Sistem Plumbing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STUDIO PERANCANGAN DAN TEKNOLOGI ARSITEKTUR IV SISTEM PERENCANAAN PLAMBING Di susun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah studio perancangan arsitektur yang di ampu oleh : Ir. Erwin Bambang, MT



Disusun oleh : Otniel Fiant Solang



: 1754050011



Amelia Indriani S.P Nggumbe



: 1754050017



`



UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PRODI ARSITEKTUR 2019



KATA PENGANTAR



rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah bahasa Indonesia tentang ‘Jenis-Jenis Majas, Pengertian Majas dan Contoh Majas’ ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.



Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-rekan siswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang Majas yang merupakan salah satu bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia.



Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan system plambing harus bersamaan dan sesuai



dengan tahapan-tahapan



perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan lainnya yang ada dalam gedung tersebut (seperti pendingin udara, peralatan listrik,dan lain-lain). Untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup dan untuk membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu dimana tidak akan mengakibatkan pencemaran, dibutuhkan suatu sistem peralatan plambing.Saat ini peralatan plambing diperlukan hanya untuk membatasi jumlah pemakaian air dengan pertimbangan penghematan energi dan dan keterbatasan sumber air serta mencegah pembuangan air buangan dan air kotor langsung kedelam saluran pembuangan. Sistem Plambing merupakan sarana pendukung yang sangat penting. Perencanaan dan pelaksanaan sistem plambing dapat menggunakan bantuan komputer. Meskipun demikian banyak terjadi kecelakaan fatal dan banyak yang terkena penyakit akibat kesalahan dalan perencanaan, pemasangan dari peralatan plambing. Untuk mencegah hal tersebut diatas, banyak Negara menetapkan undang-undang , peraturan, pedoman pelaksanaan, standar dan sebagainya yang menyangkut perelatan dan instalasi plambing, misalnya di Indonesia telah ditetapkan ‘Pedoman Plambing Indonesia” yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. Pengertian plambing menurut SNI 03– 6481– 2000 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan; air hujan, air buangan dan air minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan Sistem Plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan panduan memenuhi syarat yang berupa



peraturan perundangan dan pedoman pelaksanaan standar tentang peralatan dan instalasinya secara garis besar peralatan plumbing memiliki dua fungsi utama yaitu : a) Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan cukup dan air panas bila diperlukan b) Membuang air kotor tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya Di Indoensia, peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plambing juga diatur dalam SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.



1.2 Maksud Dan Tujuan penulisan ini bertujuan untuk mengingatkan pengetahuan penulis mengenai pentingnya keberadaan suatu sistem plambing dan sanitasi sebagai bagian dari utilitas bangunan yang mendukung aktivitas dalam suatu gedung.



1.3 Batasan Masalah Pada makalah ini penulis membatasai pembahasan agar tidak terlalu luas, pembahasan kali ini hanya membahas sistem pelumbing / pemipaan yang mencakup kepada sanitasi.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi 2.1.1 Air Bersih Menurut



Ketentuan



Umum



Permenkes



No.416/Menkes/PER/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan airminum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.Persyaratan tersebut juga memperhatikanpengamanan terhadap sistem distribusi air bersih dari instalasi air bersih sampai pada konsumen.



2.1.2. Sistem Plumbing Mekanikal plambing secara umum merupakan suatu sistem penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan di dalam bangunan. Mekanikal plambing juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan peralatan di dalam gedung atau gedung yang bersangkutan dengan air bersih maupun air buangan yang dihubungkan dengan sistem saluran kota (Sunarno, 2005). Plumbing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada pada gedung tersebut. Pada jenis penggunaan sistem plambing sangat tergantung pada kebutuhan dari bangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, perencanaan dan perancangan sistem plambing dibatasi pada pendistribusian dan penyediaan air bersih.



Adapun fungsi dari instalasi plambing adalah: a) Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan dan jumlah aliran yang cukup. b) Membuang



air



buangan



dari



tempat-tempat



tertentu



tanpa



mencemarkan bagian penting lainnya. Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung terbentuknya sistem plambing yang baik. Jenis peralatan plambing dalam artian khusus, istilah peralatan plambing meliputi: a. Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk minum. b. Peralatan untuk menyediakan air panas. c. Peralatan untuk pembuangan air buangan atau air kotor. d. Peralatan saniter (Plumbing Fixture)



