Perencanaan Jalan Dan Bangunan Pelengkap Serta Rencana Anggaran Biaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konstruksi jalan raya adalah sebagai sarana trasportasi merupakan unsur yang sangat penting dalam usaha meningkatkan kehidupan manusia untuk mencapai kesejahtraannya. Dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, maka dengan adanya prasarana jalan ini, maka hubungan antara suatu kawasan dengan kawasan yang lain dalam suatu daratan terjalin dengan baik. Sarana yang di maksud ini adalah sarana perhubungan yang melalui darat, laut, udara. Dari ketiga sarana tersebut akan di tinjau prasarana melalui darat. Dalam perencanaan geometrik termasuk juga perencanaan tebal perkerasan jalan, karena dimensi dari perkerasan jalan merupaka bagian dari perencanaan geometrik sebagai suatu perencanaan jalan yang seutuhnya. Keberadaan jalan raya di Kab. Kutai Kartanegara khususnya akses masuk Desa Sabintulung peranannya sangat penting karena selain penunjang jalan perekonomian masyarakat, juga dapat mempermudah transportasi yang berbentuk jalur yang berfungsi sebagai prasarana trasportasi, baik menggunakan kendaraan maupun tidak. Dengan beberapa alasan tersebut maka dilakukalah perencanan jalan pada ruas jalan masuk Desa Sabintulung, Kec. Muarakaman guna meningkatkan geometrik jalan. Dengan pesyaratan membangun jalan dengan aman, nyaman, lancar, dan ekonomis. 1.2. Permasalah a.



Bagaimana



merencanakan



geometrik



jalan



akses



masuk



desa



Sabintulung sesuai fungsinya. b. Bagaimana merencanakan tebal perkerasan yang dibutuhkan diruas jalan tersebut. c.



Bagaimana menentukan kelas jalan tersebut.



d. Merencanakan bangunan pelengkap jalan yang dibutuhkan jalan tersebut. 1



e.



Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan.



f.



Bagaimana merencanakan jalan dengan aman, nyaman, lancar, dan ekonomis.



1.3. Maksud Dan Tujuan 1.3.1. Maksud Maksud dari tugas akhir ini adalah perencanaan jalan pada ruas jalan akses masuk ke desa Sabintulung di antaranya yaitu merencanakan geometrik jalan sesuai persyaratan yang berlaku. 1.3.2. Tujuan a. Merencanakan Geometrik jalan. b. Merencanakan tebal perkerasan pada ruas jalan tersebut. c. Merencanakan Drainase permukaan jalan. d. Menghitung Rencana Anggaran Dan Biaya (RAB). 1.4. Lokasi Kegiatan Lokasi



kegiatan



perencanaan peningkatan



jalan masuk desa



sabintulung dari kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kukar yang jarak langsungnya dari STA 0+000 s/d 5+987 dengan kondisi Eksisting jalan tersebut hanya perkerasan Telford batu gunung, ruas jalan ini tergolong jalan Lokal dengan Site Plan sebagai berikut :



2



SITE PLAN



KEGIATAN : PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN MASUK DESA SAMBINTULUNG KEC. MUARA KAMAN DESA SABINTULUNG Awal Proyek STA. 0+000 E = 475320.933 N = 9991929.534 Z = 30.301



STA. 1+000



STA. 2+000



STA. 3+000



STA. 4+000



STA. 5+000



Akhir Proyek STA. 5+987 E = 9986706.347 N = 476197.607 Z = 22.729



KE MUARA KAMAN



KE TENGGARONG



Gambar 1.1 peta lokasi proyek



3



1.5. Batasan Masalah Aagar pembahasan tidak keluar dari tujuan yang telah di tetapkan, maka di lakukan batasan yang meliputi : a.



Perencanaan geometrik jalan.



b.



Menghitung perencanaan tebal perkerasan dengan metode Bina marga.



c.



Perencanaan Bangunan Pelengkap Jalan (Drainase Permukaan).



d.



Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).



