Perhitungan Meristik Ikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritime, yaitu Negara yang 3/4 bagiannya merupakan daeran laut. Selain perairan laut, ada juga terdapat di Negara Indonesia yaitu sungai, danau, dan waduk. Dapat dibayangkan bahwa Negara Indonesia memiliki sumberdaya perairan yang beranekaragam sehingga dapat diolah dengan baik dari jenis ikan-ikanan maupun dari hewan air lainnya. Perikanan adalah suatu usaha atau kegiatan manusia untuk memanfaatkan sumberdaya perairan baik tumbuh-tumbuan maupun hewan yang hidup pada perairan laut maupun tawar yang apabila diolah akan menambah sector pendapatan bagi orang/badan yang mengelola hasil perikanan ini. Keingintahuan atas kehidupan ikan baik di perairan darat maupun di perairan laut, mendorong manusia untuk mengadakan penelitian untuk mengungkap seluk – beluk kehidupan ikan. Dari abad 5 SM, Aristoteles telah mulai mengelompokkan makhluk hidup dalam dua kelompok, yakni dunia Hewan (Animalia) dan dunia Tumbuhan (Plantae). Seiring kebutuhan manusia akan informasi yang lebih detail, penelitian dalam bidang perikanan menjadi semakin lengkap di era modern ini. (Saanin, 1984 dalam Zandi, 2012) menyatakan untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan sifat-sifatnya, tanda-tanda dan bentuk serta bagian-bagian dari tubuh ikan yaitu rumus sirip, perbandingan panjang dengan tinggi, bentuk garis rusuk dan jumlah garis sisik yang meliputi garis rusuk tersebut bentuk sisik dan gigi beserta susunan tulang-tulang insang. Menurut Kottelat et al (1992 dalam Martuah, 2011), bentuk badan ikan dapat memberikan informasi yang



2



meyakinkan mengenai ekologi dan perilakunya. Sistim anatomi ikan secara garis besar dapat dikatakan sama, tetapi karena habitat atau tepat hidupnya berbeda, tidak jarang sistim anatomi ikan terssebut dapat termodifikasi baik bentuk dan fungsinya. Praktikum linnea lateralis, perhitungan sisik dan morphometrik ikan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam usaha mengklasifikasi ikan bagi peneliti dan mahasiswa serta menambah khazanah ilmu bagi para mahasiswa. Diharapkan kemajuan informasi ini dapat didayagunakan dengan arif dan efektif, agar dapat bermanfaat bagi para peneliti, nelayan dan seluruh civitas di dunia perikanan. Meristik adalah penghitungan secara kuantitatif ciri-ciri (bagian tubuh) ikan, misalnya jumlah dan ukuran sirip. Meristik



(ciri



yang



dapat



dihitung)



dapat



digunakan



untuk



menggambarkan keterangan-keterangan spesies ikan, atau digunakan untuk identifikasi spesies yang belum diketahui. Ciri-ciri Meristik selalu digambarkan dengan angka-angka singkat yang disebut rumus meristik/ 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari pratikum Perhitungan Meristik Ikan adalah meningkatkan pemahaman praktikan dalam mempelajari ikan khususnya menghitung jari – jari sirip ikan, susunan linea lateralis, bentuk linea lateralis, dan jumlah sisik pada ikan.



3



Manfaat dari pratikum ini adalah agar praktikan dapat mengenal meristik ikan. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat menghitung meristik-meristik ikan baik sisik maupun sirip.



4



II. TINJAUAN PUSTAKA



Linnea lateralis pada ikan adalah suatu garis pada tubuh yang dibentuk oleh pori, jadi linnea lateralis ini dapat ditemukan pada ikan yang bersisik maupun yang tidak bersisik. Bentuk linnea lateralis umumnya bervariasi demikian juga jumlah sisik yang membentuk linnea lateralis (Manda,et.al, 2013). Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung atau dorsal (D), sirip dada atau sirip pectoral (P), sirip perut atau sirip ventral (V), sirip anus atau anal (A), dan sirip ekor atau sirip caudal (C), dari kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti sirip perut dan sirip dada, ada juga yang bersifat tunggal seperti sirip punggung dan sirip ekor. Tidak semua jenis ikan yang ada dimuka bumi mempunyai kelima sirip tersebut secara sempurna, melainkan ada yang tidak sempurna atau lengkap. Jari jari sirip pada kelima sirip tersebut ada yang disebut jari jari lunak, jari jari keras, jari jari lemah mengeras (Manda et al, 2013). Menurut Kottelat et al (1992 dalam Martuah, 2011), bentuk badan ikan dapat memberikan informasi