2.2 Penjelasan 1. Sistem Plumbing Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih diperlukan untuk mengalirkan air bersih menuju tempat yang memerlukan. Dalam perancangan sistem air bersih harus diperhatikan mengenai sistem yang akan digunakan, pada umumnya terbagi dalam beberapa jenis seperti: sistem sambungan langsung, sistem tangki atap, dan sistem tangki tekan.Sistem penyediaan air bersih meliputi penyedian air bersih itu sendiri dan distribusi. Sistem ini menyangkut sumber air bersih,sistem penampungan air (bak air / tangki, ground tank, roof tank), pompa transfer dan distribusi.Sumber air bersih, biasanya di dapat dari PDAM, atau berasal dari Deep Well. Sistem penampungan air dibedakan menjadi dua bagian yaitu: raw water tank dan clean water tank. Sumber air bersih yang berasal dari PDAM langsung dialirkan ke clean water tank. Sedang yang berasal dari Deep well di masukan ke dalam raw water tank. Air yang berada di raw water tank ditreatment dulu di instalasi Water Treatment Plant dan selanjutnya di alirkan ke clean water tank (bak air bersih).



Sumber Air



Sumber air bersih dari PDAM dan air bersih dari Deep Well (sumur dalam). Dimana sumber air bersih yang didapat dari PDAM yang kontinyu untuk menyuplai air bersih selama 24 jam dan ditampung didalam Ground Water Tank (tangki air bawah) dan disalurkan ke Roof Water Tank (tangki atas) untuk menampung debit air yang dipompakan melalui pompa air bersih.



Sumber Air Tanah Sumber air bersih yang didapat dari deep well tidak kontinyu seperti sumber air bersih dari PDAM, karena sumber air bersih dari deep well hanya akan digunakan apabila penyuplaian debit air bersih dari PDAM mengalami hambatan (rusak), sumber air bersih dari deep well sama dengan sumber air bersih pada perumahan yang didapat dari proses pengeboran dalam tanah, hanya skala proses pengambilan sumber air bersih dari deep well lebih besar dibandingkan dengan sumur pompa rumahan, dan air bersih yang didapat langsung disalurkan ke Ground Water Tank (tangki air bawah) dengan pompa deep well. Bila sumber air diambil dari sumur tidak dari PAM dan ternyata air sumur dimaksud harus diolah dahulu sebelum di distribusi, maka salah satu cara pengolahan adalah dengan sedimentasi



Klasifikasi Sistem Plumbing Penyediaan Air Bersih a. Sistem Sambungan Langsung Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada umumnya pada perumahan dan gedung kecil tekanan dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum. b. Sistem Tangki Atap Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah. (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini, air didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem ini diterapkan karena alasan-alasan sebagai berikut : a) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap. b) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. c) Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap. d) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya tangki tekan.



Untuk bangunan-bangunan



yang cukup besar, sebaiknya



disediakan pompa cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan maka dapat segera diketahui. Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan dipompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang dapat dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa utama. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di atas atap (misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plumbing yang dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja yang tinggi. c. Sistem Tanki Tekan Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut : air yang telahditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi.air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa :



pompa berhenti bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan dan bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum tekanan yang ditetapkan juga.Daerah fluktuasi biasanya ditetapkan 11.5 kg/cm2 . Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian rupa agar volume udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air. Jika awalnya tangki tekan berisi udara bertekanan atmosfer, kemudian diisi air, maka volume aur yang akan mengalir hanya 10% volume tangki. Untuk mengatasi hal ini, dimasukkan udara kempa bertekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Kelebihan Sistem Tangki Tekan adalah: 1. Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap. 2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompalainnya. 3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas menara. Kekurangannya adalah pompa akansering bekerja sehingga menyebabkan keausan pada saklar lebih cepat.



d. Sistem Tanpa Tangki Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung



dari pipa utama (misal : pipa utama PDAM) Sistem penyediaan air bersih yang dipakai untuk perkantoran umumnya adalah sistem tangki atap. Demikian pula dalam perencanaan Tugas Akhir ini, sistem tangki atap digunakan dengan pertimbangan : a) Dengan adanya roof tank maka ketersediaan air akan terjaga setiap waktu khususnya pada saat pemakaian puncak. b) Perubahan tekanan yang terjadi tidak begitu berarti, hanya akibat perubahan muka air dalam tangki. c) Menghemat kerja pompa 2. Laju Aliran Laju aliran dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu , kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang 4 harus disediakan kepada bangunan tersebut. jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya. Metode penaksiran laju aliran air. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, diantaranya adalah sebagai berikut : 



Berdasarkan Jumlah Pemakai Metode ini



didasarkan atas



pemakaian air ratarata sehari dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum ditentukan. Metode ini praktis utnuk tahap perencanaadan perancangan. Apabila jumlah penghuni diketahui, atau ditetapkan untuk suatu gedung maka angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan ”standar” mengenai pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gedung tersebut. tetapi bila jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan padatan hunian per luas lantai. Luaslantai gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya. Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap,



pompa, dsb. Sedangakn untuk pipa yang diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air (misalnya pipa dinas) dan bukan untuk menentukan ukuran pipa-pipa dalam seluruh jaringan. 



Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.







Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing Pada metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua aat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan kurva. Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alatalat plambing



3. Jenis Pompa Pompa Transfer, berfungsi untuk memompa air bersih dari ground water tank ke roof tank melalui pipa transfer. Beberapa jenis pompa transfer yang sering dipakai, antara lain : a. End Suction Pump b. Horizontal Split Case Pump c. Multi Stage Pump-Centrifugal PumpPompa d. sentrifugal bekerja dengan baling-baling atau alat sirip yang berfungsi menarik dan mendorong aliran. Dalam hal ini baling-baling atau propeler berfungsi pada saat berputar ke arah aliran sehingga aliran akan menuju sirip belakang. Baling-baling tersebut terletak di bagian dalam ruang propeler yang mempunyai akurasi gesekan relatif mendekati nol. Pressure Tank berfungsi untuk meringankan kerja pompa dari keadaan start-stop yang terlalu sering. Beberapa jenis pressure tank yang sering dipakai, antara lain :



-Diaphragma Pressure Tank -Non Diaphragma Pressure Tank atau Well Pressure Tank Pompa Booster,Pompa booster ini berada pada atap gedung, dimana fungsi dari pompa tersebut adalah untuk menambah tekanan air, agar cepat mengalir ke bawah. Pompa booster ini hanya melayani 4 lantai paling atas, karena pada posisi ini daya gravitasi air sangat kecil untuk mengalir ke bawah.



4. Pipa dan Peralatan Pipa Pipa distribusi harus terbuat dari bahan-bahan tahan karat dengan jenis sebagai berikut: A. Logam. Contoh: baja, besi, atau tembaga yang digalvanis. Pipa Galvanis Pipa ini digunakan untuk keperluan instalasi air bersih, dimana pemasangan pipa galvanis itu di sambungkan dengan pompa dan valve. Pipa galvanis yang dipakaipada proyek ini adalah pipa galvanis GIP kelas medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium A)



B. Plastik. Contoh: polyethylen (PE), acrityonitile butadiena stryrene (ABS), polyvinil chlorida (PVC), polyvinit dichlorida (PVDC),Unplastizes polyvinil chlorida (UPVC PIPA UPVC (Unplastized Polyvinyl Chloride) Pipa ini sering digunakan pada pembangunan dalam melakukan instalasi plumbing, baik pembangunan pemukiman maupun gedung. Pipa ini terbuat dari bahan UPVC Chloride)



yang



banyak



(Unplastized



kelebihannya



Polyvinyl



dibanding material



polimer lainnya, seperti : tahan terhadap korosi, kuat, ringan, mudah dalam penyambungan dan pemeliharaan. Dalam gedung ini pipa UPVC ini hampir semua digunakan untuk instalasi plumbing kecuali instalasi air panas. Dan sistem setiap penyambungan pipa ini dilakukan dengan menggunakan perekat pipa (lem). PIPA POLYVINYL CHLORIDA (PVC) Pipa PVC pada umumnya digunakan sebagai saluran air dalam suatu proyek perumahan atau gedung atau jalan dll. Pipa PVC ini sifatnya keras, ringan, dan kuat. Karena penginstalannya mudah, maka sangatlah ideal jika digunakan untuk saluran dibawah zink dapur, kamar mandi, dll.



C. Peralatan instalasi : elbow, fitting tee, reducer, fitting cap, flang Elbow



Siku dalam system perpipaan digunakan untuk mengubah arah aliran fluida dengan menyambungkan sebuah pipa dengan pipa yang lain. Siku adalah pipa fitting dipasang antara dua batang pipa atau tabung untuk memungkinkan perubahan arah, biasanya 90 ° atau 45 °. Reducer



Reducer adalah komponen dalam pipayang mengurangi pipa ukuran dari yang lebih besar untuk menanggung yang lebih kecil (dalam diameter).



