Perencanaan Pulang (Discharge Planning) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Definisi Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Discharge  planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya pasca bedah (Rondhianto, 2008). A. Tujuan Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Tujuan perencanaan pulang (discharge planning) adalah sebagai berikut (Nursalam, 2014). 1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial. 2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga. 3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien. 4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain. 5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien. 6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat. B. Pemberi Layanan Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan merencanakan, mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning Association, 2008). C. Penerima Layanan Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning. Namun, ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien berisiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008). D. Manfaat Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Perencanaan pulang (discharge planning) mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2014). 1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat penjajaran selam di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah. Manajemen Keperawatan



1



2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas keperawatan pasien. 3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru. 4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah. E. Prinsip Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004). 1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi. 2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasikan lalu dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi. 3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama. 4. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang akan disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat. 5. Perencanaan pulang dilakukan setiap sistem atau tatanan pelayanan kesehatan. 6. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan tindakan keperawatan. 7. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan saat menyusun discharge planning. F. Struktur Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Dugan dan Mossel (1992) yang dikutip oleh Jackson (1994) menyatakan bahwa pada saat ini telah terjadi perubahan dalam pelaksanaan perencanaan pemulangan dengan struktur tersendiri, di mana perawat sebagai koordinasi dalam pelaksanaannya dan selalu berkonsultasi dengan klien dan keluarga serta para profesional lainnya dalam perencanaan pemulangan baik dalam pelaksanaannya. G. Jenis Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis-jenis pemulangan pasien sebagai berikut. 1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara Manajemen Keperawatan



2



dirawat di rumah, namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat. 2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur keperawatan dapat dilakukan kembali. 3. Judicial discharge (pulang paksa), dalam kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan keperawatan puskesmas terdekat. H. Alur Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Berikut ini adalah alur atau proses perencanaan pulang (discharge planning) menurut Nursalam (2014). Dokter Ners dan tim PP kesehatan dibantu PA lain



Penentuan keadaan pasien: 1. Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang lain. 2. Tingkat ketergantungan pasien



Perencanaan pulang (discharge planning)



Penyelesaian administrasi



Program health education: 1. Kontrol dan obat/nersan 2. Nutrisi 3. Aktivitas dan istirahat 4. Perawatan diri



Penyelesaian administrasi



Monitor (sebagai program service safety) oleh keluarga dan petugas Manajemen Keperawatan



3



Keterangan: 1. Tugas keperawatan primer a. Membuat rencana discharge planning b. Membuat leaflet c. Memberikan konseling d. Memberikan pendidikan kesehatan e. Menyediakan format discharge planning f. Mendokumentasikan discharge planning 2. Tugas keperawatan associate Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan diakhiri ners). I. Komponen Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Menurut Jipp dan Sirass (1986) dalam Kristina (2007), komponen perencanaan pulang terdiri dari komponen berikut ini. 1. Perawatan di rumah, meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education), mengenai diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol, pemberian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman pasien dan keluarga mengenai perawatan selama pasien di rumah sakit nanti. 2. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat. 3. Obat-obatan yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obat tersebut sudah tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawa pulang pasien. 4. Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat pulang. 5. Surat-surat seperti surat keterangan sakit dan surat kontrol. J. Kesiapan Pasien Menghadapi Discharge Planning 1. Definisi dan Komponen Kesiapan Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan, yaitu kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan, keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kesiapan merupakan kombinasi



