Perbaikan Mkakalah Tugas 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ILMU BEDAH UMUM “PENJAHITAN LUKA”



KELOMPOK 6A : TERESITA M. UA LAKAWOLO (1709010013) MONIKA N NENOTEK



(1709010015)



ADRIANA G NOMLENI



(1709010041)



VENANSIUS J LABHU



(1709010053)



PINCE K.M IROTI



(1709010061)



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENJAHITAN LUKA”. Makalah ini kami susun secara maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami menyampaikan banyak terimakasih atas peran serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Kupang, Agustus 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………....i DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….iii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………1 1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………………………....1 1.3 TUJUAN……………………………………………………………………………...2 BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Klasifikasi Benang Berdasarkan Material Penyusunnya Serta Kegunaanya………..3 2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Dari Setiap Benang Pada Poin 1………………………4 2.3 Klasifikasi Tipe Jarum Operasi Dan Fungsi Dalam Setiap Penjahitan Luka…….....5 2.4 Macam-Macam Simpul Operasi……………………………………………………..7 2.5 Macam-Macam Pola Jahitan Luka Serta Jenis Jaringan Yang Sesuai Untuk Dijahit Dengan Pola Tersebut……………………………………………………………………………14 BAB III PENUTUP 3.1 SIMPULAN………………………………………………………………………...22 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………23



ii



DAFTAR GAMBAR: 1. Komponen Dasar Jarum Operasi……………………………………………………….5 2. Macam-macam jarum…………………………………………………………...6 3. Jenis-jenis ujung jarum…………………………………………………………………7 4. Macam-macam simpul…………………………………………………………………8 5. Simpul ikat ……………………………………………………………………………9 6. pengikatan instrumen…………………………………………………………………10 7. Teknik untuk mengikat simpul satu tangan dan dua tangan…………………...10 8. Teknik untuk mengikat simpul satu tangan dan dua tangan…………………...11 9. Kedua benang ditarik…………………………………………………………...11 10. Simpul persegi dua tangan……………………………………………………...12 11. Simpul persegi disilangkan……………………………………………………..12 12. Menutup simpul………………………………………………………………...13 13. Pola penjahitan………………………………………………………………….14 14. Pola Lambert…………………………………………………………………...18 15. Pola Halstead…………………………………………………………………...18 16. Pola Crushing…………………………………………………………………...19 17. Pola Cross……………………………………………………………………....19 18. Pola Corner Stitch……………………………………………………………….19 19. Pola pure-string…………………………………………………………………20 20. Pola Stapler………………………………………………………………….......20 21. Pola Skin Tapes……………………………………………………………….....20



iii



BAB I PENDAHULUHAN 1.1 LATAR BELAKANG Diagnosa klinik merupakan ilmu yang mempelajari teknik diagnosis standard dari suatu penyakit berdasarkan pada pemahaman terhadap normal atau abnormalnya parameter patofisiologi yang dapat di identifikasi dari tubuh dengan menggunakan teknik-teknik diagnosa standard.(Anonim,2014) Teknik penjahitan luka yang digunakan dalam kedokteran terdiri dari berbagai jenis teknik seperti simple interupted sutures, continuous suture, continuos locking, subcuticular sutures, mattres sutures dan hemoragic sutures. Teknik simple interupted sutures pada dasarnya adlah teknik penjahitan yang menyatukan daerah-daerah jaringan luka yang berdekatan. Jarak dari titik tusukan ke tepi luka harus sama dengan jarak dari jarum titik keluar ke margin luka. Kedalaman tusukan juga harus sama pada kedua tepi luka. Sedangkan hemoragic suture adalah tehnik penjahitan yang digunakan untuk mendekatkan tepi luka. Baik teknik penjahitan, mau3pun bahan jahit yang digunakan dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka. Pengetahuan penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena pembedahan membuat luka sayatan dan penjahitan bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme atau bakteri. Material penjahitan yang berkualitas adalah yang meliputi syarat-syarat tertentu. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana klasifikasi benang berdasarkan material penyusunnya serta kegunaanya ? 2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari setiap benang pada poin 1 ? 3. Bagaimana klasifikasi tipe jarum operasi dan fungsi dalam setiap penjahitan luka ? 4. Apa saja contoh macam-macam simpul operasi ? 5. Apa saja contoh macam-macam pola jahitan luka serta jenis jaringan yang sesuai untuk dijahit dengan pola tersebut ? 1



