahan arus start dan harus mempunyai skala beban lebih yang diperkecil skalanya. Arus motor yang terbaca harus disediakan pada masing-masing phasa.







Ammeter untuk motor yang lebih kecil atau sama dengan 15 KW, ammeter harus cocok bekerja melelui current transformer dengan arus sekunder 5A. seluruh Ammeter harus mempunyai kelibrasi pergerakan 500% kali skalanya. Skala lebih yang diperkecil tersebut terletak diujung atas skala ammeter.







Meter-meter dipilih sedemikian rupa sehingga arus beban penuh dari motor kebih kurang 60% depleksi skala penuh.







Bearing harus anti karat dan tahan goncangan.



16.6.3.7.3. Voltmeter 



Kelas akurasi dari Voltmeter harus 1.5 dan mempunyai skala tambhan.







Voltmeter harus mempunyai stelan mekanis ke nol.







Ketentuan lain harus sama dengan klausal pada Ammeter.







Mempunyai skala 0-500 Volt 109



Phasa selector switch harus dipasang pada masing-masing Voltmeter untuk membaca tegangan phasa-kephasa dan phasa ke netral. Pada smbungan setiap phasa ke Voltmeter harus dilengkapi sekring potensial. HRC lengkap dengan catridge 2 Ampere. 16.6.3.7.4 KWH Meter 



KWH meter 3 phasa 4 kawat untuk panel utama dan panel distribusi tiga phasa, satu phasa 3 kawat untuk kios kecil.







Untuk panel menggunakan tipe surface mounted dan untuk kios menggunakan tipe wall mounted.







Untuk menggunakan power tiga phasa menggunakan double tarip







Tipe Moring Iron







Akurasi klas 1.0







Mempunyai double jewel bearing dan double insulated moulded case.







Angka pencatat KWH 6 digit.







Pasangan dengan CT untuk system 3 pahasa dan system 1 phasa yang melebihi 30 ampere beban.



16.6.3.7.5 Power Factor Meter Accuracy class power factor meter harus class 1. cocok untuk 3 phasa 4 wire, panjang skala 270° : 



Current



: …../5A untuk current transformer







Voltage



: 380/415 Volt



16.6.3.7.6 Current Transformer 



Current transformer harus dari jenis “Straight Trough” dan harus dari Class B temperature rise, tegangan primer 600V.







Current transformer harus dari jenis Epoxy Resin Encapsulated dan mampu menyediakan output yang diperlukan untuk mengoperasikan semua VA beban alat proteksi atau alat ukur.







Current transformer harus memiliki lilitan primer yang tetap dan inti solid yang tertutup dalam selubung cast resin.







Ranngkaian sekunder dari selubung setiap set current transformer (RST-N) harus ditanahkan hanya pada satu titik. Artinya harus dipersiapkan system yang bias memutuskan hubungan pentanahan tersebut untuk kebutuhan testing. 110







Current transformer untuk pengukuran harus dihubungkan ke blok terminal yang mudah dilepas pada saat pengetesan.







Klas akurasi Current Transformer tidak lebih kecil dari class 1 untuk kebutuhan pengukuran dan class 5P1 untuk kebutuhan proteksi.







Current Transformer harus mampu dioperasikan tanpa mengalami gangguan dengan open circuit disisi sekundernya dan beban penuh disisi primernya.







Current Transformer harus dipasang pada posisi yang mudah untuk diganti bila perlu tanpa membongkar peralatan-peralatan yang didekatnya.



16.6.3.7.7 Ammeter Selector Switch 



Ammeter selector switch harus dipasang dibagian depan panel dan harus tipe rotary dengan arus kontak buka dan tutup untuk dapat memilih pembacaan arus phasa ke phasa dan phasa ke netral dimana jelas tercantum pada switch tanda R-Y, Y-B, B-R, R-N, B-N, OFF.