Manajemen Keperawatan



4



dari kemampuan dan keinginan yang berbeda yang ditunjukkan seseorang pada tiap tugas yang diberikan. 2. Kriteria Pemulangan Pasien Perry & Potter (2005) mengungkapkan bahwa pada saat pulang pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). 2. Tingkat Kesiapan Martinsusilo (2007) membagi tingkat kesiapan pasien berdasarkan kuantitas keinginan dan kemampuan bervariasi dari yang sangat tinggi hingga sangat rendah, yaitu sebagai berikut. a) Tingkat kesiapan I 1) Tidak mampu dan tidak ingin, yaitu tingkatan tidak mampu dan hanya memiliki sedikit komitmen dan motivasi. 2) Tidak mampu dan ragu, yaitu tingkatan tidak mampu dan hanya memiliki sedikit keyakinan. b) Tingkat kesiapan II 1) Tidak mampu tetapi memiliki keinginan, yaitu tingkatan yang memiliki sedikit kemampuan tetapi termotivasi dan berusaha. 2) Tidak mampu tetapi percaya diri, yaitu tingkatan yang hanya memiliki sedikit kemampuan tetapi tetap merasa yakin. c) Tingkat kesiapan III 1) Mampu tetapi ragu, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tetapi tidak yakin dan khawatir untuk melakukannya sendiri. 2) Mampu tetapi tidak ingin, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas tetapi tidak ingin menggunakan kemampuan tersebut. d) Tingkat kesiapan IV 1) Mampu dan ingin, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan untuk melakukan tugas dan seringkali menyukai tugas tersebut.



Manajemen Keperawatan



5



2) Mampu dan yakin, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dan yakin dapat melakukannya seorang diri. K. Identifikasi Masalah Perencanaan Pulang (Discharge Planning) discharge planning sebagian besar dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang harus disampaikan pada pasien yang akan pulang, seperti intervensi medis dan nonmedis yang sudah diberikan, jadwal kontrol, serta gizi yang harus dipenuhi setelah di rumah. Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk sekadar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor risiko apa yang dapat membuat penyakitnya kambuh ataupun penanganan apa yang dilakukan saat terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakit pasien. Fenomena penerapan discharge planning di berbagai rumah sakit di Indonesia antara lain sebagai berikut. 1. Masih terbatasnya rumah sakit yang melaksanakan discharge planning. Hal ini disebabkan karena masih banyak yang belum memahami bahwa discharge planning merupakan bagian dari asuhan keperawatan di rumah sakit. 2. Mekanisme rujukan belum berjalan, terutama rujukan ke praktik keperawatan mandiri dan home care. 3. Kebijaksanaan rumah sakit belum mewujudkan kerja sama dengan agensi keperawatan atau kesehatan lain. 4. Proses pendidikan keperawatan kurang menekankan arti pentingnya pembelajaran tentang discharge planning. 5. Belum tersosialisasi secara optimal tentang discharge planning kepada perawat di rumah sakit. L. Langkah Persiapan Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Beberapa langkah persiapan dalam melakukan perencanaan pulang terhadap pasien (discharge planning) adalah sebagai berikut. 1) Penentuan Lenght of Stay (LOS) Penentuan Lenght of Stay (LOS) merupakan hal yang paling penting dalam discharge planning. Agar LOS dapat ditentukan dengan baik, diperlukan upaya-upaya seperti berikut ini. a) Prioritaskan pada diagnosa penyakit rawat inap terbanyak. Manajemen Keperawatan



6



b) Penentuan LOS harus dengan persetujuan dan kesepakatan kelompok dokter spesialis terkait. c) Data LOS yang sudah disepakati dan disetujui, dilakukan sosialisasi kepada seluruh pihak-pihak yang terlibat (dokter, ruangan, perawat, petugas administrasi, dan lain sebagainya). d)



Data LOS terus dilakukan pemantauan, evaluasi, dan pemutakhiran berdasarkan data riil yang terjadi.



