Perbedaan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERBEDAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR, SERTA PENGGUNAANNYA Oleh : Nur Muhammad Rois Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam negri Sunan Ampel Surabaya



Abstrak : Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang masih dilanjutkan lagi tahap penyempurnaanya, sehingga masih banyak kata kata baru yang dibakukan. Selama transformasi ini, penggunaan bahasa Indonesia yang bak dan benar dalam kepenulisan dan penggunaan setiap hari masih menjadi awam bagi masyarakat Indonesia. Membedakan mana bahasa Indonesia yang baik dan benar, bahasa indonesia yang baik saja dan bahasa indonesia yang benar saja. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang permasalahan tersebut, mulai dari cara penulisannya maupun penggunaannya. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan dan dapat kita cermati dengan mudah agar tidak terjadi salah penempatan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di setiap situasi dan kondisi. Kata kunci : Bahasa Indonesia yang baik, bahasa Indonesia yang benar, penggunaan. Abstract: Indonesian is a language which is still being refined, so that there are still many new words that are standardized. During this transformation, the correct and correct use of Indonesian in writing and daily use is still common to Indonesian people. Distinguish between Indonesian which is good and right, Indonesian which is good and Indonesian that is correct. This paper aims to provide an overview of these problems, starting from the way they are written and how they are used. Both of them have significant differences and we can observe easily so that there is no misplacement in using Indonesian language that is good and right in every situation and condition. Keywords: Good Indonesian, correct Indonesian, use.



1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang lazim kita gunakan sehari hari, sehingga bahasa dapat mencerminkan pribadi seseorang. Jika dalam keseharian kita memakai bahasa yang baik dan penuh kesantunan, orang akan menilai bahwa kita memiliki pribadi yang baik dan santun. Namun, begitupun sebaliknya jika dalam penerapan bahasa sehari hari kita penuh dengan ujaran yang tak bermoral, maka orangpun akan menilai kita sebagai pribadi yang kurang memiliki etika, dalam kata lain pribadi yang buruk. Bahasa juga merupakan alat berekspresi. Bahasa juga bisa digunakan sebagai alat kekerasan verbal yang terwujud dalam tutur kata seperti memaki, menghina, menghasut dan sebagainya. Di Indonesia hal tersebut sudah lumrah kita dengar dalam kehidupan sehari hari kita, ungkapan kekerasan tersebut dapat mudah kita temukan di plafon plafon penyedia media sosial di zaman millennial ini, seperti di facebook, instagram, twitter dan sebagainya. Pada umumnya pelaku penyalah gunaan bahasa tersebut dapat kita temukan pada kalangan remaja. Namun, seiring berkembangnya waktu, prilaku tersebut mulai menyebar pada kalangan ibu ibu muda dengan hanya bermodalkan ponsel pintarnya. Mereka lebih sering menggunakan bahasa bahasa asing yang tidak santun dan tidak terpola dengan baik, hal ini disebabkan oleh mudahnya arus barat masuk ke kalangan remaja dan ibu ibu muda di Indonesia melalui ponsel pintar mereka, serta kurangnya kecintaan mereka terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang disatukan visinya sebagai bahasa tanah air kita yang termaktub dalam sumpah pemuda seolah tidak ada nilaniya, bahasa pemersatu bangsa tersebut kini sudah mulai luntur dalam penggunaannya, Saat ini banyak sekali remaja yang menciptakan bahasa gaul, yaitu bahasa baku yang dipelesetkan, sehingga terkadang orang dewasa tidak mengerti dan memahami bahasa yang dikatakan oleh para remaja tersebut. Manusia bisa karena terbiasa, jika anak-anak remaja itu sudah terbiasa mengucapkan dan menuliskan kata-kata yang salah dalam berkomunikasi, maka selanjutnya akan salah. Hal ini akan membuat penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak akan dipakai lagi dan akan mati. Seharusnya remaja membudidayakan berbahasa yang baik dan benar dalam berkomunikasi, karena remaja sebagai penerus bangsa seyogyanya selalu melestarikan bahasa Indononesia sebagai bahasa sehari hari mereka.



b. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah munculnya bahasa gaul? 2. Apakah yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang benar? 3. Apakah yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik? 4. Bagaimana menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari hari? 2. PEMBAHASAN a. Sejarah Munculnya Bahasa Gaul dan perkembangannya Bahasa gaul atau bahasa prokem merupakan ragam bahasa khas Indonesia yang hanya dapat kita jumpai di Indonesia saja dan negara negara lain yang berada dalam komplek komunitas oranrang orang Indonesia. Bahasa prokem pada awalnya di gunakan oleh para preman untuk berkomunikasi sesame preman, yang berisi tentang kode kode atau maksud tertentu yang hanya dipahami oleh sesama preman dengan tujuan agar tidak diketahui dengan orang lain. mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran.1 Masing masing komunitas atau daerah juga punya cara sendiri sendiri dalam merancang bahasa gaul tersebut, dengan ciri khas mereka sendiri, sehingga bahasa gaul yang berkembang di daerah tertentu tidak akan dapat dipahami ketika di terapkan di daerah lain. Seperti contoh kata ‘sam’, berasal dari kata mas yang dibalik. Digunakan oleh orang Malang untuk memangil laki laki dewasa, bahasa gaul tersebut tidak akan dapat dipahami ketika kita praktekan di Lamongan, begitupun sebaliknya. Bahasa gaul sendiri sebenarnya sudah ada sejak tahun 1980-an.2 Di era indrustri 4.0 bahasa gaul mulai muncul dari kata kata asing yang masuk lewat media sosial, dan penyebaran penggunaanya pun sangat cepat. Ini menjadikan posisi bahasa Indonesia semakin kritis. Kalangan millennial sering menggunakan bahasa bahasa gaul tersebut hamper disetiap aktivitasnya, tidak mengenal tempat dan kondisi. Sehingga banyak kasus ujaran kebencian hanya karena penggunaan bahasa gaul tersebut untuk menghujat dan sebagainya lewat tulisannya di media sosial. Seperti penggunaan kata ‘fuck’ dari bahasa 1



Wikipedia, “Bahasa prokem” , 2019, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem. Diakses pada 05 Desember 2019 2 Aldi Febrianto, “Pentingnya Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar”, 2015, dalam https://aldi.ilearning.me/?p=2385. diakses pada 05 Desember 2019



inggris yang kemudian dialihkan untuk mempermudah menjadi ‘fak’, sebagai ungkapan kesal seseorang. Bahasa asing yng kemudian di serap oleh kalangan remaja ini kebanyakan sama sekali tidak mencerminkan kesantuan dan kesopanan dalam berbahasa, terlebih lawan bicanya adalah yang lebih tua, dan memberikan pencitraan yang buruk terhadap diri kita. b. Bahasa Indonesia yang benar Sebelum kita membahas bahasa Indonesia yang baik maka terlebih dahulu kita membahas bahasa Indonesia yang benar agar dapat pemahaman yang menyeluruh dan dapat membedakan dengan baik. Bahasa yang benar adalah bahasa yang pemakaiannya mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku oleh penuturnya3. Kita bisa menilai bahasa seseorang benar atau tidak jika sudah ada putusan atau kesepakatan umum dari pejabat pemerintah dan penuturnya. Bahasa yang benar juga diajarkan pada praktik pengajaran kepada khalayak. Dengan demikian, bahasa yang benar berbicara tentang benar atau salahnya bahasa. Untuk mengukur benar atau salahnya maka kita perlu mengacu pada dokumendokumen bahasa atau buku-buku tata bahasa yang baku seperti KBBI, EBI, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan lain-lain. Misalnya bahasa tersebut tidak sesuai dengan EBI, bahasa tersebut tidak benar atau salah. Seperti dalam contoh di bawh ini ; -



Saya sedang belajar di surabaya. (Salah)



-



Saya sedang belajar di Surabaya. (Benar)