1.3 TUJUHAN 1. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi benang berdasarkan material penyusunnya serta kegunaanya ? 2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari setiap benang pada poin 1 3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi tipe jarum operasi dan fungsi dalam setiap penjahitan luka 4. Untuk mengetahui apa saja contoh macam-macam simpul operasi 5. Untuk mengetahui apa saja contoh macam-macam pola jahitan luka serta jenis jaringan yang sesuai untuk dijahit dengan pola tersebut



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1Klasifikasi benang berdasarkan material penyusunnya serta kegunannya dibagi atas dua yaitu: benang absorbable dan non-absorbable (Fossum, T.W. 2013.) a. Benang Absorbable Absorbable suture material. Benang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh enzim atau dapat dihidrolisis oleh tubuh. Benang absorbable (diserap)merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan collagen mamalia sehat ataudari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi,sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di dalam tubuh. Benang dapat diserap oleh tubuh bersamaan dengan waktu kesembuhan luka terjadi. Benang jenis absorbable dapat dibagi atas alami dan sintetik. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan alamadalah catgut (terbuat dari usus kucing, domba) ,collagen, cargille membrane, kangarootendon, dan fascia lata. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah polyglicolic acid (dexon), polyglactic acid (vicryl), polydioxanone (PDS), dan polytrimethlylene carbonate (maxon). Benang jahit jenis absorbable yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran adalah catgut yang dimodifikasi dengan cara perendaman dalam larutan garam asam kromat karena memiliki waktu penyerapan yang lebih lama dan daya reaktivitas jaringan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan catgut yangtidak dimodifikasi. Pada umumnya, benang absorbable memiliki waktu 70-90 hari untuk diserap tubuh. Benang absorbable diabsorpsi melalui dua mekanisme, yaitu : 1. Benang diabsorpsi melalui pencernaan oleh enzim jaringan, misalnya vicryl dandexon. 2. Benang diabsoprsi melalui proses rejeksi immunologis misalnya cat gut. Keuntungan menggunakan benang cat gut dalam operasi adalah diserap tubuh, dapat digunakan untuk jahitan kontinyu karena cepat menutup luka, dan dapat digunakan untuk jahitan terputus kalau bekerja pada daerah terinfeksi, dan merupakan bahan pilihan.



3



Benang yang diserap jumlah dan jenisnya bermacam-macam, menurut US. Pharmocope pembagian benang adalah : 1. Plain cat gut, disebut juga benang type A. Fungsinya untuk menjahit jaringan lunak seperti sub cutan, otot, uterus, dan usus. Benang ini diserap tubuh 3-7 hari. 2. Milk chromic cat gut, disebut juga benang type B. Fungsinya adalah untuk menjahit usus, uterus, dan vesica urineria. Benang ini diserap tubuh lebih lama dari type A yaitu 14 hari. 3. Medium chromic cat gut, disebut juga benang type C. Benang ini diserap tubuh 20 hari. 4. Extra chromic cat gut, disebut juga benang type D. Benang ini diserap tubuh 40 hari.



b. Non Absorbable Suture Material Benang non-absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna oleh enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh. Benang jenis non-absorbable dapat pula dibagi atas alami dan sintetik. Benang non-absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah silk, linen, dan cotton. Jenis benang non-absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah nylon, polypropylene, braided polyester, dan polybutester. Jenis benang nonabsorbable yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran adalah silk dengan ukuran 4-0 dan 3-0. Benang silk terbuat dari pintalan filamen protein alami oleh ulat sutra. Benang silk mudah dipakai dan disimpul serta relatif murah. Namun, benang jenis ini harus segera dibuka pada minggu pertama setelah dipasang karena memiliki potensi untuk menyebabkan inflamasi dan infeksi akibat sifatnya yang mudah mengalami penumpukan akumulasi plak serta dapat menyebabkan bakteri masuk kedalam luka.