e) Data LOS bukan untuk memastikan lama waktu rawat, tetapi sebagai bahan perkiraan dan perencanaan. f) Keputusan memulangkan pasien tetap dikembalikan kepada kondisi klinis pasien dan diputuskan oleh dokter yang merawat. 2) Penentuan jadwal jam kepulangan pasien Setelah LOS ditentukan, hal berikutnya adalah penentuan jam berapa pasien akan dipulangkan. Pasien perlu dipulangkan pada waktu yang tetap setiap harinya. 3) Pengaturan jadwal visite dokter Agar jadwal jam kepulangan pasien ini dapat terlaksana dengan baik, perlu kesepakatan dengan dokter yang merawat pasien. Kesepakatan itu adalah sebagai berikut. a) Dokter yang merawat pasien dapat visite sebelum jadwal kepulangan pasien. Misalnya, jadwal kepulangan pasien adalah pukul 10.00 pagi, maka dokter dapat melakukan visite pukul 08.00 pagi. b) Jika dokter tidak dapat visite pagi, maka perlu ada kesepakatan di mana dokter menyetujui kepulangan pasien tanpa menunggu kedatangannya, atau yang biasa disebut dengan istilah TUTD (tidak usah tunggu dokter). c) Dokter yang merawat pasien dapat mendelegasikan penilaian klinis akhir untuk penentuan boleh atau tidaknya pasien pulang kepada dokter ruangan/case manager dengan berdasarkan kepada kriteria kepulangan yang jelas. 4) Menyusun pedoman kriteria masuk dan keluar pasien Diperlukan kesepakatan untuk kriteria masuk dan keluar pasien yang jelas. Misalnya, kriteria keluar atau masuk untuk UGD, Rawat Inap, ICU/ICCU, isolasi, dan sebagainya. Dengan kriteria tersebut, setiap staf yang bertugas di tempat-tempat tersebut terbantu secara sistem untuk menilai kapan seseorang pasien boleh masuk atau keluar dari ruang tersebut. Manajemen Keperawatan



7



5) Discharge lounge Discharge lounge adalah ruang transit pasien yang sudah boleh pulang. Ruang ini digunakan oleh pasien dan keluarganya dalam keadaan pasien sudah boleh pulang, tapi karena satu dan lain hal belum dapat pulang. Misalnya, administrasi belum selesai, menunggu jemputan, dan sebagainya. 6) Tim multidisiplin Tim multidisiplin adalah tim yang anggotanya terdiri dari semua pihak yang terlibat dalam proses pemulangan pasien. Tim ini anggotanya terdiri dari dokter, perawat, penunjang, admisi, kasir, house keeping, security, dan lain-lain yang diperlukan sesuai kondisi rumah sakit. Secara rinci, hal-hal yang harus dilakukan tim multidisiplin antara lain sebagai berikut. 1. Membuat kebijakan discharge planning. 2. Membuat intgrated care pathway untuk discharge planning 3. Mengkoordinasi pembuatan check list kriteria kepulangan pasien, kelengkapan pasien, dan sebagainya. 4. Mengkoordinasi penetapan LOS. 5. Membuat uraian tugas pihak-pihak terkait sehubungan dengan discharge planning. 7) Tim dokter ruangan/case manager Tim ini bertugas sebagai pengendali harian discharge planning. Tugasnya adalah sebagai berikut. a) Mengedukasi pasien perihal discharge planning saat awal masuk rawat inap. b) Memberi informasi rencana penatalaksanaan yang akan diberikan kepada pasien selama di rumah sakit. c) Melakukan pemantauan kesesuaian antara LOS yang akan direncanakan dengan kondisi klinis pasien. d) Berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab perihal discharge planning yang direncanakan dengan berdasar kondisi klinis pasien. 8) Discharge coordinator Discharge



coordinator



dipegang



oleh



perawat



ruangan.



Tugasnya



adalah



mengkoordinasikan seluruh aktivitas perawatan pasien dalam rangka discharge planning, misalnya seperti berikut ini.