Kalimat pertama salah karena tidak berpedoman pada Tata Baku Bahasa Indonesia untuk penggunaan awal nama tempat harus berupa huruf capital, sedangkan kalimat kedua benar karena huruf pertama nama tempatnya berupa huruf capital sesuai dengan ketentuan bahasa Indonesia yg baku. -



Burger itu di makan oleh Sandi. (Salah)



-



Burger itu dimakan oleh Sandi. (Benar)



Kalimat pertama salah karena tidak berpedoman pada Tata Baku Bahasa Indonesia, penulisan kata ‘di’ yang diikuti dengan kata kerja maka wajib disambung. Sedangkan yang kedua benar karena ‘di’ yang diiukti dengan kata kerja tersebut di sambung menjadi ‘dimakan’.



3



Alwi, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2010), 20



c. Bahasa Indonesia yang baik Berbahasa Indonesia yang baik sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang benar, jika bahasa Indonesia yang benar diukur dengan buku-buku tata bahasa yang baku seperti KBBI, EBI, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan lain-lain. Berbahasa Indonesia yang benar ini diukur melalui keserasian golongan penutur, bahasa yang dipaka serta kondisinya. Berbahasa Indonesia yang benar belum tentu baik, begitupun sebaliknya, berbahasa Indonesia yang baik juga belum tentu benar. Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan berbicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan. Basaha indinesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku, yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi. Bahasa yang baik adalah bahasa yang memanfaatkan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa4. Tujuan dari berbahasa yang baik adalah tepat sasaran. Artinya, kita tidak perlu menggunakan ragam baku untuk mengenai sasaran. Jika kita ingin melakukan pembelian kopi di warung kopi atau menanyakan tempat duduk kosong di warung, kita tidak perlu menggunakan ragam baku. Seperti contoh dibawah ini ; -



Berapa harga kopi segelas, mas?



-



Apakah tempat duduk ini sudah ada yang menempatinya?



-



Andi jangan mainan pisau, pisau itu bahaya!



Contoh tersebut adalah contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian. Penggunaan ragam baku dalam situasi seperti itu hanya akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Alangkah lebih baik jika bahasa yang digunakan dalam situasi tersebut seperti berikut.



4



-



Segelas berapa mas kopinya?



-



Sudah ada yang menempatinya disini?



-



Andi jangan main pisau, bahaya !



Alwi, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2010), 21



Sebaliknya, penggunaan bahasa yang tidak baku dalam situasi formal juga tidak baik. Umpamanya, kita tidak bisa menggunakan ragam percakapan pada saat melakukan diskusi di sekolah seperti contoh berikut. -



Kalau acara ditaro dalam ruangan, gak setuju aku, pasti gak meriah. Sia sia dong kita buat acara besar besaran kek gini



Contoh tersebut adalah contoh penggunaan bahasa Indonesia yang tidak benar dan tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi formal. Contoh tersebut akan lebih baik jika menggunakan bahasa yang baku dan formal seperti berikut. -



Saya tidak setuju jika acaranya ditempatkan dalam ruangan, takutnya nanti tidak meriah. Dan acara kita jadi sia sia.



Contoh lainya, umpamanya kita sedang berada di rapat program kerja ssebuah organisasi -



Gimana kalau program kerjanya diganti seperti ini? Kan pasti lebih bagus.



Contoh tersebut adalah contoh penggunaan bahasa Indonesia yang tidak benar dan tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi formal. Contoh tersebut akan lebih baik jika menggunakan bahasa yang baku dan formal seperti berikut -



Bagaimana jika program anda diganti seperti ini? Pasti lebih baik. d. Menggunakan Bahsa Indonesia Dalam kehidupan Sehari-hari. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dalam kehidupan sehari



hari sesuai dengan norma – norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam situasi nonformal seperti di warung, di pasar, di rumah dan lan-lain hendaknya menggunakan bahsa Indonesia yang tidak terlalu terikat. Contohnya “Berapa nih, Bu, jajannya?”. Sedangkan dalam situasi formal seperti kuliah, seminar rapat dan lan lain, menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah – kadah bahasa kurang ditata, maka pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan mengikuti kaidah bahasa yang benar. Seperti halnya dalam menulis sebuah tulisan yang bertujuan untuk konsumsi umum., harus disesuaikan pada siapa saja yang akan membaca tulisan tersebut kebanyakan, apakah dari golongan orang yang tidak sekolah atau sarjana. Dan juga memperhatikakan



