Perkembangan Bentuk Permukaan Bumi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERKEMBANGAN BENTUK PERMUKAAN BUMI Fenomena alam antara lain gempa bumi, tanah longsor, dan penurunan muka tanah menunjukkan bahwa permukaan muka bumi kita ini bersifat labil. Dinamika itu terjadi akibat adanya aktivitas tenaga endogen dan eksogen dari waktu ke waktu. Permukaan bumi sendiri mengalami perubahan bentuk karena terjadinya deformasi lapisaan batuan penyusun kulit bumi. Berikut adalah beberapa teori mengenai gerakan lapisan kulit bumi : A. Teori Kontraksi. Teori ini dikemukakan oleh James Dana di AS tahun 1847 dan Elie de Baumant di Eropa tahun 1852. Mereka berpendapat bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena terjadinya pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas. Pengerutan-pengerutan itu mengakibatkan bumi menjadi tidak rata. Keadaan itu dianggap sama seperti buah apel, yaitu jika bagian dalamnyaa mongering kulitnya akan mengerut. Teori ini banyak mendapatkan kritikan. Kritikan itu antara lain menyatakan bahwa bumi tidak akn mengalami penurunan suhu yang sangat drastic sehingga mengakibatkan terbentuknya pegunungan tinggi dan lembah-lembah di permukaaan bumi. Didalam bumi juga terdapat banyak unsure radioaktif yang selalu memancarkan panasnya sehingga ada tambahaaaan panas bumi. B. Teori Laurasia-Gondwana Eduard Zuess dan Frank B. Taylor (1910) mengemukakan teorinya bahwa pada mulanya terdapat dua benua di kutub bumi. Benua-benua tersebut diberi nama Laurentia (Laurasia) dan Gondwana. Kedua benua itu kemudian bergerak secara perlahan ke arah ekuator sehingga terpecah-pecah membentuk benua-benua seperti sekarang. Amerika Selatan, Afrika, dan Australia dahulu menyatu dalam Gondwanaland, sedangkan benua lainnya menyatu dalam Laurasia. Teori Laurasia-Gondwana di yakini oleh banyak ahli karena bentuk pecahan-pecahan benua tersebut apabila digabungkan dapat tersambung dengan tepat,namun penyebab pecahnya benua belum diketemukan. C. Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory) Teori ini diketemukan oleh Alfred Lothar Wegener tahun 1912. Wegener mengemukakan teori tentang perkembangan bentuk permukaan bumi berhubungan dengan pergeseran benua.



Menurut Wegener, di permukaan bumi pada awalnya hanya terdapat sebuah benua besar yang disebut Pangea,serta sebuah samudra bernama Phantalasa. Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan kearah ekuator dan barat mencapai posisi seperti sekarang. Teori ini diperkuat dengan adanya kesamaan garis pantai antara Amerika Selatan dan Afrika, serta kesamaan lapisan batuan dan fosil-fosil pada lapisan di kedua daerah tersebut. Gerakan tersebut menurut wegener di sebabkan oleh adanya rotasi bumi yang menghasilkan gaya sentrifugal sehingga gerakan cenderung kearah ekuator, sedangkan adanya gaya gaya tarikmenarik aantara bumi dan bulan menghasilkan gerak kearah barat. Gerakan ini seperti saat terjadinya gelombang pasang yaitu akibat revolusi bulan yang bergerak dari barat ke timur. D. Teori Konveksi Teori ini mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertical di dalam lapisan astenosfer yang agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada di atasnya. Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata. Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari Princenton University (1962),mengemukakan pendapatnya tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan bumi di punggung tengah laut. Disana lava mengalir terus dari dalam lalu tersebar kedua sisinya dan membentuk kerak bumi baru. E. Teori Pergeseran Dasar Laut Robert Diessz, seorang Ahli Geologi dasar laut Amerika Serikat mengembangkan tori konveksi yang dikemukakan oleh Hess. Penelitian topografi dasar laut yang dilakukannya menemukan bukti-bukti tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar laut kedua sisinya. Penyelidikian umur sedimen dasar laut ,endukung teori tersebut, yaitu makin jauh dari pungggung dasar laut. Beberapa contoh punggung dasar laut adalah East Pasific Rise, Mid Atlantic Ridge, Atlantic Indian Ridge, dan Pasific Atlantic Ridge. F. Teori Lempeng Tektonik Teori ini dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc Kenzie dan Robert Parker. Kedua ahli itu menyampaikan teori yang menyempurnakan teori-teori sebelumnya, seperti pergeseran