Panjang pengurangan biasanya sama dengan



rata-rata diameter pipa yang lebih besar dan lebih kecil. Fitting Tee



Sambungan T (fitting tee) merupakan jenis sambungan yang paling umum digunakan. Jenios fitting T yaitu tee equal dan fitting tee non equal. Digunakan untuk menggabungkan dua aliran fluida (split) dari arah yang berlawanan. Fitting Cup



Salah satu jenis sambungan pipa, biasanya digunakan untuk menutup aliran aliran fluida cair atau gas pada ujung saluran pipa. Peralatan pengaturan dan ukur, meliputi : 



Check Valve, penahan aliran balik air didalam instalasi pipa.







Gate Valve, pengatur buka tutup aliran air didalam pipa. Gate valve tidak untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran fluida dengan cara membuka setengah atau seperempat posisinya, Jadi posisi gate pada valve ini harus benar benar terbuka (fully open) atau benar - benar tertutup (fully close).







Ball Valve, pengatur jumlah aliran air didalam pipa.







Butterfly Valve, pengatur buka tutup aliran air di dalam pipa. Floating Valve, klep pengatur buka tutup aliran air ke tanki.







Foot Valve, penahan air balik di bawah pipa isap.







Strainer, berfungsi sebagai filter air.







Flexible Joint, penahan getaran dan gerakan.







Pressure Gauge, pengukur tekanan.







Pressure Switch, alat kontak hubung putus akibat tekanan.







Flow Switch, alat kontak hubung putus akibat aliran.







Water Meter, pengukur debit air



5. Kebutuhan Air Dalam bangunan artinya air yang dipergunakan baik oleh ataupun oleh keperluan-keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas bangunan. Kebutuhan air didasarkan atas sebagai berikut : a. keperluan untuk minum, memasak, untuk keperluan mandi,buang air besar dan kecil,untuk mencuci pakaian,cuci tangan,cuci peralatan dan cuci perlengkapan,serta untuk proses seperti industri. b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi : air panas, water cooling/AC dan kolam renang,air mancur/taman. c. Kebutuhan yang sifatnya tetap,air untuk hydrant dan air untuk springkler. d. Kebutuhan air cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan. Besar kebutuhan air,khususnya untuk kebutuhan manusia,dihitung rata-rata per orang per hari tergantung dari jenis bangunan yang digunakan untuk kegiatan manusia tersebut



Penggunaan air dalam gedung :



(Sumber: SNI 03-7065-2005)



Untuk kebutuhan puncak, air yang harus disediakan dinyatakan dalam fixture unit (unit beban) alat plambing. Dengan unit beban alat plambing inilah selanjutnya dapat ditentukan ukuran pipa. Unit beban alat plumbing :



(Sumber : SNI 03-7065-2005)



catatan: 



Beban alat yang tidak tercantum dalam tabel harus diperkirakan dengan membandingkan, alat plambing tersebut dengan alat plambing yang memakai air dalam debit yang sama.







Beban yang tercantum dalam tabel adalah seluruh kebutuhan







Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin mempunyai beban masing-masing sebesar ¾ dari beban yang tercantum dalam tabel.



6. Klasifikasi Sistem Pembuangan 



Sistem pembuangan yaitu:



1. sistem campuran, adalah pembuangan dimana air kotor dan air bekas dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran 2. sistem terpisah, adalahpembuangan dimana air kotor dan air bekas masing-masingdikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Untuk daerah tidak ada riol kota,maka sistem pembuangan air kotor akan disambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu 



Sistem pengaliran



Sistem pengaliran yaitu: 1. sistem gravitasi, adalahair buangan yang dialirkan secara gravitasi,



dengan



mengatur



letak dan kemiringan pipa-pipa



pembuangan; 2. sistem bertekanan, adalah air buangan yang dikumpulkan dalam bak



penampung



dankemudian dipompakan keluar, dengan



menggunakan pompa yang bekerja otomatik. 



Jaringan pipa air buangan



Penentuan jenis dan jumlah alat plambing harus mengacu pada Standar Nasional IndonesiaNo. 03-6481-2000, Sistem Plambing.Pipa pembuangan dengan ketentuan berikut ini: 1. ukuran minimum pipa cabang mendatar, harus mempunyai ukuran minimal sama dengan diameter terbesar dari perangkap alatplambing yang dilayaninya. Diameter perangkap dan pipa pengering alat plambing



2. ukuran minimum pipa tegak, harus mempunyai ukuran minimal sama



dengan



diameter



terbesar



cabang



mendatar



yang



disambungkan ke pipa tegak tersebut 3. pengecilan ukuran pipatidak bolehdalam arah air buangan. Pengecualian hanya pada kloset, dimana pada lobang keluarnya dengan diameter 100 mm dipasang pengecilanpipa 100x75 mm. Cabang mendatar yang melayani satu kloset harus mempunyai diameter minimal 75 mm, untuk dua kloset atau lebih minimal 100 mm. 4. pipa di bawah tanah, adalah pipa pembuangan yang ditanam di dalam tanah atau di bawah lantai bawah harus mempunyai ukuran minimal 50 mm; 5. interval cabang adalah jarak pada pipa tegak antara dua titik di mana cabang mendatardisambungkan pada pipa tegak tersebut, jarak ini minimal 2,5 m.