2.2 kelebihan dan kekurangan dari benang absorben dan non absorben Absorbable suture material Keuntungan menggunakan benang cat gut dalam operasi adalah mudah diserap tubuh,dapat digunakan untuk jahitan kontinyu karena cepat menutup luka dan dapatdigunakan untuk jahitan terputus kalau bekerja pada daerah terinfeksi. Selain itu penggunaan dari jenis benang ini adalah tidak perlu dilakukan tindakan untuk mengambil kembali benang dari tubuh.Kekurangan penggunaan benang ini adalah memberikan bekas luka jahitan yang terlihat, oleh sebab itu benang ini digunakan pada bagian bawah kulit. 4



Non Absorbable Suture Material. Keuntungan menggunakan benang yang tidak diserap (non absorable) adalahpembalutannya terjamin dan tidak akan berubah dalam beberapa hari, reaksi jaringanyang ditimbulkan lebih ringan, simpulnya tidak mudah lepas, dan benang dapatdipotong tepat pada simpulnya sehingga lebih



sedikit



benang



ditinggalkan



padajaringan,



dapatmemegang



jaringan



secara



permanen.kekurangannya adalah benang akan menjadi benda asing yang tertinggal di dalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel (Hickman, 1995). 2.3 Klasifikasi Tipe Jarum Operasi dan Fungsi dalam Penjahitan Luka Jarum operasi banyak jenisnya dan dapat dibedakan berdasarkan ujung jarum atau ukurannya. Pemilihan jarum operasi dilakukan berdasarkan jenis jaringan yang akan dijahit (ketebalan, elastisitas, kekuatan), topografi luka (dalam, dangkal), dan tipe jarum operasi (ujung, badan, diameter). Jarum jahit tersedia dalam beragam bentuk, diameter, dan ukuran. Secara umum, jarum jahit terdiri atas tiga bagian, yaitu needle point, needle body, dan swaged (pressfit)end. Needle point berbentuk tajam dan berfungsi untuk penetrasi kedalam jaringan. Body merupakan bagian tengah dari jarum jahit. Sedangkan swaged (press-fit) end merupakan bagian tempat menempelnya benang. Jarum jahit digunakan untuk menutup luka insisi pada mukosa dan biasanya berbentuk round atau triangular. Jarum jahit biasanya terbuat dari besi tahan karat (stainless steel) yang kuat dan fleksibel. Jarum jahit memiliki bentuk dan jenis yang beragam seperti straight needle, curvedneedle, eyed needle, dan eyeless needle. Selain itu, jarum jahit juga tersedia dalam berbagai ukuran, yaitu 1/4, 3/8, 1/2, dan 5/8. Jenis jarum jahit yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran adalah curved (circle) needle dengan ukuran 3/8 dan 1/2.Tiga komponen dasar dari jarum operasi yang digunakan untuk membedakan jarum operasi adalah pangkal jarum (pangkal yang menyatu dengan benang, pangkal berlubang), badan dan ujung jarum.



5 Gambar 1. Komponen Dasar Jarum Operasi. 1a.Jarum dengan pangkal menyatu dengan benang;



1b. Pangkal berlobang; 1c. Bentuk badan jarum lurus atau melingkar (1/4, 5/8, ½, 3/8)(Sudisma,2017).



Ujung jarum operasi ada yang tajam berbentuk segitiga atau berbentuk bulat, seperti padagambar. Jarum lurus dapat dipakai dalam setiap situasi asal tidak membelok, biasa dipakaiuntuk menjahit kulit.Jarum lengkung dapat digunakan untuk menjahit kulit atau struktur yang lebihdalam. Kelengkungan jarum bermacam-macam, antara lain 1/4, 3/8, 1/2 atau 5/8lingkaran.



Gambar 2 macam-macam jarum(Sudisma, 2017).



6



Gambar3 Jenis-jenis ujung jarum(Sudisma, 2017)



Desain jarum yang dipilih tergantung pada lokasi operasi dan jenis jaringan yang akan digunakan bersama. Itu harus sekecil kaliber karena bahan jahitan akan memungkinkan dan secara umum jarum lurus lebih disukai daripada jarum melengkung karena lebih mudah untuk menangani dan mengantisipasi di mana titik akan muncul.



2.4. Contoh Macam-Macam Simpul Operasi Simpul merupakan bagian penting dalam tindakan bedah. Proses hemostasis, penyambungan jaringan, jahitan akan bertahan jika dilakukan penyimpulan dengan teknik yang benar. Tiap jaringan yang dijahit mempunyai karakter yang berbeda, untuk itulah diperlukan teknik penyimpulan yang berbeda pula. Prinsip – Prinsip Dalam Membuat Simpul 



Kuat dan tidak mudah lepas,







Sederhana







Ikatan sekecil mungkin, ujung dipotong secukupnya.







