Perhitungan Efisiensi Boiler Pltu Unit 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL KERJA PRAKTEK Vol. 1, No. 1, (2015)



1



PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PLTU UNIT 20 PT. PJB UBJOM REMBANG PADA BEBAN 315 MW DENGAN MENGGUNAKAN METODE LANGSUNG ( DIRECT METHOD ) Meylisa Eka Sangputri, Arrad Ghani S. Program Studi Sistem Pembangkit Energi, Depatemen Teknik Mekanika dan Energi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Jl. Raya ITS, Sukolilo Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak—Boiler unit 20 di PLTU PT. PJB UBJ O&M Rembang berfungsi sebagai penghasil steam untuk memutar turbin sehingga dapat digunakan untuk membangkitkan energi listrik melalui generator listrik. Boiler unit 10 beroperasi dari tahun 2011. Boiler ini tergolong baru bekerja selama 4 tahun sehingga unjuk kerjanya mengalami banyak penurunan. Untuk itu dilakukan studi analisa dengan perhitungan input - output dengan tujuan untuk mengetahui besarnya penurunan performance dan mengetahui penyebab dari penurunan performance. Berdasarkan data dan analisa maka diketahui penurunan unjuk kerja boiler sebesar 13%, dari 83% pada saat komisioning menjadi 70% pada kondisi sekarang. Untuk menghasilkan daya listrik yang sama (315 MW), pada kondisi sekarang telah mengalami penurunan performa. Fouling, slangging, temperature pembakaran, air umpan boiler, blowdown, kapasitas udara pembakaran, jenis batubara yang digunakan, dan pemanfaatan kondensat merupakan factor yang mempengaruhi turunnya efisiensi pada boiler. Maka dari itu diperlukan sekali pengecekan dan perawatan rutin seluruh komponen pembangkit untuk menjaga performa tetap stabil dan menghasilkan daya listrik semaksimal mungkin.



Kata Kunci - Boiler, Fouling, Slagging, efisiensi, komisioning, daya listrik PENDAHULUAN



Boiler adalah bejana tertutup yang merubah energi kimia dari pembakaran bahan bakar menjadi energi termal, kemudian energi termal tersebut dialirkan ke fluida kerja di dalamnya yang biasanya berupa air sehingga fluida tersebut akan berubah fasa dari cair ke uap. Dalam hal ini menggunakan fluida air yang biasanya digunakan pada proses yang bertemperatur tinggi dan juga perubahan parsial menjadi energi mekanik di dalam turbin uap. Seperti halnya pada boiler di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Dept. ESDM RI juga menggunakan fluida kerja berupa air umpan. PLTU Rembang unit 20 beroperasi dari tahun 2011. Unit ini tergolong masih baru namun unjuk kerja dari unit ini juga harus tetap dipantau agar tidak mengalami banyak penurunan, salah satunya adalah boiler. Turunnya unjuk kerja boiler disebabkan antara lain: buruknya pembakaran, kotornya permukaan penukar panas, buruknya operasi dan pemeliharaan. Dengan turunnya unjuk kerja boiler akan memberi dampak terhadap penurunan efisiensi keseluruhan unit 20 yang tidak mampu lagi menghasilkan daya sebesar pada saat komisioning. Dengan kondisi ini perlu adanya pengkajian dan penanganan tentang studi dan analisis unjuk kerja boiler. Karena performa kerja boiler sangat



berpengaruh terhadap daya yang dihasilkan oleh sebuah PLTU. Dari hasil analisa yang didapat nantinya diharapkan dapat dilakukan tindak lanjut yang berdampak pada peningkatan unjuk kerja boiler dan otomatis peningkatan keseluruhan unit 20 di PLTU Rembang, unit bisnis jasa operasi dan maintenance pembangkitan Rembang. I.



TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian Boiler



Gambar 1. Boiler 315 MW Corner burner for mill pulverizercoal Sumber : PLTU Indramayu



Boiler adalah alat untuk menghasilkan uap/steam. Steam pada suhu dan tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mentransfer energi ke suatu proses. Steam adalah media yang efektif dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat 1600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik karena ada resiko terjadinya tekanan berlebih. Dalam siklus PLTU, posisi boiler diperlihatkan dalam gambar gambar 1. B. Steam System



Gambar 2. Steam Flow Sumber Manual Book Boiler PLTU Rembang



Gambar diatas menunjukkan steam yang dihasilkan dari steam drum setelah kemudian dipanaskan di dalam superheater agar menjadi superheated steam. Kemudian diekspansi untuk menggerakan turbin (high pressure heater). Keluaran HP Heater kemudian dilewatkan dalam reheater agar temperature naik kembali untuk masuk kembali ke dalam Intermediet Turbine. Dimana panas



JURNAL KERJA PRAKTEK Vol. 1, No. 1, (2015) reheat didapatkan dari flue gas. Selain itu, superheater didinginkan dengan spray water agar tidak mengalami overheat dengan tujuan menjaga temperatur uap.