4



BAB II DASAR TEORI 2.1. Umum Jalan raya adalah jalur – jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran – ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat. Jalan raya pada umumnya dikelompokan menjadi beberapa jenis berdasarkan status, fungsi dan jumlah lalu lintas jalan yang menggunakannya. 2.2. Klasifikasi Jalan Jalan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan status, fungsi dan dan jumlah lalulintas yang menggunakannya. Klasifikasi jalan mengacu pada UU Jalan No : 38 2004 dan PP 34 th 2006 Table 2.1 : Kelas jalan dan penggunaannya



I



2500



18000



> 10



2500



18000



≤ 10



Arteri II IIIA



Arteri atau Kolektor



2500



18000



≤8



IIIB



Kolektor



2500



12000



≤8



IIIC



Lokal dan lingkungan



2100



9000



≤8



dari 1,7xLebar kendaraan



FUNGSI JALAN



4200 dan tidak lebih tinggi



KELAS JALAN



Dimensi dan MST kendaraan bermotor yang harus mampu ditampung Lebar Panjang MST Tinggi maksimum maksimum maksimum maksimum (mm) (mm) (Ton) (mm)



5



Tabel 2.2 Kelas jalan berdasarkan penyediaan prasarana dan Spesifikasi nya Spesifikasi Jenis Kecepatan Jarak Persimpangan Jumlah Lebar badan angkutan rata-rata Fungsi Jalan jalan rencanan yang dilayani perjalanan Sebidang akses minimum km/jam (m) Angkutan Tinggi ARTERI Jauh 11,00 utama VRmin=60 Diatur Dibatasi Pengumpul Sedang KOLEKTOR Sedang 9,00 atau pembagi VRmin=40 Angkutan Rendah LOKAL 7,50 setempat VRmin=20 Tidak Dekat Tidak diatur dibatasi Angkutan Rendah LINGKUNGAN 3,50-6,50 lingkungan VRmin=10-15 Untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata –rata kendaraan dalam mobil penumpang harus dikonversikan kedalam besaran yang disebut “Satuan Mobil Penumpang“ atau “SMP “, besarnya faktor pengali adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Nilai Satuan Mobil Penumpang Jenis Kendaraan



Nilai SMP



- Sepeda



0,5



- Mobil penumpang / Sepeda Motor



1,0



- Truk ringan (berat kotor (5 ton)



2,0



- Truk sedang (berat kotor 5-10 ton)



2,5



- Truk berat (berat kotor > 10 ton)



3,0



- Bus



3,0



- Kendaraan Tak bermotor



7,0



2.3. Perencanaan Geometrik Perencanaan Geometrik jalan raya adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan secara lengkap, yang meliputi beberapa elemen yang disesuaikan



6



kelengkapan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku. 2.3.1.



Alinyement Horisontal Pada perencanaan alinyemen horizontal, pada umumnya akan ditemui dua jenis bagian jalan, yaiyu : bagian lurus dan bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari tiga jenis tikungan yang yang di gunakan, yaitu : A. Lingkaran (Full Circle = FC) Bentuk tikungan ini adalah jenis tikungan yang terbaik dimana mempunyai jari- jari besar dengan sudut yang kecil. Pada pemakaian bentuk lingkaran penuh. FC (Full Circle), adalah jenis tikungan yang hanya terdiri daribagian suatu lingkaran saja.



Gambar 2.1 : Lengkungan Full Circle Rumus yang Digunakan: TC = Rc tan ½ ∆ Ec = Tc tan ¼ ∆ Lc =



∆ π Rc 360˚



7



B. Spiral – Lingkaran – Spiral (Spiral–Circle–Spiral = S-C-S) Lengkung spiral pada tikungan jenis S - C – S ini adalah peralihan dari bagian tangen ke bagian tikungan dengan panjangnya diperhitungkan perubahan gaya sentrifugal.



Gambar 2.2 : Spiral – Lingkaran – Spiral Rumus yang Digunakan:



Ls² Xs = Ls 1 40 Rc² Ys =



Ls² 6 Rc



θs =



90 Ls π Rc



p =



Ls² - Rc 1- Cos θs 6 Rc



k = Ls -



Ls³ - Rc 1- Sin θs 6 Rc



Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k Es = (Rc + p) sec ½ ∆ - Rc Lc =



∆ - 2 θs x π x Rc 180



Ltot = Lc + 2 Ls



C. Spiral – Spiral (S-S) Penggunaan lengkung spiral – spiral dipakai apabila hasil perhitungan pada bagian lengkung S – C – S tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan.