TidakTidak boleh ada gesekan antara untaian benang yang akan melemahkan jahitan 7







Tidak boleh ada kerusakan materi jahitan (tidak boleh menjepit benang dengan instrumen)







Tidak boleh terdapat tarikan yang berlebihan







Pertahankan tarikan pada satu ujung benang setelah ikatan pertama supaya lilitan tidak longgar pada jahitan kontinu



Macam-macam Simpul Operasi Simpul terdiri dari setidaknya dua benang yang diletakkan di atas satu sama lain dan dikencangkan. Benang dapat disambungkan secara paralel, seperti pada simpul persegi, atau melintang, atau seperti pada simpul granny.



Gambar 4 .4a square. 4b granny. 4c half-hitch or tumbled. 4d surgeon’sTipe simpul (Fossum, 2013)



Teknik mengikat simpul yang benar sangat penting karena simpul yang diikat tidak benar (mis., Simpul yang putus, setengah ikatan, atau simpul granny) dapat menyebabkan dehiscence. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan simpul adalah jenis benang, panjang ujung yang dipotong, konfigurasi struktural simpul, jumlah benang yang digunakan dalam konstruksi simpul, dan pengalaman dokter yang melakukan operasi. Konfigurasi yang tepat untuk simpul adalah superimposisi dari kuadrat knot. Cara membuat Simpul surgeon’s (gesekan)adalah dengan melakukan buat simpul pertama sebanyak dua kali. 8 Karena adanya bahan jahitan tambahan, simpul ini tidak dapat dikencangkan dengan mudah dan hanya dapat menahan sedikit ketegangan pada loop jahitan. Meskipun sering



digunakan di daerah dengan tonus yang tinggi, umumnya tidak direkomendasikan untuk digunakan dengan bahan berlapis atau monofilamen, dan harus dihindari. Simpul surgeon;s tidak direkomendasikan untuk ligasi pembuluh darah. Simpul Miller, simpul konstriktor, dan simpul ikatan dianggap paling andal ketika digunakan sebagai simpul pertama untuk ligasi pembuluh darah.



Gambar 5. Simpul ikat (Fossum,2013)



Jahitan multifilamen umumnya memiliki sifat ikatan yang lebih baik daripada bahan monofilamen; Namun, melapisi jahitan untuk mengurangi hambatan jaringan dapat mengurangi keamanan simpul. Untuk mencegah jaringan terikat terlalu kuat, ketegangan berlebihan harus dihindari ketika mengikat simpul (kecuali pengikatan hemostasis). Jahitan kulit yang terlalu ketat menyebabkan pasien merasa tidak nyaman dan dapat berusaha melepaskan jahitan sebelum waktunya.(fossum, 2013). 1. Ikatan Instrumen Loop pertama dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.3, setelah itu benang tidak boleh diangkat karena menyebabkan tekanan yang tidak merata ke seluruh permukaan jahitan dan menyebabkan jahitan menjadi longgar. Jahitan yang berlawanan harus ditarik tegak lurus dengan sumbu panjang sayatan.



9



Gambar7. Ikatan Instrumen (Fossum, 2013)



Gambar 6 . pengikatan instrumen. (6a) Tempatkan ujung pemegang jarum di antara dua untaian jahitan. Lilitkan untaian terdekat (putih, atau ujung panjang) di sekitar tempat jarum untuk membentuk lingkaran dan pegang ujung ujung jahitan yang jauh (hitam, atau pendek) dari jarum. (6b) Ujung pendek diarahkan ke operator (melalui loop) dengan membalikkan tangan, dan jahitan dikencangkan pelan-pelan. (6c) Untuk simpul kedua, bungkus untaian terjauh (putih, atau panjang) di atas pemegang jarum untuk membentuk lingkaran, pegang ujung jahitan terdekat (hitam, atau ujung pendek), dan (6d) tarik melalui loop, pas meletakkan simpul ke bawah untuk mencegah pengetatan jahitan secara berlebihan. Jaga agar tangan tetap rendah dan sejajar saat mengencangkan jahitan untuk mencegah simpul jatuh ataupun slip (fossum, 2013).