Kontak pada selector switch harus mempunyai rating arus thermal 6 Ampere : 220 V 50 Hz.



16.6.3.7.8 Voltmeter Selector Switch 



Dipasang dibagian depan panel, tipe rotary. Kontak buka tutup untuk seleksi pengukuran phasa jelas tercntum pada switch, yaitu R-Y, Y-B, R-N, Y-N,dan OFF.



 16.6.3.8



Rating arus thermal kontak 6 amper : 220V,50 Hz.



Relay Kontrol dan Relay Bantu Relay control dan relay Bantu harus memiliki standard BS 142 dan dari tipe plug-in; untuk dipasang di rak, lengkap dengan socket penyambung kabel dan angker pemasangan cepat. Switch dari relay harus double break. Mudah dibuka untuk perawatan dan memilioki kapasitas rating arus yang cukup untuk membawa beban yang terhubung.



16.6.3.8.1 Relay Kontrol 1. Kontak bebas tegangan harus disediakan sesuai kebutuhan. 2. Kontak bebas tegangan umumnya disediakan untuk kebutuhan indikasi jarak jauh. 16.6.3.9



Kabel control



111



1. Seluruh alat ukur dan peralatan harus secara emyakinkan terpasang dan pemgkabelan bagian dalam yang ditarik harus sudah sesuai dengan posisinya yang bias diakses untuk kebutuhan perawatan. 2. Kabel bagian dalam harus berisolasi PVC, diberi warna atau label atau sleeve untuk diidentifikasi. Kabel control minimal berukuran 1. mm, kabel tembaga dan harus diterminasi pada Kippon atau blok terminal sejenis yang disetujui. 3. Bila control yang dipakai menggunakan battery supply, kabel DC secara total dipisahkan dari system utama dan diberi selubung. 4. Seluruh terminal harus diberi tutup dan diberi label dan tanda-tanda peringatan. Seluruh rangkaian dilengkapi dengan fuse yang bias dibuka untuk fasilitas pengisolasian, perawatan dan pemeriksaan. 16.6.3.10 Labelling 1. Seluruh bagian dari peralatan pada panel harus diberi label untuk mengindikasikan fungsinya dengan trafolyte label dan white engraved lettering dan dipasang dengan baut. 2. Tidak diperkenankan pemasangan label dengan lem, seluruh peralatan yang tidak dipasang pada panel juga harus diberi label seperti persyaratkan diatas. 16.6.3.11 Push Button Switch 1. Rating listrik Push Button Switch harus 500 V AC atau 250 V DC. Push button untuk kebutuhan alarm harus mempunyai rating 2 A dan untuk Kontrol rating 10 A. 2. Push Button harus dari tipe Flash Mounted, berbentuk bundar berdiameter 20 mm. 16.6.3.12. Sistem Pentanahan. Seluruh pekerjaan logam yang berhubungan dengan instalasi panel control motor yang tidak membentuk bagian rangkaian phasa atau netral, harus saling dihubungkan dan secara efektif ditanahkan mellui panel supplynya. 16.6.3.13 Blok Terminal 1. Blok terminal untuk kabel control mempunyai rating tidak kurang dari 20 A dan menggunakan baut. 2. Penempoatan blok terminal disesuai ka dengan arah kabel akan keluar. 3. Blok terminal yang berbeda tegangan harus dipiiiiisahkan, diberi label dan dinding pemisah. Terminal harus dilengkapi dengan penutup transparan.



112



4. Harus disediakan cadangan terminal pada blok terminal kurang lebih 30 kebutuhan. 16.6.4



Panel Distribusi 



Panel Distribusi adalah sub panel dari panel utama tegangan rendah (LVMS).







Penel distribusi berfungsoi untuk secara langsung mensupply beban power yang ada.



16.6.5







Panel distribusi harus memenuhi standard yang ada pada panel LVMSB.