benua, pergeseran dasar laut, dan teori konveksi sebagai satu kesatuan konsep yang sangat berharga dan diterima oleh para geologi. Kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu lempeng yang saling berhubungan. Aliran konveksi yang keluar dari punggung laut menyebar kedua sisinya, sedangkan di bagian lain akan masuk kembali kelapisan dalam dan bercampur dengan materi di lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan patahan yang di tandai dengan adanya palung laut dan pulau vulkanis. Pada daerah transform fault itu aktivitas gempa bumi banyak terjadi akibat pergeseran kerak bumi yang berlangsung secara terus-menerus sehingga lempeng kerak bumi terpecah-pecah. Karena lempeng-lempeng itu berada di atas lapisan yang cair, panas, dan plastis maka lempeng menjadi dapat bergerak secara tidak beraturan. Didalam gerakannya kadang ada dua lempeng yang saling menjauh di sepanjang patahan, ada juga lempeng-lempeng yang saling bertabrakan sehingga menimbulkan gempa yang dasyat. Lempeng-lempeng inilah yang disebut lempeng tektonik. TENAGA PENGUBAH MUKA BUMI Bentuk muka bumi yang kita saksikan tidak rata dan akan selalu berubah meskipun secara perlahan dan dalam jangka waktu yang lama. Perubahan bentuk muka bumi disebabkan oleh adadnya tenaga alam yang disebut tenaga geologi. Ilmu pengetahuan yang memapelajaari proses perubahan bentuk muka bumi adalah geomorfologi.Berdasarkan asalnya, tenaga geologi dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga endogen dan eksogen. 1. TENAGA ENDOGEN Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi dan bersifat membangun permukaan bumi. Tenaga endogen terdiri atas tenaga tektonik, vulkanis, dan gempa bumi. A. TENAGA TEKTONIS. Tenaga tektonis merupakan tenaga dari dalambumi yang menyebabkan terjadinya perubahan letak lapsan permukaan bumi secara mendatar atau vertikal, baik yang mengakibatkan putusnya hubungan batuan maupun tidak. Gerakan tektonis dibedakan menjadi dua, yaitu tektonis epirogenesa dan tektonis orogenesa. 1) Tektonis Epirogenesa Tektonis epirogenesa adalah prosesperubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga yang lambat dari dalam dengan arah vertikal, baik ke atas maupuan ke bawah melliputi wilayah yang luas. Gerakan tektonis epirogenesa ada dua macam, yaitu epirogenesa positif dan epirogenesa negatif. a) Epirogenesa positif adalah gerakan dengan arah ke bawah menyebabkan daratan mengalami penurnan seolah-olah permukaan laut menjadi anaik. Penyebab gerakan itu adalah adanya tambahan beban, misalnya adanya sedimen yang sangat tenbal di suatu lembah yang



sangat luas di kulit bumi (geosinklinal) atau karena tertutup glasial yang sangat tebal. Contohnya adalah pada periode Pleistosen saat terjadi Zaman es yang meluas ke arah ekuator dan menyebabkan beberapa daerah mengalami penurunan. Karena ujung selatan Louisiana di muara Mississippi mengalami proses pengendapan sangat cepat, akibatnya daerah geosinklinal di Indoneisia tertutup endapan sampai ribuan meter. b) Epirogenesa negatif adalah gerakan dengan arah ke atas menyebabkan naiknya permukaan daratan seolah-olah permukaan laut menjadi turun. Peyebab gerakan itu adalah pengurangan beban lapisan kerak bumi, misalnya lapisan es yang mecair. Contohnya Pantai Stockholm yang naik rata-rata 1 m setiap 100 tahun. Banyak pula plato yang terbentuk karena pengangkatan dataran rendah secara perlahan-lahan, misalnya Plato Colorado mengalami pengangkatan sekitar 1.000 meter sejak 50 tjuta tahun yang lalu. 2) Tektonis