2. Ikatan Tangan Ikatan tangan digunakan di daerah yang sulit dijangkau seperti pada penutupan torakotomi. Teknik satu tangan atau dua tangan dapat digunakan. Teknik dua tangan memungkinkan kontrol dan akurasi yang lebih baik; Namun, teknik satu tangan lebih efektif di area yang terbatas. Teknik untuk mengikat simpul satu tangan dan dua tangan ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8(fossum, 2013)



10



Gambar 7 Simpul persegi satu tangan (tangan kanan). (7a) Refleksikan jahitan kanan (putih) di antara tiga jari tangan kanan (sarung tangan putih) dan pegang di antara jari telunjuk dan ibu jari. (7b) Pegang jahitan kiri (hitam) di tangan kiri (sarung tangan gelap) dan letakkan di antara jari



telunjuk dan jari kedua tangan kanan. (7c) Phalanx distal dari jari kedua tangan kanan dilenturkan dan ditarik untai kiri ke kanan untai kanan. Perpanjang ujung jari kedua sehingga untaian putih ditarik dengan itu melalui loop. (7d) Tarik untai kanan melalui loop dengan ujung jari kedua dan ketiga tangan kanan. (Fossum, 2013).



Gambar 8. (8e) tangan disilangkan dan kedua helai ditarik. (8f) Jari telunjuk tangan kanan ditempatkan di antara untai kanan (hitam) dan kiri (putih) sehingga untaian tangan kiri membentuk lingkaran dengan kanan. Phalanx distal jari telunjuk kanan dilenturkan. Simpul persegi satu tangan (tangan kanan). (8g) Rentangkan phalanx distal jari telunjuk kanan untuk menarik untai kanan melalui loop. (8h) Tarik untai kanan melalui loop. (Fossum, 2013).



Gambar 9. kedua benang ditarik (Fossum, 2013) 11



Gambar10. simpul persegi dua tangan (tangan kanan). (10a) Perluas jari telunjuk tangan kanan (sarung tangan putih) sebagai jembatan dan tempatkan untai kanan (putih) di atasnya. Pegang untai kiri (hitam) di telapak tangan kiri (sarung tangan gelap). (10b) Lewati ibu jari kiri di bawah dan di sekitar untai kanan dan kemudian ke kiri untai kiri. (10c) perkenalkan jari telunjuk kiri antara helai silang (dengan jempol kiri). (10d) membawa untaian kanan ke jari dan jempol indeks kiri dan, (10e) menggunakan jari dan jempol indeks kiri Anda, bawa melalui loop. (10f) Kembalikan jahitan ke tangan kanan. Simpul persegi dua tangan (tangan kanan). (Fossum, 2013).



12



Gambar 11. (11g) tangan disilang dan jahitan ditegangkan. (11h) Tempatkan jempol kiri di antara dua helai dan dibuat lingkaran dengan tangan kanan. (11i) Tempatkan jari telunjuk kiri melalui loop dan menggunakannya dan jempol kiri untuk memegang untai kiri (putih) dan (11j) menarik atau mendorongnya melalui loop. (11k) melewati untai kiri dari tangan kiri ke ibu jari kanan dan jari telunjuk setelah lewat melalui loop dan (11l) bahkan berlaku ketegangan untuk helai jahitan untuk mengencangkan simpul persegi(Fossum, 2013). 3. Menutup simpul Simpul subkutan dan pola jahitan subcuticular ditutup untuk mengurangi iritasi yang disebabkan oleh gesekan simpul terhadap jaringan. Gambar 2.4.6 Mendeskripsi prosedur ini menggunakan simpul kuadrat yang tertanam. Untuk altetnatifnya digunakan simpul jahitan selflocking yang dapat digunakan pada jahitan intradermal dan conyunious closure of subcutaneous. (Fossum, 2013).



Gambar 12. (12a) untuk menutup jahitan terputus yang sederhana, jarum ditusukan kedalam jaringan subkutan jauh dan kemudian diarahken ke jaringan dermis. Kemudian dilewatkan garis sayatan dan jarum ditusukan kembali ke jaringan subkutan kemudian diarahkan kembali ke jaringan dermis. (12b) untuk menutup simpul pada akhir garis jahitan kontinu, angkat loop jahitan dari garis kemudian jarum dimasukan dari subkutan menuju area superficial, benang. Bergantian, setelah pola kontinu selesai, majukan jarum 2 sampai 3 mm ke sisi yang berlawanan. 13



Tempatkan luka vertikal dari pertengahan dermis ke jaringan subkutan. Kemudian masukkan jarum di sisi yang berlawanan, diarahkan vertikal dari jaringan subkutan, keluar pada pertengahan dermis dalam 2 sampai 3 mm commissure. Buat 2-cm loop jahitan antara dua luka vertikal. Ambil ujung vertikal ketiga sejajar dengan yang pertama, memulai di Mid-dermis, tetapi keluar lebih dalam di lapisan subkutan. Bawa jarum di antara loop terbuka dan jahitan akhir melintasi sayatan. Terapkan ketegangan pada loop terbuka untuk mengencangkan jahitan horizontal dan menempatkan margin luka, lalu mengikat ujung jahitan bebas ke loop terbuka dengan empat sampai lima lemparan untuk menyelesaikan simpul dan menutup luka. Trim loop 2 sampai 3 mm di atas simpul. Masukkan jarum dekat dengan simpul, bertujuan untuk keluar dari dermis setidaknya 1 cm lateral sayatan. Simpul ditarik lebih dalam ke dalam jaringan, di bawah dermis.