Penentuan ukuran pipa pembuangan ukuran



pipa pembuangan



ditentukan



berdasarkan



jumlahbeban unitalat plambing maksimum yang diijinkan untuk setiap diameter pipa,; ukuran pipa offset ditentukan sebagai berikut: a) Pipa offset 45° atau kurang Pipa offset dengan sudut 45° atau



kurang



terhadap



garis



tegak



ditentukan



ukurannyaseperti menentukan ukuran pipa tegak. Kalau ada pipa pengering alat plambing atau cabang mendatar disambungkan dalam jarak 600 mm di atas atau di bawah pipa offset, sebaiknya diasang ven pelepas pada pipa tegak. Ini tidak perlu untuk ofset yang dipasang di bawah cabang mendatar paling rendah. b) Pipa ofset lebih dari 4° Pipa ofset semacam ini ditentukan ukurannya



seperti



untuk



pipa



pembuangan gedung.



Bagian pipa tgak di atas offset harus ditentukan ukurannya seperti pipa tegak biasa, berdasarkan jumlah beban unit alat plambing di atas ofset tersebut, bagian pipa tegak di bawah offset minimal sama dengan ukuran offset, dan diperiksa ukurannya berdasarkan jumlah bean unit alat plambing untuk keseluruhan pipa tegak tersebut. Ven pelepas untuk offset perlu dipasang, kecuali kalau offset



tersebut



berada



dibawah



cabang



mendatar



terendah. Sebaiknya tidak ada cabang mendatar yang disambungkan pada pipa tegak dalam jarak 600 mm di atas maupun di bawah ofset.



7. Sistem Ven Ketentuan umum : 1. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit a. ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya; b. ukuran pipaven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang dilayaninya. 2. Ukuran ven pipa tegak Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipategak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka 3. Ukuran ven pipa tunggal Ukuran ven pipa tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayani. 4. Ukuran pipa ven pelepas ofset Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air buangan(yang terkecil di antara keduanya). 5. Ukuran pipa ven yoke Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak buangan (yang terkecil di antara keduanya) 6. Pipa ven untuk bak penampungUkuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50 mm Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada pembuangan



yangdilayaninya, dan panjangukuran pipa ven tersebut.



Bagian pipa ven mendtar, tidak termasuk bagian “pipa ven di bawah lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya.



8. Perencanaan sistem pembuangan air hujan 



Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atapdan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil kesaluran air hujankota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak terdapat saluran tersebut, pengaliran air hujan dilakukan sesuai ketntuan yang berlaku.Setiap persil berhak menyalurkan air hujan ke saluran air hujan kota.







Perencanaan pipa air hujan harus memenuhi ketentuansebagai berikut: Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan: a. dalam ruang tangga, b. sumuran alat pengangkat, c. dibawah lift atau dibawah beban imbangan lift, d. langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan e. di atas lubang pemeriksaan tangki air minum yang bertekaan f. di atas lantai yang digunakan untuk pembuatan persiapan pembungkusan penyimpanan atau peragaan makanan. 14 dari 17 SNI 03-7065-2005







Penempatan ujung buntu dilarang pada jarinan air huja, kecuali bila diperlukn untuk memperpanjang pipa lubang pembersih.



1. Kemiringan dan perubahan arah pipa air hujan memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Pipa air hjan datar yang berukuran sampai dengan 75 mm harus dipasang denankemiringan minimal 2%dan untuk pipa



yang berukuran



Kemiringan



lebih



yang lebih



besar



kecil



minimal



hanya



1%.