Kompartment form mengacu pada form 2 IEC 439-1



Panel Kapasitor Panel kapasitor berfungsi untuk memperbaiki factor kerja dari supply listrik dibangunan. Panel kapasitor berisi antara lain :



16.6.5.1







Kapasitor







Kontaktor







Fuse







Power factor controller



Kapasitor 



Kapasitor harus memenuhi ketentuan:







Kapasitor dari jenis kering







Dielectric material : metalized polypropylene film







Bias memperbaiki kerusakan sendiri (self-healing)







System proteksi internal 100 % dimana dilengkapi dengan proteksi arus hubung singkat dan tekanan lebih (Over Pressure)







Mempunyai isolasi ganda dan tidak membutuhkan hubungan poentanahan.







Dalam kondisi rusak tidak menimbulkan uap ataupun api.







Karakteristik Kapasitor : o Tegangan nominal maksimum



: 470 V



o Insulation Level



: 0.66, 3KV RMS, 1 KV peak.



o Range temperature: o Temperature maksimum



: 55 ºC



o Temperature rata-rata pertahun



: 35 ºC



o Temperature rata-rata pada penode 24 jam o Beban lebih yang diijinkan



:35ºC



: 113







o Arus Lebih



: 50%



o Tegangan Lebih



: 20%



o Toleransi Kapasitansi



: 0, +5%



Kapsitor harus memenuhi standard IEC 831, NFC 54-104, VDE 9560, CSA dan Test UL 810



16.6.5.2



Kontaktor Kontaktor untuk pengontrol kerja kapasitor harus menggunakan kontaktor khusus untuk kapasitor dimana kutub tersambung lebih dahulu dan memenuhi kebutuhan sebagai berikut :



16.6.5.3







Maximum rated Volltage



: 660 V, 50Hz







Maximum ambient temperature



: 55 ºC



Fuse Untuk proteksi kapasitor terhadap gangguan arus hubung singkat atau arus lebih digunakan fuse. Fuse harus dari tipe HRC, dengan rating tidak kurang dari 1.7 kali rating arus kapasitor.



16.6.5.4



Power Factor Controller Power factor Controller berfungsi mengatur bekerjanya masing-masing kapasitor sesuai kebutuhan untuk memperbaiki factor kerja. Power factor controller harus dari tipe digital, dan terdiri dari 12 step controller. Tipe pasangan wall mounted dapat distel dan dioperasikan dari depan. Power factor controller harus memenuhi kebutuhan sebagai berikut :



16.6.6.







Feeding Voltage



: 220 atau 380V







Voltage Circuit tolerance



: +10% - 16%







Voltage circuit power



:12 VA







Frequency



: 50 Hz







Intensity Circuit



: X/5 Ampere







Intensity Circuit transient overload



: 10 In, selama 20 m detik



Filter Harmonic 



Filter harmonic berfungsi untuk melindungi kapasitor dari kelebihan tegangan / arus karena harmonic terlalu tinggi, juga berfungsi menurunkan persentase harmonic pada jaringan.







Pengukuran harmonic dilakukan dengan menggunakan harmoinic analyzer, pengukuran baik dilakukan dengan beban jaringan mencapai 100% 114







Bila ternyata harmonic jaringan telkah mencapai besaran yang membahayakan (sesuai perhitungan specialist) baru dipasangkan fiolter harmonic.







Filter harmonic dipasang langsung kekapasitor bank dengan kapasitas sesuai kebutuhan. Untuk ini kontraktor harus menyediakan space dan fasilitas terminal penyambungan filter harmonic pada setiap kapasitor bank untuk memfasilitasi penyambungan filter harmonic dikemudian hari bila diperlukan. Space panel yang disediakan harus cukup dengan pemasangan filter harmonic dengan kapasitas maksimal.