2.5.Contoh Macam-Macam Pola Jahitan Luka serta Jenis Jaringan Yang Sesuai untuk Dijahit dengan Pola. Pola jahitan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu polajahitan menerus (continuous) dan terputus (interrupted),



Gambar 13.13a.Pola Menerus (Continuous) dan 13b.Terputus (Interrupted)(Sudisma, 2017) Penjahitan luka memiliki teknik yang beragam, seperti simple interruptedsuture, simple continuous suture, locking continuous suture, vertical mattress suture,horizontal mattress suture, subcuticular suture, dan figure-of-eight suture.Meskipun demikian, teknik-teknik penjahitan luka tersebut haruslah memenuhi prinsip- prinsipumum penjahitan luka seperti dibawah ini:



14



a. Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian dari tempat masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit. b. Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendicular (tegaklurus) terhadap permukaan jaringan. c. Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang sama padakedua sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari tepi luka. Sedangkanjarak antara jahitan yang satu dengan yang lainnya berkisar 3-4mm. d. Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat. e. Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas garis insisi. Secara umum, teknik penjahitan dibedakan menjadi : a. Simple Interupted Suture Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan apabila tidak ada teknikpenjahitan



lain



yang



memungkinkan



untuk



diterapkan.



Terbanyak



digunakan



karenasederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagiantubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan salingmenunjang satu dengan lain. Keuntungan jahitan ini adalah mudah, kekuatan jahitan besar,kecil kemungkinan menjerat sistem sirkulasi sehingga mengurangi edema, mudah untukmengatur tepi-tepi luka, bila benang putus hanya satu tempat yang terbuka dan bila terjadiinfeksi luka cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktulebih lama untuk mengerjakannya. Interrupted suture bisa berbentuk jahitan simple, atausubkutikuler, matras vertikal ataupun matras horizontal. Penjahitan dianjurkan dimulai di tengahdan dilanjutkan setiap pertengahan dari insisi yang tersisa. b. Simple Continous Suture Adalah suatu serial jahitan yang dibuat dengan menggunakan benang tanpa terputus antarajahitan sebelum dan sesudahnya. Untaian benang dapat diikat pada setiap ujung jahitan. Cara inidapat dilakukan dengan cepat, kekuatan tegangan seluruh jahitan sepanjang luka hampirsama. Tarikan yang terlalu kuat harus dihindari untuk mencegah putusnya jahitan yang akanmerusak semua jahitan. Biasanya digunakan diperitoneum atau fascia dinding abdomen. Untukluka infeksi tidak dianjurkan menggunakan teknik ini. Kerugiannya, jika satu jahitan longgarmaka akan berpengaruh terhadap jahitan sebelum atau sesudahnya. 15



Simple Continous juga disebut Jahitan jelujur yang menempatkan simpul hanya padaujungujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akanterbuka seluruhnya.



Jahitan



ini



sangat



sederhana,



sama



dengan



kita



menjelujur



baju.



Biasanyamenghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikatyang longgar, dan sebaiknya tidak dipakai untuk menjahit kulit.



c. Running Locked Suture (Jelujur Terkunci) Jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan jelujur biasa, dikenal sebagai stitchbisbol karena penampilan akhir dari garis jahitan berjalan terkunci. Teknik ini biasadigunakan untuk menutup peritoneum. Teknik jahitan ini dikunci bukan disimpul, dengansimpul pertama dan terakhir dari jahitan jelujur terkunci adalah terikat. Cara melakukanpenjahitan dengan teknik ini hampir sama dengan teknik jahitan jelujur, bedanya pada jahitanjelujur terkunci dilakukan dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, sebelumberalih ke tusukan berikutnya. d. Subcuticuler Continuous Suture (Subkutis) Jahitan subkutis dilakukan untuk luka pada daerah yang memerlukan kosmetik, untukmenyatukan jaringan dermis/kulit. Teknik ini tidak dapat diterapkan untuk jaringan lukadengan tegangan besar. Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringandermis sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat keduaujung luka. Hasil akhir pada teknik ini berupa satu garis saja.



