Perencanaan Sistem Plumbing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas perencanaan sistem plumbing BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pesatnya pembangunan di berbagai bidang turut mempengaruhi berbagai aspek dalam masyarakat, terutama dalam aspek fisik seperti maraknya pembangunan beragam fasilitas.



Mulai terbukanya lahan-lahan untuk pembangunan fasilitas permukiman,



perkantoran, dan sebagainya menuntut penggunaan lahan yang optimal. Sehingga pembangunan suatu bangunan tidak hanya berlantai tunggal tetapi sudah mulai menggunakan lantai yang bertingkat. Dalam bangunan tersebut diperlukan sistem penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan yang secara khusus diterapkan sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Perlengkapan gedung diharapkan dapat memenuhi kebutuhan serta menjamin keamanan dan keselamatan dalam pemanfaatannya. Demikianlah hal tersebut berlaku bagi sistem plambing yang jika tidak dirancang dengan baik, selain mahal, tidak efektif serta memberikan banyak masalah operasi dan perawatan. Maka beberapa hal yang prinsip perlu diketahui dan dipertimbangkan dalam setiap perancangan. Sistem plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu perencanaan sebuah gedung, yaitu untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup dan untuk membuang air kotor dari tempattempat tertentu sehingga tidak akan mengakibatkan pencemaran. Saat ini peralatan plambing diperlukan hanya untuk membatasi jumlah pemakaian air dengan pertimbangan penghematan energi dan keterbatasan sumber air serta mencegah pembuangan air buangan dan air kotor langsung ke dalam saluran pembuangan. Fungsi dari peralatan plambing antara lain untuk menyediakan air bersih ke tempattempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, membuang air kotor dari tempattempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Fungsi pertama dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih, dan yang kedua oleh sistem pembuangan



Dalam tugas ini, perencanaan sistem plambing dilakukan pada gedung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Pada gedung berlantai tujuh ini , plambing mempunyai peran penting



ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing bagi karyawan di dalamnya. Sistem plambing yang direncanakan meliputi penyediaan air bersih, peralatan untuk pembuangan dan ven serta peralatan saniter (plumbing fixtures). Kesalahan dalam perancangan, pemasangan, dan perawatan system plambing dapat membahayakan manusia. Kenyataanya, banyak kecelakaan fatal telah terjadi serta banyak orang terkena penyakit akibat kesalahan perancangan serta pemasangan instalasi plambing. Oleh karena itu, dalam perencanaan sistem plambing gedung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah mengacu pada Undang-Undang, peraturan, pedoman pelaksanaan serta standar yang menyangkut peralatan dan instalasi plambing. Contoh, di Indonesia telah ditetapkan “Pedoman Plambing Indonesia“ yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya. Dalam sistem plambing berdasarkan dari fungsinya dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Penyediaan Air Bersih Menyediakan air bersih pada tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup. 2. Penyaluran Air Buangan Membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian plambing penting lainnya. Fungsi pertama dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih dan fungsi kedua oleh sistem pembuangan. Peralatan plambing di dalam artian khususnya meliputi : Peralatan untuk penyediaan air bersih/air minum Peralatan untuk penyediaan air panas Peralatan untuk pembuangan dan ven Peralatan sanitari (plumbing fixtures) Sedangkan dalam arti yang lebih luas, peralatan plambing juga mencakup: Peralatan pemadam kebakaran Peralatan pengolah air kotor (tangki septik) Peralatan penyediaan gas Peralatan dapur Peralatan untuk mencuci (laundry) Peralatan pengolah sampah, dan berbagai instalasi pipa lainnya



ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing Sebelum ditetapkannya suatu undang-undang tujuan utama dalam sistem penyediaan air adalah untuk menyediakan air yang cukup berlebihan. Tetapi sekarang ada pembatasan dalam jumlah air yang dapat digunakan dengan pertimbangan penghematan energi dan keterbatasan sumber air. Ditambah dengan adanya tuntutan agar pembuangan air buangan dan air kotor tidak dilakukan langsung ke dalam saluran pembuangan. Dengan begitu sistem plambing merupakan sarana yang penting dan kesalahan dalam perancangan, pemasangan, dan perawatan peralatan plambing yang dapat membahayakan jiwa manusia. Oleh karena itu banyak negara telah menetapkan Undang-undang, peraturan, pedoman pelaksanaan, standar, dan sebagainya, yang menyangkut peralatan dan instalasi plambing. Di Indonesia sendiri telah disiapkan “Pedoman Plambing Indonesia” oleh suatu tim yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya yang terdiri dari berbagai unsur . Dalam tugas ini penyusun merencanakan sistem plambing dan instalasi serta peralatan pada gedung perkantoran yaitu Gedung PT Perhutani Unit I Jawa Tengah yang terletak di Jalan Pahlawan no. 15 – 17 Semarang terdiri atas 7 lantai dengan luas masing-masing lantainya berbeda. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari perencanaan system plambing gedung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah memberikan pelayanan kepada karyawan dalam penyediaan air bersih serta penyaluran air buangan. Dengan meningkatnya sarana dan system untuk air bersih serta air buangan diharapkan kebutuhan air bersih akan terpenuhi dan air buangan dapat tersalurkan dengan baik. Tujuan dari perencanaan system plambing gedung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah agar gedung tersebut layak untuk ditempati, memenuhi syarat kesehatan, etika, dan estetika. Ini dikarenakan fungsi system plambing, yaitu menyeiakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan dan jumlah yang cukup serta membuang air kotor tanpa mencemari bagian penting lain dari bangunan dan lingkungannya. Serta untuk mempelajari cara-cara perhitungan sistem plumbing dan instrumen peralatannya yang sesuai dengan jurusan teknik lingkungan. 1.1 RUANG LINGKUP



ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing Sistem plambing yang direncanakan pada tugas ini terdiri perencanaan sistem plambing air bersih dan perencanaan sistem plambing air buangan serta ven pada gedung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dengan tinggi 7 lantai. Adapun ruang lingkup atau batasan dalam tugas perencanaan sistem plambing dalam gedung ini adalah sebagai berikut : 1. Dasar-dasar teori yang mendukung perencanaan : 



penyediaan air bersih







pemadam kebakaran







penyaluran air buangan dan ven



2. Perhitungan-perhitungan : 



kebutuhan air







dimensi pipa







headloss dan pemompaan







kelengkapan yang menunjang sistem, misalnya ground reservoir dan roof tank



3. Gambar-gambar : 



denah sistem







isometri pipa







layout dan potongan peralatan plumbing



4. Jenis dan jumlah material yang diperlukan 1.2 SISTEMATIKA PENULISAN Sistem plambing yang direncanakan dan dirancang pada tugas ini meliputi: Bab I :



Bab II:



PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang



1.2.



Maksud dan Tujuan



1.3.



Ruang Lingkup



1.4.



Sistematika Penulisan



1.5.



Metode Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 2.2 Sistem Plambing Air Bersih 2.3 Sistem Plambing Air Buangan dan Ven 2.4 Instalasi dan Instrumen Penunjang



ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing 2.5 Persamaan-persamaan yang digunakan 2.6 Tabel-tabel yang digunakan Bab III :



IDENTIFIKASI GEDUNG PERENCANAAN



Bab IV :



PERHITIUNGAN 4.1.



Air Bersih



4.2.



Air Buangan dan Ven



Bab V :



PELAKSANAAN DAN PEMELIHARAAN



Bab VI :



KESIMPULAN DAN SARAN



PROSEDUR PERENCANAAN Perencanaan sistem plumbing dimulai dengan menyiapkan konsep, rencana dasar, rancangan pendahuluan, dan gambar-gambar pelaksanaan, dengan selalu memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan bagian gedung lainnya. Dalam perencanaan suatu sistem plambing juga membutuhkan suatu prosedur perencanaan yang akan memudahkan kita dalam menentukan perhitungan dan alat-alat plambing yang akan digunakan. Oleh karena itu, kita membuat prosedur perancangan yang terdiri dari : 1.5.1 Rancangan Konsep Berikut ini hal-hal yang perlu diketahui dalam menyiapkan rancangan konsep sistem plumbing adalah :



1. Jenis dan penggunaan gedung 2. Denah bangunan gedung 3. Jumlah penghuni gedung 1.5.2. Penelitian Lapangan Penelitian kondisi lapangan sangatlah penting pada tahap rencangan konsep di samping ke tiga hak tersebut di atas. Apabila penelitian lapangan kurang lengkap dan memadai tentu akan menimbulkan kesulitan, mulai pada tahap awal perancangan bahkan hingga pelaksanaan pemasangan instansi. Hal yang dikerjakan pada tahap penelitian lapangan ini meliputi kunjungan ke lokasi pembangunan gedung dan melihat situasi setempat, perundingan dengan instansi pemerintah yang berwenang, penelitian yang menyangkut hak ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing penggunaan air bersih dan pembuangan air, serta menjajaki pendapat instansi pengairan dan perikanan setempat. 1.5.3. Rencana Dasar Dalam tahap ini disiapkan dasar-dasar perancangan dengan menggunakan rencana konsep dan data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Pertemuan dengan pemilik atau perancang gedung perlu dilakukan untuk menyamakan visi dari perancangan dan perencanaan gedung. Setelah menetapkan dasar-dasar perancangan, maka jenis sistem plumbing dapat dipilih sesuai dengan persyaratan gedung maupun peralatan lainnya. 1.5.4. Rancangan Pendahuluan Berdasarkan rencana dasar yang telah dibuat, kapasitas dari sistem dan peletakan peralatan



plumbing,



dipelajari



lebih



detail



dengan



menggunakan



gambar-gambar



pendahuluan denah bangunan. 1.5.5. Rancangan Pelaksanaan Apabila rancangan pendahuluan telah diperiksa dan disetujui oleh pemilik gedung ataupun perancang gedung, perhitungan dan gambar-gambar pelaksanaan dapat disiapkan. Hal ini yang perlu disiapkan dokumen spesifikasi dan perkiraan biaya pelaksanaan. Kontraktor pelaksana akan membuat penawaran biaya pelaksanaan berdasarkan gambar rancangan dan spesifikasi tesebut, yang akan menjadi bagian penting dari dokumen kontraknya dengan pemilik gedung. Di samping itu, kontraktor pelaksana akan menyiapkan pula gambar-gambar kerja (shop drawings) untuk menunjukkan/menegaskan detail pemasangan. Oleh karenanya tidaklah dapat diterima adanya kesalahan/kekurangan dalam rancangan pelaksanaan sistem plumbing, demikian pula adanya perbedaan maupun ketidakcocokan dengan pekerjaan rancangan arsitektur, struktur, elektrikal, dan mekanikal. Perlu ditekankan pentingnya pemeriksaan dokumen-dokumen rancangan yang menyangkut seluruh disiplin.



ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 UMUM Bangunan yang dilengkapi dengan sistem plumbing harus mendapat air yang cukup dari saluran air bersih kota. Bila penyumbangan tersebut tidak dapat dilakukan ketidak tersedianya saluran air bersih kota atau karena sebab lain, maka harus disediakan sumber lain yang memenuhi persyaratan air bersih. Persyaratan sisitem air minum/ air bersih diantaranya adalah harus tersedia air setiap saat ( 24 jam ), memenuhi kualitas departemen kesehatan, kuantitas ( debit dan tekanan yang cukup ), dan ekonomis. Air buangan harus dibuang pada saluran pembuangan yang baik dan tidak terjdi kebocoran agar tidak mencemari lingkungan dan tidak berdampak buruk bagi kesehatan penghuni gedung. 2.2 DEFINISI DAN KUALITAS ALAT PLAMBING 2.2.1 Definisi Alat Plumbing Istilah alat plumbing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar gedung, yang merupakan media untuk menyediakan (memasukkan) air panas atau air dingin, dan untuk menerima (mengeluarkan) air buangan. Atau secara singkat dapat dikatakan sebagai semua peralatan yang dipasang pada : 



Ujung akhir pipa, untuk memasukkan air







Ujung awal pipa, untuk membuang air buangan



2.2.2 Kualitas Alat Plumbing Bahan yang digunakan sebagai alat plumbing harus memenuhi syarat-syarat berikut :  



Tidak menyerap air Mudah dibersihkan







Tidak berkarat dan tidak mudah aus







Relatif mudah dibuat dan mudah dipasang



ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing Bahan yang banyak digunakan adalah porselen, besi atau baja yang dilapisi email, berbagai jenis plastik, dan baja tahan karat. Untuk bagian alat plumbing yang tidak atau jarang terkena air, dapat digunakan bahan kayu. 2.3 PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PLAMBING Dalam pengerjaan plambing, peralatan, dan perlengkapan yang sering digunakan antara lain : 1. Pemecah vakum Alat ini digunakan untuk mencegah aliran balik dengan cara otomatis memasukkan udara ke dalam pipa penyediaan air bila terjadi tekanan negatif dalam pipa. Pemecah vakum yang sering digunakan adalah npemecah vakum tekanan atmosfer dan tekanan vakum tekanan positif.  Pemecah vakum tekanan atmosfer Jenis ini dipasang pada alat-alat yang mengalami tekanan hanya apabila ada aliran air. Pemecah vakum dipasang pada sisi yang tidak mendapat tekanan air terus-menerus, artinya pada sisi hilir dari katup.  Pemecah vakum vakum tekanan positif Jenis ini dipasang pada sisi yang bertekanan terus-menerus. Prinsip kerja alat ini yaitu: -



Malului sebuah lubang kecil tekanan air masuk rongga diafram untuk menekan katup, mencegah air keluar melalui lubang udara.



-



Apabila oleh sesuatu sebab terjadi tekanan negative di dalam pipa, rongga diafragma juga akan mempunyai tekanan negative, dan tekanan atmosfer di bawah diafram akan mendorong katup terbuka untuk memesukkan udara.



ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.1 Pemecah Vakum Jenis Atmosferik



Gambar 2.2



Pemecah Vakum Bertekanan



2. Rongga udara Alat ini digunakan untuk mencegah pukulan air yang terjadi apabila aliran air dalam pipa dihentikan secara mendadak oleh kran air atau katup air, dimana pukulann ARI BHAKTI AG L2J009031



Tugas perencanaan sistem plumbing air(water hammer) ini dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan plambing, gerakan pada sistem pipa, patahnya pipa, kebocoran, dan suara getaran/gemerisik sehingga pada akhirnya dapat mengurangi umur kerja peralatan dan sistem perpipaan yang ada. 3. Check Valve Biasanya dipasang pada pompa yang merupakan katup aliran searah, yang dapat digunakan terjadinya pukulan air (water hammer). 4. Gate Valve Gate valve ini biasanya dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang sehingga apabila terjadi kerusakan atau perawatan tidak perlu mematikan seluruh aliran dalam sistem plambing suatu gedung.



Gambar 2.4 Gate Valve 5. Globe Valve Valve ini berguna untuk mengatur atau membatasi laju aliran air pada pipa aliran cabang.



ARI BHAKTI AG L2J009031



10



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.5 Globe Valve 6. Flush Valve Biasanya digunakan pada kloset atau peturasan 7. Perangkap Alat ini digunakan untuk mencegah masuknya gas berbau atau beracun, bahkan serangga yang masuk apabila alat plambing ini sedang tidak digunakan. 8. Penangkap (interceptor) Alat ini digunakan untuk mencegah masuknya bahan-bahan berbahaya yang dapat menyumbat atau mempersempit penampang pipa yang akan mempengaruhi kemampuan instalasi pengolahan air buangan.



Konstruksi penangkap ini pada



umumnya juga merupakan perangkap. 2.4 PERALATAN SANITER Peralatan yang digunakan dalam perencanaan sisem plambing antara lain : 1. Kloset Kloset dapat dibagi dalam beberapa golongan menurut konstruksinya, yakni: a.



Tipe Wash-Out (bilas keluar) Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Kotoran tidak jatuh ke dalam air yang merupakan “sekat”, melainkan pada suatu permukaan penampung yang agak luas dan sedikit berair, sehingga pada waktu penggelontoran tidak bisa bersih betul, akibatnya sering menimbulkan bau yang tidak sedap.



b.



Tipe Wash-Down (bilas bawah)



ARI BHAKTI AG L2J009031



11



Tugas perencanaan sistem plumbing Tipe ini mempunyai konstruksi sedemikian sehingga kotoran jatuh langsung atau tidak langsung ke dalam air “sekat”, sehingga bau yang timbul akibat sisa kotoran tidak terlalu menyengat dibandingkan dengan tipe wash out. c.



Tipe siphon Tipe ini memiliki konstruksi jalannya air buangan yang lebih rumit dibandingkan tipe wash down, dimana sedikit menunda aliran air buangan tersebut sehingga timbul efek siphon. Jumlah air yang ditahan dalam mangkuk sebagai “sekat” lebih banyak, juga muka airnya lebih tinggi dibanding tipe wash down. Oleh karena itu bau lebih berkurang lagi pada tipe ini.



d.



Tipe siphon jet Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon lebih kuat, dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air buangan. Dibandingkan dengan tipe siphon, tipe ini akan menggunakan air penggelontor lebih banyak.



e.



Tipe blow out Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor dengan cepat air kotor dalam mangkuk kloset, tetapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1 kg/cm2, dan menimbulkan suara berisik.



ARI BHAKTI AG L2J009031



12



Tugas perencanaan sistem plumbing Gambar 2.6 Water Closet A) Washdown Closet, B) Frostproof loset, C) Washdown Closet, D) Washout Closet, E) Siphon Action Closet, F) Siphon Jet Closet, G) kombinasi Bedban Washer dan Water closet, H) Wall-Hung loset dan flush valve Handle ,(I, K, L) Closet Showing Flushometer valve handle, J) Closet with low-down flush tank, (M, N) Closet with high up flash tank, O) Automatic, seat-actuated pneumatic tank for flushing, P) Squat closet, Q) Fixtures for penal institution. B) Peturasan (Urinoir) Ditinjau dari konstruksinya, peturasan dapat dibagi seperti halnya kloset. Yang paling banyak digunakan adalah tipe wash-down. Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip “talang”, dibuat dari porselen, plastik, atau baja tahan karat, dan memenuhi persyaratan berikut : 



Dalamnya “talang” 15 cm atau lebih







Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi saringan







Pipa penggelontor harus diberi lubang untuk menyiram bidang belakang talang dengan lapisan air







Laju aliran penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.