Gambar 3. Sistem Uap PLTU Sumber Manual Book Boiler PLTU Rembang



C. Proses Pembakaran



Gambar 4. Prinsip Pembakaran Sumber Manual Book Boiler PLTU Rembang



Pada proses pembakaran, diperlukan bahan bakar dan udara (sebagai sumber oksigen). Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya cayaha dan menghasilkan kalor. Dalam suatu pembakaran bahan bakar akan menjadi reaksi kimia antara komponen bahan bakar dengan oksigen, dimana hasil reaksi ini akan membentuk gas CO2, H2O dan gas – gas lain. Tujuan dari proses pembakaran adalah melepaskan seluruh panas yang dihasilkan dengan meminimalkan kerugian – kerugian yang terjadi. Reaksi pembakran elemen – elemen yang dapat terbakar dalam bahan bakar sehingga menghasilkan panas merupakan proses yang kompleks, yang memerlukan turbulensi atau percampuran reaktan yang tepat, temperature yan cukup, dan waktu yang cukup untuk reaktan terjadi kontak dan bereaksi. Pada kondisi yang ideal proses pembakaran akan terjadi proses pencampuran oksigen dan bahan bakar yang tepat (pembakaran sempurna) dan menghasilkan gas CO2 dan H2O. Sehingga tidak ada lagi bahan yang dapat terbakar (combustible matter) tersisa. Tetapi kondisi seperti ini sangat sulit terjadi dan bahkan tidak akan pernah terjadi pada suatu pembakaran di boiler dengan tingkat exess oksigen nol persen. Pada kondisi praktis exess oksigen didapatkan dalam bentuk excess udara dari udara atmosfer dan jumlah excess udara ini bervariasi tergantung dari bahan bakar, boiler load dan tipe dari perangkat pembakaran. Komponen utama dalam bahan bakar adalah karbon (C) dan hidrogen (H). contoh reaksi pembakaran adalah sebagai berikut :



2



C + O2 → CO2 + Panas D. MASALAH-MASALAH PADA BOILER 1. Pembentukan kerak Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya mineral-mineral pembentukan kerak, misalnya ion-ion kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+ dan akibat pengaruh gas penguapan. 2. Peristiwa korosi Korosi dapat disebabkan oleh oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam uap yang terkondensasi. Korosi merupakan peristiwa logam kembali kebentuk asalnya dalam misalnya besi menjadi oksida besi, alumunium dan lain-lain. 3. Pembentukan deposit Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air umpan boiler yang disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi misalnya oksida besi, oksida tembaga dan lainlain. Peristiwa ini dapat juga disebabkan oleh kontaminasi uap dari produk hasil proses produksi. Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang terlarut dan zat-zat yang tersuspensi didalam air umpan boiler. 4. Kontaminasi Uap (steam carryover) Ketika air boiler mengandung garam terlarut dan zat tersuspensi dengan konsentrasi yang tinggi, ada kecendrungan baginya untuk membentuk busa secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan steam carryover zat-zat padat dan cairan pengotor kedalam uap. Steam carryover terjadi jika mineral-mineral dari boiler ikut keluar bersama dengan uap ke alat-alat seperti superheater, turbin, dan lain-lain. E. Efisiensi Boiler Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja atau tingkat unjuk kerja boiler atau ketel uap yang didapatkan dari perbandingan antara energy yang dipindahkan ke atau diserap oleh fluida kerja didalam ketel dengan masukan energi kimia dari bahan bakar. Untuk tingkat efisiensi pada boiler atau ketel uap tingkat efisiensinya berkisar antara 70% hingga 90%. 1.