yang meyakinkan mengenai ekologi dan



perilakunya. Sistim anatomi ikan secara garis besar dapat dikatakan sama, tetapi karena habitat atau tepat hidupnya berbeda, tidak jarang sistim anatomi ikan terssebut dapat termodifikasi baik bentuk dan fungsinya. Saanin (1984 dalam Martuah, 2011) mengatakan bahwa untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan tanda – tanda, bentuk dan bagian bentuk tubuh ikan yaitu rumus sirip, perbandingan panjang dan tinggi, bentuk garis rusuk tersebut, bentuk sisik dan gigi beserta susunannya, tulang ingsang. Oleh karena itu



5



satu macam ikan berbeda besarnya disebabkan oleh umur atau kadang – kadang oleh tempat hidupnya. Jumlah sisik pada ikan dapat ditemui didepan sirip punggung, yaitu jumlah sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip punggung sampai ke belakang kepala, jumlah sisik juga terdapat pada pipi yaitu jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke sudut preoperculum, jumlah sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah sisik pada garis rusuk, dan jumlah sisik atas dan bawah garis rusuk (Kottelat et al, 1993 dalam Anonim, 2006) Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Adapun cara perhitungan jumlah sisik ikan sebagai berikut : 1. Dengan cara menjatuhkan garis tegak dari permulaan sirip punggung pertama (D1) sampai kepertengahan dasar sirip perut. Kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis tersebut. 2. Jika garis melalui dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut sampai ke punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis ini. 3. Cara yang lain adalah jumlah sisik diatas garis rusuk dihitung mulai dari permulaan sirip punggung pertama terus kebawah dan kebelakang. Sedangkan untuk jumlah sisik dibawah garis rusuk dimulai pada



6



permulaan sirip dubur dan dihitung miring naik keatas dan kemuka. (Allen, 2011)



7



III. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1.Waktu dan Tempat Praktikum Ikthiologi tentang Pengukuran Meristik Ikan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 23 April 2015 pada pukul 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang digunakan sebagai objek praktikum adalah beberapa jenis ikan air laut dan air tawar di antaranya adalah Ikan Lidah (Paraplagusia bilineata), Ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum), dan Ikan Kasau (Lobocheilos schwanefeldi) Adapun Alat-alat yang digunakan yaitu buku penuntun praktikum yang berfungsi sebagai buku petunjuk dalam praktikum yang disertai dengan keterangan tentang objek yang diamati dan buku gambar, pensil, serbet, tisu, pena, penghapus, lalu nampan yang digunakan sebagai tempat meletakkan objek agar memudahkan dalam penggambaran. 3.3.Metode Praktikum Metode yang digunakan dalam praktikum ikhtiologi ini adalah pengamatan secara langsung di laboratorium dengan menggambarkan ikan yang dilihat berdasarkan hasil pengamatan dan di gambarkan kedalam buku gambar sesuai dengan objek yang di praktikumkan. 3.4.



Prosedur Praktikum Prosedur dalam pratikum Ikhtiologi ini yang pertama-tama yaitu nampan



di siapkan terlebih dahulu, kemudian ambil objek yang ingin kita amati, posisi



8



objek pada nampan yaitu bagian kepala sebelah kiri dan bagian ekor sebelah kanan. Amatilah objek satu persatu secara seksama. Bagian tubuh objek diukur dan dicatat berupa TL, SL, dan BDH serta tentukan susunan, jumlah dan bentuk linea lateralis, dan hitung jumlah sisiknya berupa jumlah sisik di depan sirip punggung, jumlah sisik pipi, jumlah sisik di sekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah sisik pada garis rusuk, dan jumlah sisik di atas serta di bawah garis rusuk. Hitung juga jumlah jari-jari sirip pada ikan yang diamati mulai dari jari-jari sirip pada sirip punggung, jari-jari sirip perut, jari-jari sirip dada, jari-jari sirip ekor,dan jari-jari sirip anal anal serta tentukan apakah jari-jari siripnya tergolong jari-jari sirip keras, jari-jari sirip lemah mengeras, atau jari-jari lemah. Lalu gambar ikan yang telah diamati pada buku gambar dengan menggunakan ukuran yang telah didapatkan dengan skala tertentu. Usahakan gambar benar – benar tertata dengan baik. Setelah itu tulis klasifikasi tentang ikan tersebut dan buat tabel yang berisi perhitungan meristik setiap ikan.