ARI BHAKTI AG L2J009031



13



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.7 Jenis-jenis Urinoir A) Stall Urinal, B) Wall urinal showing two types of stall wall, C) Pedestal urinal with flushometer and siphon jet, D) Trough urinal with stall, E) Corner Urinal, wall type, F) Trough urinal, G) Wall urinal with integral trap, H) Automatic Flushing tank. C) Lavatory Merupakan suatu tempat atau wadah untuk mencuci tangan atau bahkan cuci muka sekalipun.



ARI BHAKTI AG L2J009031



14



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.8 Jenis-jenis Lavatory A) Wall Type, B) Single leg, C) Dental lavatory, D) Two legs, E) Pedestal, F) orner Type, G) Circular Lavatory, H) Factory type, I) Barracks type, one trap, J) Surgucal lavatory, knee action faucet D) Bak mandi Pada berbagai macam bentuk dan ukurannya memiliki spesifikasi teknis masingmasing. Yang paling banyak digunakan di Indonesia ialah jenis bak penampung air, meskipun ada pula beberapa masyarakat kelas atas yang menggunakan jenis bath tub untuk keperluan mandinya.



ARI BHAKTI AG L2J009031



15



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.9 Bak Mandi E) Pancuran mandi Ada yang disambung dengan pipa fleksibel dan ada pula semacam shower yang dipasang permanent. 6. Faucet



Gambar 2.7 Fauet Sink dan Cui Pel (a) Wolf sink faucet (b) Mueller sink faucet , tee handle(c) Mueller sink faucet, smooth noozle, self closing (d) Laundry tray faucet.



ARI BHAKTI AG L2J009031



16



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.8 Faucet Bak Mandi (a) Mueller bathtub combination (b) Mueller sink combination, swinging nozzle (c) Mueller Bathtub combination



Gambar 2.9 Faucet Bak Mandi dan Shower (a) Mueller bathtube ombination with shower attachment (b) Mueller bathtub ombination (c) Bath supply fitting for reessed and corner tubes



Gambar 2.10 Faucet Lavatory (a) Single lavatory faucet, regular (b) single lavatory faucet, self closing () double lavatory faucet and drain fitting (e) Mueller lavatory 2.5 PERANCANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 2.5.1 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih a)



Kualitas Air



ARI BHAKTI AG L2J009031



17



Tugas perencanaan sistem plumbing Tujuan terpenting dari sistem penyediaan air adalah menyediakan air bersih. Untuk gedung-gedung yang dibangun dia daerah yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air bersih, seperti di tempat terpencil di pegunungan atau pulau, penyediaan air akan diambil dari air sungai, air tanah dangkal atau dalam, dan sebagainya. Dalam hal demikian, air baku tersebut haruslah diolah di dalam gedung atau instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang berlaku. b)



Pencegahan Pencemaran Air Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemarn antara lain, masuknya kotoran tikus, serangga ke dalam tangki; terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa; terhubungnya pipa air minum dengan pipa lainnya; tercampurnya air minum dengan air jenis kualitas lainnya; aliran balik (backflow) air dari jenis kualitas lain ke dalam pipa air minum. Pencegahan pencemaran air dapat dilakukan dengan: 1. Larangan hubungan pintas Adalah hubungan fisik antara dua sistem pipa yang berbeda, yaitu sistem pipa untuk air minum dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau diragukan kualitasnya, dimana air akan dapat mengalir dari satu sistem ke sistem lainnya. 2. Pencegahan aliran balik. Aliran balik adalah aliran zat, zat atau campuran ke dalam sistem perpipaan air minum, yang berasal dari sumber lain yang bukan untuk air minum. Aliran balik tidak dapat dipisahkan dari hubungan pintas dan ini disebabkan oleh efek siphon-balik (back siphonage). Dengan kata lain sistem perpipaan air minum yang dapat menimbulkan efek siphon balik dapat juga disebut mempunyai hubungan pintas. Efek siphon balik adalah terjadinya aliran masuk ke dalam pipa air minum dari air bekas, air tercemar, dari peralatan Saniter atau tangki, disebabkan oleh tekanan negatif dalam pipa. 3. Pencegahan pukulan air Pukulan air adalah pemberhentian aliran air dalam pipa secara mendadak oleh keran atau katup, yang menyebabkan tekanan air pada sisi atas akan meningkat tajam dan menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan kecepatan tertentu, dan dipantulkan kembali ke tempat semula. Gejala ini menimbulkan kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga menyerupai



ARI BHAKTI AG L2J009031



18



Tugas perencanaan sistem plumbing suatu pukulan air. Pukulan ini mengakibatkan berbagai kesulitan seperti kerusakan pada peralatan plumbing, getaran pada sistem pipa, patahnya pipa, kebocoran dan suara berisik, yang artinya dapat mengurangi umur kerja peralatan dan sistem pipa. Pukulan air cenderung terjadi dalam keadaan berikut ini: -



Tempat-tempat diman katup dibuka/ditutup secara mendadak.



-



Keadaan dimana tekanan air dalam pipa selalu tinggi.



-



Keadaan dimana kecepatan air dalam pipa selalu tinggi.



-



Keadaan dimana banyak jalur ke atas dan ke bawah dalam sistem pipa.



-



Keadaan dimana banyak belokan dibandingkan jalur lurus.



-



Keadaan diman temperatur air tinggi.



Jelas bahwa pencegahan gejala pukulan air menyangkut tindakan untuk mengatasi keadaan-keadaan di atas, dan meliputi cara-cara berikut ini: -



Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi.



-



Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi.



-



Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan air.



-



Menggunakan dua katup bola pelampung pada tangki air.



Alat pencegah pukulan air meredam tekanan dengan komponen elastis dari karet atau pegas. 2.5.2 Sistem Penyediaan Air Bersih Tujuan terpenting dari sistem penyediaan air bersih adalah menyediakan air bersih. Penyediaan air bersih dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama. Sistem penyediaan air bersih dapat dikelompokkan sebagai berikut :



1. Sistem sambungan langsung Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air minum (misalnya dari Perusahaan Air Minum). Sistem ini digunakan untuk gedung/rumah yang memiliki kebutuhan dan tekanan yang sama dengan atau lebih kecil dari kapasitas dan tekanan dari sistem penyediaan air minum. Namun karena terbatasnya kedalaman pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini dapat diterapkan terutama untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah. Ukuran pipa cabang biasanya diatur/ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.



ARI BHAKTI AG L2J009031



19



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.12 Sistem Sambungan Lansung 2. Sistem tangki atap Sistem ini digunakan apabila berbagai alasan tidak dapat diterapkan selain itu juga untuk bangunan dengan kebutuhan yang lebih besar dari kapasitas sistem, namun mempunyai tekanan yang mencukupi. Dalam sistem ini air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang di lantai terendah bangunan atau di bawah permukaan tanah), kemudian dipompakan ke tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini , air didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem tangki atap ini diterapkan karena alasan-alasan sebagai berikut : Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat







plumbing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki. Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara







otomatis dengan cara yang sederhana sehingga kecil kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka air dalam tangki atap. Perawatan tangki sangat sederhana bila dibandingkan dengan tangki







tekan. Pada tangki atap dan tangki bawah harus dipasang alarm yang memberikan tanda suara untuk muka air rendah dan air penuh. Tanda ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas instalasi bangunan. Untuk bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan



ARI BHAKTI AG L2J009031



20



Tugas perencanaan sistem plumbing normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan dapat segera diketahui. Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki



bawah dan dipompa. Dalam keadaan



demikian ketinggian lantai paling atas yang dapat dilayani akan bergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa utama.



Gambar 2.13 Sistem Tangki Atap 3. Sistem tangki tekan Sistem ini digunakan untuk bangunan yang memerlukan tekanan melebihi tekanan yang tersedia dan kebutuhan air juga melebihi kapasitas yang tersedia. Air yang telah ditampung di tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis dan diatur oleh detektor tekanan, yang menutup atau membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja bila tekanan tangki mencapai batas maksimum yang ditetapkan dan bekerja kembali setelah tekanan mencapai batas minimum yang ditetapkan.



ARI BHAKTI AG L2J009031



21



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.14 Sistem Tangki Tekan



Gambar 2.15 Sistem Tangki Tekan Dengan Sumur untuk Rumah 4.



Sistem tanpa tangki (booster system) Sistem ini juga digunakan untuk bangunan dengan tekanan yang tidak mencukupi.



Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama. Sistem ini dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air minum (PAM) maupun pada pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum). 2.5.3 Kebutuhan Air Bersih Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu gedung, kapasitas peralatan dan dimensi pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air (kebutuhan air bersih) dari tiap-



ARI BHAKTI AG L2J009031



22



Tugas perencanaan sistem plumbing tiap peralatan plambing yang ada dalam gedung yang harus disediakan untuk gedung tersebut. Untuk memperkirakan besarnya laju aliran air, terdapat 3 metode yang dapat digunakan, yaitu : 1. Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai (penghuni)



Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari tiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan diketahuinya jumlah penghuni, maka angka tersebut digunakan untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan “standar” pemakaian air per orang per hari tergantung dari peruntukan gedung tersebut. Apabila jumlah penghuni tidak diketahui, dapat ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai. Luas lantai yang digunakan sebagai patokan adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55 sampai 80 % dari luas keseluruhan gedung. Tabel pemakaian air rata-rata per orang per hari (tabel 3.12 pada buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, MORIMURA dan NOERBAMBANG hal. 48) dapat dipakai sebagai acuan, tetapi harus tetap diperiksa kondisi pemakaian gedung yang dirancang. Jika jumlah penghuni tidak diketahui dengan pasti, maka jumlah penghuni ditetapkan dari luas lantai efektif dengan penetapan hunian 5-10 m 2/orang, terutama untuk gedung perkantoran seperti pada perencanaan ini. Pemakaian air rata-rata yang diperoleh dengan metode ini hanya bisa digunakan untuk menghitung dimensi pipa penyediaan air (misalnya pipa dinas/pipa dari PAM) dan bukan untuk menentukan dimensi pipa dalam seluruh jaringan. Persamaan yang digunakan adalah : Luas efektif total = 55-80% x luas total Jumlah Penghuni = luas lantai ef./kep.hunian Q =  penghuni x keb.air per kapita 2. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing



Metode ini dipakai bila kondisi pemakaian dan jumlah dari setiap jenis alat plambing diketahui. Apabila tidak diketahui dapat diperkirakan berdasarkan jumlah penghuni gedung dan untuk jumlah alat plumbingnya dapat dilihat pada tabel 1-2a “Plumbing” hal 8, Harold E.. Babbitt. Tabel Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya dan ukuran pipa cabang pipa air (tabel 3.13 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, MORIMURA dan NOERBAMBANG hal. 49) dan Tabel Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing (tabel 3.15 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, MORIMURA dan NOERBAMBANG ARI BHAKTI AG L2J009031



23



Tugas perencanaan sistem plumbing hal. 66) dapat digunakan sebagai referensi dalam perhitungan kebutuhan air rata-rata, yakni kebutuhan air setiap alat plumbing disesuaikan dengan faktor pemakaiannya. 3. Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing Dalam metode ini untuk setiap alat plumbing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pipa, besarnya unit beban dari semua alat plambing dijumlahkan, kemudian ditentukan besarnya laju aliran air dengan memplotkan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran air dengan kurva pada kurva hubungan antara unit beban alat plambing denga laju aliran (Gb. 3.61. pada Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, MORIMURA dan NOERBAMBANG hal. 67). Dalam menentukan besarnya laju aliran air dengan kurva tersebut, perlu dimasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari masing-masing alat plambing. Tabel Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin (tabel 3.16 pada



Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, MORIMURA dan



NOERBAMBANG hal. 68) memberikan besarnya unit beban untuk setiap alat plambing. Untuk menentukan kebutuhan air yang diperlukan untuk perancangan diameter pipa yaitu kebutuhan air jam maksimum yang diperoleh dari pemakaian air rata-rata. Rumus yang digunakan adalah : Qh = Qd/T Dimana :



Qh = Pemakaian air rata-rata (m3/jam) Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3) T



= Jangka waktu pemakaian (jam)



Faktor Peak (Fp) = Kebutuhan air berdasarkan alat plumbing/Kebutuhan air rata-rata (Qd) Kebutuhan air jam maksimum: Qh-max = C1 x Qh Dimana: C1 = konstanta yang berkisar antar 1,5-2 Kebutuhan air menit maksimum: Qh-max = C2 x (Qh/60) Dimana: C2 = konstanta yang berkisar antara 3-4



Tabel 2.5.2.d ARI BHAKTI AG L2J009031



24



Tugas perencanaan sistem plumbing Unit Beban Alat Plumbing untuk air Bersih Unit alat Jenis



Jenis



alat plambing



penyediaan air



plambing Untuk



Untuk



pribadi



umum



Kloset



Katup gelontor



6



10



Kloset



Tangki gelontor



3



5



Katup gelontor



-



5



Tangki gelontor



-



3



Keran



1



2



-



2



Peturasan terbuka (urinal stall) Peturasan terbuka (urinal stall) Bak cuci tangan Bak cuci bersama



(untuk tiap keran)



Sumber: Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 68, Morimura dan Noerbambang,1985 2.5.4 Penentuan Tekanan Air Tekanan air yang kurang mencukupi dapat menimbulkan kesulitan dalam pemakaian air. Tekanan yang berlebihan akan menimbulkan kerusakan alat plumbing, ketidaknyamanan (rasa sakit) pada saat pemakaian kran atau pancuran serta juga dapat menimbulkan pukulan air. Besarnya tekanan air tergantung pada persyaratan pemakai dan alat yang harus dilayani. Secara umum dikatakan bahwa besarnya tekanan standar adalah 1 kg/cm2, tekanan statik diusahakan antara 4-5 kg/cm2 untuk perkantoran, dan 2,5 – 3,5 kg/cm2 untuk perumahan. Alat-alat plambing tidak akan berfungsi dengan baik apabila tekanan airnya kurang dari batas minimum yang terdapat pada tabel, sbb : Tabel 2.5.4 Tekanan Yang Dibutuhkan Alat Plumbing



ARI BHAKTI AG L2J009031



25



Tugas perencanaan sistem plumbing Nama Alat Plambing



Tekanan yang Dibutuhkan



Tekanan Standar



(kg/cm2)



(kg/cm2)



Katup gelontor kloset



0,7



Katup gelontor peturasan



0,4



Pancuran mandi dengan



0,7



1,0



pancaran halus Pancuran mandi biasa



0,35



Keran biasa



0,3



Pemanas air langsung



0,25-0,7



Sumber: Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 50, Morimura dan Noerbambang,1985 2.5.5 Penentuan Kecepatan Aliran Biasanya standar kecepatan adalah 0,6 – 1,2 m/dt dan batas maksimumnya adalah 1,5 – 2,0 m/dt. Kecepatan aliran yang terlalu rendah dapat menimbulkan efek yang kurang baik dari segi korosi, pengendapan kotoran ataupun kualitas air. Kecepatan terlalu tinggi akan menambah kemungkinan adanya pukulan air, suara berisik dan kadang-kadang menyebabkan ausnya permukaan pipa. 2.5.6 Penentuan Dimensi Pipa Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Di samping itu ada tambahan pertimbangan-pertimbangan lain yang didasarkan pada pengalaman perancangan. Misalnya, menurut perhitungan diperoleh ukuran pipa yang makin kecil untuk setiap cabang. Tetapi karena dalam pelaksanaannya akan menimbulkan kesulitan dengan setiap kali memasang reduser, maka biasanya ukuran pipa dibuat sama setelah mencapai diameter terkecil yang diinginkan. Dengan demikian, pada beberapa bagian dari sistem pipa tersebut akan diperoleh diameter pipa yang lebih besar dari yang ditentukan berdasarkan perhitungan. Hal ini terutama apabila makin besar kemungkinan penggunaan serentak dari peralatan plambing tersebut. A. Dimensi Pipa Induk



ARI BHAKTI AG L2J009031



26



Tugas perencanaan sistem plumbing Pipa induk adalah pipa yang menghubungkan sumber air (sumur) dengan reservoir 1 (ground tank).Diameter pipa induk ditentukan berdasarkan debit rata-rata. Berdasarkan persamaan: Q=VxA A = ¼ x D2 x π  Q = V. ¼ x D2 x π Dengan asumsi aliran air dalam pipa mempunyai kecepatan 1,5 – 3 m/det D=



4 xQ Vx



Dimana: D



= diameter pipa (cm atau mm atau inch)



Q



= debit rata-rata (kebutuhan air rata-rata) (m3/det )



V



= asumsi kecepatan aliran air dalam pipa (m/det)



Dari rumus tersebut akan didapatkan diameter pipa induk sehingga dapat dihitung kecepatan aliran air dalam pipa dengan menggunakan rumus: V = Q/A Dimana : Q



= debit rta-rata (kebutuhan air rata-rata) (m3/det)



A



= luas pipa



V



= kecepatan aliran dalam pipa



B. Dimensi Pipa Penghantar dari Pompa Ground Tank ke Roof Tank Debit yang dipakai untuk menentukan dimensi pipa penghantar yaitu debit pompa, dengan rumus sebagai berikut: Dengan asumsi kegiatan perkantoran berlangsung selama 8 jam yaitu mulai 08.0016.00. Q pompa