Metode Langsung



Energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler. Metodologi ini dikenal juga sebagai metode input-output’ karena kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus : Efisiensi Boiler (η) =



Efisiensi Boiler (η) =



Panas PembentukanUap Panas Masuk W s∗hmainsteam −h feedwater W f∗HHV



Keterangan :



Ws hmain steam



= Kapasitas Produksi Uap = Entalpi Uap



(kg/h) (kkal/kg)



JURNAL KERJA PRAKTEK Vol. 1, No. 1, (2015)



h feedwater Wf HHV 2.



= Entalpi Feedwater



(kkal/kg)



= Konsumsi Bahan Bakar = Nilai Kalor Pembakaran



(kg/h) (kkal/kg)



Metode Tidak Langsung



Efisiensi merupakan perbedaan antar kehilangan dan energi masuk. Metodologi Standar acuan untuk Uji Boiler di tempat dengan menggunakan metode tidak langsung adalah British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Units. Metode tidak langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas. Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100 sebagai A. berikut : Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv + v + vi + vii) Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang diakibatkan oleh : i. Gas cerobong yang kering . ii. Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar. iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar. iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash. vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat dikendalikan oleh perancangan. Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan metode tidak langsung adalah : - Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu) - Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang



3 juga untuk mendapatkan data operasional Boiler unit 20. 3. Metode Observasi Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap parameter yang akan digunakan untuk menghitung efisiensi boiler pada CCR dan melihat proses pengambilan data secara langsung serta validasi data pada rendal operasi PLTU Rembang. Dari pengambilan data yang dilakukan didapatkan datadata yang kemudian diolah untuk mencari nilai Kapasitas produksi uap, entalpi uap, entalpi feedwater, konsumsi bahan bakar, nilai kalor pembakaran. III. HASIL ANALISA DATA Data Terukur Pada Boiler Sebelum melakukan perhitungan dan analisa maka diperlukan data-data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan. Seperti dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, terdapat parameter pada boiler yang telah diketahui dan pengukuran parameter dengan alat ukur. Adapun data-data yang di ambil dari Enjiniring, rendal operasi, manual book dan CCR dapat diuraikan sebagai berikut. B. Klasifikasi Boiler PLTU Rembang Unit 20 Model : DG1025/18.2-II13 Dongfang Boiler Co.Ltd Kapasitas : 1025 ton/jam Tek. Uap superheater : 17,4 Mpa Temp. Uap superheater : 541 C Bahan bakar penyalaan : HSD Bahan bakar utama : low rank dan medium rank coal Jumlah Burner batu bara : 20 buah Jumlah Burner minyak : 12 buah Jumlah Titik Secondary Air: 20 buah C. FLOWCHART PEMBAHASAN KASUS Perhitungan efisiensi boiler secara umum dapat digambarkan dengan flowchart berikut:



- Suhu gas buang dalam oC (Tf)



START



- Suhu awal dalam oC (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering



Studi Literatur



- HHV bahan bakar dalam kkal/kg - Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)



Pengujian & Pengambilan data



- HHV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat) II. METODOLOGI A. Metode Pengambilan Data Metode penulisan yang digunakan dalam mendapatkan data untuk penyusunan laporan kerja praktek ini adalah: 1. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka Metode ini dilakukan dengan membaca buku manual operasional perusahaan dan buku pendukung tentang Boiler pada PLTU Rembang untuk mendapatkan data spesifikasi desain Boiler Unit 20 PLTU Rembang. 2. Metode Wawancara Metode ini dilakukan dengan tanya jawab atau diskusi dengan tenaga kerja perusahaan untuk mendapatkan informasi tentang performans pada Boiler unit 20 dan



NO



Data Cukup



Yes Pengolahan Data & Analisa



Kesimpulan dan Saran Gambar 4.2. Flowchart Pembahasan END Sumber: -



JURNAL KERJA PRAKTEK Vol. 1, No. 1, (2015) Langkah pertama yang dilakukan adalah studi literatur tentang boiler pada PLTU 1 Jawa Tengah Rembang. Parameter yang di dapatkan adalah nilai temperature dan tekanan pada main steam dan feedwater, flow rate pada main steam, feedwater, dan konsumsi bahan bakar, dan nilai kalor pembakaran bahan bakar. PLTU Rembang menggunakan bahan bakar batubara jenis MRC ( Mediaum Rank Coal ) dan LRC (Low Rang Coal ) dengan adanya perbandingan diantara keduaya dalam terjadinya proses pembakaran. Parameter tersebut diambil saat boiler beroperasi normal. Dengan menggunakan metode langsung maka parameter untuk efisiensi boiler mengabaikan aspek losses pada setiap kehilangan panasnya. Dari parameter tersebut akan didapatkan nilai entalpi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung efisiensi boiler. Setelah itu pembahasan dan kesimpulan akan dilakukan untuk mengetahui seberapa baikkah performa boiler pada saat itu. D. PERHITUNGAN EFISIENSI 1. Teori Perhitungan Efisiensi Metode Langsung Energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler. Metodologi ini dikenal juga sebagai metode input-output’ karena kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus : Efisiensi Boiler (η) =