Orogenesa Tektonis orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yng sangat cepat meliputi wilayah yang sempit. Tektonik orogenesa merupakan proses pembentukan gunung atau pegunungan akibat adanya tabrakan lempeng benua, tabrakan sesar bawah benua dengan lempeng samudera, perekahan kontinen, atau pergeseran punggung samudera dengan benua. Tektonis orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan (warping), lipatan (folding), pataha (foulting), dan retakan (jointing) serta adanya penerobosan batuan beku dan pembentukan batuan malihan. Salah satu contoh hasil tektonis orogenesa adalah deretan Pegunungan Mediterania yang memanjang dari pegunungan Atlas di Afrika sampai wilayah Indonesia. a) Pelengkungan (Warping) Gerak vertikal yang tidak merata pada suatu daerah, khususnya yang berbatuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur lapisan yang semula horizontal menjadi melengkung. Jika melengkung ke atas akan membentuk kubah (dome), sedangkan melengkung ke bawah akan membentuk cekungan (basin) b) Lipatan (Fault) Struktur batuan akan mengalami lipatan jika tertekan suatu tekanan yang lemah, tetapi berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama. Besarnya tekanan masih di bawah titik patah batuan sehinggadapat ditahan oleh sifat plastis batuan. Bagian puncak lipatan disebut antiklinal, sedangkan bagian lembah disebut sinklinal. Daerah pegunungan lipatan besar biasanya dihasilkan oleh tekana horozontal dari arah yang berlawanan yang puncaknya masih mengalami pelipatan kecil-kecil, demikian juga bagian lembah. Berdasarkan sumbu lipatannya, terdapat 4 tipe pelipatanyang umum, yaitu lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung, dan lipatan rebah.



c) Retakan (Joint) Struktur retakan terjadi karena pengaruh gaya renggangan sehingga batuan retak-retak, tetapi masih bersambung. Retakan biasanya ditemukan pada baatuan yagn rapuh di daerah di daerah puncak antiklinal dan dikenal dengan nama tectonic joint. d) Patahan (Fold) Struktur batuan mengalami patahan jika terjadi tekanan yang kuat melampaui titik patah batuan dan berlangsung sangat cepat. Batuan tidak hanya retak-retak, tetapi dapat terpisah. Daerah sepanjang patahan biasanya merupakan pusat gempa bumi karena selalu mengalami pergeseran. Terdapat 3 jenis patahan yang khas akibat adanya gerakan lempeng. (1) Normal Fault, yaitu patahan yang arah lempeng batuan turun mrngikuti arah gaya berat. (2) Reserve Fault, yaitu patahan yang arah lempeng batuannya naik berlawanan arah dengan gaya berat. (3) Strike Fault, yaitu patahan yang arah lempengmbatuannya horizontal dan berlawanan. Berbagai tipe patahan tersebut dapat menghasilkan bentuk permukaan bumi, yaitu sebagai berikut. (1) Graben atau Slenk (tanah turun), yaitu suatu depresi yang terbentuk antara dua patahan sehingga blok batuan yang berbedadi tengan kedua patahan mengalami penurunan. (2) Hors (tanah naik), yaitu jika baigan di antara dua patahan mengalami pengangkatan lebih tinggi dari daerah sekitarnya. (3) Faul Scrap, yaitu dinding terjal (cliff) yang dihasilkan oleh patahan dengan salah satu blok bergeser ke atas menjadi lebih tinggi. Seringkali fault scrap tidak tampak lagi karena sudah mengalami erosi. B. TENAGA VULKANIK Vulkanis atau bersifat gunung api dapat diartikan sebagai suatu gejala atau akibat adanya aktivitas magma di dalam litosfer hingga keluar sampai ke permukaan bumi. Magma adalah bahan batuan pijar yang dapat berupa benda padat, cair, dan gas yang berada di dalam kerak bumi. Ilmu yang mempelajari gunung berapi adlah vulkanologi. Terdapat 2 gerakan magma, yaitu intrusi dan ekstrusi 1) Intrusi Magma Intruksi magma adaalah proses penerobosan magma melalui rekahan-rekahan (retakan) dan celah pada lapisan batuan pembentuk litosfer, tetapi tidak sampai ke luar permukaan bumi. Proses intrusi terjadi akibat tekanan gas-gas yang terkandung di dalam magma itu sendiri.