= 24jam/8 jam x Q rata-rata



Q=VxA A = ¼ x D2 x π  Q = V. ¼ x D2 x π Asumsi aliran air dalam pipa memiliki kecepatan di antara 0.9 - 3 m/detik. Diameter pipa = D =



4 xQ p Vx



Dimana: D



= diameter pipa (cm atau mm atau inch)



ARI BHAKTI AG L2J009031



27



Tugas perencanaan sistem plumbing Q



= debit pompa (m3/det )



V



= asumsi kecepatan aliran air dalam pipa (m/det)



Setelah diperoleh diameter pipa maka dapat ditentukan beasrnya kecepatan aliran dalam pipa dengan rumus: V=Q/A Dimana : Q



= debit pompa (m3/det)



A



= luas pipa



V



= kecepatan aliran dalam pipa



C. Dimensi Pipa Horisontal dan Pipa Tegak Dalam menentukan ukuran pipa perlu juga dipertimbangkan batas kerugian gesek atau gradien hydraulic yang diijinkan, demikian juga batas kecepatan tertinggi yang biasanya 2 m/dtk atau kurang. Ada dua metode penentuan dimensi pipa air bersih yang dapat dipakai, yaitu: 1. Metode Ekivalensi Tekanan Pipa Metode ini didasarkan pada konsep sirkuit tertutup pipa-pipa cabang yang bermula dari pipa terjauh menuju ke pipa pengumpul (header). Pertama yang harus dilakukan yaitu mencari fixture unit dari masing-masing alat plumbing (plumbing fixture) pada setiap sektor (tabel 2.5). Dari kumulatif fixture unit dapat ditentukan besarnyanya flow (debit) dengan cara membaca gambar di baeah ini:



ARI BHAKTI AG L2J009031



28



Tugas perencanaan sistem plumbing Gambar 2.16 Hubungan Antara Unit Beban Alat Plumbing dengam flow Kurva 1) untuk sistem yang sebagian besar menggunakan katup gelontor. Kurva 2) untuk sistem yang sebagian besar menggunakan tangki gelontor. Setelah mendapatkan besarnya flow (gpm), maka dapat diketahui besarnya diameter pipa dengan membaca tabel 2.7 berikut ini: Tabel 2.5.6 Diameter Pipa Fixture



Number of Fixture 1



2



4



8



12



16



24



32



40



8



16



24



48



60



80



96



128



150



0,5



0,7



1



1,2



1,5



1,5



2



2



2



140



160



200



250



300



2



2



2



2,5



2,5



42



56



72



90



120



1,2



1,2



1,5



2



2



5



5 125



150



120



2



2



2



48



64



75



1.Water closet Tank: 



Gpm







Pipe size



5



5



Water Closet Flush valve:  Gpm  Pipe size



30 1



2. Urinal Tank  Gpm  Pipe size



80 50 1,2



6



 Pipe size



1 12 25 1



5



5 45 1,2



4



 Pipe size 4. Bathtube:



32 1,2



0,7



3. Wash Basin:  Gpm



2 20



0,5



valve



120



5



Urinal flash



 Gpm



1,5



0,5



5 37 1,2



ARI BHAKTI AG L2J009031



75



85



100



1,5



2



1,5



29



Tugas perencanaan sistem plumbing 5



 Gpm  Pipe size



15



0,7



5. Shower Bath:  Gpm  Pipe size



0,7 5



8



5



 Pipe size 0,5



30



1,2 5



0,7



0,7



80



1,2



64



1,2



2



144 112



192 128



240



2,5



3



256



320



2,5



3



150



200



2



2,5



2



120



84



40



192



2



5



64



1,5



2,5



2



2



1,5



5



5



1,5



5



1



1,2



1,5



5



25



1



96 32



15



40



1



1



16



30



96 40



8



24



0,5



6. Sink:  Gpm



12



1,5



1,5



96



2



2



1,2 5



Sumber: “Plumbing” hal. 55, Harold E. Babbit.1960 Kemudian setelah didapatkan flow dan diameter maka dapat diketahui panjang equivalen fitting (gambar 2.17), dan headloss pipa serta kecepatan aliran dalam pipa (gambar 2.18) dengan menggunakan gambar di bawah ini:



ARI BHAKTI AG L2J009031



30



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.17



ARI BHAKTI AG L2J009031



Panjang Equivalen Fitting



31



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.18 Grafik Nomograph untuk Menentukan Tekanan yang Hilang dengan Rumus Hazen dan William, dengan C=100 2. Metode Kerugian Gesek Yang Diijinkan Kerugian gesek yang diijinkan dapat dihitung dengan rumus: R = (1000) (H – H1) / (l + l’) di mana: R



= Kerugian gesek yang diijinkan (mm air/m)



H



= Head statik pada alat plambing (m)



H1



= Head standart pada alat plambing (m)



l



= Panjang lurus pipa (m)



l’



= Panjang ekivalen perlengkapan pipa (m)



Selain rumus di atas, ada juga rumus yang dapat digunakan untuk memperhitungkan kerugian gesek yang diijinkan, yaitu: ARI BHAKTI AG L2J009031



32



Tugas perencanaan sistem plumbing R = (1000) (H – H1) / K(L + 1) di mana: R



= Kerugian gesek yang diijinkan (mm air/m)



H



= Head statik pada alat plambing (m)



H1



= Head standart pada alat plambing (m)



K



= Koefisien sistem pipa (2 – 3)



L



= Penjang pipa lurus, pipa cabang (m) Koefisien sistem pipa perlu ditentukan di sini, karena pada awal perancangan



perlu ditetapkan perbandingan (ratio) antar panjang pipa (termasuk panjang ekivalen) terhadap tahanan lokal pipa. Menurut pengalaman, koefisien K sebesar 2,0 sampai 3,0 biasanya cukup. Perancang dapat mengurangi koefisien K ini, asal setelah ukuran-ukuran pipa diperoleh, koefisien ini diperiksa kembali. Kalau sistem pipa mempunyai banyak cabang, koefisien K bertambah besar. Kerugian gesek yang diijinkan dapat dihitung untuk pipa dengan laju aliran tertinggi. Untuk lantai yang lebih rendah dari lantai tertinggi, harus dikurangkan dengan kerugian gesek pipa utama antara lantai tersebut sampai lantai tepat di atasnya. Jadi untuk kerugian gesek yang diijinkan untuk lantai ke n , dapat dihitung dengan rumus: Rn = (Hn–Rn-1(Ln-1+L’n-1) - R n-2(Ln-2+L’n-2 )…– H1nx1000) / K(Ln+l n) di mana: Rn



= Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n)



Rn-1



= Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n-1)



R n-2



= Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n-2)



Hn



= Head statik pada alat plambing lantai ke-n



H1n



= Head statik standar pada alat plambing lantai ke-n



K



= Koefisien sistem pipa



Ln



= Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n)



Ln-1



=Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-1)



Ln-2



=Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-2)



ln



= Panjang lurus pipa-pipa cabang pada lantai ke (n) Dalam menghitung kerugian gesek yang diijinkan, perlu dicari dahulu keadaan



yang paling buruk, misalnya pada suatu sistem penyediaan air dengan tangki atap, ditinjau dari tekanan yang tersedia, perlu diperiksa lebih dahulu alat plumbing mana yang akan ARI BHAKTI AG L2J009031



33



Tugas perencanaan sistem plumbing mendapat tekanan paling rendah, yang terletak pada jarak vertikal paling rendah/pendek dari tangki atap. Perhitungan kemudian dilakukan terhadap alat plumbing yang mendapat tekanan akhir (tekanan sisa) paling rendah. 2.6



TANGKI AIR Apabila tekanan dari pipa tidak cukup untuk mensuplai air ke gedung yang



bertingkat maupun tidak tercukupinya kebutuhan maksimal, maka dalam hal ini dapat dilakukan



penampungan



terlebih



dahulu ke dalam tangki-tangki air sebelum



didistribusikan ke seluruh sistem. Tangki penampung tersebut berupa ground reservoir dan roof tank. 2.6.1 Ground Reservoir Penentuan kapasitas ground reservoir ini didasarkan pada besarnya suplai air yang masuk, yaitu dari jaringan pipa PDAM. Besarnya suplai ini dianggap 100%, artinya bahwa air yang nantinya akan dipergunakan dalam gedung perkantoran ini semuanya berasal dari PDAM tanpa ada sumber tambahan. Hal ini bisa diasumsi bahwa suplai air dari jaringan PDAM kuantitasnya mencukupi - juga pada saat peak time - hanya saja faktor head tidak memenuhi sehingga diperlukan suatu reservoir dimana air nantinya dipompa ke roof tank. Pada perencanaan ini dianggap bahwa aliran dari PDAM mengalir secara kontinu selama 24 jam. Sehingga besarnya suplai dari PDAM utnuk setiap jamnya dapat ditentukan berikut : % suplai per jam = besar suplai / 24 jam Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan ground reservoar sebagai berikut :



VR = (% kebutuhan air per-jam - % pelayanan air) x jam pemakaian x Qd di mana : VR



= Volume Ground Reservoar ( m3 )



Qd



= Kebutuhan air rat-rata per hari (m3/hari )



Pengisian kekurangan air bersih dilakukan pada saat bukan jam kantor dan selama jam kantor PDAM terus mensuplai air bersih, sehingga kebutuhan air dalam sehari dapat terpenuhi.



ARI BHAKTI AG L2J009031



34



Tugas perencanaan sistem plumbing 2.6.2 Roof Tank Roof tank atau elevated reservoir atau tangki atap dimaksudkan untuk menampung kebutuhan puncak dan biasanya disediakan dengan kapasitas cukup untuk kebutuhan puncak tersebut. Volume roof tank dihitung berdasarkan jumlah air yang dicadangkan untuk setiap peralatan plumbing. 2.6.3 Penentuan Tinggi Menara Roof Tank Dari rancangan sistem distribusi air bersih dalam gedung dapat dilihat letak alat saniter yang mempunyai suatu jumlah head yang besar sehingga mempunyai kerugian gesek yang ukup besar. Tekanan sisa pada titik tersebut menentukan tinggi roof tank yang harus disediakan. Tinggi menara reservoir diperoleh berdasarkan hasil perbandingan H kritis dengan H available. H available diperoleh dari tinggi lantai teratas ditambah dengan tinggi roof tank. Sedangkan H kritis diperoleh dari penjunmlahan Headloss pipa tegak lantai teratas ditambah 0,5. Jika nilai H kritis lebih kecil daripada H available maka roof tank tidak memerlukan menara (penyangga). Demikian pula sebaliknya. 2.7 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN (FIRE HIDRANT) Tujuan dari pemasangan alat pemadam kebakaran ini adalah untuk melindungi gedung/bangunan sesuai dengan jarak yang mampu untuk dilayani oleh jenis pemadam yang ada, fasilitas-fasilitas di dalam dan disekitar gedung dari bahaya kebakaran yang mungkin terjadi. 2.7.1 Klasifikasi Fire Hydrant Secara umum fire hydrant dapat diklasifikasikan menjadi 2, yakni : 1. Fire Hydrant yang diletakkan di luar gedung, dengan tipe antara lain : a.



Flush Hydrant Jenis ini merupakan type fire hydrant yang diletakkan di dalam kotak besi dan ditanam di tanah dengan tinggi permukaan kotak rata dengan permukaan tanah.



b.



Post hydrant Merupakan tipe fire hydrant yang memiliki ketinggian ± 1 meter dari permukaan tanah dengan outlet 1 hingga 4 buah.



2. Fire hydrant yang terletak di dalam gedung dengan tipe antara lain : a.



Sprinkler (penyemprot otomatis)



ARI BHAKTI AG L2J009031



35



Tugas perencanaan sistem plumbing Yaitu tipe fire hydrant yang terletak pada atap masing-masing lantai dalam bentuk jaring-jaring. Setiap outletnya ditutup dengan suatu bahan tertentu yang tahan panas ataupun api. Apabila terjadi percikan api atau kebakaran, tutup tersebut akan pecah dan air akan keluar secara otomatis. b. Fire house Merupakan tipe fire hydrant yang terdiri dari suatu nozzle/ pipa elastis yang diletakkan dalam suatu box (kotak) dan dipasang pada tembok. Masing-masing kotak dilengkapi dengan martil untuk memecahh kaca penutup kotak bila terjadi kebakaran. 2.7.2 Perencanaan Fire Hydrant Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem perencanaan sistem penyediaan air pemadam kebakaran adalah sebagai berikut : 1. Penempatan lokasi fire hydrant 



Mudah dicapai dan terlihat dari arah manapun, hal ini berdasarkan denah dan luas bangunannya







Mampu menjangkau setiap sudut gedung







Mudah mendapatkan suplai air



2. Kebutuhan air Harus tersedia cukup air bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran. Untuk keperluan ini air untuk pemadam kebakaran harus selalu tersedia dalam ground reservoir.



Dengan



demikian keadaan akan menjadi lebih aman daripada bila hanya mengandakan air dari PAM setempat. 3. Tekanan air Tekanan air yang dibutuhkan untuk alat pemadam kebakaran relatif cukup besar. Hal ini disebabkan karena fire hydrant harus mampu mensuplai air dengan debit yang besar dan dengan pancuran yang kuat. Nilai sisa tekanan air yang biasa dipakai dalam perencanaan sistem fire hydrant adalah 10 meter kolom air (1 kg/cm2). 4. Stasiun fire hydrant Jarak antar fire house untuk pipa 2,5 inchi tidak boleh melebihi 100 ft (30,5m). 2.8 PEMOMPAAN



ARI BHAKTI AG L2J009031



36



Tugas perencanaan sistem plumbing Dalam memilih suatu pompa untuk tujuan tertentu harus tersedia data-data mengenai sistem pemompaan maupun data pompa-pompa yang ada di pasaran yang didapat dari brosur pompa yang dikeluarkan suatu pabrik. Data mengenai sistem pemompaan yang harus tersedia adalah sebagai berikut :



1. Kapasitas sistem 2. Head sistem yang didasarkan pada: 



kondisi suction







kondisi discharge



3. Daya / energi yang tersedia 2.8.1 Kapasitas sistem Dalam menentukan kapasitas pompa, perlu diketahui kondisi sistem pemompaan. Pada sistem distribusi air minum, kapasitas yang harus dialirkan tergantung dari kebutuhan air suatu daerah pelayanan (dalam hal ini adalah gedung perencanaan), dimana kebutuhan air ini berfluktuasi tergantung dari pemakaiannya. Dalam merencanakan sistem pompa distribusi dan menentukan kapasitas pompa distribusi, diperlukan data perkiraan kebutuhan air maksimum, kebutuhan air rata-rata dan kebutuhan air minimum, sehingga diharapkan sistem dapat melayani kebutuhan air daerah pelayanan (gedung perencanaan). 2.8.2 Head Sistem



Head menunjukkan energi atau kemampuan untuk usaha persatuan massa. Dalam pompa, head adalah ukuran energi yang diberikan ke air pada kapasitas dan kecepatan operasi tertentu, sehingga air dapat mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Dalam sistem pompa ada beberapa macam head : 



Head Statik







Head kecepatan







Headloss



Persamaan untuk head total pompa : Persamaan untuk head total pompa : H = Hf + HS + HV + RH di mana : H = head total ARI BHAKTI AG L2J009031



37



Tugas perencanaan sistem plumbing HS = head statik pompa HV=



v2 2g



Hf = head mayor + head minor RH = head sisa tekan (residu head) Untuk menghitung headloss pipa dapat menggunakan dua cara yaitu: 1. Persamaan head akibat gesekan : Q 1,85 (0,2785 xD 2, 63 xC )1,85



hmayor







hminor



= 10% x hminor



x



L



Dimana :



Hf = kehilangan tekanan akibat gesekan (m) Q = debit air dalam pipa (m3/dt) C = koefisien kekasaran pipa D = diameter pipa (m) L = Panjang jalur pipa (m) 2. Headloss dicari dengan cara menjumlakan panjang pipa dan panjang equivalen



(Leq)



fitting. Cara ini terdapat dalam buku “Plambing” Harold E. Babbitt (Gambar 2.16, Tabel 2.7, Gambar 2.17, Gambar 2.18).Untuk cara perhitungannya sudah dijelaskan didepan yaitu pada penentuan dimensi pipa horisontal dan pipa tegak. 2.8.3 Daya dan Efesiensi Pompa Data mengenai daya/energi yang tersedia diperlukan untuk menentukan motor yang digunakan untuk menggerakkan pompa. Penggunaan motor yang tidak sesuai dengan daya yang tersedia akan mempengaruhi operasi pompa dan umur dari pompa maupun motor itu sendiri. Energi yang secara efektif diterima zat cair dari pompa persatuan waktu disebut daya air (Whp = Water Horse Power). 1 Whp = 746 watt. Persamaannya adalah : Whp



= (Q.H. )/75 atau P = Q.g.H.



di mana : Whp



= Water horse power







= berat jenis zat cair (kg/m3)



ARI BHAKTI AG L2J009031



38



Tugas perencanaan sistem plumbing 



= massa jenis



H



= total head pompa



P



= daya pompa (kWatt) Sedangkan untuk efesiensi pompa adalah nilai (Whp/Bhp), dimana Bhp adalah



daya poros yaitu energi yang diperlukan utnuk menggerakkan pompa per satuan waktu (Bhp = Brake horse power). 2.8.4 Karakteristik Pompa Karakteristik pompa dapat digambarkan pada kurva karakteristik yang menyatakan hubungan antara kapasitas dengan head daya poros dan efesiensi pompa. Kurva karakterisrik pompa pada umumnya digambarkan pada putaran yang tetap. Kurva head kapasitas dapat dibedakan menjadi 2 macam : 1. Karakteristik stabil, yaitu karakteristik dimana satu kapasitas dapat diperoleh satu head. Karakteristik dapat dibedakan menjadi : a. Rising Characteristic Peningkatan head secara kontinu terhadap pengurangan kapasitas b. Steep Characteristic Pertambahan head lebih besar daripada pengurangan kapasitas c. Dropping Characteristic Head pada kapasitas nol bukan head yang terbesar d. Flat Characteristic Variasi yang stabil dibandingkan pertambahan kapasitas 2. Karakteristik tidak stabil, yaitu karakteristik dimana pada head yang sama dapat diperoleh dua atau lebih kapasitas. 2.8.5 Konstruksi Pompa Air Jenis-jenis pompa air yang banyak digunakan yaitu: a) Pompa Jenis Putar  Pompa sentrifugal Komponen utama dari pompa sentrifugal adalah impeller (bagian yang berputar) dan rumah pompa (stasioner).