8



Gambar 2.3 : Spiral – Spiral Rumus yang Digunakan: Lc = 0 dan θs = ½ ∆



k = Ls -



Ltot = 2 Ls



Ls³ - Rc 1- Sin θs 6 Rc



Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k 90 Ls π Rc Es = (Rc + p) sec ½ ∆ - Rc θs . π . Rc Ls = 90 Ls² p = - Rc 1- Cos θs 6 Rc D. Diagram Super Elevasi θs =



Diagram superelevasi adalah suatu diagram yang memperlihatkan panjang yang diperlukan untuk merubah kemiringan



melintang



dari



keadaan



normal



sampai



superelepasi penuh dan juga memperlihatkan besarnya superelepasi yang terjadi pada setiap bagian tikungan. a.



Diagram Superelevasi Pada F – C



Gambar 2.4 : Diagram superelevasi pada F – C



9



b.



Diagram Superelevasi Pada S – C – S



Gambar 2.5 : Diagram superelevasi pada S – C – S c.



Diagram Superelevasi Pasa S–S



Gambar 2.6 : Diagram superelevasi pada S–S E. Jarak pandang Jarak pandang terdiri dari : a.



Jarak Pandang Henti (Jh) Jarak pandang henti adalah jarak pandang minimum yang diperlukan pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang sedang berjalan setelah melihat adanya rintangan pada jalur yang dilaluinya. Rumus yang Digunakan: Jh = Jht + Jhr



Jh =



VR 3,6



T



+



VR 2 3,6 2gfp



Untuk jalan datar dengan kelandaian tertentu :



Jh = 0,278 VTR +



VR² 254 (f p ± L)



10



b.



Jarak Pandang Mendahului (Jd) Jarak pandang mendahului ( Jd ) adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula. (Lihat gambar di bawah ini)



Gambar 2.7 : Jarak pandang Mendahului Rumus yang Digunakan: Jd = d1+d2+d3+d4 ………………….



h = 0,287 VR - m +



a . T1 2



d2 = 0,278 VR T2 d3 = antara 30-100 m c.



Daerah Bebas Samping Jarak pandang pengemudi pada lengkung horizontal (di tikungan), adalah pandangan bebas pengemudi dari halangan benda-benda di sisi jalan (daerah bebas samping).



Gambar 2.8 : daerah bebas samping ditikungan untuk Jh < Lt.



11



Rumus yang Digunakan: - Jika Jh < Lt :



E = 1 - Cos



28,65 Jh R'



- Jika Jh > Lt



E = R 1 - Cos 2.3.2.



28,65 Jh R'



+



Jh - Lt 28,65 Jh Sin 2 R'



Alinyemen Vertikal Alinement vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang Vertikal melalui sumbu jalan. Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli. Tabel 2.4 : Syarat panjang kritis maksimum Landai maksimum (%) Panjang Kritis (m)



3



4



5



6



7



8



10



12



400 330 250 200 170 150 135 120



Lengkung Vertikal terdiri dari dua jenis yaitu : A. Potongan Memanjang 1. Lengkung Cembung +g1%



-g2%



1/2LV



1/2LV



+g1% -g2% 1/2LV



1/2LV



Gambar 2.9 : Lengkung Vertical Cembung



12



2. Lengkun Vertikal Cekung



-g1%



+g2%



1/2LV



1/2LV



+g2% -g1% 1/2LV



1/2LV



Gambar 2.10 : Vertical Cekung Rumus yang digunakan :



A = | g1 - g2 | A . Lv 800 A Y = X² 200 Lv



Ev =



B. Potongan Melintang Potongan melintang adalah bidang penampang potongan yang sejajar terhadap bidang jalan utamanya. 1.



Lebar lalu lintas Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalulintas kendaraan yang. Lebar jalur minimum adalah 4,5 meter.



13



2.