Manajemen Keperawatan



8



a) Menanyakan kepada pihak tim dokter ruangan berkaitan dengan kepastian kepulangan pasien. b) Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk satu hari sebelum kepulangan pasien, seperti persiapan obat yang akan dibawa pulang, pemeriksaan penunjang, discharge summary, dan lain-lain. c) Melakukan koordinasi pada hari kepulangan pasien, sehingga pasien dapat pulang tepat waktu. d) Jika pasien tidak dapat pulang tepat waktu, koordinasi dengan pihak discharge lounge untuk penanganan selanjutnya. 9) Penentuan hal-hal yang harus diselesaikan pada 24 jam sebelum kepulangan pasien. Halhal yang perlu direncanakan untuk diselesaikan sehari sebelum kepulangan pasien yang dikoordinasikan perencanaannya oleh discharge coordinator, di antaranya adalah sebagai berikut. a. Retur obat dan Resep obat yang akan dibawa pulang b. Discharge summary dan Surat keterangan sakit c. Rencana pemeriksaan penunjang terakhir (laboratorium, radiologi, dan sebagainya) d. Klaim asuransi 10) Program aplikasi bed management Program ini akan membantu admisi dan perawat di ruang rawat memantau ketersediaan tempat tidur. Dengan program ini, pihak ruang rawat dapat menentukan sebuah tempat tidur dalam keadaan kosong setelah pasien keluar dari kamar, kapan rencana pulang, dan lain-lain. Dengan informasi itu, pihak admisi tidak perlu menghubungi ruang rawat untuk dapat mengetahui ketersediaan tempat tidur. Sehingga admisi dapat menerima atau merencanakan pasien masuk. M. Mekanisme Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut. 1) Pengkajian Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge planning agar transisi dari rumah sakit ke rumah pasien dapat efektif. Elemen penting dari pengkajian



Manajemen Keperawatan



9



discharge planning adalah data kesehatan, data pribadi, pemberi perawatan, lingkungan, serta keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung. 2) Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Diagnosa berisi tentang masalah klien (problem), etiologi, dukungan (support) sistem (hal yang mendukung klien sehingga dilakukan discharge planning). 3) Perencanaan (intervensi keperawatan) Menurut Luverne dan Barbara (1988), perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,yang disingkat dengan METHOD, yaitu sebagai berikut. 1. Medication (obat), pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang. 2. Environment (lingkungan), lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya. 3. Treatment (pengobatan), perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga. 4. Healht teaching (pengajaran kesehatan), klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana cara mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan. 5. Outpatient referral, klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu. 6. Diet, klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya dan diajarkan untuk mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya. 4) Implementasi keperawatan Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary). Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik Manajemen Keperawatan



10



dan mental klien, faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan), dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Adapun persiapan sebelum hari pemulangan pasien adalah sebagai berikut. a. Menganjurkan cara untuk mengubah keadaan rumah untuk memenuhi kebutuhan pasien. b. Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumbersumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah. c. Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemampuan untuk belajar dan mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan). Leaflet, buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien. d. Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien. 5) Evaluasi keperawatan Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses discharge planning. Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variable, yaitu sebagai berikut. a) Derajat penyakit dan Hasil yang diharapkan dari perawatan b) Durasi perawatan yang dibutuhkan dan Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan c) Komplikasi tambahan dan Ketersediaan  sumber-sumber untuk mencapai pemulihan N. Perihal Dalam Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat praktisi atau perawat home care dan mungkin dikirim ke dokter primer atau dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges & Moorhouse, 2000). Manajemen Keperawatan



11



O. Model Klinis Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Model discharge planning yang digunakan menurut Slevin (1986) dilakukan melalui lima tahap model klinis yang digunakan dalam proses keperawatan seperti bagan berikut ini. Seleksi pasien



Pengkajian



Perencanaan



Sumber daya pasien dan keluarga



Implementasi dan evaluasi



Prioritas pada pasien yang membutuhkan discharge planning



1. Pengkajian fisik psikososial 2. Status fungsional 3. Health education 4. Konseling a) Metode “METHOD” b) Kolaborasi dengan kesehatan lain. c) Diskusi dengan keluarga



dan



tim



Identifikasi: 1) Keluarga yang merawat. 2) Finansial 3) Pusat pelayanan kesehatan lain



a) Health education b) Evaluasi kriteria hasil c) Dokumentasi



Manajemen Keperawatan



12



P. Menyusun Rencana Strategi Pelaksanaan Discharge Planning yang Efektif dan Efisien RENCANA STRATEGI PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING 1. PENGORGANISASIAN Kepala Ruangan



: …………………….



Katim 1



: …………………….



Staf perawat1



: …………………….



Staf perawat 2



: …………………….



Katim 2



: …………………….



Staf perawat 3



: …………………….



Staf perawat 4



: …………………….



Supervisor / pembimbing : ……………………. 2. MEKANISME KEGIATAN Topik



: Discharge planing pada ..................