ARI BHAKTI AG L2J009031



39



Tugas perencanaan sistem plumbing



Gambar 2.19 Impeller Pompa Sentrifugal



Gambar 2.20 Contoh Konstruksi Pompa Sentrifugal Kecil  Pompa diffuser atau pompa turbin



ARI BHAKTI AG L2J009031



40



Tugas perencanaan sistem plumbing Pompa diffuser, yang dulu sering disebut pompa turbin, mempunyai diffuser atau sudu-sudu pengarah terpasang pada rumahnya yang berfungsi mengarahkan aliran air keluar dari impeller. Contoh pompa diffuser adalah pompa submersible



Gambar 2.22 Pompa Diffuser Contoh Pompa submersible b) Pompa Khusus  Pompa vortex Pompa vortex, atau disebut juga pompa kaskade, mempunyai impeller dengan lekukan-lekukan yang dipotong pada pinggirannya yang berputar dalam suatu rumah silindris. Cirri khas dari karasteristik dari pompa ini adalah mampu memberikan tekanan yang tinggi pada laju aliran yang tudak besar. Banyak digunakan untuk gedung kecil atau perumahan.



Gambar 2.23 ARI BHAKTI AG L2J009031



41



Tugas perencanaan sistem plumbing Contoh Konstruksi Pompa aliran Vortex  Pompa gelembung udara Pompa ini disebut juga air lift pump, karena air dalam suatu pipa terangkat oleh gelembung-gelembung air sebagai akibat adanya perbedaan berat jebis air dan udara. Udara kempa dimasukkan ke dalam pipa tersebut dari bawah, dimana ujung pipa harus terbenam di bawah muka air.  Pompa jet Pompa ini kadang-kadang disebut juga pompa injeksi walaupun istilah ini tidak tepat. Sebanarnya pompa ini merupakan suatu sistem yang terdiri dari sebuah pompa jet-ejector, digunakan untuk memompa sumur yang muka airnya lebih dari 10 m di bawah muka tanah.  Pompa bilah (wing pump) Pompa jenis ini digerakkan tangan dan sering dipakai untuk perumahan. Pompa jenis ini mampu mengangkat air sampai setinggi 60 m. Kelemahannya terletak pada impellernya yang makin lama makin aus, sehingga efisiensinya menurun dan kemampuannya dalam mengangkat air nerkurang.



Gambar 2.24 Contoh Konstruksi Pompa Sayap 2.9 SISTEM PEMBUANGAN Sistem pembuangan air kotor sangat penting bagi kesehatan suatu gedung, sehingga sistem pembuangannya harus sehat dan tidak mencemari lingkungan. Air buangan atau air limbah biasanya berasal dari toilet yaitu berupa



ARI BHAKTI AG L2J009031



42



Tugas perencanaan sistem plumbing kotoran manusia atau air sisa penyiraman dan air sisa dari aktivitas manusia lainnya. 2.9.1 jenis Air Buangan



Air buangan dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: 1. Air kotor, yaitu air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing lainnya. 2. Air bekas,yaitu air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya seperti bak mandi, bak cuci tangan, bak dapur dan sebagainya 3. Air hujan, yaitu air hujan yang jatuh dari atap dan dari air halaman. 4. Air buangan khusus, yaitu air buangan yang mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya, seperti yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengeboran, tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif yang dibuang dari pusat listrik tenaga nuklir, atau laboratorium penelitian atau pengobatan yang menggunakan bahan-bahan radioaktif. Air buangan yang mengandung banyak lemak berasal dari restaurant, akhir-akhir ini menjadi masalah dan dipermasalahkan dalam kelompok ini karena banyak mengandung heksana. Sebagai catatan, air kotor dan air bekas sering disebut air buangan sehari-hari karena keduanya berasal dari kehidupan sehari-hari. 2.9.2 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air Sistem pembuangan air umumnya dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut jenis air buangan, cara membuang air dan sifat-sifat lain dari lokasi dimana saluran itu akan dipasang. Klasifikasi menurut jenis air buangan: 



Sistem pembuangan air kotor, yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dari kloset, peturasan dan lain-lain dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan keluar.







Sistem pembuangan air bekas, yaitu sistem pembuangan untuk air bekas dalam gedung yang dikumpulkan dan dialirkan ke luar.







Sistem pembuangan air hujan, yaitu sistem pembuangan khusus untuk air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya, yang dikumpulkan dan dialirkan ke luar.







Sistem air buangan khusus, hanya untuk air buangan khusus, ditinjau dari segi kesehatan lingkungan, adalah sangat berbahaya apabila air buangan khusus dibuang



ARI BHAKTI AG L2J009031



43



Tugas perencanaan sistem plumbing langsung ke riol umum. Karena itu perlu disediakan peralatan pengolahan yang tepat pada sumbernya dan baru kemudian dimasukkan ke dalam riol umum. 



Sistem pembuangan air dari dapur, khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci dapur; untuk air buangan dari dapur rumah makan yang terletak di ruang bawah tanah sebuah gedung harus diperlakukan secara khusus, mencegah timbulnya pencemaran akibat aliran balik dari saluran air kotor atau air bekas, sedangkan bila air buangannya banyak mengandung lemak perlu dilengkapi dengan perangkap lemak.



Klasifikasi menurut cara pembuangan air: 



Sistem pembuangan air campuran, yaitu sistem pembuangan di mana segala macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung tanpa memperhatikan jenis air buangan.







Sistem pembuangan air terpisah, yaitu sistem pembuangan di mana setiap jenis air buangan dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara terpisah.







Sistem pembuangan tak langsung, yaitu sistem pembuangan di mana air buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok.



Klasifikasi menurut cara pengalirannya: 



Sistem gravitasi yaitu air buangan mengalir dari tempat lebih tinggi secara gravitasi ke saluran umum yang lebih rendah.







Sistem bertekanan.



Bagian-Bagian Sistem Pembuangan Sistem pembuangan terdiri dari : 1.



Pipa pembuangan alat plambing Adalah pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa pembuangan lainnya, dan biasanya dipasang tegak. Ukuran pipa ini harus sama atau lebih besar dengan ukuran lubang keluar perangkap alat plambing.



2.



Cabang mendatar Adalah semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.



3.



Pipa tegak air buangan Adalah pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar.



4.



Pipa tegak air kotor Adalah pipa tegak untuk megalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar.



ARI BHAKTI AG L2J009031



44



Tugas perencanaan sistem plumbing 5.



Pipa atau saluran pembuangan gedung Adalah pipa pembuangan dalam gedung, yang mengumpulkan air kotor, air bekas dari pipa-pipa tegak air buangan. Pipa pembuangan gedung ini dibatasi sampai jarak 1 meter keluar dari dinding terluar gedung tersebut.



6.



Riol gedung Adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung dengan riol umum.



2.9.4 Kemiringan dan Kecepatan Aliran Pipa Pembuangan. Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian padat secepatnya di jalur terpendek tanpa penyumbatan. Dan juga bau, gas, serangga, dan tikus tidak dapat masuk ke dalam gedung. Untuk maksud tersebut, pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyak dan jenis air buangan yang harus dialirkan. Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan, melainkan hanya tidak lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga bagian atas yang “kosong” cukup untuk mengalirkan udara. Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6 sampai 1,2 m/detik. Apabila kecepatan dalam pipa terlalu rendah, kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang pada akhirnya akan menyumbat pipa. Sebaliknya bila terlalu cepat akan menimbulkan turbulensi aliran, yang dapat menimbulkan gejolak-gejolak tekanan dalam pipa. Kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan setelah digunakan untuk jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dipasang lubang pembnersih yang dpat berupa pipa bila dalam gedung atau manhole pada luar gedung.lubang pembersih harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai dan sekelilingnya cukup orang melakukan pembersihan pipa. Untuk ukuran pipa sampai 65mm jarak bebas sekeliling pipa pembersih sekurang-kurangnya 30cm, dan ukuran 75mm dan lebih besar jarak tersebut sekurang-kurangnya 45cm. 2.9.5 Penentuan Dimensi Pipa Pembuangan Ukuran pipa pembuangan didasarkan pada besarnya unit beban alat plambing dari alat-alat plambing yang dilayani. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal antara lain : 



Ukuran minimum pipa cabang mendatar



ARI BHAKTI AG L2J009031



45



Tugas perencanaan sistem plumbing Ukuran sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing. Ukuran minimum pipa tegak







Sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar pipa cabang mendatar yang disambung ke pipa tegak. Pengecilan ukuran pipa







Pipa tegak maupun pipa cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya dalam arah aliran air buangan. Pipa bawah tanah







Pipa air buangan yang ditanam dalam tanah atau dibawah lantai harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 mm. Interval cabang







Adalah jarak pada pipa tegak antara 2 titik, dimana pipa cabang mendatar disambung pada pipa tegak tersebut. Jarak ini sekurang-kurangnya 2,5 m. Beberapa tabel yang digunakan untuk menentukan dimensi pipa penyediaan air buangan, yaitu : Tabel 2.6 Unit Beban Beberapa Alat Plambing



Min size of trap and



Number of units



Fixture



fixture drain



Housing



Plumbing



Nation



Code



Manual



al



Priv



Publ



Priv



Publ



ate



ic



ate



ic



Floor drain



1



2



……



……



..



..



Kitchen sink



2



½ -in. outlet 2-in. outlet



…… .



4 5



ARI BHAKTI AG L2J009031



2 …… ..



Plumb ing Code 1



Housi



Plumb



ng



ing



Manu



Manu



al



al



…… ….



Natio nal Plumb ing Code



2



2



…… ..



2















……



3



2



2







..



46



Tugas perencanaan sistem plumbing 1 Lavatory



1



2



1



2



1



½



or



1 1¼







¼ Barber, beautician



…… .. ……



Surgeon



..



3



3



……



……



..



..



……



……



..



..



………



2







2







3







………



………











8



3



………



2







2



3



3



………



…….



3



4







4



2



2







2







4



3



. ……… .











Sink Surgeon



3



Soda fountain: bar



…… ……



Flushing rim, flush …… valve …… …



Service



2 10 3



……



……



……



……



……



……



……



……



……



……



3 With



standard



trap Urinal 10



Pedestal ……



Wall lip



5



…… Stall Trough, for each 2



……



5



……



……



circular



…… …… ……



5 5



…… 2



.



ft Wash



10



sink, …… or



multiple , for each



……… ……… 2 2



1½ 2 1½



…… . 2



…… ..



……… .







faucets Water closet



6



Sewage ejector or ……



12



6



10



……



……



50



……… .



3



sump for each 25



ARI BHAKTI AG L2J009031



47



Tugas perencanaan sistem plumbing gpm



.



.



. Sumber : Babbit, Plumbing Tabel 2.7



Kapasitas Pipa Cabang, Pipa Tegak dan Pipa Air Buangan Gedung



Maximum number of fixture units that may be connected to : Building drains or sewer



Stacks Stacks



Diamete r



of



pipe, in.



1/8



three or more



with not branch



Fall per foot



1/16



with



1/4



1/2



One



over



intervals



horizont



three



Per



al



branch



branc



branch



interval



h



s



interv al



Total in stack







1



2



1



2







3



4



2



8



2



21



26



6



10



6



24







24



31



12



20



9



42



3



27



36



20



30



11



60



4



180



216



250



160



240



90



500



5



390



480



575



360



540



200



1,100



6



700



840



1,000



620



960



350



1,900



1,920



2,300



1,400



…….



660



3,600



3,500



4,200



2,500



…….



1,000



5,600



5,600



6,700



3,900



…….



1,500



8,400



8



10



12



15



1,40



1,60



0



0



2,50



2,90



0



0



3,90



4,60



0



0



7,00



8,30



10,00



12,00



0



0



0



0



ARI BHAKTI AG L2J009031



7,000



48



Tugas perencanaan sistem plumbing Sumber : Babbit, Plumbing Tabel 2.8 Unit Beban Pipa Air Buangan , Pipa Trap dan Vent



Pipe diameter,



Drains and traps



Vents



Private



Public



in.



building



building







1



2



1







2



4



8



2



3



6



18



3



5



10



72



4



6



12



384



Sumber : Babbit, Plumbing 2.9.6 Lubang Pembersih dan Bak Kontrol



Kotoran dan kerakakan menendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan setelah digunakan untuk jangka waktu lama. Disamping itu, terkadang ada benda kecil yang jatuh dan masuk ke dalam pipa. Untuk itu, di dalam gedung dipasang lubang pembersih dan di luar gedung dipasang bak control pada roil gedung. 2.9.6.1 Syarat dan Lokasi Pemasangan Lubang Pembersih Lubang pembersih harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai, dan sekelilingnya cukup luas agar mudah dalam pembersihan pipa. Lubang pembersih dipasang pada lokasi-lokasi berikut : -



awal dari cabang mendatar atau pipa pembuangan gedung



-



pada pipa mendatar yang panjang



-



pada tempat dimana pipa pembuangan membelok dengan sudut > 45˚



-



bagian bawah dari pipa tegak atau di dekatnya



-



pada pipa tegak gedung bertingkat, lubang pembersih dipasang setiap 2-3 lantai



2.9.6.2 Bak Kontrol



ARI BHAKTI AG L2J009031



49



Tugas perencanaan sistem plumbing Bak kontrol dipasang pada pipa bawah tanah yang membelok tajam, berubah diameternya, bercabang, atau pada lokasi-lokasi yang mirip dengan penempatan lubang pembersih. Ukuran bak control disesuaikan dengan ukuran pipa dan cukup besar untuk memudahkan pembersihan. Pada dasar bak control unuk pembuangan air hujan dipasang tumpukan batu koral setebal 15 cm atau lebih. Jarak antara bak control sebaiknya tidak lebih dari 120 kali diameter dalam pipanya. 2.10 DASAR-DASAR SISTEM VENT 2.10.1 Tujuan Sistem Vent Pipa ven merupakan bagian penting dari suatu sistem pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah sebagai berikut : 1.



menjaga sekat perangkap dari efek sipon atau tekanan



2.



menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan



3.



mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan



2.10.2 Jenis Sistem Vent dan Pipa Vent Sistem vent merupakan bagian yang penting dari suatu sistem pembuangan. Jenis pipa vent yang utama adalah : 1.



Sistem vent tunggal Pipa vent ini dipasang untuk melayani suatu alat plambing dan disambungkan kepada sistem vent lainnya atau langsung terbuka ke udara luar.



2.



Sistem vent lup Pipa vent ini melayani dua atau lebih perangkat alat plambing dan disambungkan pada pipa vent tegak.



3.



Sistem vent pipa tegak Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan, diatas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi.



4.



Sistem vent bersama Suatu pipa vent yang melayani perangkap dari 2 alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar. Pipa ini dipasang pada pipa pengering bersama kedua alat plambing.



5.



Sistem vent basah



ARI BHAKTI AG L2J009031



50



Tugas perencanaan sistem plumbing Yaitu vent yang sekaligus menerima air buangan selain dari buangan kloset. 6.



Sistem vent balik Adalah pipa vent tunggal yang membelok ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing kemudian membelok ke bawah dan mendatar pada lantai gedung untuk selanjutnya disambungkan pada vent pipa tegak.



7.