Bahu jalan Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas lalu diperkeras. Kemiringan bahu jalan normal antara 3-5%. -2% - 4 %



-2% - 4 %



3%-5%



SELOKAN



3%-5%



JALUR LALU LINTAS



BAHU



BAHU



SELOKAN



Gambar 2.11 : Potongan melintang jalan 3.



Galian dan Timbunan Dalam menghitung galian dan timbunan harus diketahui luas penampang pada station yang akan dihitung galian/timbunannya yang kemudian dikalikan dengan jarak galian/timbunan yang akan dilakukan pada station tersebut, untuk menghitung luas digunakan cara koordinat, lihat gambar dibawah ini : CL



X4 : Y4



X3 : Y3



X1 : Y1



X2 : Y2



Gambar 2.12 : Galian timbunan Luasan : X



X1



X2



X3



X4



X1



Y



Y1



Y2



Y3



Y4



Y1



a   X 1xY 2   X 2 xY 3   X 3xY 4   X 4 xY 1   X 2 xY1   X 3xY 2   X 4 xY 3   X 1xY 4 A=



a (m2) 2



V = A x jarak galian dan timbunan (m3)



14



2.4. Perencanaan Tebal Perkerasan Jenis konstruksi perkerasan yang akan dibahas adalah konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan - lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. LAPIS PERMUKAAN (SURFACE COURSE) LAPIS PONDASI ATAS (BASE COURSE) LAPIS PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE) LAPIS TANAH DASAR (SUBGRADE)



Gambar 2.13 : Susunan Lapisan Perkerasan Lentur (ideal) A. Daya dukung tanah (DDT) Nilai DDT dilihat pada nomogram sesuai dengan nilai CBR tanah yang didapat dari hasil pengujian DCP di lokasi pekerjaan. Grafik Korelasi DDT dan CBR Terlampir B. Lalu lintas ekivalen rencana a. Angka ekivalen (AE) Nilai angka ekivalen didapat dari tabel, tabel angka ekivalen terlampir. b. Lalu lintas ekivalen permulaan (LEP)



LEP   LHR o x C x AE c. Lalu lintas ekivalen akhir (LEA) LEA   LHR A x C x AE



d. Lalu lintas ekivalen tengah (LET) LET 



LEA LEP 2



e. Lalu lintas ekivalen rencana (LER) LER  LET x FP



FP 



UR 10



15



C. Indeks permukaan pada awal UR (IPo) Nilai indeks permukaan pada awal UR didapat sesuai dengan material lapis permukaan yang digunakan. Tabel indeks permukaan pada awal umur rencana ( IPo) terlampir. D. Indeks permukaan akhir (IPt) Nilai indeks permukaan akhir didapat dari hubungan nilai LER dan klasifikasi jalan. Tabel indeks permukaan akhir (IPt) terlampir. E. Faktor regional (FR) Nilai faktor regional didapat dari hubungan antara kelandaian, curah hujan dan persentase kendaraan berat. Tabel faktor regional terlampir.



% Kendaraan Berat 



Jumlah Kendaraan yang beratnya  5 ton x 100 % Jumlah Kendaraan Keseluruhan



F. Indeks tebal perkerasan (ITP) Dilihat sesuai nomogram yang sesuai dengan nilai IPo dan IPt. Nilai indeks tebal perkerasan dilihat pada nomogram hubungan antara DDT, LER maka didapat ITP, kemudian dihubungkan dengan FR maka didapat ITP.



G. Menentukan tebal perkerasan a. Alternatif I __



ITP  a1 .D1  a 2 .D2  a3 .D3



b. Alternatif II



16



Batas minimum tebal masing – masing lapis perkerasan : Tabel 2.5 : Lapis Permukaan Tebal ITP



Bahan Minimum (cm) Lapis Pelindung : (BURAS / BURTU / BURDA) LAPEN/Aspal Macadam, HRA, LASBUTAG, LASTON



< 3.00



5



3.00 - 6.70



5



6.71 - 7.49



7.5



LAPEN/Aspal Macadam, HRA, LASBUTAG, LASTON



7.50 - 9.99



7.5



LASBUTAG, LASTON



≥ 10.00



10



LASTON



Tabel 2.6 : Lapis Pondasi Atas ITP



Tebal



< 3.00



15



3.00 - 6.70



20*) 10



7.50 - 9.99



20 15



10 - 12.14



Bahan



Minimum (cm)



Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur LASTON Atas Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam LASTON Atas Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,



20



stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam, LAPEN, LASTON Atas Batu Pecah, stabilitas tanah dengan semen,



≥ 12.25



25



stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam, LAPEN, LASTON Atas



*) bats 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah digunakan material berbutir kasar



17



Untuk setiap nilai ITP digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm. 2.5. Bangunan Pelengkap A. Saluran Samping Drainase Permukaan adalah Sistem Drainase yang dibuat Untuk mengendalikan air (limpasan) permukaan akibat hujan. Tujuan dari Drainase ini, untuk memelihara agar jalan tidak tergenang air hujan dalam waktu yang cukup lama (yang akan mengakibatkan kerusakan konstruksi jalan), tetapi harus segera dibuang melalui sarana drainase jalan. Dimensi sarana Drainase ditentukan berdasarkan kapasitas yang diperlukan, yaitu harus dapat menampung besarnya debit aliran rencana yang timbul akibat hujan pada darah aliran, dengan dengan melalui proses perhitungan. Proses perhitungan hujan rencanan sampai dengan debit rencanan ini adalah analisis hidrologi. Rumus yang digunakan :



Q a = V



a = Luas penampang m Q = Debit (m3/dt) V = Kecepatan aliran (m/dt)



Dimana :



Q =



1 C.I.A 3.6



B. Gorong – Gorong (Culvert) Pada sarana drainase jalan, gorong – gorong termasuk dalam drainase permukaan yang berfungsi sabagai penerus aliran dari saluran samping ketempat pembuangan. Gorong – gorong ini ditempatkan melintang pada badan jalan di beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan.



2.6. Rencana Anggaran Dan Biaya (RAB) Rencana anggaran dan biaya merupakan perkiraan biaya dari suatu pekerjaan yang dihitung berdasarkan volume pekerjaan, upah pekerja, harga material dan lain – lainnya.



18



A. Harga satuan dasar alat Harga satuan dasar alat adalah keluaran dari analisa alat yang meliputi biaya pemilikan ( biaya pasti ) serta biaya operasi dan pemeliharaan B. Analisa harga satuan Didalam analisa harga satuan ini dilakukan perhitungan untuk menentukan bahan, upah tenaga kerja, dan peralatan setelah terlebih dahulu menentukan asumsi-asumsi dan faktor-faktor serta prosedur kerja. C. Harga satuan pekerjaan Harga satuan adalah harga suatu jenis pekerjaan tertentu persatuan tertentu berdasarkan rincian metode pelaksanaan yang memuat jenis, kuantitas, dan harga satuan dasar dari komponen bahan, peralatan dan tenaga kerja yang diperlukan dan didalamnya sudah termasuk biaya umum dan keuntungan. D. Harga pekerjaan Harga pekerjaan tercantum dalam daftar kuantitas dan harga yang merupakan hasil perkalian dari volumen pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan. E. Estimasi biaya proyek Harga total pekerjaan diperoleh dari jumlah dari total harga pekerjaan ditambah dengan pajak pertambahan nilai.