Sasaran



: .........................................................



Hari/tanggal



: ............ ,........................ Maret 2015



Waktu



: ................................................. WIB



Materi



: .........................................................



a. Asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi. b. Masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. c. Perencanaan pulang pada klien dengan hipertensi. 3. METODE a. Diskusi b. Tanya jawab 4. MEDIA a. Status klien b. Sarana dan prasarana perawatan



Manajemen Keperawatan



13



c. Rencana pelaksanaan kegiatan Tahap Persiapan



Kegiatan 1. Kepala tim 1 sudah siap dengan status klien dan format discharge



Waktu



Pelaksana Katim 1



planning. 2. Menyebutkan masalah klien.



Tempat



5 menit



3. Menyebutkan hal-hal yang perlu diajarkan pada klien dan keluarga.



Nurse



dan



station



Karu



4. Kepala ruangan memeriksa kelengkapan administrasi. Pelaksanaan



1. Kepala tim 1 menyampaikan pendidikan kesehatan, melakukan demonstrasi dan redemonstrasi: a.



Diet



b.



Aktivitas dan istirahat



c.



Minum obat teratur



d.



Perawatan diri



Tempat 15 menit



2. Kepala tim 1 menyatakan kembali pada pasien tentang materi yang telah disampaikan. 3. Kepala tim 1 mengucapkan terima kasih. 4. Pendokumentasian.



Manajemen Keperawatan



14



tidur atau kamar pasien



Katim 1



Q. Format Lembar Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Berikut ini adalah contoh format pada lembar discharge planning dalam Nursalam (2004). No. Registrasi: DISCHARGE PLANNING



Nama: Jenis Kelamin:



Tanggal MRS:



Tanggal KRS:



Bagian:



Bagian:



Dipulangkan dari rumah sakit dengan keadaan  Sembuh  Meneruskan dengan obat jalan  Pindah ke rumah sakit lain  Pulang paksa  Lari  Meninggal A. Kontrol: a) Waktu b) Tempat B. Lanjutan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, dan lain-lain): C. Aturan diet atau nutrisi: D. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya: E. Aktivitas dan istirahat: Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya): Lain-lain: Surabaya, ………… Pasien/Keluarga



(



)



Ners



(



)



Petunjuk teknis pengisian lembar discharge planning adalah sebagai berikut.



Manajemen Keperawatan



15



1. No. Registrasi (diisi sesuai nomor register pasien). 2. Nama (diisi sesuai nama pasien). 3. Tanggal MRS (sesuai pasien masuk rumah sakit). 4. Diagnosis MRS (diisi oleh dokter berdasarkan pemeriksaan klinis). 5. Tanggal KRS (tanggal ditetapkan pasien pulang oleh dokter). 6. Diagnosis KRS (diagnosis pasien berdasarkan pemeriksaan klinis setelah pasien diperbolehkan pulang). 7. Dipulangkan dari rumah sakit dengan keadaan (diisi berdasar kondisi pasien pulang). 8. Tanggal/tempat kontrol (diisi sesuai tempat dan waktu kontrol ketika pasien kontrol). 9. Lanjutan keperawatan di rumah (diisi keperawatan lanjutan sesuai diagnosis sewaktu pulang, seperti keperawatan luka, pemasangan gift, dan lainnya). 10. Aturan diet (diisi berdasarkan anjuran dari ahli gizi). 11. Obat-obat yang diminum dan jumlahnya (diisi sesuai obat yang dibawa pulang, serta catatan aturan pemakaian, dosis obat, dan jumahnya). 12. Aktivitas dan istirahat (diisi sesuai advice dokter tentang kegiatan sehari-hari dan istirahat pasien di rumah). 13. Hal yang dibawa pulang (hal yang dibawa seperti hasil laboratorium, foto, EKG, dan lainnya merupakan hasil pemeriksaan pasien yang diperbolehkan untuk dibawa pulang. 14. Lain-lain (diisi hal di luar ketentuan di atas, misalnya obat yang dihentikan).



Manajemen Keperawatan



16