16.6.7



Busduct System Busduct merupakan system saluran utama dari sumber daya yang ada, baik dari PLN maupun sumber daya dari generator. Busduct harus dari jenis copper conductor dengan rating sebagaimana telah diunjukan pada gambar. Busduct sepenuhnya harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut : a. Busduct harus didisain untuk pemakaian system 3 pahasa 4 kawat, 660 V, dengan ukuran penampang netral sama dengan penampang phasa; dan grounding 50% penampung/kapasitas phasanya. Busduct harus memenuhi standard JIS XC 8364, IEC 60439-2 dan BSEN 60439-2 yang mana harus memenuhi tipe uji ASTA. b. Busdact harus dari jenis low impedance dan seluruhnya tertutup untuk melindunginya terhadap gangguan melkanis air dan debu dan memenuhi indeks proteksi minimum IP54 weather proof type. c. Busbar tembaganya harus terbuat dari copper conductor 99,9% dan harus dari electrotin coated dan diisolasi dengan epoxy coated insulation class B 130 ºC dengan ketebalan 1.6mm d. Sambungan busduct harus tipe direct join one bolt, yang diisolasi penuh. Pemakaian join stock / pack tidak diijinkan. e. Semua system Busdust harus memungkinkan untuk dilepaskan sebagian tanpa mengganggu 2 bagian lainnya. f. Semua baut penyambung harus dilengkapi dengan Bellevile washer agar tekanan pada sambungannya merata.



115



g. Semua sambungan harus dilengkapi engan baut torsi and mur-mur yang bebas perawatan yang kepala bagian luar akan berhenti berputar ketika pengencangan torsi mencapai 1200kg s-cm. h. Kenaikan tempertur pada setiap titik pada busduct tidak melebihi 55 ºC pada ambient temperature 40 ºC bila dioperasikan pada beban penuh. i. External file barrier harus termasuk bagian integral dari busduct dan dipasang menembus dinding atau lantai. j. Busduct harus mampu menahan tingkat gangguan lebih kurang 50KA pada 415V, 50Hz selama 1 detik. k. Busduct untuk pemakaian indoor harus weather proof, jadi dibuat bias mencegah masuknya air kedalamnya, termasuk seluruh sambungan dan belokan tanpa penutup luar yang bukan merupakan bagian dari konstruksi busduct tersebut. Penggunaan flexible braided conductor disesuaikan denngan kebutuhan system instalasi. Supporting harus dari galvanized steel dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi beban. 16.6.8



Kabel Tegangan Menengah 1. Kabel tegangan menengah berikut perlengkapannya yang akan dipergunakan mengikuti standard VDE/DIN serta mengikuti peraturan-peraturan IEC dan PUIL serta peraturan lainnya yang berlku diIndonesia. 2. Kabel tegangan menengah yang dipergunakan adalah sebagai berikut : a. Karakteristik listrik : i. Jenis kabel



: lihat gambar



ii.Penampang kabel



: lihat gambar



iii.Tegangan kerja antara phase dengan phase



: 20 KV



iv.Frekuensi



: 50 Hz



v.Tegangan uji AC (3x15 menit)



: 30 KV



vi.Tegangan uji



: 70KV



b. Penghubung antara panel TM kesisi TM dari transformer dipakai kabel dengan tipe dan diameter lihat gambar (kabel dengan isolasi polyethylene, XLPE)



116



c. Sebelum pemasangan maka kabel serta peralatan-peralatan Bantu lainnya yang akan digunakan harus diajukan sertifikat pengujiannya terlebih dahulu kepada Diresi/Manajemen Konstruksi. 16.6.9



Kabel Tahan Api 1. Kabel tahan api harus kinduktor tembaga dan daya tahan terhadap api 1 jam 2. Kabel harus flame retardant, bias mati sendiri, tingkat asap rendah dan tidak mengandung halogen. 3. Kabel tahan api harus dipasang sesuai instruksi pabrik 4. Kabel tahan api harus diikat dengan pengikat kabel stainless steel 5. Kabel tahan api harus mempunyai rating tegangan lebih dari 0.6/1 kV dan harus mampu untuk system utama 50Hz Selubung luar kabel tahan api harus berwarna coklat.