tujuan dari kepenulisan tersebut, dibuat untuk karya tulis ilmiyah apa hanya sekedar penulis lepas di blog blog yang ada di internet. Agar penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lani sebagai berikut : 1. Isi makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan yang disampakan. 2. Keadaan pemakaan bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana tempat atau suasana waktu. 3. Khayalak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kedudukan. 4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telpon, radio, televise. 5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsunug, misalnya melalui forum rapat, televisi, radio dan surat. Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang bak dan benar, berarti pemakaian rakam bahasa yang serasidengan sasarannya dan disamping itu untuk mengikuti kadah bahasa yang benar. Ungkapan bahsa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menggunakan bahasa Indonesia, yaitu: 1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas 2 baian, yakni : a. Fonetik, ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkann bunyi bunyi tersebut menggunakan alat ucap manusia. b. Fonemik, ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam fungsinya sebagai pembea arti. 2. Tata bahasa (kalimat) Masalah definisi atau batasan kalimat tidak terlalu dipersoalkan karena sudah terlalu banyak definisi kalimt yang dijelaskan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan adalah apakah kalimat kalimat yang kita hasilkan dapat memenuhi



syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selani itu, apakah kita dapat mengenali kalimat kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut utuk memiliki wawasan bahsa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupunn tulis, kita dapat mengenali kalimat kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak. Suatu pernyataan merupakan kalimat jika didalam pernyataan itu tedapat predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diaawali dengan hurf capital dan diakhiri dengan titik, tanda seru atau tanda Tanya. Pernyataan tersebut merupakan pengertian kalimat dilihat dari segi kelengkapan gramatikal kalimat ataupun makna kalimat yang dapat berdiri sendiri, kalimat yang tidak terikat dalam unsur lain dalam pemakaian biasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari hari terutama ragam lisan terdapat titiiran yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat saja atau keterangan saja. 3. Kosakata Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang bak dan benar, kita dituntut untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahas ayang benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa. Namun, ketrampilan menggunakan bermacam ragam bahsa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui belajar, baik malalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesna bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya. Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara atua penulis dengan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal dengan bahsa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.



4. Ejaan Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya berbaga macam tanda yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebaga ipelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain- lain. Tanda tanda tersebut diinamakan tanda baca. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong suku-suku kata, bagaimana menggabungkan kata kata, baik dengan imbuhan imbuhan maupun antara kata dengan kata. Penggunaan huruf capital juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam kepenulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian diatas dapat diimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambing lambing bunyi-ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahas adisebut ejaan. 5. Makna Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesua dengan tuntutan makna. Misalnya dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata kata yang bermakna konotatif (kata kiasan yang tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaiaan bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah kaidah bahasa. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesua idengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalina dengan topic apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara atau orang yang akan membaca, dan tempat pembicaraan. Selani itu, bahasa yang bak itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nila masyarakat. 3. PENUTUP Uraian tentang pengertian serta penggunaan bahasa Indonesia diatas telah mewakili pentingnya berbahasa Indonesia yang bak dan benar. Bahasa Indonesia perlu dilestarikan oleh para pemuda agar keberadaannya terus menerus dan tidak hilang ditelan masa, karena itu merupakan bahasa kesatuan republic Indonesia yang telah diperjuanngkan para pendahulu kita dan akan terus disempurnakan dalam tata bahasa atau pun yang lainnya. Perkembangan bahasa Indonesia harus terus kita lestarikan dan kita jaga bersama.



Daftar Pustaka



Alwi, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2010.



Febrianto Aldi, “Pentingnya Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar”. 2015. dalam https://aldi.ilearning.me/?p=2385. diakses pada 05 Desember 2019 Wikipedia, “Bahasa prokem”. 2019. dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem. Diakses pada 05 Desember 2019