Panas PembentukanUap Panas Masuk



Panas masuk merupakan energi yang dibutuhkan oleh boiler untuk menghasilkan energi. Energi masuk Boiler didapat dari hasil pembakaran batubara. Sedangkan Panas Pembentukan Uap merupakan energi yang dihasilkan oleh Boiler yaitu merupakan jumlah keseluruhan energi dari superheater dan reheater. Adapun untuk mencari nilai keduanya disajikan dalam rumus dibawah ini : Efisiensi Boiler (η) = Dimana



W s∗hmainsteam −h feedwater W f∗HHV



Effisiensi PLTU tidak lepas dari peran Boiler yang merupakan komponen utama yang terdapat dalam PLTU sehingga tingkat unjuk kerja (effisiensi) Boiler harus selalu dipantau sehingga memperoleh untuk kerja yang maksimal untuk meningkatkan effisiensi PLTU sendiri. Efisiensi Boiler PLTU Rembang Unit 10 Pada Saat Komisioning (Tahun 2011)



Properties



Ws



= 920.1 t/h *1000



=



:



920100



= 3340.296 kj/kg * 0.23



= 893



= 1212.668 kj/kg * 0.23



= 278



(kg/h)



hmain steam



(kkal/kg)



h feedwater



(kkal/kg)



Wf



= 37.725 t/h * 3600



=135810



(kg/h)



HHV



= 4995



Efisiensi Boiler (η) = Efisiensi



(kkal/kg)



W s∗hmainsteam −h feedwater W f∗HHV Boiler



920.1t /h∗1000



(η)



=



kkal −278 ( kghr )∗( 893 kkal kg kg )



*



kkal kkal 135810 ∗4995 hr hr 100% = 83 % 3.



Efisiensi Boiler PLTU Rembang Unit 20 Pada Bulan Mei 2015



Properties



Ws



: = 916.95 t/h *1000



=



916950



= 3883.231 kj/kg * 0.23



= 893



(kg/h)



hmain steam



(kkal/kg)



h feedwater



= 1198.45 kj/kg * 0.23



= 275.63



(kkal/kg)



Wf



= 48.38 kg/s * 3600



=174168



(kg/h)



HHV



= 4608



Efisiensi Boiler (η) =



Efisiensi



:



Ws = Kapasitas Produksi Uap (kg/h) hmain steam = Entalpi Uap (kkal/kg) h feedwater = Entalpi Feedwater (kkal/kg) Wf = Konsumsi Bahan Bakar (kg/h) = Nilai Kalor Pembakaran. (kkal/kg) HHV



2.



4



(kkal/kg)



W s∗hmainsteam −h feedwater W f∗HHV Boiler



916.95∗1000



(η)



=



kkal −275.63 ( kghr )∗(893 kkal kg kg )



kkal kkal 174168 ∗4608 hr hr



*



100% = 70 % Tabel 1. Nilai properti Boiler PLTU Rembang No 1.



Ws 920100



Komisioning (2011) Wf HHV 135810 4995



(kg/h)



(kg/h)



(kkal/kg)



Efisiensi = 83% Mei 2015



T flue gas 150 ᵒC



JURNAL KERJA PRAKTEK Vol. 1, No. 1, (2015)



2.



Ws



Wf



916950 (kg/h)



5



T flue gas



174168



HHV 4608



(kg/h)



(kkal/kg)



190ᵒC



Efisiensi = 70% 4.



ANALISA



Dari hasil pengambilan dan pengolahan data dihasilkan dua nilai efisiensi Boiler PLTU Rembang pada saat komisioning sebesar 83% (beroperasi pada tahun 2011) dan pada bulan mei tahun 2015 sebesar 70% dengan perhitungan efisiensi menggunakan metode langsung atau input – output.