16.6.10



Rak Kabel o Ukuran rak kabel sesuai dengan yang tertera pada gambar o Cara pemasangan rak kabel harus digantung pada dak beton dengan besi bulat berukir yang digalvanis o Pada setiap belokan atau pencabangan harus menggunakan standard rak kabel yang ada dan tidak diijinkan menggunakn rak lurus yang dimodifikasi dan dilas. o Pada setiap sambungan rak harus diberi cable connector untuk memastikan kontunitas sambungan secara



elektrik



o Rak kabel harus dihubungkan dengan system grounding yang ada o Rak kabel yang dipasang didalam shaft atau dinding haruss dilengkapi dengan support dan bahan UNP dan harus dipasang pada setiap jarak 1 m o Kabel yang dipasang pada rak-kabel harus diikat denga kabel ties o Standar material rak kabel Standard finishing



16.6.11



: Plat besi tebal 2 mm : hot dip galvanished ± 80 micron



Saluran Kabel (Conduit) 1. Jenis Conduit yang dipakai adalah PVC high impact, kecuali pada plant room menggunakan conduit galvanis, diameter nominal minimum 20 mm 2. Bending pada conduit tidak boleh lebih kecil dari 90º. 3. Sebelum memasukkan kabel, conduit harus bersih



117



4. Pull box atau joint Box harus disediakan pada interval tidak lebih dari 25m untuk instalasi conduit meskipun tidak ada indikasi didalam gambar. 5. Fleksibel Conduit harus dipasang uintuk akhir sambungan keperalaatan yang menimbulkan getaran.



118



BAB V KESIMPULAN 5.1



Kesimpulan Gardu distribusi adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan daya



listrik dari tegangan menengah ke tegangan rendah lalu ke konsumen, dimana didalam gardu tersebut terdapat peralatan pengaman yang dapat melindung peralatan-peralatan itu sendiri dan manusia. Dalam merancang gardu distirbusi banyak hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga keandalan system pendistribusian, khususnya peralatan pengaman. Karena harus dilakukan perhitungan terlebih dahulu dalam melakukan pemilihan peralatannya, seperti rated voltage, rated isulation level, rated frequency, rated normal current, rated characteristic breaking current, rated transient recovery voltage, rated short circuit making current, dan rated operating current. Dalam menentukan peralatan yang dipakai juga diperlukan pertimbangan antara lain: keandalan peralatan, harga peralatan, perawatan dan umur dari peralatan. Biasanya konsumen tidak hanya menginginkan hal itu, tetapi bagaimana tenaga listrik itu tidak padam pada saat terjadi gangguan dari PLN. Dengan demikian seorang perancang gardu distribusi haruslah mengetahui hal tersebut dan menambahkan peralatanperalatan yang diinginkan oleh konsumen. Peralatan tersebut biasanya menggunakan UPS dan genset yang dikontrol oleh AMF secara otomatis sebagai supply cadangan. Dasar pemilihan dari genset atau UPS adalah dilihat dari bebannya, untuk kelompok beban yang memerlukan kehandalan tinggi maka dipilih UPS, dengan maksud agar tidak ada jeda waktu ketika suplay utama mengalami gangguan/padam, sedangkan untuk kelompok beban yang kurang memerlukan keandalan yang tinggi dapat mempergunakan genset sebagai suplay cadangan yang pengoperasiaannya dikontrol secara otomatis oleh AMF.



119



5.2



Katalog



120



121



122



123



124



125



126



127



128



129



DAFTAR PUSTAKA 



Buku Standar Konstruksi- Versi PLN Pusat. (2010)







Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000. (2000)







Kahael Electrotechnics. www.kahael.com. (20 Desember 2013)



iii