e.Mattress Suture (Mattress Vertikal dan Horisontal) Jahitan matras dibagi menjadi dua, yaitu matras vertical dan matras horizontal. Prinsipteknik penjahitan ini sama, yang berbeda adalah hasil akhir tampilan permukaan. Teknik inisangat berguna dalam memaksimalkan eversi luka, mengurangi ruang mati, dan mengurangiketegangan luka. Kelemahan teknik penjahitan ini adalah penggarisan silang. Risikopenggarisan silang lebih besar karena peningkatan ketegangan di seluruh luka.Teknik jahitan matras vertical dilakukan dengan menjahit secara mendalam di bawahluka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkanpenyembuhan luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. 16



PolaMattress vertikal (Vertical mattress suture) tidak seperti pada pola mattress horisontal, bagianyang terlihat pada jahitan disisi insisi terlihat vertikal terhadap garis insisi tetap pada posisiparallel.



Indikasi



utama



penggunaan



vertical



matress



suture



adalah



untuk



mengangkatpermukaan pinggir luka, yaitu bila tepi luka tidak sama tinggi sehingga jika dengan jahitan simpleinterrupted tepi luka (epitel dengan epitel) tidak bertemu (inversi). Vertical mattress suturesering digunakan pada bagian tubuh yang memiliki kecenderungan untuk inverted. Beberapapeneliti percaya bahwa penggunaan vertical mattress suture yang menyebabakan pinggir lukamengalami eversi lebih baik dibandingkan teknik penjahitan luka yang lain. Vertical matresberfungsi untuk menyamakan permukaan sayatan.Teknik jahitan matras horizontal dilakukan dengan penusukan seperti simpul, sebelumdisimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Keuntungannya adalah memberikan hasil jahitan yang kuat. Teknik ini dipergunakan biasanyapada luka yang memiliki jarak kedua permukaan pinggir luka yang cukup jauh, sehinggaregangan cukup kuat. Jahitan ini dipergunakan sebagai initial suture untuk mendekatkan duapermukaan pinggir luka. Teknik suture ini juga cukup efektif dalam memegang permukaan kulitluka yang rapuh seperti kulit di telapak tangan dan kaki. Teknik ini juga efektif untuk hemostasisakibat perdarahan bawah kulit di tepi luka (misalnya di kulit kepala). Horizontal mattress suturejuga berguna untuk aproksimasi tanpa mengganggu sesuatu struktur yang berjalan sejajar denganluka sayatan, seperti pembuluh darah, nervus dan lain-lain.Waktu yang dianjurkan untuk menghilangkan benang ini adalah 5-7 hari (sebelumpembentukan epitel trek jahit selesai) untuk mengurangi risiko jaringan parut. Penggunaanbantalan pada luka dapat meminimalkan pencekikan jaringan ketika luka membengkak saatedema pascaoperasi. Menempatkan atau mengambil tusukan pada setiap jahitan secara tepatdan simetris sangat penting dalam teknik jahitan ini. Continous Lambert’s suture (Lambert menerus) Pola Lambert menerus (Continous Lambert’s suture). Ini merupakan pola jahitan inversi yang digunakan pada rongga visera seperti usus. Jahitan dilakukan menembus serosa dan muskuler dan selaput submuksoa tetapi tidak melalui membran mukosa .



17



Gambar 14 Pola Lambert (Sudisma, 2017)



Halstead suture (Lambert terputus) Pola



Halstead



(Halstead



suture)



merupakan



pola



jahitan



Lembert



terputus



duakalimenggunakan benang tunggal yang dilakukan hal yang sama pada sisi lainnya dan diikat. Inimerupakan pola yang berbeda dari pola mattress horisontal sederhana.



Gambar 15 Pola Halstead (Sudisma, 2017)



Crushing suture Pola Crushing atau Gambee (Crushing suture) merupakan tipe jahitan yang spesial untukmenutup saluran usus. Pola crushing lebih dipilih daripada pola inversi biasa ketika lumen dariusus besar yang dijahit hanya menghasilkan sedikit penyambungan.



18



Gambar 16 Pola Crushing (Sudisma, 2017)



Cross-mattress suture Pola Mattress silang (Cross-mattress suture) adalah bagian benang yang panjangdimasukkan kebagian lapisan kulit lainnya secara diagonal yang membuat seperti huruf X.