Sistem vent pelepas Adalah pipa vent untuk melepas tekanan udara dalam pipa pembuangan air. Dalam perencanaan pipa vent pada gedung perkantoran berlantai 6 ini digunakan



gabungan dari sistem vent lup dan sistem vent pipa tegak. Pertimbangan penggunaan sistem vent lup adalah cukup menghemat pipa dan hasilnya cukup memuaskan. Sedangkan sistem vent pipa tegak digunakan pada lavatory untuk menghindari efek siphon sendiri. Ukuran pipa vent lup, pipa vent pelepas dan pipa vent tunggal, ukuran minimum yang dipakai adalah 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah cabang pipa air buangan yang dilayani atau pipa tegak vent yang disambung. Ukuran pipa vent didasarkan pada nilai unit beban alat plumbing dari pipa air buangan yang dilayani dan panjang pipa vent tersebut. Bagian pipa vent mendatar, tidak termasuk pipa vent dibagian bawah lantai, tidak boleh lebih dari 20 % dari total panjangnya. Pipa vent lup melayani dua atau lebih alat plumbing ( maksimum 8) dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan dan disambungkan kepada vent pipa tegak. Pipa vent tersebut dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan yang mempunyai ukuran tetap, didepan alat plambing yang paling jauh dari pipa tegak air buangan. Pada sistem vent pipa tegak, semua pipa pengering alat plambing disambungkan langsung dengan pipa tegak air buangan. 2.10.3 Hilangnya Sekat Air (Katup Air) Karena tujuan utamanya adalah menjaga agar perangkap tetap mempunyai sekat air maka ven harus dipasang sedemikian rupa agar dapat mencegah hilangnya sekat air. Hilangnya sekat air disebabkan oleh : 1. Efek siphon 2. Efek hisapan 3. Efek tiupan keluar 4. Efek kapiler 5. Penguapan air dalam perangkap ARI BHAKTI AG L2J009031



51



Tugas perencanaan sistem plumbing 6. Efek momentum



ARI BHAKTI AG L2J009031



52



Tugas perencanaan sistem plumbing



2.11 ALUR FIKIR PERENCANAAN



Hidrofor



ARI BHAKTI AG L2J009031



53



Tugas perencanaan sistem plumbing Hidrofor berfungsi untuk mematikan dan mengaktifkan pompa secara otomatis dan sebagai tempat penyimpann air untuk pemakaian minimum atau jam minimum dalam 1 hari. Hidrofor dapat dipasang secara paralel atau seri. Dalam hidrofor harus ada udara bertekanan minimal lebih besr dari tekanan atmosfer. Untuk menghitung volume hidrofor diperlukan debit maksimum dan debit minimum yang didapat dari nomogram Hazen-Williams dengan kecepatan 0,9-2 m/s. 2.4.3 Katup ( Valve ) pada katup yang membedakan hanya bentuk dan fungsi, yaitu : 1. Gate Valve Fungsi : 



Untuk menutup dan membuka aliran







Untuk mengendaliakn aliran



2. Butterfly Valve Fungsi : 



Untuk mengendalikan kapasitas dan head di pompa







Untuk mengendalikan titik kerja pompa



3. Ball Valve Fungsi : 



Untuk mengendalikan aliran ( debit dan head )



4. Check Valve/Non Return Valve Fungsi : 



Sebagai penahan aliran balik dari air pada saat pompa mati



2.11 Prinsip Dasar Sistem Penyaluran Air Hujan Bangunan yang dilengkapi dengan system plambing harus dilengkapi degan system drainase untuk pembuangan air hujan yang berasal dari atap maupun jalur terbuka yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawa dalam system plambing ini harus disalurkan ke dalam lokasi pembuangan untuk air hujan. Hal ini karena tidak boleh air hujan disalurkan ke dalam system plambing air buangan yang hanya bertujuan untuk menyalurkan air buangan saja atau disalurkan ke suatu tempat sehingga air hujan tersebut akan mengalir ke jalan umum, menyebabkan erosi atau genangan air. Bila terdapat system plambing air buangan dan air ARI BHAKTI AG L2J009031



54



Tugas perencanaan sistem plumbing hujan dalam satu gedung maka tidak dianjurkan untuk digabungkan kecuali hanya pada lantai paling bawah saja. Sistem plambing air hujan yang digabung dengan air buangan pada lantai terbawah harus dilengkapi dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bau tidak enak dari system tersebut. Perangkap yang terpasang harus berukuran minimal sama dengan pipa mendatar yang terpasang bersama. Dan harus dilengkapi dengan pembersih di tiap ujungnya yang terletak di dalam gedung. Pada ujung dimana air masuk, harus dilengkapi dengan penahan kotoran agar system plambing air hujan tidak terganggu. Gutter (talang atap) dan leader (talang tegak) air hujan digunakan untuk menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau bidang tangkap lainnya di atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke titik-titik pengeluaran, umumnya ke permukaan tanah atau system drainase bawah tanah (underground drain). Tidak diperkenankan menghubungkannya dengan system saluran saniter. Talang tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan (conductor) maupun di luar bangunan (leader). UKURAN GUTTER & LEADER Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa prinsip berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah : 1. Ukuran leader dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan aliran yang ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya. 2. Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86 m). Aturan yang paling aman adalah untuk 150 ft2 (13,94 m2) luas atap dibutuhkan 1 inci luas leader. Angka-angka tersebut dapat berubah akibat kondisi-kondisi local. 3. Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet, kemiringan atap dan bentuk gutter. 4. Jenis gutter terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan setengah kali lebarnya dan tidak lebih dari ¾ lebarnya. Gutter berbentuk setengah lingkaran merupakan bentuk yang paling ekonomis dalam kebutuhan materialnya dan menjamin adanya proporsi yang tepat antara kedalaman dan lebar gutter. Ukuran gutter tidak boleh lebih kecil dari leadernya dan tidak boleh lebih kecil dari 4 inci. Tabel beban maksimum yang diijinkan untuk talang atap (untuk m2 luas atap). ARI BHAKTI AG L2J009031



55



Tugas perencanaan sistem plumbing



Catatan : Tabel ini berdasarkan curah hujan 100 mm/jam. Bila curah hujan lebih besar, nilai luas pada tabel tersebut di atas harus disesuaikan dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10 lalu dibagi kelebihan curah hujan dalam mm/jam. Pipa tegak air hujan yang tidak berbentuk pipa (silinder), maka dapat berbentuk lain asalkan pipa tersebut dapat mesuk ke dalam penampang bentuk lain tersebut. Talang atap yang tidak berbentuk setengah lingkaran harus mempunyai penampang luas yang sama. Sumber : Pedoman Plambing Indonesia 1979 PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR HUJAN 



Pembuangan air hujan gedung dan cabang-cabang mendatar Ukuran saluran pembuangan air hujan gedung dan setiap pipa cabang datarnya dengan kemiringan 4 % atau lebih kecil harus didasarkan atas jumlah daerah drainase yang dilayaninya sesuai table di atas. Direncanakan pipa pembuangan air hujan dan cabangcabang mendatarnya memiliki kemiringan 2 %.







Drainase bawah tanah Ukuran pipa drainase bawah tanah yang dipasang di bawah lantai atau di sekeliling tembok luar gedung harus ≥ 4 inci.







Talang tegak air hujan Ukuran talang tegak didasarkan pada luas atap yang dilayaninya dan sesuai table di atas. Bila atap tersebut dapat tambahan air hujan harus ditambah dengan perhitungan 50% luas dinding terluas yang dianggap sebagai atap.



DRAINASE GEDUNG ARI BHAKTI AG L2J009031



56



Tugas perencanaan sistem plumbing Setiap gedung yang direncanakan harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman (dengan pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota. Pengaliran Air Hujan Dengan 2 Cara 1.



Sistem Gravitasi Melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota



2.



Sistem Bertekanan (Storm Water) Air hujan yang masuk ke lantai basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari cuci mobil dan sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit) di lantai basement terendah untuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran kota.



Peralatan Sistem Drainase dan Air Hujan 1.



Pompa Drainase (Storm Water Pump) Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan sementara menuju saluran utama bangunan. Pompa yang digunakan adalah jenis submersible pump (pompa terendam) dengan system operasi umumnya automatic dengan bantuan level control yang ada di pompa dan system parallel alternate.



2.



Pipa Air Hujan Pipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju riol bangunan. Bahan yang dipakai adalah PVC klas 10 bar.



3.



Roof Drain Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya di atap bangunan dan air yang dialirkan adalah air hujan. Bahan yang dipakai adalah cast iron dengan diberi saringan berbentuk kubah di atasnya



4.



Balcony Drain



Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon



ARI BHAKTI AG L2J009031



57



Tugas perencanaan sistem plumbing BAB III



ARI BHAKTI AG L2J009031



58



Tugas perencanaan sistem plumbing



ARI BHAKTI AG L2J009031



59



Tugas perencanaan sistem plumbing



ARI BHAKTI AG L2J009031



60



Tugas perencanaan sistem plumbing BAB IV



HASIL ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1



SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH Gedung Perum Perhutani Unit I merupakan gedung yang tidak tipikal pada setiap lantainya. Masing-masing lantai berbeda luasannya. Perbandingan jumlah karyawan pria dan wanita adalah 3:1 . Berdasarkan jenis gedung yang dirancang maka dapat ditetapkan berdasarkan referensi Morimura dan Noerbambang dalam bukunya Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing Tabel 3.12 bahwa luas pemakaian efektif gedung perkantoran adalah 60%-70% dan kepadatan hunian antara 5 sampai 10 m2/orang.



4.1.1



Perencanaan Peralatan Plambing



4.1.1.1 Perhitungan Jumlah Karyawan Pria dan Wanita Jumlah pria dan wanita di setiap lantainya dihitung berdasarkan luas efektif bangunan dan perbandingan orangnya. Contoh perhitungan : Luas lantai 1 = 1683 m2  60   1683  m 2  1009,8 m2  100 



Luas efektif = 



 1009,8m 2    100,98 orang = 101 orang Total hunian =  2  10m / org 



Perbandingan pria dan wanita = 3:1 3  101  76 orang 4 1 Wanita =  101  25 orang 4



Pria



=



Luas lantai 2 = 1530 m2  70   1530  m 2  1071 m2  100 



Luas efektif = 



 1071m 2    215 orang Total hunian =  2  5m / org 



Perbandingan pria dan wanita = 3:1 3  215  161 orang 4 1 Wanita =  215  54 orang 4



Pria



=



Luas lantai 3 = 1530 m2  60   1530  m 2  918 m2 100  



Luas efektif = 



ARI BHAKTI AG L2J009031



61



Tugas perencanaan sistem plumbing 



918m 2 



  184 orang Total hunian =  2  5m / org  Perbandingan pria dan wanita = 3:1 3  184  138 orang 4 1 Wanita =  184  46 orang 4



Pria



=



Luas lantai 4 = 450 m2  60   450  m 2  270 m2  100 



Luas efektif = 







270m 2 



  54 orang Total hunian =  2  5m / org  Perbandingan pria dan wanita = 3:1 3  54  40 orang 4 1 Wanita =  54  14 orang 4



Pria



=



Hasil perhitungan jumlah karyawan untuk lantai 1 – 4 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.



Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Pria dan Wanita Lantai



Luas (m2)



Luas



Jumlah Penghuni



efektif (m2)



(orang)



Pria



Wanita



Penghuni (orang)



1



1683



1009,8



101



76



25



2



1530



1071



215



161



54



3



1530



918



184



138



46



4



450



270



54



40



14



Jumlah



5193



3268,8



554



415



139



Sumber : Hasil Pengolahan Data



ARI BHAKTI AG L2J009031



62



Tugas perencanaan sistem plumbing



Perencanaan alat-alat plambing berdasarkan jumlah karyawan pria dan wanita, seperti tercantum dalam Tabel 4.2 Tabel 4.2 Jumlah Alat Plambing Lantai



e



1



2



Karyawa n



Jumla h



4



WC



Urinoi r



Lavator y



Fauc et



Pria



76



4



1



4



5



Wanita



25



2



-



2



3



161



6



3



5



7



54



4



-



3



5



138



6



2



5



7



Wanita



46



4



-



3



5



Pria



40



3



1



3



4



Wanita



14



1



-



1



2



554



30



7



26



38



Pria Wanita



3



Peralatan Plambing



Pria



Jumlah



Sumb r



:



Tabel 1-2a



“Plambing” Harold E. Babbit



4.2



PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR



4.2.1



Kebutuhan Air Minum Untuk Bangunan Perkantoran Kebutuhan air rata-rata tiap orang untuk gedung perkantoran adalah sebesar 100 l/orang/hari dengan lama pemakaian 8 jam sehari (Tabel 3.12, Morimura, 1999). Jam kerja kantor gedung Perhutani adalah pukul 07.00 – 15.00 WIB. Contoh perhitungan kebutuhan air adalah sebagai berikut :



4.2.1.1 Berdasarkan Jumlah Penghuni 1.



Kebutuhan air minum rata-rata untuk lantai 1



= 101 orang x 100 l/orang/hari = 10100 l/hari



ARI BHAKTI AG L2J009031



63



Tugas perencanaan sistem plumbing = 10,1 m3/hari Kebocoran 20 % Qd = 1,2 x 10,1 m3/hari = 12,12 m3/hari Pemakaian air selama 8 jam/hari : Qh 



Qd 12,12 m 3 / hari   1,515m 3 / jam T 8 jam / hari



Pemakaian air pada jam puncak : ( Qh max = Q max ) dengan C1 = 2 Qh max = C1 x Qh = 2 x 1,515 m3/jam = 3,03 m3/jam Pemakaian air pada menit puncak ( Qm max = Qp ) C2 = 3 ; Qm max = C2 x Qh x



1 60



= 3 x 1,515 m3/jam x 2.



1 jam  0,07575 m3/menit 60menit



Kebutuhan air minum rata-rata untuk lantai 2



= 215 orang x 100 l/orang/hari = 21500 l/hari = 21,5 m3/hari



Kebocoran 20 % Qd = 1,2 x 21,5 m3/hari = 25,8 m3/hari



Pemakaian air selama 8 jam/hari : Qh 



Qd 25,8m 3 / hari   3,23m 3 / jam T 8 jam / hari



ARI BHAKTI AG L2J009031



64



Tugas perencanaan sistem plumbing Pemakaian air pada jam puncak : ( Qh max = Q max ) dengan C1 = 2 Qh max = C1 x Qh = 2 x 3,23 m3/jam = 6,46 m3/jam Pemakaian air pada menit puncak ( Qm max = Qp ) C2 = 3 ; Qm max = C2 x Qh x



1 60



= 3 x 3,23 m3/jam x 3.



1 jam  0,1615 m3/menit 60menit



Kebutuhan air minum rata-rata untuk lantai 3



= 184 orang x 100 l/orang/hari = 18400 l/hari = 18,4 m3/hari



Kebocoran 20 % Qd = 1,2 x 18,4 m3/hari = 22,08 m3/hari Pemakaian air selama 8 jam/hari : Qh 



Qd 22,08m 3 / hari   2,76m 3 / jam T 8 jam / hari



Pemakaian air pada jam puncak : ( Qh max = Q max ) dengan C1 = 2 Qh max = C1 x Qh = 2 x 2,76 m3/jam = 5,52 m3/jam Pemakaian air pada menit puncak ( Qm max = Qp ) C2 = 3 ; Qm max = C2 x Qh x



ARI BHAKTI AG L2J009031



1 60



65



Tugas perencanaan sistem plumbing = 3 x 2,76 m3/jam x 4.



1 jam  0,138 m3/menit 60menit



Kebutuhan air minum rata-rata untuk lantai 4



= 54 orang x 100 l/orang/hari = 5400 l/hari = 5,4 m3/hari



Kebocoran 20 % Qd = 1,2 x 5,4 m3/hari = 6,48 m3/hari Pemakaian air selama 8 jam/hari : Qh 



Qd 6,48m 3 / hari   0,81m 3 / jam T 8 jam / hari



Pemakaian air pada jam puncak : ( Qh max = Q max ) dengan C1 = 2 Qh max = C1 x Qh = 2 x 0,81 m3/jam = 1,62 m3/jam Pemakaian air pada menit puncak ( Qm max = Qp ) C2 = 3 ; Qm max = C2 x Qh x



1 60



= 3 x 0,81 m3/jam x



1 jam  0,0405 m3/menit 60menit



4.2.1.2 Berdasarkan Jumlah Alat Plambing Tabel 4.4 Kebutuhan Air Berdasarkan Jumlah Alat Plambing Pada Lantai 1 Alat Plambing



Jmlh



Pemakaian air (lt)



Pengguna an per jam (4)



Pengguna an air(liter/ja m)



Faktor Pemakai an



Pemakai an Air (l/jam)



WC



6



14



8



672



0.45



302,4



Faucet



8



10



8



640



0.55



352



ARI BHAKTI AG L2J009031



66



Tugas perencanaan sistem plumbing Lavatori



6



10



8



480



0.6



288



Urinoir



1



25



12



300



0.01



3



Jumlah



945,4



Sumber : Tabel 3.13 dan 3.15 “Plambing” Morimura, 1999



Pemakaian efektif asumsi 80 % selama 8 jam Pemakaian tidak efektif asumsi 20 % selama 16 jam sehingga 80 % x 945,4 l/jam x 8 jam/hari = 6050,56 l/hari 20 % x 945,4 l/jam x 16 jam/hari =3,0253 l/hari Total pemakaian = 9075,84 l/hari = 9,0758 m3/hari



Tabel 4.5 Kebutuhan Air Berdasarkan Jumlah Alat Plambing Pada Lantai 2 Alat Plambing



Jmlh



Pemakaian air (lt)



Pengguna an per jam (4)



Pengguna an air(liter/ja m)



Faktor Pemakai an



Pemakai an Air (l/jam)



WC



10



15



12



1800



0.55



990



Faucet



12



10



12



1440



0.48



691,2



Lavatori



8



10



12



960



0.55



528



Urinoir



3



31



12



1116



0.9



1004,4



Jumlah



3213,6



Sumber : Tabel 3.13 dan 3.15 “Plambing” Morimura, 1999



Pemakaian efektif asumsi 80 % selama 8 jam Pemakaian tidak efektif asumsi 20 % selama 16 jam sehingga 80 % x 3213,6 l/jam x 8 jam/hari = 20567,04 l/hari 20 % x 3213,6 l/jam x 16 jam/hari = 10283,52 l/hari Total pemakaian = 30850,56 l/hari = 30,851 m3/hari



Tabel 4.6 Kebutuhan Air Berdasarkan Jumlah Alat Plambing Pada Lantai 3



ARI BHAKTI AG L2J009031



67



Tugas perencanaan sistem plumbing Alat Plambing



Jmlh



Pemakaian air (lt)



Penggunaa n per jam (4)



Penggunaan air(liter/jam)



Faktor Pemakai an



Pemakai an Air (l/jam)



WC



10



14



10



1400



0.55



770



Faucet



12



10



10



1200



0.48



576



Lavatori



8



10



10



800



0.55



440



Urinoir



2



30



12



720



0.9



648



Jumlah



2434



Sumber : Tabel 3.13 dan 3.15 “Plambing” Morimura, 1999



Pemakaian efektif asumsi 80 % selama 8 jam Pemakaian tidak efektif asumsi 20 % selama 16 jam sehingga 80 % x 2434 l/jam x 8 jam/hari = 15577,6 l/hari 20 % x 2434 l/jam x 16 jam/hari = 7788,8 l/hari Total pemakaian = 23366,4 l/hari = 23,366 m3/hari Tabel 4.7 Kebutuhan Air Berdasarkan Jumlah Alat Plambing Pada Lantai 4 Alat Plambing