9



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil 4.1.1 Ikan Lidah (Cynoglosus lingua) Klasifikasi Ikan Lidah adalah : Klas



: Osteichthyes



Ordo



: Heterosoma



Famili



: Soleidae



Genus



: Cynoglosus



Spesies



: Cynoglosus lingua



Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.



Gambar 1. Ikan Lidah (Paraplagusia bilineata)



10



Tabel 1. Perhitungan Meristik pada Ikan Lidah (Paraplagusia bilineata) No 1



MERISTIK Susunan Linea lateralis



KETERANGAN Lengkap dan sempurna



2



Bentuk Linea lateralis



Merupakan Garis lurus/horizonral



3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Jumlah baris Linea lateralis Jumlah sisik di depan sirip punggung Jumlah sisik pipi Jumlah sisik di sekeliling badan Jumlah sisik batang ekor Jumlah sisik pada garis rusuk Jumlah sisik di bawah garis rusuk Jumlah sisik di atas garis rusuk Jari-jari sirip Dorsal Jari-jari sirip Pectoral Jari-jari sirip Ventral Jari-jari sirip Anal Jari-jari sirip Caudal



Lebih dari satu (3 baris) 17 8 20 3 52 41 43 D. VII.I.6 P. VII.4.2 V.-.-.A.V.85.5 C.-.-.-



11



4.1.2 Ikan Senangin (Polynemus tetradactylum) Klasifikasi ikan Senangin adalah : Klas



: Actinopterygii



Ordo



: Percesoces



Famili



: Polynemidae



Genus



: Polynemus



Spesies



: Polynemus tetradactylum Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.



Gambar 2. Ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum)



12



Tabel 2. Perhitungan Meristik pada Ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum) No 1



MERISTIK Susunan Linea lateralis



KETERANGAN Lengkap dan sempurna



2



Bentuk Linea lateralis



Merupakan Garis lurus/horizonral



3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Jumlah baris Linea lateralis Jumlah sisik di depan sirip punggung Jumlah sisik pipi Jumlah sisik di sekeliling badan Jumlah sisik batang ekor Jumlah sisik pada garis rusuk Jumlah sisik di bawah garis rusuk Jumlah sisik di atas garis rusuk Jari-jari sirip Dorsal Jari-jari sirip Pectoral Jari-jari sirip Ventral Jari-jari sirip Anal Jari-jari sirip Caudal



Lebih dari satu (3 baris) 7 18 9 9 48 12 12 D.III.4.14 P.II.11.3 V.II.4.3 A.I.6.9 C.VII.10.9



13



4.1.3 Ikan Kasau (Lobocheilos schwanefeldii) Klasifikasi Ikan Kasau adalah : Klas



: Actinopterygii



Ordo



: Cypriniformes



Famili



: Cyprinidae



Genus



: Lobocheilos



Spesies



: Lobocheilos schwanefeldii Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.



Gambar 3. Ikan Kasau (Lobocheilos schwanefeldii)



14



Tabel 3. Perhitungan Meristik pada Ikan Kasau (Lobocheilos schwanefeldi) No 1



MERISTIK Susunan Linea lateralis



KETERANGAN Lengkap dan sempurna



2



Bentuk Linea lateralis



Hampir menyerupai garis lurus



3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Jumlah baris Linea lateralis Jumlah sisik di depan sirip punggung Jumlah sisik pipi Jumlah sisik di sekeliling badan Jumlah sisik batang ekor Jumlah sisik pada garis rusuk Jumlah sisik di bawah garis rusuk Jumlah sisik di atas garis rusuk Jari-jari sirip Dorsal Jari-jari sirip Pectoral Jari-jari sirip Ventral Jari-jari sirip Anal Jari-jari sirip Caudal