19



BAB III



G Belayan



DATA LAPANGAN DAN METODE PEMBAHASAN KAB.MALINAU



3.1. Deskripsi Proyek Panjang jalan perencanaan jalan Sabintulung ini adalah 5897 m



KAB. KUTAI TIMUR STA. 5+897 KE TENGGARONG



DESA Tabang SABINTULUNG G. MENDAM



KE MUARA KAMAN



Tabang Taban



STA. 0+000 Muara Ritan



Kembang Janggut Klampa



KEMBANG JANGGUT Sedulang Sideman



Gentingtanah



Muara Kaman



Kenohan Lemenpulut



KAHALA



LOKASI PROYEK Rantausuntang



Marang Kayu



Rantaupedamaran



Sebintulung Siran



KEC. MUARA KAMAN



Lahap



Sepanggil



G. MANGUAJI



Muarasiran



Muara Wis Tenggarong Sbr Mantong Benuapuhun



Sebulu



BT-TINJAWAN



Pegading



Tanjungasam



Teluk selerang



BT. NAGABAHULU Janglangkap



Muara Badak



Reloro



Sebulu



Karokah Pegatan



Loahtebu



BT. SERDANG



Kota Bangun



Sibuntai



Siduling



kEJAWI



G. TERUS



Kulampai



Kedangipil Lebakmantan



Benuabaru



Lebakcelong



Muara Muntai



Muarayoyak



Timbau



Tenggarong



Tanjunglaong



BT. NGAWANG



SAMARINDA



Serdang G. BUKITBIRU



Induanjat G. AMBEN



Lampatan Tanjungbora G. ASAM G. BOAN Buas



Kulu Gambar 3.1Loa: Peta Lokasi Proyek sanga sanga Jitan



Anggana



Loa Janan



3.1.1. Data Tanah



G. KLAWET



Muara Jawa



DATA DCP



DATA DCP



Samboja



NO



STA



CBR



NO



STA



CBR



1



0+000



10.65



10



1+800



12.70



2



0+200



13.34



11



2+000



12.90



3



0+400



14.12



12



2+200



13.80



4



0+600



13.22



13



2+400



13.50



5



0+800



15.60



14



2+600



12.60



6



1+000



11.20



15



2+800



15.00



7



1+200



12.70



16



3+000



15.30



8



1+400



14.60



17



3+200



15.40



9



1+600



14.10



18



3+400



15.23



20



3.1.2. Data Topografi



DATA TOPOGRAFI No.



Northing



Easthing



Elevation



Raw Desc



Full Desc



0



9991926.688



475339.718



28.056



existing



Ground



1



9991926.688



475339.718



28.056



existing



Ground



2



9991926.688



475339.718



28.056



existing



Ground



3



9991926.688



475339.718



28.056



existing



Ground



4



9991926.688



475339.718



28.056



existing



Ground



5



9991926.987



475337.741



28.456



existing



Ground



6



9991930.778



475312.726



28.856



existing



Ground



7



9991927.587



475333.786



28.956



existing



Ground



8



9991927.886



475331.808



29.256



existing



Ground



9



9991930.718



475313.122



29.256



existing



Ground



10



9991930.838



475312.331



29.256



existing



Ground



11



9991928.336



475328.842



29.456



existing



Ground



12



9991930.658



475313.517



29.656



existing



Ground



13



9991932.636



475300.466



29.756



existing



Ground



14



9991932.636



475300.466



29.756



existing



Ground



15



9991932.636



475300.466



29.756



existing



Ground



16



9991932.636



475300.466



29.756



existing



Ground



17



9991932.636



475300.466



29.756



existing



Ground



18



9991928.71



475326.371



29.956



existing



Ground



19



9991930.359



475315.495



29.956



existing



Ground



20



9991929.534



475320.933



30.031



existing



Ground



3.1.3. Data Lalulintas Harian rata – Rata (LHR) Sepeda Motor



=



438



Kendaraan/hari



Mobil Penumpang



=



96



Kendaraan/hari



Truk 2 as



=



140



Kendaraan/hari



21



3.1.4. Data Curah Hujan Tabel 3.1: Data Curah Hujan(Badan Pusat Statistik, 2010)



22



3.2. Metode Pembahasan 3.2.1. Geometrik jalan Dalam perencanaan geometrik jalan raya ini mengacu pada Peraturan Klasifikasi jala pada UU Jalan No : 38 th 2004 dan PP 34 th 2006 yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga sebagai berikut : a.



Penentuan klasifikasi dan kelas jalan.



b.



Perencanaan alinyemen.



c.



Pelebaran pada tikungan.



d.



Penggambaran geometrik jalan.



Perhitungan tebal perkerasan lentur menggunakan metode analisa komponen (SKBI – 2.3.26. 1987) sesuai dengan data – data yang ada.