Jmlh



Pemakaian air (lt)



Pengguna an per jam (4)



Pengguna an air(liter/ja m)



Faktor Pemakai an



Pemakai an Air (l/jam)



WC



4



13



6



312



0.5



156



Faucet



6



10



6



360



0.65



234



Lavatori



4



10



6



240



0.75



180



Urinoir



1



23



12



276



0.01



2,76



Jumlah



572,76



Sumber : Tabel 3.13 dan 3.15 “Plambing” Morimura, 1999



Pemakaian efektif asumsi 80 % selama 8 jam Pemakaian tidak efektif asumsi 20 % selama 16 jam sehingga 80 % x 572,76 l/jam x 8 jam/hari = 3665,664 l/hari 20 % x 572,76 l/jam x 16 jam/hari = 1832,832 l/hari Total pemakaian = 5498,496 l/hari = 5,499 m3/hari ARI BHAKTI AG L2J009031



68



Tugas perencanaan sistem plumbing Kebutuhan air seluruh lantai adalah 68,792 m3/hari, sehingga Qh 



Qd 68,792m 3 / hari   8,599m 3 / jam T 8 jam / hari



Qh max = C1 x Qh = 2 x 8,599 m3/jam = 17,198 m3/jam 4.2.1.3 Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing Tabel 4.8 Kebutuhan Air Berdasar Unit Beban Alat Plambing Plambing Fixture



Jumlah Total



Unit Beban Alat



Jumlah Unit Beban



WC



30



5



150



Urinoir



7



3



21



Lavatories



26



2



52



Faucet



38



2



76



Jumlah



299



Sumber : Tabel 3.16 “Plambing” Morimura, 1999 Berdasarkan kurva pada gambar 3.61 “Plambing” Morimura didapat Qh = 320 l/menit = 0,320 m3/menit = 19,2 m3/jam -Debit air pada menit puncak adalah : Qm-max = C2x Qh/60 0,32 m3/min = 3 x Qh/60 Qh = 6,4 m3/jam -Debit air pada jam puncak adalah : Qh-max = C1 x Qh = 2 x 6,4 m3/jam = 12,8 m3/jam -debit air harian adalah : Qd = Qh x T = 6,4 m3/jam x 8 jam/hari = 51,2 m3/hari Maka kebutuhan air untuk gedung Perum Perhutani Unit I Semarang : a. Berdasarkan jumlah penghuni ARI BHAKTI AG L2J009031



69



Tugas perencanaan sistem plumbing = ( 12,12 + 25,8 + 22,08 + 6,48 ) m3/hari = 66,480 m3/hari b. Berdasarkan jumlah alat plumbing = ( 9,0758 + 30,851 + 23,366 + 5,499 ) m3/hari = 68,792 m3/hari c. Berdasarkan unit beban alat plumbing = 51,2 m3/hari Dari perhitungan kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari berdasarkan jumlah penghuni, jenis dan jumlah alat serta berdasarkan unit beban alat plambing untuk perhitungan selanjutnya yang dipakai adalah berdasarkan jumlah alat plambing karena memiliki nilai debit air yang paling besar. 4.3 4.3.1



RENCANA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH Alternatif Sistem Penyediaan Air Bersih Alternatif sistem yang digunakan adalah : a.



Menggunakan reservoir 1 (R1) sebagai ground tank yang bekerja dengan pemompaan.



b.



Menggunakan reservoir 2 (R2) sebagai roof tank yang bekerja secara gravitasi.



Gb. 4.1 Alternatif Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum Keterangan : R1



: Ground Tank



R2



: Roof Tank



M



: Meter Air



P



: Pompa



Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan sistem antara lain : a.



Pemasangan R1 ( Ground Reservoir ) Reservoir 1 akan memperingan kerja pompa. Hal ini disebabkan karena



adanya fluktuasi pada sistem penyediaan air minum kota atau alirannya tidak konstan. ARI BHAKTI AG L2J009031



70



Tugas perencanaan sistem plumbing Adanya R1 ini akan mampu menyuplai air bersih dalam bangunan walaupun suplai air dari PAM akan terhenti untuk selang waktu. b.



Pemasangan R2 ( Roof Tank ) Reservoir 2 berguna sebagai reservoir distribusi untuk menghadapi fluktuasi



pemakaian air pada bangunan perkantoran dan sebagai pembentuk tekanan pada sistem penyediaan air bersih di dalam bangunan perkantoran. Hingga jika listrik mati, sistem masih dapat berjalan yang lamanya tergantung dari volume reservoir tersebut. c. Sistem pompa Sistem pompa digunakan untuk menaikkan air ke tangki atap dilakukan secara otomatis. Cara ini akan menghemat energi, karena pompa akan bekerja jika dibutuhkan. 4.3.2



Perencanaan Penempatan Fasilitas Sanitari dan Sistem Air Minum Denah perencanaan penempatan fasilitas sanitari dapat dilihat pada lampiran Gambar.



4.3.3



Penentuan Dimensi Reservoir



4.3.3.1 Dimensi Ground Tank Persentase pelayanan air minum dari PDAM yaitu (1/24) x 100 % = 4,17 %. Pemakaian pompa yaitu 8 jam/hari. Kebutuhan air minum yang harus dipenuhi tiap jamnya adalah (24/8) x 4,17 % = 12,51 %. Debit rata-rata air minum adalah 68,792 m3/hari, maka : Vol .GroundTank 



12,5  4,17   8 jam  68,792m 3 / hari



100 Vol .GroundTank  45,898m 3  46m 3



Ground Tank berbentuk Rectangular, dengan ukuran sebagai berikut: Panjang



=5m



Lebar



=4m



Tinggi



= 2,5 m



Freeboard



= 20 % x tinggi = 0,5



Tinggi total



= tinggi + freeboard + tinggi muka air minimum = 2,5 m + 0,5 m + 0,1 m = 3,1 m



Cek Volume



= (5 x 4 x 3,1) = 62 m3



4.3.3.2 Dimensi Roof Tank ARI BHAKTI AG L2J009031



71



Tugas perencanaan sistem plumbing Volume roof tank dihitung berdasarkan unit beban alat plumbing. Dari perhitungan diperoleh : Qm max 4 lantai = 0,32 m3/menit = 320 liter/menit Qh max 4 lantai



= 12,8 m3/jam



= 213,33 liter/menit



Jangka waktu kebutuhan puncak (Tp)



= 60 menit



Jangka waktu pompa pengisi (Tpu)



= 30 menit



Kapasitas pompa pengisi diusahakan (Qpu) sebesar : Qpu = Qh max = 213,33 liter/menit Volume rooftank = (Qm max – Qh max)Tp + (Qpu x Tpu) = (320 liter/menit – 213,33 liter/menit)60menit + (213,33 liter/menit x30menit) = 6400,2 liter + 6399,9 liter = 12800,1 liter = 12800 liter = 12,8 = 13 Jadi volume roof tank yang dibutuhkan adalah 13



. Roof tank berbentuk silinder



dengan dimensi sebagai berikut : Diameter =3m A =¼λ = ¼ x 3,14 x 32 = 7.065 Tinggi = V/A = 13/7.065 = 1.840 m Freeboard = 20% x tinggi roof tank = 20% x 1,84 m = 0,368 m Tinggi muka air minum Tinggi total roof tank



= 0,1 m = 1,84 m + 0.368 m + 0,1 m = 2,308 m =3m



4.3.3.3 Penentuan Tinggi Letak Roof Tank Tinggi menara reservoir diperoleh berdasarkan hasil perbandingan H kritis dengan H available. H available diperoleh dari tinggi lantai teratas ditambah dengan tinggi rooftank. Sedangkan H kritis diperoleh dari penjumlahan headloss pipa tegaklantai teratas ditambah 0,5. Jika nilai H kritis lebih kecil daripada H available maka rooftank tidak memerlukan menara ( penyangga ). Demikian pula sebaliknya.



ARI BHAKTI AG L2J009031



72



Tugas perencanaan sistem plumbing Dari perhitungan di atas diperoleh nilai H available yang lebih besar dibandingkan dengan H kritis, sehingga tidak diperlukan penambahan menara reservoir untuk menambah H available. Karena tanpa menambah menara, reservoir air sudah dapat mengalir. 4.3.4



Penentuan Dimensi Pipa Air Minum Untuk penentuan dimensi pipa air minum, alat-alat plambing digambar secara isometri. Gambar isometri air minum terlampir dalam Gambar.



4.3.4.1 Penentuan Dimensi Pipa Induk Pipa induk adalah pipa yang menghubungkan sumber air (sumur) dengan reservoir 1 (ground tank). Diameter pipa induk ditentukan berdasarkan debit rata-rata yaitu = 350 m3/hari= 4,051x10-3 m3/detik Berdasarkan persamaan: Q=VxA A = ¼ x D2 x π  Q = V. ¼ x D2 x π Range Kecepatan adalah 1.5 – 3 m/dt Untuk perhitungan, diasumsikan kecepatan aliran sebesar 2 m/dt, maka  4.051x10 3 2 



A = Q/V = 



  



= 2,0255 x 10-3 m3 D=



 4 x 4.051x10 3 4 xQ =  2 x3.14 Vx 



0.5



  



D = 0,05079 m = 50,80 mm = 2,032 inch Digunakan ukuran pipa yang ada di pasaran yaitu 2 inch = 0.0508 m V = =



Q A



4.051x10 3 2.0255 x10 3



V = 2 m/dt Dengan demikian pipa induk berdiameter 2 inch kecepatan alirannya 2 m/dt. 4.3.4.2 Penentuan Dimensi Pipa Penghantar (Pipa Tegak) dari Ground Tank ke Roof Tank Dengan asumsi kegiatan perkantoran berlangsung selama 8 jam yaitu mulai 07.0015.00. ARI BHAKTI AG L2J009031



73



Tugas perencanaan sistem plumbing Q pompa



= 24jam/8 jam x Q jam puncak terbesar = 24/8 x 17,198 m3/detik = 51,594 m3/jam



Q pompa



= 0,014 m3/detik Aliran air dalam pipa memiliki kecepatan di antara 0.5 - 3 m/detik. Dalam perhitungan digunakan asumsi kecepatan sebesar 1,5 m/detik. Q=VxA A = ¼ x D2 x π  Q = V. ¼ x D2 x π A=Q/V 0,014m 3 / det  9,333  10 3 m 2 = 1,5m / det



A



1 D 2 4



9,333  10 3 



1 D 2 4



D2 = 0,0118 m D = 0,1086 m = 108 mm Digunakan ukuran pipa yang ada di pasaran yaitu 150 mm = 6 inchi V = =



Q 0.25D 2 0,014



0.25  0.1086 



2



 1,621 m / s



Pipa yang digunakan adalah pipa yang ada di pasaran, yaitu sebesar 150 mm atau sekitar 6”. Kecepatan dalam pipa tersebut adalah 1,621 m/detik.  PENENTUAN TENAGA POMPA PNEUMATIK Pompa pneumatik adalah pompa untuk mengalirkan air dari GT ke RT selama 8jam. Perhitungan tenaga pompa : Q pompa = 0,014 m3/detik = 0,84 m3/menit Diameter = 150 mm = 1,5 m Efisiensi = 70% = 0,7 H statis = tinggi gedung + tinggi RT + panjang pipa mendatar GT ARI BHAKTI AG L2J009031



74



Tugas perencanaan sistem plumbing = 16 m + 3 m + 2,5 = 21,5 m L pipa = jarak mendatar GT ke gedung + tinggi gedung + tinggi RT x ( tinggi GT – tinggi muka air minum) = 2,5 m + 16 m + 3 m ( 2,5 – 0,1 ) = 23,9 m H mayor =







Q 0,2785 xCxD 2,63



=







0.014 0,2785 x130 x1,5 2, 63







1.85



x L pipa penghantar







1.85



x



23,9 m



= 39,13 m



H minor ditentukan berdasarkan banyak perlengkapan fitting dari GT ke RT Fitting



jumlah



L ekuivalen



L ekuivalen total



Elbow



4



6,0



24,0



Check valve



1



12,0



12,0 36,0



ARI BHAKTI AG L2J009031



75



Tugas perencanaan sistem plumbing



Hf = H mayor + H minor = 39,13 + 36,0 = 75,13 V dari GT ke RT = 1,5 m/detik Hv =



V2 2g



 1,5m / det ik =  2)  2(9,8m / s



2



  



= 0,22 m



Head pompa = Hf + Hs + Hv + RH = 75,13 + 21,5 + 0,22 + 0,5 = 97,35 Daya hidraulik pompa Nh = 0,163 x Q x Hp x γ = 0,163 x 0,84 m3/menit x 97,35 x 1 kg/L = 13,33 kw Daya poros pompa Nh



Np = p =



13,33 = 19,04 kw 0,7



Daya motor Nm =



Np (1  A) 19,04(1  0,2) = pxk 0,7 x1



= 32,64 kw Jadi, daya motor penggerak pompa harus dipilih yang mampu menghasilkan daya sekurangkurangnya 32,64 kw pada porosnya. 4.4



SISTEM PERPIPAAN AIR BUANGAN



4.4.1



Penentuan Perpipaan Air Buangan



 Dimensi pipa air buangan tiap lantai yaitu : lantai 1-4 Tabel 4.5.1.a Dimensi Pipa Horisontal Air Buangan Lantai 1



ARI BHAKTI AG L2J009031



76



Tugas perencanaan sistem plumbing



Jalur Ke



sendiri



akumul asi



1



2



FD



0.5



2



3



FD



3



4



4



Dari



1



2



FU



alat plumbi ng



Sekt or



Diameter (mm)



Slope



Diameter Minimum (mm)



0.5



40



1/100



40



0.5



1



40



1/100



40



WC



4



5



75



1/100



75



5



FD



0.5



5.5



75



1/100



75



5



6



WC



4



9.5



100



1/100



75



6



7



LV



1



10.5



100



1/100



75



7



A



LV



1



11.5



100



1/100



75



8



9



UR



4



15.5



100



1/100



75



9



10



LV



1



16.5



100



1/100



75



10



11



LV



1



17.5



100



1/100



75



11



12



LV



1



18.5



100



1/100



75



12



13



LV



1



19.5



100



1/100



75



13



B



FD



0.5



20



100



1/100



75



14



15



FD



0.5



0.5



40



1/100



40



15



16



WC



4



4.5



75



1/100



75



16



17



FD



0.5



5



75



1/100



75



17



18



WC



4



9



100



1/100



75



18



19



FD



0.5



9.5



100



1/100



75



19



20



WC



4



13.5



100



1/100



75



20



21



FD



0.5



14



100



1/100



75



21



B



WC



4



18



100



1/100



75



Tabel 4.5.1.b Pipa Horisontal Air Buangan



ARI BHAKTI AG L2J009031



77



Tugas perencanaan sistem plumbing Lantai 2 Jalur ke



sendiri



akumul asi



1



2



FD



0.5



2



3



WC



3



4



4



Dari



1



2



3



FU



alat plumbi ng



Sekt or



Diameter (mm)



Slope



Diameter Minimum (mm)



0.5



40



1/100



40



4



4.5



75



1/100



75



FD



0.5



5



75



1/100



75



5



WC



4



9



100



1/100



75



5



6



FD



0.5



9.5



100



1/100



75



6



7



WC



4



13.5



100



1/100



75



7



8



FD



0.5



14



100



1/100



75



8



A



WC



4



18



100



1/100



75



9



10



UR



4



22



100



1/100



75



10



11



UR



4



26



100



1/100



75



11



12



UR



4



30



100



1/100



75



12



B



LV



1



31



100



1/100



75



13



14



LV



1



1



32



1/100



32



14



15



LV



1



2



32



1/100



32



15



16



LV



1



3



100



1/100



32



16



17



FD



0.5



3.5



100



1/100



40



17



18



LV



1



4.5



100



1/100



40



18



19



LV



1



5.5



100



1/100



40



19



20



LV



1



6.5



100



1/100



40



20



B



LV



1



7.5



100



1/100



40



21



22



FD



0.5



0.5



40



1/100



40



22



23



WC



4



4.5



75



1/100



75



23



24



FD



0.5



5



75



1/100



75



24



25



WC



4



9



100



1/100



75



25



26



FD



0.5



9.5



100



1/100



75



ARI BHAKTI AG L2J009031



78



Tugas perencanaan sistem plumbing



4



5



26



27



WC



4



13.5



100



1/100



75



27



28



FD



0.5



14



100



1/100



75



28



B



WC



4



18



100



1/100



75



29



30



WC



4



4



75



1/100



75



30



31



FD



0.5



4.5



75



1/100



75



31



32



WC



4



8.5



100



1/100



75



32



B



FD



0.5



9



100



1/100



75



33



B



FD



0.5



0.5



100



1/100



40



Diameter (mm)



Slope



Diameter Minimum (mm)