1 baris 5 6 11 64 4 3 D.I.1.8 P.-.2.12 V.I.1.8 A.-.1.9 C.II.6.8



15



4.2 Pembahasan 4.2.1 Ikan Lidah (Paraplagusia bilineata) Ikan ini mempunyai tubuh yang non bilateral simetris. Bentuk mulutnya non protractile dan ukuran mulutnya sempit. Ikan ini tergolong dalam kelas Osteichthyes dengan cirinya yang memiliki rahang dan overculum, dirhinous dan memilikirangka tulang sejati. Ikan ini juga memiliki rangka tulang sejati. Ikan ini juga mempunyai Linea Lateralis lengkap. Jumlah linea lateralisnya lebih dari satu. Posisi sudut mulut ikan ini adalah tegak lurus dengan bagian belakang bola mata. Bibirnya tak berlipatan dengan ukuran sedang. Bibir atas dan bawahnya bersambungan. Moncong ikan ini adalah tumpul dan ikan ini tidak mempunyai sungut sama sekali. Ikan ini mempunyai sirip punggung yang menyatu dengan sirip ekornya. Begitu juga dengan sirip perut, dada, dan sirip anusnya yang menyatu. Ikan ini mempunyai sisik diseluruh tubuhnya. 4.3.2 Ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum) Menurut Kriswantoro dan Sunyoto (1986), nama lain Ikan Senangin di Inggris adalah Giant threadfin (tasselfish), Indian Salmon. Di Indonesia disebut Kurau (Jabar), Baling, Kuro (Jawa), Laceh (Madura), Senangin (Sumatera), Selangih (Sumatera Timur) dan Tikus-tikus (Ambon). Ikan senangin mempunyai ciri-ciri bentuk mulut non protactile, ukuran mulut lebar, posisi mulut didepan bola mata, ukuran bibir tipis dan tidak memiliki sungut.



16



Siregar (1979), mengatakan bahwa ikan Senangin adalah ikan dengan badan yang panjang dan sedikit gepeng. Tubuh ditutupi oleh sisik yang besarbesar. Sedangkan tutup insang, moncong dan bagian sirip ditutupi oleh sisik yang halus. 4.3.3 Ikan Kasau (Lobocheilos schwanefeldi)



17



V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan Berdasarkan perhitungan meristik yang dilakukan pada Ikan Lidah (Paraplagusia bilineata), Ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum), dan Ikan Kasau (Lobocheilos schwanefeldii) menunjukkan bahwa ketiga jenis ikan tersebut memiliki susunan linea lateralis yang lengkap dan sempurna, dan memiliki jumlah linea lateralis yang berbeda, seperti pada ikan lidah dan ikan senangin memiliki lebih dari 1 baris, dan ikan kasau memiliki 1 baris. Setiap dari ketiga jenis ikan tersebut masing-masing memiliki sisik dan sirip yang lengkap 5.2 Saran Demi kelancaran pembelajaran praktikum ikhtiologi ini terutama pada membahas perhitungan merisitik ikan, kita harus mempelajarinya sungguhsungguh dan memahaminya dengan seksama. Jika kita melaksanakan dengan baik, maka praktikum iktiologi ini akan memberikan manfaat dikemudian hari.



18



DAFTAR PUSTAKA



Andri



Riyanti, Ari. Contoh laporan Ikhtiologi. http://aryandririanti.blogspot.com/p/blog-page.html?m=1. Diakses pada tanggal 28 April 2015 pukul 20.00 WIB



Bachtiar, 2011. Masteran Laporan Ikhtiologi Bab II. http://miftakhululum55.blogspot.com. Diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 17.00 WIB Fadhli, Khairul. 2014. Laporan Praktikum Ikhtiologi : Perhitungan Meristik Ikan. http://blognyakhairulfadhli.blogspot.com/2014/06/laporan-praktikumikhtiologi_17.html?m=1. Diakses pada 29 April 2015 pukul 13.00 WIB Golan, Enmy. 2009. Deskripsi dan klasifikasi http://enmygolan.blogspot.com/2009/03/deskripsi-dan-klasifikasiikan.html?m=1. Diakses pada 27 April 2015 pukul 19.30 WIB



ikan.



Ningsih, Nurmiyani. Perhitungan meristik ikan. http://nurmiyaningsih.blogspot.com/p=155. Diakses pada tanggal 28 April 2015 pukul 17.00 WIB. Omar, Bin Sharifudin. 2011. Ikhtiologi. Fakultas Kelautan dan Perikanan. Makassar Pulungan, Chaidir P. dkk. 2014. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Laboratorium Biologi Perikanan, Universitas Riau. 2014. Rahardjo,. M. F. dkk. 2011. Ikhtiology. CV. Lubuk Agung, Bandung



Wahyuningsih, H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara, Medan. Widodo. 2006. Ilmu Perikanan. Jakarta



19



LAMPIRAN



20



Lampiran: Alat-Alat yang di gunakan SERBETPENGGARIS



PENA



PENSIL



PENGHAPUS



BUKU PENUNTUN