Gambar 3.2 : Susunan perkerasan jalan 3.2.2. Bangunan Pelengkap A. Saluran Samping Dimensi sarana Drainase ditentukan berdasarkan kapasitas yang diperlukan, yaitu harus dapat menampung besarnya debit aliran rencana yang timbul akibat hujan pada darah aliran, dengan dengan melalui proses perhitungan. Rumus yang digunakan :



a =



Q V



a = Luas penampang m Q = Debit (m3/dt) V = Kecepatan aliran (m/dt)



Dimana :



Q =



1 C.I.A 3.6 23



B. Gorong – Gorong (Culvert) Pada sarana drainase jalan, gorong – gorong termasuk dalam drainase permukaan yang berfungsi sabagai penerus aliran dari saluran samping ketempat pembuangan. Gorong – gorong ini ditempatkan melintang pada badan jalan di beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan.



C. Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) Perhitungan rencana anggaran dan biaya (RAB) untuk item pekerjaan tanah, pelebaran perkerasan, pekerja, bahu jalan, pekerjaan drainase, perkerasan berbutir dan pekerjaan aspal. Sedangkan untuk harga satuan menggunakan harga satuan tahun anggaran 2013 untuk wilayah Kutai Kartanegara. Dan metode perhitungan yang digunakan adalah metode Bina Marga yang terdiri dari: a. Perhitungan analisa harga satuan b. Perhitungan volume pekerjaan c. Rekapitulasi d. Hasil perhitungan rencana anggaran dan biaya



24



3.3. Bagan Alir (Flowchart) Mulai



- Topografi - LHR



Penentuan Klasifikasi Jalan Dan Kelas Jalan



Perencanaan Alinyemen



Perencanaan Alinyemen Horizontal - Perencanaan Trase Jalan - Perencanaan Tipe tikungan - Diagram Superelevasi - Pelebaran Pada Tikungan - Jarak pandang - Jarak Bebas Samping Pada Tikungan



Tidak Apakah Memenuhi Persyaratan / Control



Perencanaan Alinyemn Vertikal - Penggambaran Profil Memanjang - Penentuan lengkung Vertikal



- Hasil Perencanaan Alinyemen horizontal Dan Vertikal - Pelebaran Pada tikungan



Perencanaan Drainase



Penggambaran Geometrik jalan Dan Volume Gelian Timbunan



Selesai



Gambar 3.3 : Bagan alir perencanaan geometrik jalan



25



Mulai



Data - LHR - Pertumbuhan lalu Lintas - Kelandaian Rata – Rata - Curah Hujan - Umur Rencana - CBR Rencana



Penentuan Nilai DDT Berdasarkan CBR Dan DDT



Menghitung Nilai LER Berdasarkan LHR



Penentuan Faktor Regional Berdasarkan Tabel



Diperoleh nilai ITP Dari Pembacaan Nomogram



Penentuan Tebal Perkerasan



Selesai



Gambar 3.4 : Bagan alir perencanaan perkerasan jalan dengan Metode Bina Marga



26



Mulai



Plot rute perjalanan



Pengenalan Daerah layanan



Perkiraan awal kebutuhan penempatan drainase jalan



Perencanaan sitem Dranase jalan



Perencanaan Drainase bawah permukaan



Perencanaan Drainase permukaan



Ketentuan teknis, metode/cara pengerjaan



Selesai



Gambar 3.5 : Skema perencanaan sistem drainase jalan pedoman Dinas Pekerjaan Umum T-02-2006-B



27



Mulai



Daftar Harga upah Dan bahan



Daftar Harga Satuan Pekerjaan



Volume satuan Pekerjaan



Analisa Harga Satuan



Perhitungan RAB



Rekapitulasi Hasil RAB



Selesai



Gambar 3.6 : Bagan alir perhitungan rencana anggaran dan biaya (RAB)



28



3.4. Time Schedule Tabel 3.2. Time Schedule Rencana Kegitan Tugas Akhir No



Nama Kegitan



Tahun 2013 Januari



Febuari



Maret



April



Mei



Juni



Juli



1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5



Pecarian Data Pengajuan Judul Review Judul TA Pembuatan Proposal Seminar Proposal & Revisi



6



Penyusunan Tugas Akhir



7



Sidang Tugas Akhir



8



Revisi Tugas Akhir



9



Penjilidan dan Pengumpulan Tugas Akhir



29