Tabel 4.5.1.c Pipa Horisontal Air Buangan Lantai 3 Jalur ke



sendiri



akumul asi



1



2



FD



0.5



0.5



40



1/100



40



2



3



WC



4



4.5



75



1/100



75



3



4



FD



0.5



5



75



1/100



75



4



5



WC



4



9



100



1/100



75



5



6



FD



0.5



9.5



100



1/100



75



6



7



WC



4



13.5



100



1/100



75



7



8



FD



0.5



14



100



1/100



75



8



9



WC



4



18



100



1/100



75



9



10



UR



4



22



100



1/100



75



10



11



UR



4



26



100



1/100



75



11



A



LV



1



27



100



1/100



75



12



13



LV



1



1



32



1/100



32



13



14



LV



1



2



32



1/100



32



14



15



LV



1



3



32



1/100



32



dari



1



2



FU



alat plumbi ng



Sekt or



ARI BHAKTI AG L2J009031



79



Tugas perencanaan sistem plumbing



3



4



5



15



16



FD



0.5



3.5



100



1/100



40



16



17



LV



1



4.5



100



1/100



40



17



18



LV



1



5.5



100



1/100



40



18



19



LV



1



6.5



100



1/100



40



19



A



LV



1



7.5



100



1/100



40



20



21



FD



0.5



0.5



40



1/100



40



21



22



WC



4



4.5



75



1/100



75



22



23



FD



0.5



5



75



1/100



75



23



24



WC



4



9



100



1/100



75



24



25



FD



0.5



9.5



100



1/100



75



25



26



WC



4



13.5



100



1/100



75



26



27



FD



0.5



14



100



1/100



75



27



A



WC



4



18



100



1/100



75



28



29



WC



4



4



75



1/100



75



29



30



FD



0.5



4.5



75



1/100



75



30



31



WC



4



8.5



100



1/100



75



31



A



FD



0.5



9



100



1/100



75



32



A



FD



0.5



0.5



100



1/100



40



Diameter (mm)



Slope



Diameter Minimum (mm)



Tabel4.5.1.d Pipa Horisontal Air Buangan Lantai 4 Jalur



FU



ke



alat plumbi ng



Sendiri



akumul asi



1



2



FD



0.5



0.5



40



1/100



40



2



3



FD



0.5



1



40



1/100



40



3



4



WC



4



5



75



1/100



75



4



5



LV



1



6



75



1/100



75



5



6



UR



4



10



75



1/100



75



Sekt or



dari



1



ARI BHAKTI AG L2J009031



80



Tugas perencanaan sistem plumbing



2



6



7



LV



1



11



75



1/100



75



7



8



LV



1



12



75



1/100



75



8



A



FD



0.5



12.5



100



1/100



75



9



10



FD



0.5



0.5



40



1/100



40



10



11



WC



4



4.5



75



1/100



75



11



12



FD



0.5



5



75



1/100



75



12



13



WC



4



9



100



1/100



75



13



14



FD



0.5



9.5



100



1/100



75



14



15



WC



4



13.5



100



1/100



75



15



A



LV



1



14.5



100



1/100



75



Tabel 4.5.1.e Dimensi Pipa Tegak Air Buangan Lantai



Alat Plumbing



FU sendi ri



Akumula si



Diameter (mm)



Dari



Ke



4



RT



-



27



27



100



3



4



-



62



89



100



2



3



-



66



155



100



1



2



-



38



193



100



ARI BHAKTI AG L2J009031



81



Tugas perencanaan sistem plumbing 4.4.2



PENENTUAN DIAMETER VENT



Jalur Dari



Ke



A



B



B



C



d



E



C



D



E



F



Alat Plumbing



Beban



FD



0.5



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



LV



1



LV



1



UR



4



LV



1



LV



1



LV



1



LV



1



ARI BHAKTI AG L2J009031



Jumlah



Ukuran Pipa Pembuan gan (mm)



Panjang Pipa Vent (mm )



Ukura n Pipa (mm)



5



75



6490



65



4.5



100



6490



75



2



100



6595



75



6



100



5990



75



2.5



100



7020



75



82



Tugas perencanaan sistem plumbing



F



G



G



Shaft



FD



0.5



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



9



100



6490



75



9



100



8890



75



Panjang Pipa Vent



Ukura n Pipa



Tabel 4.4.2.a Dimensi Pipa Vent Horisontal Lantai 1 4.4.3



PENENTUAN DIAMETER VENT



Jalur Dari



Ke



Alat Plumbing



ARI BHAKTI AG L2J009031



Beban



Jumlah



Ukuran Pipa Pembuan



83



Tugas perencanaan sistem plumbing



A



B



C



d



E



F



G



B



C



D



E



F



G



Shaft



FD



0.5



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



LV



1



LV



1



UR



4



LV



1



LV



1



LV



1



LV



1



FD



0.5



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



gan (mm)



(mm )



(mm)



5



75



6490



65



4.5



100



6490



75



2



100



6595



75



6



100



5990



75



2.5



100



7020



75



9



100



6490



75



9



100



8890



75



Tabel 4.4.2.a



Dimensi Pipa Vent Horisontal Lantai 1



Tabel 4.4.2.b



ARI BHAKTI AG L2J009031



84



Tugas perencanaan sistem plumbing



Alat Plumbi ng



Jalur Da ri A



Beb an



Jumlah



Ke b



FD WC



0.5 4 9



FD WC B



c



FD WC



0.5 4 0.5 4 9



FD



c



e



0.5



WC



4



UR



4



UR



4



UR



4



LV



1



LV



1



LV



1



LV



1



FD



0.5



LV



1



LV



1



LV



1



LV



1



FD



0.5



13



d



e



3.5



e



f



f



g



4



g



i



WC FD WC FD



ARI BHAKTI AG L2J009031



18



4 0.5 4 0.5



85



Tugas perencanaan sistem plumbing



WC FD



h



k



4 0.5



WC



4



WC



4



FD



0.5 9



WC



j



k



k



i



I



shaf t



4



FD



0.5



FD



0.5



0.5



Dimensi Pipa Vent Horisontal



Alat Plumbi ng



Jalur Da ri a



Beb an



Jumlah



Ke b



FD WC



0.5 4 9



FD WC b



c



FD WC



0.5 4 0.5 4 9



FD



c



e



0.5



WC



4



UR



4



ARI BHAKTI AG L2J009031



9



86



Lan



Tugas perencanaan sistem plumbing



d



E



UR



4



LV



1



LV



1



LV



1



LV



1



FD



0.5



LV



1



LV



1



LV



1



LV



1



FD



0.5



3.5



e



F



f



G



4



g



I



WC FD WC



4 0.5 4 18



FD WC FD



h



k



0.5 4 0.5



WC



4



WC



4



FD



0.5 9



WC



j



K



K



I



I



Sha ft



4



FD



0.5



FD



0.5



0.5



Tabel 4.4.2.d DimensiPipaVentHorisont alLantai4



Jal



Alat Plumbing



ARI BHAKTI AG L2J009031



Beb



Jumlah



87



Tugas perencanaan sistem plumbing an ur Da ri



Ke



A



B



FD



0.5



FD



0.5



WC



4



LV



1



UR



4



LV



1



LV



1



FD



0.5



FD



0.5



WC



4



FD



0.5



WC



4



LV



1



FD



0.5



WC



4



6



B



C



6.5



C



D



9



d



E



5.5



Tabel 4.4.2.e Dimensi Pipa Tegak Vent Jalur



Fixture Unit



L Vent ( mm )



D Vent (mm)



Dari



Ke



1



2



38



38



100



4000



50



2



3



66



104



100



4000



50



3



4



62



166



100



4000



50



4



RT



27



193



100



4000



50



4.5



Sendiri Kumulatif



D Buangan (mm)



PERHITUNGAN PENYALURAN INSTALASI AIR HUJAN



ARI BHAKTI AG L2J009031



88



Tugas perencanaan sistem plumbing 4.5.1



Menghitung dimensi pipa talang Hujan adalah salah satu pemasok air kotor pada bangunan melalui air hujan yang jatuh pada atap bangunan. Air ini dapat bangunan apabila sistem pengaliranya tidak baik terutama pada saat hujan lebat. Instalasi pipa penyalur air hujan bila ditinjau dari segi konstruksinya, terdiri dari tiga komponen. yaitu: 1. Talang 2. Pipa talang, dan 3. Saluran pembuangan. Ukuran diameter pipa talang (air hujan) Seperti yang telah diterangkan dalam penjelasan sebelumnya, air hujan yang jatuh ke atap bangunan adalah air kotor yang dapat merusak bangunan. Oleh karena itu, agar air hujan yang jatuh kea tap bangunan dapat disalurkan dengan baik, maka besarnya diameter pipa talang harus direncanakan dengan baik. Kesalahan dalam menetapkan diameter pipa talang dapat mengakibatkan terjadinya peluapan air hujan., terutama pada saat hujan lebat turun. Penentuan besarnya diameter pipa talang pada hakikatnya tergantung dari factor-faktor berikut: a. Keadaan curah hujan di daerah dimana bangunan tersebut berdiri b. Koefisien pengaliran air atap, yang besarnya ditentukan oleh bentuk atap dan bahan atap yang dipakai. c. Luas atap yang air buanganya akan ditampung oleh pipa atap.



-



Diketahui: Berdasarkan data dari direktorat metrologi dan geofisika curah hujan daerah Semarang, tempat berdiri dari Gedung Perhutani Unit 1 Semarang adalah 150 mm/jam



-



Berdasarkan dari buku teknologi plambing halaman 66 koefisien pengaliran air atap bentuk dan konstruksi atap berupa balkon dan jalan dengan ubin keras adalah 0.8 Luas atap Gedung Perhutani Unit 1 Semarang adalah 1683 m2 dibagi menjadi 6 sektor atap, dengan masing-masing luasan atap untuk semua sektor sama yaitu 281 m2. Selanjutnya menghitung beban air hujan yang dihasilkan oleh atap tersebut, yaitu dengan menggunakan rumus: Q = 0,2785.C.I.A Dimana : Q = Beban air hujan yang dihasilkan oleh atap A = Luas atap yang air buanganya akan ditampung oleh pipa atap C = Koefisien pengaliran air atap



ARI BHAKTI AG L2J009031



89



Tugas perencanaan sistem plumbing I = Intensitas curah hujan di daerah bangunan tersebut berdiri. Beban air hujan yang dihasilkan oleh atap Qa



= 0,2785.C.I.A = 0.2785 x 0,8 x 0.15 m/jam x 281 m2 = 9,39 m3/Jam = 9391 L/jam = 2,6 L/detik



Qb



= 0,2785.C.I.A = 0.2785 x 0,8 x 0,15 x 281 = 9,39 m3/Jam = 9391 L/jam = 2,6 L/detik



Qc



= 0,2785.C.I.A = 0.2785 x 0,8 x 0,15 x 281 = 9,39 m3/Jam = 9391 L/jam = 2,6 L/detik



Qd



= 0,2785.C.I.A = 0.2785 x 0,8 x 0,15 x 281 = 9,39 m3/Jam = 9391 L/jam = 2,6 L/detik



Qe



= 0,2785.C.I.A = 0.2785 x 0,8 x 0,2 x 281 = 9,39 m3/Jam = 9391 L/jam = 2,6 L/detik



Qf



= 0,2785.C.I.A = 0.2785 x 0,8 x 0,2 x 281 = 9,39 m3/Jam = 9391 L/jam = 2,6 L/detik



Jumlah Q total adalah 15,6 L/detik. ARI BHAKTI AG L2J009031



90



Tugas perencanaan sistem plumbing Penentuan diameter pipa talang dapat dilihat dari buku teknologi plambing pada tabel 3.9. Berikut tabel ukuran diameter pipa talang (air hujan): Diameter Luas atap yang dihitung untuk C pipa (mm) 1,0 0,8 0,6 0,3 57 50 69 90 110 150 300 120 150 200 400 80 100 220 275 365 735 118 320 400 535 1065 125 395 495 660 1315 Sumber : Schwezer Norm (SN) 565010-1978



Q dalam L/detik 2 3,6 4,9 8,9 12,9 16



Dari hasil perhitungan, untuk: -



Q



= 15,6 L/detik



-



C



= 0.8



Maka diameter pipa talang adalah 125 mm 4.5.2



Menghitung dimensi selokan pada gedung Q=VxA A = Q/V = (15,6 m3/s) / (1,5m/s) = 10,4 m2 dengan ν sebesar 1.5 m/ dtk didapat perbandinagan antara b dan h yaitu sebesar 2:1 b:h=2 b = 2h A =bxh 2 10,4 m = 2h x h 10,4 m2 = 2h2 h2 = 5,2 m h = 2,28 m b =2xh = 2 x 2,28 m = 4,56 m Free broad = 10 cm Jadi demensi selokan pada gedung yaitu: b = 4,56 m h = 2,28 m + free board = 2,28 m + 0,1 m = 2,38



4.5.3



Perhitungan Septic Tank



Waktutinggallumpur



= 1 hari



ARI BHAKTI AG L2J009031



91



Tugas perencanaan sistem plumbing Periodepenyedotanlumpur Jumlahpemakai Kebutuhan air per orang Kapasitaslumpur Kapasitas air limbah



Kapasitas total lumpur jumlahpenghuni



Volume efektif septic tank







= 1 tahun = 554 orang = 100 L/org/hari = 0,03 m3/org/thn ( kriteria 0,03-0,04) = jumlahpenghuni x kebutuhan air per orang x retensi = 554 orang x 100 L/org/thn x 1 hari = 55400 L = 55,4 m3 = periodepenyedotanlumpur x kapasitaslumpur



x



= 1 tahun x 0,03 m3/org/thn x 554 orang = 16,62 m3 = Kapasitas Air Limbah + Kapasitas Lumpur Total = 55,4 m3 + 16,62 m3 = 72,02 m3 = 75 m3



Dimensi Septic Tank Syarat p =2xl V = p x l x t, asumsi t = 3 meter 3 75 m =2(l)xlx3 3 75 m = 2 ( l )2 x 3 l = 3,55 m = 3,6 m Sehingga, p = 2 x l = 2 x 3,6 m = 7,2 m Dimensi Septic Tank adalah Panjang = 7,2 meter Lebar = 3,6 meter Tinggi = 3 meter Freeboard = 15% x 3 = 0,45 m Selain itu ada beberapa ketentuan lain, yaitu sebagai berikut :  Lubang pemeriksaan setinggi 0.1 m di atas permukaan tanah, dengan ukuran 0,4 x 0,4 m.  Pipa aliran terluar diletakkan 5-10 cm lebih rendah dari aliran masuk  Sekat harus terbenam 0,2 m di bawah permukaan air, menonjol minimal 0,15 di atas permukaan air  Jarak dari bangunan 1,5 m ; dari sumur dalam 10 m dan jarak dari pipa air bersih 3 m.



ARI BHAKTI AG L2J009031



92



Tugas perencanaan sistem plumbing BAB V PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN 5.1 PEMERIKSAAN SISTEM Yang dimaksud dengan pemeriksaan kekakuan, fungsi dan konstruksi seluruh sistem alat plambing, mesin-mesin dan perlengakapan lainnya. Terdapat 3 jenis pemeriksaan yang perlu dilakukan, yaitu 1. Pemeriksaan sebagian 2. Pemeriksaan setelah selsai pemasangan 3. Pemeriksaan ulang Pemeriksaan terhadap sistem plambing yang diterapkan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan tekanan uji. Pemeriksaan uji , harus diperiksa apakah tekanan uji samapai ke semua bagian dari system plumbing dengan membuka semua tutup semntara (yang biasanya dipasang pada waktu pelaksanaan untuk mencegah masuknya kotoran kedalam sistem).



Bagian dari sistem plambing yang akan diuji harus dapat dipisahkan



dengan katup dari seluruh instalasi. Air untuk menguji tekanan harus dimasukkan perlahanlahan dengan menggunakan pompa khusus untuk pengujian tekanan. 5.2 PENGUJIAN SISTEM Pengujian dilakukan atas masing-masing jenis alat pengujian atas berbagai bagian system plumbing, dan pengujian atas fungsi dan kelakuan dari seluruh system setelah selsai pemasangan. Pengujian dilakukan untuk mencegah kebocoran dan menjamin system tetap berjalan dengan baik. Pengujian yang dilakukan terhadap sistem plambing dilakukan untuk sistem plambing air bersih dan air buangan. I. Pengujian terhadap sistem plambing air bersih : 1. Pengujian tekanan Pompa penguji tekanan disambungkan pada bagian system yang akan diuji dan setelah diberikan tekanan dalam pipa, periksa adanya kebocoran terutama pada sambungan-sambungan. 



Untuk sistem yang disambung langsung dengan jaringan distribusi air minum kota, tekanan uji adalah sebesar 17.5 kg/cm2 atau lebih pada bagian terendah dari system tersebut.



ARI BHAKTI AG L2J009031



93



Tugas perencanaan sistem plumbing 



Untuk system plumbing dengan tanki di bawah atap, tekanan uji tidak boleh kurang dari dua kali tekanan kerja pada bagian terndah dari system). (tekanan boleh kurang dari 7.5 kg/cm2).







Untuk pipa keluar dari pompa, tekanan uji tidak boleh kurang dari dua kali tekanan pompa yang dinyatakan dalam spesifikasi perencanaan system plumbing (tekanan boleh kurang dari 7.5 kg/cm2).



Setelah tekanan dalam pompa yang diuji mencapai nilai tekanan uji tersebut diatas, tanpa menambah teakanan dengan pompa penguji lain, tekanan dalam pipa harus tetap selama minimum 60 menit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa system pipa tidak mengalami kebocoran. Untuk alat plumbing terpasang waktu uji minimum 2 menit. 2. Pengujian tanki Setelah selsai dipasang, tanbki harus dibersihkan dan kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran. Tanki harus tidak menunjukkan nebocoran sekurangkurangnya 24 jam. 3. Pengujian dengan aliran Untuk setiap alat plumbing, harus diuji apakah air yang keluar atau dialirkan sesuai dengan yang direncanakan dan diperiksa jika ada kekurangannya. II. Pengujian terhadap sistem plambing air buangan dan vent 1. Pengujian dengan pengisian air Semua lubang keluar pipa harus ditutup untuk menguji keseluruhan system, kecuali lubang yang letaknya paling tinggi. Kemudian system pipa tersebut diisi dengan air sampai meluap. Tekanan uji minimal 3 m kolom air pada setiap tempat dan harus tetap selama minimum 30 menit.