diperbolehkan



apabilasecara khsus dibenarkn oleh pejabat yang berwenang b. Perubahan arah pipa air hujan harus dibuatY 45obelokan jari-jari besar 90o,belokan 60o 45, 22,5o atau gabungan belokan



tersebut



atau



gabunganpenyambung ekivalen



yang dibenarkan kecuali dinyatakan lain dalam SNI 036481-2000 Sistem Plambing. c. Belokan jari-jari pendek, dan T saniter tunggal atau ganda hanya diijinkanpemasangannya pada pipa air hujan 2. Fitting dan Penyambungan yang dilarang a. Ulir menerus, sambungan klem atau sadel tiak boleh dipergunakanpada pipa air hujan. b. Fitting,



sambungan,



peralatan dan



cara



penyambungannya tidak bolehmenghambat aliran air atau udara dalam pipa air hujan. c. Soket ganda tidak boleh dipakai pada pemasangan pipa air hujan. Soket harus dipasang berlawanan dengan arah aliran. Cabang T pipa air hujan tidak boleh dipakai sebagai cabang masuk pipaair buangan d. Tumit atau belokan 45o dengan lubang masuk samping tidak boleh digunakan sebagai penyambungan ven pada pipa air hujandan pipa air buangan apabila tumitatau lubang masuk sampng tersebut ditempatkan mendatar.



9. Perencanaan jaringan pembuangan campuran 1. Jaringan air kotor dan air hujan,Jaringan pembuangan air kotor harus terpisah seluruhnya dari jaringan pembuangan air hujan gedung. Bila terdapat saluran pembuangan dengan jaringan campuran, maka saluran air hujan gedung dapat dihubungkan dengan saluran pembuangan gedung campuran pada bidang horisontal yang sama, dengan Y tunggal yang terletak minimal 3 m dari suatu cabangsaluran pembuangan air kotor. 2. Jaringan air limbah dan air hujan Jaringan pembuangan air limbah dan pembuangan air hujan harus dipisahkan. Bila terdapat saluran umum gabungan yang dapat menampung air hujan, maka saluran pembuangan air hujan gedung dan saluran pembuangan limbah gedung dapat disam-bungkan ke saluran pembuangan gedung gabungan



pada



bidang



datar degan fiting Y-tunggal yang



ditempatkan minimal 3 m dari suatu cabang pembuangan air limbah. Ukuran setiap saluran gabungan harus didasarkan pada daerah drainase ekivalen dengan jumlah beban drainase air hujan dan saniter,



beban pembuangan air limbah harus dikonversikan



sebagai daerah drainase selanjutnya ditambahkan pada daerah drainase



air



hujanBeban



pembuangan air limbah harus



dikonversikan: a. Bila jumlah beban alat plambing pada saluran gabungan lebih kecil dari 256 UBAP,maka beban pembuangan air limbah harus dianggap ekivalen dengan 10 m2 daerah drainase air hujan (untuk curah hujan100 mm/jam) b. Bila jumlah beban alat plambing pada saluran gabungan lebih besar dari 256 UBAP,maka beban pembuangan air limbah harus dihitung dengan anggapan bahwa setiapUBAP ekivalen dengan 0,4 m2 dasar drainase air hujan.



c. Bila terdapat aliran yang menerus atau terputusputus dari pompa injektor, perlengkapanalat



pengkndisian



udara



atau



perlengkapan sejenis, ke dalam saluran pengering atau saluran embuangan,



maka



alirandalam



liter/menit



harus



dihitug



ekivalen dengan0,58 m2 daerah drainaseair hujan.



10. Metode Perancangan Metode perancangan adalah tata cara atau urutan kerja suatu perhitungan perencanaan untuk mendapatkan hasil perencanaan instalasi air bersih. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan perancangan ini sebagaimana yang dijelaskan pada bagian-bagian di bawah ini: 



Data Awal







Sistem Penyediaan Air Bersih







Analisa Perhitungan Kebutuhan Air Bersih







Analisa Perhitungan Perencanaan







Instalasi Plumbing Penyediaan Air Bersih







Pemilihan Jenis Pompa







Kesimpulan



Perhitungan Perancangan Dari hasil perancangan sistem plambing instalasi air bersih pada sebuah gedung perkantoran berlantai 4 dengan menggunakan sistem tangki atas diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Kebutuhan air bersih pada sebuah gedung perkantoran berlantai 4 diketahui sebesar 235.4 m3/hari dibutuhkan kapasitas penampung air bawah tanah (Ground Water Tank) 250 m3 dengan konstruksi beton dan kapasitas penampung air atas(Roof Tank) 5m3 berjumlah 2 buah b. Desain kebutuhan sistem plumbing instalasi air bersih yang digunakan dari penampung air bawah tanah(Ground Water Tank) ke penampung air atas(Roof Tank) adalah 65 mm atau 2 1/2 “ dan diameter pipa dinas (PDAM) adalah 3 “,dan diketahui



laju aliran pemakaian air bersih per hari berdasarkan jumlah penghuni adalah 235,4 m3/hari,debit air ratarata perhari 141.24m3/hari,