Gambar 17 Pola Cross (Sudisma, 2017)



Corner Stitch Variasi dari teknik horizontal mattress suture dan half-buried horizontal mattress suture,atau disebut juga corner stitch. Teknik suture corner stitch dipergunakan untuk mendekatkanpinggir luka yang membentuk sudut tanpa menghilangkan atau mengurangi suplai darah kepermukaan kulit tersebut.



Gambar18. Pola Corner Stitch (Sudisma, 2017)



19



Jahitan pure-string Merupakan jahitan tidak terputus pada sekeliling lumen atau area tertentu yangdikencangkan seperti tali celana. Contohnya seperti pada apendektomi.



Gambar19. Pola pure-string (Sudisma, 2017)



Stapler Selain jahitan dengan benang, aproksimasi tepi luka dapat juga dengan menggunakanstapler. Aplikasinya dengan menggunakan alat seperti halnya stapler kertas. Keuntungannyaadalah lebih cepat, namun kerugiannya kadang-kadang tepi luka tidak sama tinggi dan inversi.



Gambar 20 Pola Stapler (Sudisma, 2017)



Skin Tapes Plester kulit (steril) dapat digunakan bila jaringan yang dipertemukan memiliki reganganyang rendah. Biasanya digunakan setelah jahitan subkutikuler yang baik sehingga terjadiaproksimasi antara epitel kedua tepi luka. Penggunaan plester ini lebih cepat, namun rawanterjadi pergeseran.



Gambar 21. Pola Skin Tapes (Sudisma, 2017) 20



Pembukaan Benang Jahitan Jahitan pada daerah kulit biasanya dibuka setelah 7 sampai 10 hari, sedangkan daerah mukosa dibuka setelah 5 sampai 7 hari. Ujung simpul dipegang dengan pinset, lalu dipotong ujung jahitan yang dekat dengan arah masuknya benang dengan gunting. Jika tidak, maka benang yang terkontaminasi akan ikut tertarik masuk ke dalam daerah luka yang sedang mengalami penyembuhan, akibatnya terjadilah infeksi. (Sudisma, 2017).



21



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Bahan jahitan sangat penting untuk bedah hewan. Bahan memberikan penutupan dan dukungan luka yang stabil sampai penyembuhan jaringan telah terjadi. Bahan jahitan yang ideal harus memiliki karakteristik penanganan yang sangat baik, keamanan simpul, dan kekuatan tarik tinggi per rasio diameter. Bahan jahitan harus mudah disterilkan, tidak beracun, tidak alergi,tidak bersifat karsinogenik, dan tidak boleh berkolonisasi bakteri. Selain itu, bahan juga harus diserap tanpa menimbulkan reaksi, dan jika penyerapan harus tidak boleh dipengaruhi oleh perubahan pH atau karena perubahan suhu. Berdasrkan material penyusunnya, benang dibagi atas dua jenis, yaitu Benang diserap (absorbable sutures) dan Benang tidak diserap (non absorbable sutures).Benang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh enzim atau dapat dihidrolisis oleh tubuh.Benang nonabsorbable adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna oleh enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh.. Benang yang dapat diserap dan yang tidak dapat diserap memiliki kekurangan dan kelebihan. Selain benang,Jarum operasi juga memliki banyak jenisnya dan dapat dibedakan berdasarkan ujung jarum atau ukurannya. Pemilihan jarum operasi dilakukan berdasarkan jenis jaringan yang akan dijahit (ketebalan, elastisitas, kekuatan), topografi luka (dalam, dangkal), dan tipe jarum operasi (ujung, badan, diameter).



22



DAFTAR PUSTAKA Fossum, T.W. 2013. Small Animal Surgery. Fourth Edition. Elsevier Mosby Hickman John et all. 1995. An Atlas Of Veterinary Surgery. Blackwell Mohan H K., Sathish B P H., Sripathi, Smitha P. 2009. Sutures and suturing techniques inskin closure. Indian J Dermatol Venereol Leprol | July-August 2009 | Vol 75 | Issue 4 Sudisma I G N, Putra Pemayun IGAG, Jaya Wardita AAG, Gorda IW. 2006. Ilmu BedahVeteriner dan Teknik Operasi. Pelawa sari. isbn:979-25-5196-6 Pola Jahitan. 2016. http://mydokterhewan.blogspot.com/2016/05/pola-jahitan-dan-jenis- benangdalam.html. 6. Julian M W., Dirk, M E. 2017. Suturing Techniques Technique.



23