Bila ternyata tekanan sebelum jangka waktu



tersebut berarti ada bagian system yang mengalami kebocoran. 2. Pengujian dengan tekanan air Pada pompa penguras air keluar diisi dengan tekanan yang besarnya 2 kali tekanan keluar pompa yaitu tekanan pada sisi keluar pompa yang dinyatakan dalam dokumen spesifikasi [erancangan. Tekanan uji harus tetap standar selama minimum 30 menit. 3. Pengujian dengan tekanan asap Pengujian dilakukan dengan menyambungkan seluruh kompressor pada satu ujung pipa lubang lainnya ditutup. Udara dialirkan oleh kompressor sebesar 0.35 kg/cm2 selama 15 menit. Penurunan tekanan dapat dilihat pada alat pengukur tekanan yang ARI BHAKTI AG L2J009031



94



Tugas perencanaan sistem plumbing dipasang diujung pipa.



Kebocoran dapat didteksi dengan bunyi atau



busa



(gelembung). 4. Pengujian dengan asap Ujung bawah pipa dihubungkan dengan alat pembuat asap sampai penuh dengan asap dan keluar dari ujung atas stack dan lubang terujung dengan tekanan 25 mm kolom air selama 15 menit sebelum pengamatan dimulai. 5. Pengujian dengan peppermint Setiap 5 m pipa tegak diperlukan sebanyak 50 gram peppermint yang dilarutkan didalam 4 liter air panas. Semua trap harus diisi air. Masukkan larutan melalui lubang tertinggi dan ditutup dengan tekanan 25 mm kolom air selama 15 menit. 6. Pengujian dengan udara kempa Pengujian dilakukan dengan cara menyambungkan sebuah kompressor pada salah satu ujung pipa, kemudian dibuat lubang-lubang lainnya dalam system ditutup dengan udara kempa dialirkan oleh kompressor ke dalamn system perpipaan tersebut. Tekanan uji minimum sebesar 0.35 kg/cm2 dan harus tetap minimum 15 menit 7. Pengujian dengan aliran air Pengujian akhir adalah dengan mengalirkan air kedalam system. Setiap system alat plumbing diuji dengan memasukkan air kedalamnya. Pemeriksaan dilakukan atas kemungkinan adanya kebocoran atau pembuangan yang kurang lancar.



3 5.3 PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN AIR BERSIH 5.3.1 Pengendalian Kualitas Air 1. Pemeriksaan kadar sisa klorin Pemeriksaan kadar sisa klorin pada keran air dapat memberikan indikasi untuk meyakinkan, apakah prosedur sterilisasi telah berjalan efektif. Juga dapat memberikan indikasi adanya kemungkinan pencemaran akibat hubungan pintas. Pemeriksaan kadar sisa klor dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi yang banyak diterapkan untuk pemeriksaan ini adalah metode ortho-tolidin. 2. Pemeriksaan kualitas air



ARI BHAKTI AG L2J009031



95



Tugas perencanaan sistem plumbing Pemeriksaan kualitas air secara lengkap sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun, dengan perincian dan prosedur yang diterapkan oleh Perusahaan Air Minum. 5.3.2 Pemeriksaan Tangki Persediaan Air 1. Pemeriksan bagian dalam tangki Dinding tangki sudah sewajarnya tidak mempunyai retakan apapun, apalagi bagian yang bocor. Lingkungan sekeliling tangki juga harus bersih dan sehat, dan dijaga jangan sampai kotoran apapun dapat masuk ke dalam tangki. 2. Pencemaran dalam tangki Pada waktu dilakukan pemeriksaan berkala, tutup lubang tangki harus dibuka dan dilihat apakah ada karat, kotoran ataupun benda asing lainnya yang melayang dalam air atau terapung, atau adanya endapan. Juga apakah kelihatan ada lapisan minyak di permukaan air, serangga atau bahkan adanya tumbuhan. Untuk pemeriksaan ini perlu digunakan lampu yang cukup terang di dalam tangki. Pemeriksaan ini lebih mudah dilakukan pada waktu tangki tidak penuh dan sedang diisi, sehingga permukaan airnya sudah tenang. 3. Pemeriksaan kualitas air Pada waktu memeriksa isi tangki seperti disebutkan di atas, sebaiknya diambil pula contoh air dan dilakukan analisa kualitas air. Jenis analisa bergantung pada kualitas air dari sumbernya serta kelakuan dari sumber air tersebut (misalnya pengaruh musim hujan). 4. Pemeriksaan ketinggian muka air Ketinggian muka air dalam tangki biasanya dijaga dengan menggunakan katup-bola dengan pelampung, katup yang digerakkan secara elektrik, electroda penduga, dan sebagainya. Pemeriksaan perlu dilakukan terhadap khususnya bagian yang bergerak, bagianbagian yang bergesekan, dan terutama bagian-bagian yang harus saling menempel dengan rapat untuk menghentikan aliran air. Adanya kotoran sedikit yang "mengganjal" permukaan katup sehingga tidak dapat menutup dengan rapat, akan menyebabkan air mengalir terus ke dalam tangki dan akhirnya keluar melalui pipa peluap, hal ini merupakan pemborosan air yang sangat merugikan. Komponen-komponen elektrik yang merupakan bagian dari sistem indikasi muka air, seperti saklar dan relai, harus diperiksa secara periodik untuk meyakinkan bahwa seluruh sistem selalu bekerja dengan baik. ARI BHAKTI AG L2J009031



96



Tugas perencanaan sistem plumbing 5.3.3 Pemeriksaan Atas Pipa 1. Pemeriksaan terhadap kebocoran, karat, dsb Pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya kebocoran perlu dilakukan secara berkala, untuk mencegah timbulnya hal yang tidak diinginkan. Pemeriksaan berkala dapat memberikan indikasi lebih dini adanya kebocoran, sehingga dapat dilakukan tindakan pemeliharaan atau pencegahan. Yang dimaksud dengan kebocoran disini adalah adanya aliran air keluar dari dalam pipa maupun adanya aliran air, udara atau zat apapun kedalam pipa (akibat tekanan negatif dalam pipa). 2. Pemeriksaan laju aliran dan tekanan air Pemeriksaan laju aliran dan atau tekanan air antara lain dapat disebabkan oleh penyumbatan



kotoran



atau



endapan



dalam



pipa,



oleh



kesalahan



dalam



mengoperasikan katup atau perlengkapan instansi, tetapi dapat pula disebabkan oleh kesalahan perencanaan. 3. Pemeriksaan atas penggantung / penumpu pipa Penggantung atau penumpu pipa dipasang dengan maksud agar mampu menanggung berat pipa, air di dalamnya, pembungkusnya (kalau ada), serta agar getaran atau tumbukan akibat aliran air tidak akan menimbulkan tegangan maupun kebisingan yang pada akhirnya dapat merusak pipa atau sambungannya. Oleh karena itu penggantung atau penumpu pipa harus sesuai dengan tempat dan letak pipa, bahan pipa, serta jarak antaranya agar pipa tidak tertahan waktu memuai atau mengkerut. 5.3.4 Pemeriksaan Atas Mesin-mesin 1. Pemeriksaan atas pompa penyediaan air Untuk pemeliharaan pompa-pompa penyediaan air, sebaiknya dibuat "buku harian" yang memuat laporan keadaan bekerjanya pompa, pemeriksaan dan pemeliharaan yang dilakukan sepanjang umur pompa. Pemeriksaan ada yang perlu dilakukan harian, berkala (setiap bulan atau jangka waktu yang diterapkan), dan ada juga pemeriksaan mendadak karena situasi khusus.  Pemeriksaan kondisi operasi pompa a. Tekanan pompa b. Arus Listrik c. Tegangan Listrik d. Tingkat kebisingan dan getaran ARI BHAKTI AG L2J009031



97



Tugas perencanaan sistem plumbing  Pemeriksaan sekat dan kopling a. Temperatur bantalan b. Kebocoran sekat c. Kopling d. Poros dan bantalan e. Isolasi f. Motor  Pemeriksaan kebocoran dan karat a. Rumah pompa b. Impeler atau rotor pompa 2. Pemeriksaan atas klorinator Karena sifat dan kualitas sumber airnya, atau lokasi dan kondisi yang istimewa, kadang-kadang untuk suatu gedung dipasang sebuah klorinator. Pemeriksaan harian dan berkala perlu dilakukan atas klorinator semacam ini untuk menjamin bahwa kualitas klorinasi dalam instalasi plambing gedung tersebut memenuhi syarat. 3. Pemeriksaan atas pendingin air Mesin pendingin air minum biasanya ada dua macam, yaitu jenis yang bertekanan dan jenis dengan botol.  Jenis yang bertekanan Jenis ini dihubungkan langsung dengan pipa penyediaan air, dan secara otomatik akan mendinginkan air yang mengalir melewatinya. Karena peralatan ini menyediakan air minum yang sejuk dan langsung berhubungan dengan pipa penyediaan air, maka pemeriksaan jelas perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah kemungkinan pencemaran, baik bagi air yang sudah disejukkan maupun bagi air dalam pipa utama. Saluran air buangan disambung kepada sistem pembuangan gedung melalui suatu perangkap, sehingga perli diperiksa agar jangan sampai terjadi sumbatan atas saluran pembuangan ini.  Jenis dengan botol Jenis ini hanya mendinginkan air dalam jumlah terbatas, yaitu sebanyak yang masuk dari botol ke dalam tangki atas dari mesin ini. Air buangan biasanya ditampung dalam tangki bawah di dalam mesin itu sendiri, dan biasanya tiap hari dibuang keluar.



ARI BHAKTI AG L2J009031



98



Tugas perencanaan sistem plumbing 5.4 PERAWATAN SISTEM PERPIPAAN AIR BUANGAN 5.4.1 Pemeriksaan Atas Pipa Pembuangan Air buangan harus dapat dikeluarkan dari dalam gedung secepat mungkin melalui sistem pembuangan. Untuk menjaga hal ini pemeriksaan dan pembersihan perlu dilakukan tiap hari. Pembersihan pipa pembuangan Dalam memeriksa dan membersihkan pipa pembuangan perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Adakah benda-benda atau bahan-bahan yang dapat menyumbat aliran atau mengganggu proses pengolahan air buangan. 2. Apakah air kotor dapat mengalir dengan lancar tanpa meninggalkan endapan. 3. Apakah kemiringan pipa masih cukup. Melalui lubang pembersih biasanya dimasukkan sebatang kawat yang fleksibel, dan biasanya diputar-putarkan untuk membuang kotoran yang tertinggal dalam pipa. Penggunaan bahan kimia untuk membersihkan harus dengan sangat hati-hati, dengan memikirkan akibatnya pada pipa, perlengkapannya, maupun proses pengolahan air kotor. Asam hidrolik kalau memang perlu boleh digunakan untuk membersihkan endapan pada peturasan, tetapi sama sekali tidak boleh digunakan pada pipa pembuangan ke tangki septik. 5.4.2 Pembersihan pipa buangan air hujan Talang air hujan, pipa tegak, lubang buangan pada atap, teras dsb seringkali dapat tersumbat oleh kotoran, debu, maupun daun-daunan, oleh karena itu perlu diperiksa dan dibersihkan secara berkala. 5.4.3 Pemeriksaan atas kelancaran aliran Pemeliharaan atas sistem pembuangan pada dasarnya berusaha menjaga agar segala macam air buangan yang timbul dalam gedung dapat dikeluarkan secepatnya, tanpa meluap, bocor, maupun terjadinya percampuran antara jenis air buangan yang satu dengan lainnya sesuai perencanaan. Setiap bagian dari sistem pembuangan harus diperiksa apakah dapat mengalirkan air buangan dengan lancar.  Pemeriksaan terhadap kebocoran, karat, dsb  Pemeriksaan atas penggantung / penumpu pipa 5.4.4 Pemeriksaan Atas Pipa Ven 1. Pemeriksaan dan pembersihan pipa ven



ARI BHAKTI AG L2J009031



99



Tugas perencanaan sistem plumbing Lubang pada pipa ven harus diperiksa secara berkala, dan dijaga agar selalu terbuka, bebas dari kotoran, serangga, apalagi sarang burung. Salah satu cara yang efektif untuk membersihkan pipa ven adalah dengan memasukkan air dari lubang paling tinggi pada pipa tersebut. 2. Pemeriksaan atas penggantung / penumpu pipa 5.4.5 Pemeriksaan Atas Mesin dan Peralatan Pemeriksaan dan pemeliharaan atas pompa pembuangan pada dasarnya sama dengan yang dilakukan atas pompa penyediaan air. 1. Pembersihan kondisi operasi pompa. 2. Pemeriksaan sekat dan kopling. 3. Pemeriksaan kebocoran dan karat. 5.5 PEMELIHARAAN ALAT PLAMBING 1. Water Closet 



Menyediakan bak sampah yang tertutup dekat closet







Segera memperbaiki kerusakan yang timbul







Dengan memasang papan peringatan tidak boleh memasukkan sesuatu kecuali kertas khusus



Perangkap Alat Plumbing 



Perangkap pipa, biasanya digunakan pada bak cuci tangan dan bak cuci lainnya. Pemeriksaan dilakukan dengan melepas bagian bawah perangkap dari alat plumbing dan membuang segala kotoran. Packing pada saat pemasangan harus diperhatikan.







Floor Drain, pembersihan harus dilakukan sesering mungkin karena biasanya sempit dibagian aliran air kotor.







Interceptor, untuk menangkap lemak, minyak, pasir, dan lain-lain maka perangkap perlu dibersihkan secara teratur.



2. Kran air 



Pemeriksaan packing perlu diganti 2-3 tahun sekali karena cepat aus







Pembersihan saringan







Pemeriksaan pemasangan







Pemeriksaan terhadap kebocoran dan karat



Pemeliharaan Urinoal ARI BHAKTI AG L2J009031



100



Tugas perencanaan sistem plumbing 



Tidak membuang kotoran lain kedalamnya







Penggelontoran harus sering dilakukan dan jumlah yang banyak







Bila perangkap tersumbat, harus dibuka dan dibersihkan secara terpisah



Cara pemasangan Alat Plambing 



Pipa drainase atau pipa vent tidak boleh ditempatkan langsung dalam ruangan tangga atau dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi jendela, pintu atau lubang lantai.







Pipa drainase atau pipa vent tidak boleh dipasang dalam sumuran. Alat diangkut dengan lift atau dibawah beban lingkaran lift.







Pipa drainase tidak boleh ditempatkan langsung dalam (diatas) tangki air minum tanpa tekanan, diats lubang pemeriksaan tanki air minum yang bertekanan atau diatas lantai yang digunakan untuk pembuatan, persiapan, pembuangan, penyimpanan, atau pergaan makanan tanpa pemisahan rapat air yang dapat mencegah gangguan yang disebabkan oleh drainase tersebut terhadap tanki atau ruang dibawahnya.







Pipa drainase yang berupa pipa datar yang berukuran samapai 3” dengan kemiringan minimum 2% untuk pipa yang berukiran lebih besar. Kemiringan yang lebih kecil hanya iperbolehkan apabila secara khusus dibenarkan.







Pipa vent harus miring keatas dari sambungan terndah dengan pipa air kotoran atau pada air buangan ke tempat pipa vent tersebut berakhir untuk memperoleh ventilasi pada seluruh bagian system drainase dengan sirkulasi udara secara gravitasi.



ARI BHAKTI AG L2J009031



101



Tugas perencanaan sistem plumbing BAB VI KESIMPULAN DAN ANALISA PELAKSANAAN Perancangan sistem perpipaan pada Gedung Perhutani Semarang sangat tidak efisien dan efektif karena perencanaan peralatan plambing yang digunakan tanpa memperhatikan dari jumlah dari penghuni gedung dengan jam kerja 8 jam. Dari segi ketercukupan peralatan plambing bagi penghuni gedung sudah cukup memenuhi, akan tetapi hal ini akan mempengaruhi dari operasional dan perawatan peralatan plambing. Pada perhitungan sistem plambing ini, dilakukan perhitungan untuk sistem perpipaan air bersih dan air buangan dengan melihat dari luasan efektif gedung tersebut. Pada perhitungan sistem perpipaan menggunakan tabel berdasarkan buku:“Plambing” Harold E. Babbit,1960. Dari perhitungan didapat tekanan yang rendah pada lantai VII (merupakan daerah lintasan kritis), sehingga untuk menyamakan tekanan perlu menaikkan roof tank atau memasang pompa. Akan tetapi alternatif yang digunakan adalah dengan meninggikan roof tank dilihat dari segi biaya. Sedangkan pada perhitungan dimensi air buangan diperoleh hasil bahwa diameter perhitungan lebih kecil dari diameter eksisting. Perbedaan ini dimaksudkan untuk mencegah gangguan penyumbatan saluran air buangan sehingga dapat menekan biaya perawatan. Pada eksisting penggunaan diameter dilakukan seragam yang dimaksudkan untuk memudahakan dari segi biaya perawaatan. Kesimpulan utama dari perhitungan perpipaan air bersih dan air buangan pada Gedung Perhutani, Semarang bahwa sistem perpipaan yang ada kurang memenuhi kriteria teknis pelaksanaan plambing Indonesia karena penentuan dimensi pipa yang ada merupakan hasil rata-rata diameter perhitungan. Sedangkan untuk perpipaan air buangan memenuhi kriteria yang ada sehingga unit beban plambing air buangan dapat terbagi sesuai dengan jenis limbahnya.



DAFTAR PUSTAKA



ARI BHAKTI AG L2J009031



102



Tugas perencanaan sistem plumbing Babbit, Harold E. 1960. Plumbing, Third Edition. Mc-Graw-Hill Book Company. New York. USA. Noerbambang, Soufyan M. 1999. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Cetakan Ketujuh. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Triatmodjo, Bambang, Dr. Ir., CES., DEA. 1995. Hidraulika II, Edisi Kedua. Beta Offset. Yogyakarta. Streeter,Victor.LWylie.E.Benjamin. 1991. Mekanika Fluida II. Penerbit Erlangga. Jakarta.



ARI BHAKTI AG L2J009031



103