pemakaian



air



perjam



diketahui



5.88



m3/jam,pemakaian air bersih pada jam puncak 35.3 m3/hari dan pemakaian air pada jam puncak 0.88 m3/menit. c. Dengan kapasitas aliran (Q) 235.4 m3/hari diketahui head total pompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah air secara teoritis didapat : head statis total 43 m,head losses4.95 m,head kecepatan 0.12 m dan secara teoritis head total yang dibutuhkanpompa sentrifugal pada gedung pada kondisi operational adalah 46.07 m sedangkan head design pompa 95 m 9 sehingga pompa yang dipilih sesuai dengan kebutuhan



11. Sewage Treatment Plant (STP) Sewage Treatment Plant (STP) adalah Sistem pengolahan air limbah domestik. Pada artikel kali ini, kita akan membahas STP dengan " Sistem Extended Aeration ". Pada umumnya STP sering kita jumpai pada pusat bisnis, misal Gedung Perkantoran, Mall, maupun Rumah sakit dll. Dimana air limbah harus kita olah,agar tidak mencemari lingkungan sekitar, dan hasil olahan limbah tersebut akan rutin di periksa sample dengan uji laboratorium oleh Dinas Lingkungan Hidup daerah setempat,untuk mengetahui apakah terdapat unsur pencemaran atau tidak terhadap lingkungan, dan tentunya itu sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab pemilik STP tersebut. Pada "Sistem Extended Aeration" ini mengolah air limbah secara Biologi, dengan menciptakan suatu kondisi dimana mengembang biakkan bakteri-bakteri yang terkandung di dalam air limbah tersebut menjadi lebih baik, dan melakukan proses dekomposisi/ penguraian zat - zat pencemar secara optimal, dan aman untuk di salurkan ke Drainase kota. Ada pula kelebihan sistem ini ,air dari olahan bisa di pergunakan kembali (Recycle) untuk menyiram tanaman,yang tentunya air tersebut sudah aman.



SEWAGE TRATMENT PLANT Terdiri dari Screen Chamber, Equalization Tank, Aeration Tank, Sedimentation Tank, Chlorination Tank, Sludge Tank, Blower Room dan Effluent Tank . yaitu : 1. Screen Chamber adalah Suatu "Bak" yang dilengkapi dengan screen ( Tipe Basket Screen) yang memiliki fungsi sebagai penyaring sampah-sampah / padatan kasar seperti kertas tissue, plastik, pembalut, dll. yang ada dalam air limbah awal,sebelum masuk pada Equalization Tank. Juga di tambahkan Comunitor untuk membantu memperkecil sampah organic, dan dilengkapi dengan diffuser untuk menghancurkan tinja (feces). 2. Equalization Tank adalah Suatu "Bak" yang digunakan untuk menyama-ratakan (homogenisasi) aliran air dan kualitas air limbah. Di dalam bak ini juga di suplai udara dari "air blower", yang berfungsi sebagai pengaduk yang ditransfer menggunakan diffuser (tipe Air Seal Diffuser), sehingga proses homogenisasi dapat tercapai. Kemudian akan di alirkan menggunakan "Equalizing pump"



yang



bekerja



secara



automatic



berdasarkan



flow



switch(pelampung). 3. Aeration Tank adalah komponen utama dalam sistem ini,dimana pada bagian ini terjadi penguraian zat-zat pencemar (Senyawa Organic). Di dalam Aeration Tank ini, air limbah di hembus dengan udara,sehingga



mikro



organisme



"aerob"



yang



ada



akan



menguraikan zat organic dalam air limbah. Energi yang diperoleh dari hasil penguraian tadi akan di pergunakan oleh mikro organisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian biomassa akan tumbuh dan berkembang dalam jumlah besar, yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air limbah. 4. Penambahan udara dalam air tersebut mempergunakan air blower yang berfungsi menyuplai



udara, sehingga tercipta kondisi



aerobik. Selain itu, bak aerasi in dilengkapi dengan diffuser (air seal diffuser), yang berfungsi menciptakan gelembung-gelembung udara



(bubble) agar proses penyerapan oksigen oleh mikro organisme dapat lebih optimal. 5. Sedimentation Tank adalah Sistem untuk pengendapan partikel partikel floc( Activated Sludge / lumpur aktif ).sebagian lumpur aktif akan di kembalikan kedalam bak aerasi dan sebagian lagi akan di buang kedalam bak penampung lumpur(sludge tank). 6. "Airlift System" yang dipasang pada tanki ini bertujuan mengembalikan / recycle sebagian



besar lumour



mengendap untuk di olah kembali,sementara Scum Skimmer berfungsi menyedot ringan.