Gambar diatas menjelaskan tentang efisiensi boiler awal pada saat komissioning, setelah beroperasi beberapa tahun efisiensi mengalami penurunan dari 83% menjadi 70%. Data input adalah energy yang diberikan pada boiler, dan data output adalah energy yang dikeluarkan atau dihasilkan oleh boiler. Pada dasarnya efisiensi boiler merupakan parameter performa kerja boiler pada setiap pembangkitan, banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler, dan akan dibahas pada analisa dibawah ini. Efisiensi boiler unit 10 mengalami penurunan panas sebesar 13%. Penurunan ini dikatakan sangat drastis melihat lama kerja boiler selama 5 tahun, penurunan ini juga bisa diakibatkan oleh banyak hal, berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler tersebut. Faktor laju udara bersih yang disuplai melewati air heater. Boiler harus dioperasikan dengan laju aliran udara yang lebih dari kebutuhan udara teoritis yang dihitung berdasarkan analisa gas asap. Tetapi udara berlebih yang terlalu banyak juga akan mengakibatkan terjadinya losses karena pengambilan panas sendiri oleh udara berlebih untuk dibawa bersama gas buang. Faktor burner, fungsi burner adalah untuk mencampur bahan bakar dan udara dengan proporsi yang sesuai untuk terjadinya penyalaan api dan untuk menjaga kondisi pembakaran yang terus menerus berjalan dengan baik. Burner yang tidak disetel dengan baik akan mengakibatkan pencampuran udara dan bahan bakar tidak sesuai dan pada setiap laju pembebanan akan meningkatkan kebutuhan udara berlebih dan memboroskan bahan bakar sehingga efisiensi boiler akan turun. Temperatur udara pembakaran juga merupakan faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler, temperatur udara pembakaran dapat dinaikkan dengan memanfaatkan temperatur gas buang yang tinggi melalui air heater. Fouling merupakan faktor utama yang mempengaruhi efisiensi boiler. Fouling yaitu terjadinya deposit ataupun kerak pada permukaan perpindahan panas yang dapat mengakibatkan tidak efisiensinya hasil pembakaran sehingga mengakibatkan temperatur gas buang akan tinggi. Blowdown juga berpengaruh terhadap efisiensi boiler.



Endapan yang terbentuk di dinding tube pada sisi air dapat mengurangi efisiensi dan bahkan kerak dapat merusak tube karena over heating. Endapan-endapan tersebut disebabkan oleh tingginya konsentrasi suspended solids dan dissolved solids, hal itu juga dapat menyebabkan terbentuknya busa (foam) sehingga menyebabkan carry over. Oleh karena itu konsentrasi solids harus dijaga pada kondisi tertentu, dan ini dilakukan dengan proses blowdown, dimana air dibuang keluar dan segera digantikan oleh air umpan boiler. Karena blowdown adalah air yang dikeluarkan dalam keadaan temperatur tinggi, maka hal ini merupakan pembuang panas yang mengakibatkan penurunan efisiensi. Faktor selanjutnya adalah pemanfaatan kondensat, bila uap air memberikan energi termal kedalam suatu sistem proses, panas yang diserap oleh proses umumnya adalah panas latennya, sedangkan kondensatnya yang masih membawa panas sensible akan meninggalkan sistem proses pada temperatur tinggi. Mengingat kondensat pada dasarnya adalah air murni dengan temperatur tinggi, maka sejauh tidak terkontaminasi kondensat dapat dimanfaatkan sebagai air umpan boiler yang ideal. Kontaminasi kondensat adalah salah satu hal yang tidak memungkinkan kondensat untuk dimanfaatkan sebagai air umpan, sebagai altertnatif, panas yang ada pada kondensat dapat dimanfaatkan melalui heat exchanger. Faktor lain yang juga mempengaruhi efisiensi adalah data ultimate residu, sebagai mana dapat kita bandingkan bahwa high heating value (nilai panas tertinggi) residu yang digunakan pada saat komisioning lebih besar 387 kcal/kg dari pada yang digunakan pada kondisi sekarang. Hal ini jelas berpengaruh terhadap proses pembakaran yang terjadi dan nilai kalorinya. Ketika komisioning nilai coal flow yang digunakan sebesar 150 ton/jam terdapat selisih sebesar 24 ton/jam batubara yang digunakan pada bulan mei 2015, hal tersebut dipengaruhi oleh perbandingan jenis batubara yang digunakan, saat komisioning batubara tipe MRC digunakan full 100% dan pada bulan mei MRC dan LCR perbandingan 50% : 50%. Jenis batubara yang digunakan akan berpengaruh pada nilai kalori yang digunakan untuk membakar air umpan boiler. Proses pembakaran akan menghasilkan energi panas yang lebih tinggi jika bahan bakar yang digunakan memiliki HHV yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Kandungan karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, sulphur, moisture, ashcontent dalam bahan bakar residu juga berpengaruh terhadap hasil dari proses pembakaran. Energi yang ada pada fluida kerja. V.



PENUTUP



A. Kesimpulan Setelah kegiatan Kerja Praktik yang telah dilakukan pada PLTU 1 Jawa Tengah Rembang dapat disimpulkan bahwa: 1. Kegiatan Kerja Praktik sangat bermanfaat guna meningkatkan kemampuan dan pengalaman mahasiswa saat terjun dalam dunia kerja serta pengaplikasian ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah, khususnya sangat mendukung dalam dunia kerja industri pembangkitan listrik. 2. Proses pembangkitan listrik khususnya pada PLTU 1 Jawa Tengah Rembang terdiri dari siklus pembawa batubara, siklus uap dan air, serta siklus pembakaran dan flue gas system. 3. Efisiensi boiler adalah prestasi kerja atau tingkat unjuk kerja boiler atau ketel uap yang didapatkan dari perbandingan antara energi yang dipindahkan ke atau



JURNAL KERJA PRAKTEK Vol. 1, No. 1, (2015)



4.



5.



6



diserap oleh fluida kerja didalam ketel dengan masukan energi kimia dari bahan bakar. Didapatkan nilai efisiensi boiler pada PLTU Rembang pada saat komisioning sebesar 83% dan pada bulan mei 2015 sebesar 70%, terjadi penurunan efisiensi sebesar 13%. Faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler diantaranya adalah : - laju udara bersih yang disuplai melewati air heater - burner - Temperatur udara pembakaran - Fouling - Blowdown - Endapan yang terbentuk di dinding tube pada sisi air - pemanfaatan kondensat - proses pembakaran yang terjadi



B. Saran Saran-saran yang dapat diberikan setelah melakukan kegiatan kerja praktik pada PLTU 1 Jawa Tengah Rembang adalah sebagai berikut:



[1]



Amaliyah, N., dan Fachry, M., Analisis Komposisi Batubara Mutu Rendah Terhadap Pembentukan Slagging dan Fouling Pada Boiler, UNHAS : Prosiding Hasil Penelitian Jurusan Mesin Fakultas Teknik, 2011



[2]



NW Power, dan Dongfang Electric, Boiler Operation Manual, PLTU 1 Jawa Tengah Rembang



[3]



Prasetyaningrum, I., Pedoman Penulisan Penyusunan Laporan KP, PENS-ITS, 2010



[4]



[5] [6]



Asmudi, 4207100608. ANALISA UNJUK KERJA BOILER TERHADAP PENURUNAN DAYA PADA PLTU PT. INDONESIA POWER UBP PERAK. Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Surabaya, 2010 Djokosetyardjo.M.J, ’’Ketel Paramita, Jakarta, 2003



Uap’’



Pradnya



Widhi H. Dhimas, “Simulasi Kebutuhan Udara Pembakaran Boiler PLTU Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Perak” Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS, Surabaya, 2009



1.



2.



3.



4.



Diharapkan jangka waktu pelaksanaan kegiatan Kerja Praktik dapat ditambah menjadi 3 bulan atau satu semester, sehingga dapat lebih mendalami dan mengetahui sistem pada pembangkitan energi listrik. Diharapkan dunia industri, khususnya industri pembangkitan menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan guna meningkatkan kualitas pembangkitan energi listrik di Indonesia. Diharapkan kehandalan alat pada PLTU 1 Jawa Tengah Rembang dijaga, guna dapat menjaga kehandalan unit secara keseluruhan dan tidak mengganggu produksi listrik secara nasional khususnya pada daerah Jawa Tengah. Meminimalkan berbagai macam penyebab turunnya efisiensi boiler dengan melakukan pemeliharaan secara rutin dan perbaikan secara berkala sehingga efisiensi boiler tetap terjaga dan performa boiler tersebut dapat bekerja secara optimal dalam menghasilkan uap/steam. DAFTAR PUSTAKA