"Airlift"



permukaan air dari sampah/padatan dan



"Scum



Skimmer"



yang



digunakan



menggunakan tenaga udara yang di hembuskan



dari air



blower.Pengembalian kembali Lumpur aktif dan buih harus kontinyu(terus menerus)



agar proses berhasil.Dalam



"Sedimentation Tank" terjadi pengendapan lumpur aktif,sedangkan air limbah yang sudah diolah (lebih jernih) mengalir secara gravitasi melalui gutter masuk masuk



kedalam



Buffer



kedalam chlorin tank dan sebagian Tank



yang



selanjutnya



masuk



kedalam proses Recycle. 7. Chlorination Tank adalah Air olahan yang berasal dari proses pengendapan, di injeksikan "kaporit" / chlorine terlebih dulu untuk membunuh bakteri - bakteri pathogen, kemudian akan mengalir secara gravitasi ke dalam bak effluent.(Effluent Tank). 8. Effluent Tank adalah Bak proses akhir dengan bantuan pompa submersible, air hasil pengolahan sebagian akan di alirkan kedalam saluran pembuangan. 9. Sludge Tank adalah merupakan bak penampung lumpur sementara sebelum di buang oleh mobil tinja.untuk mencegah terjadinya kondisi septic,maka dipergunakan udara untuk mengaduk , sehingga kondisi aerob tetap terjaga. Bak ini apabila sudah hampir penuh, harus dibuang dengan menggunakan mobil tinja.



10. Blower Room adalah merupakan ruang kontrol sistem STP, dimana blower control panel dan pompa dossing serta tanki kimia berada di sini. Setiap harinya operator STP harus masuk ke dalam ruangan ini untuk pengecekan sistem dan pembuatan larutan desinfektan. 11. Water Recycling Plant adalah alat yang terdiri Filter Pump, Sand Filter dan Carbon Filter plus Chlorinator lengkap dengan aksesorisnya.Penjelasan proses sebagai berikut : a. Clear Water Pump merupakan bak penampung air yang telah melalui proses filtrasi sand filter dan carbon filter. b. Filter Pump berfungsi untuk memompa air dari Effluent Tank STP menuju Sand Filter dan Carbon Filter. Pompa bekerja secara auto berdasarkan Water Level Control dan Pressure switch. c. Sand Filter berfungsi untuk mengurangi kekeruhan (turbidity) di dalam air.Media yang digunakan adalah Silica Sand dan Gravel sebagai support.Sand Filter bekerja secara manual/sistem pencuciannya (backwash) dengan mengubah posisi valve sesuai instruksi arah valve.Proses backwash di maksudkan untuk membuang kotoran yang tertahan pada lapisan atas media filter dengan cara merubah aliran air berlawanan yaitu dari bawah ke atas.dilakukan setiap hari selama 15-30 menit.tergantung kapasitas tabung filter. d. Carbon Filter berfungsi untuk menghilangkan bau, warna dan zat organik yang larut dalam air. Carbon aktif sebagai media filter bekerja dengan menyerap /adsorbsi material organikyang larut dalam air. Sistem pencuciannya sama persis dengan Sand Filter.



Fokus Teknologi STP : Fokus utama pada Non Metal Effluent yang kaya mengandung organik yang bersifat biodegradable



1. Menggunakan sistem Biologis untuk menguraikan dan memisahkan organik dalam air 2. Menghasilkan air yang sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah 3. Menghasilkan kualitas air yang dapat digunakan kembali untuk tujuan yang terbatas pada flushing toilet ataupun water gardening application



Tujuan Pengolahan Limbah STP : 1. Meminimalkan kandungan organik yang mengganggu kualitas air : 2. COD / BO 3. Suspended Solid 4. N – Ammoniadll Mendapatkan air olahan yang tidak menggangu lingkungan yang sesuai dengan standar pemerintah Indonesia. Berikut adalah contoh urutan system STP :



DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR PUSTAKA https://www.grinvirobiotekno.com/C_product/list_product/3/294/sewa ge-treatment-plant-stp https://www.academia.edu/9057474/Sistem_Plambing_Dalam_Gedun g http://sipil.upi.edu/wp-content/uploads/2016/11/sni-03-7065-2005plambing.pdf https://www.situstekniksipil.com/2019/02/cara-pemeliharaan-sistemplumbing.html https://www.arsitur.com/2017/10/sistem-plumbing-padabangunan.html