Karena adanya proses pendinginan akibat penurunan suhu, magma dapat membeku dan membentuk bongkah-bongkah batuan yang sangat keras. 2) Ekstrusi Magma Ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Ada 2 cara proses keluarnya magma tersebut, yaitu meleleh dan meledak. a) Meleleh (erupsi efusif) melalui retakan-retakan pada badan gunung api. b) Mendesak tubuh gunung api (erupsi eksplosif) sehingga menghacurkan sebagian badan gunung api gtersebut. Berdasarkan bentuknya, gunung api dibedakan menjadi tiga, yaitu strato, maar, dan perisai 1) Gunung Api Perisai Gunung api perisai berbentuk seperti perisai. Bentuk seperti perisai disebabkan oleh letusan gunung yang bersifat efusif karena bahan yang dikeluarkan berupa lava yang sangat cair. Contohnya, gunung api di Kepulauan Hawaii. 2) Gunung Api Maar Gunugn api maar berbentuk seperti danau kecil. Bentuk seperti danau itu disebabkan oleh letusan gunung yang bersifat eksplosif, namun tidak terlalu kuat dan hanya terjadi sekali. Contohnya Gunung Lamongan di Jawa Timur. 3) Gunung Berapi Strato Gunung berapi strato berbentuk kerucut, kerucut itu terbentuk karena materi letusan gunung api merupakan campuran antara erupsi efusif dan erupsi eksplosif. Letusan itu terjadi berulang-ulang hingga membentuk lapisan-lapisan badan gunung. Hampir seluruh gunung api di Indonsia merupakan gunugn api strato. Contohnya Gunung Merapi fi Jawa Tengah, Gunung Kerakatau di Selat Sunda, Lampung. C. GEMPA BUMI Gempa bumi adalah getaran yang dapat dirasakan di permukaan bumi karena adanya gerakan, terutama yang berasal dan dalam lapisan-lapisan bumi. Gempa bumi merupakan aktivitas lempeng tektonik yang sering terjadi. jika semua goncangan, mulai dan yang lemah sampai yang keras dihitung, gempa bumi terjadi sekitar sejuta kali setiap tahun. Secara umum penyebab terjadinya gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gempa tektonis, gempa vulkanis, dan gempa runtuhan.



a. Gempa Tektonis Sebagian besar gempa bumi disebabkan oleh proses tektonik, yaitu gerakan yang terjadi di dalam kulit bumi secara tiba-tiba, baik berupa patahan maupun pergeseran. Menurut teori lempeng tektonik, pusat gempa tektonis terdapat di zona subduksi, yaitu pertemuan antara lempeng benua dan lempeng samudra. Pinggir depan lempeng samudra masuk ke bawah lempeng benua. b. Gempa Vulkanis Gempa vulkanis adalah gempa yang disebabkan oleh adanya letusan atau retakan yang terjadi di dalam struktur gunung berapi. Gempa vulkanis terjadi karena magma atau batuan yang meleleh menerobos ke atas kerak bumi. Gempa bumi vulkanis sangat terasa di daerah sekitar gunung berapi, tetapi pengaruhnya tidak terasa pada jarak yang cukup jauh. Hal itu disebabkan intensitas gempa bumi vulkanis berkisar dan lemah sampai sedang. c. Gempa Runtuhan Terjadinya gempa runtuhan antara lain disebabkan oleh adanya longsoran massa batuan, misalnya dan lereng gunung atau dan atas atau sisi gua, dan adanya tanah ambles. Intensitas gempa runtuhan sangat kecil sehingga tidak terasa pada jarak yang jauh. Gempa runtuhan disebut juga gempa terban. Gerakan kerak bumi menyebabkan adanya gelombang gempa bumi dengan intensitas dan yang sangat lemah sampai sangat kuat. Gerakan kerak bumi yang lemah sulit untuk dirasakan. Adanya gerakan itu baru dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukur gerakan yang peka, yaitu seismograf Seismograf dapat mencatat getaran-getaran dan gerakan gelombang gempa bumi serta dapat digunakan untuk menunjukkan pusat terjadinya gempa. Sebuah seismograf pada dasarnya adalah suatu bandul (pendulum) yang bekerja berdasarkan prinsip kelembaman atau ketahanan terhadap perubahan gerakan. Massa benda pada ujung bandul akan tetap diam ketika tanah bergerak ke bawah. Sebuah pena pencatat yang diikatkan pada pemberat bandul akan mengikuti getaran di atas kertas yang bergerak bersama tanah. Seismograf ada dua macam, yaitu seismografvertikal dan seismograf horizontal. Seismograf vertikal adalah seismograf yang mencatat getaran dengan arah vertikal, sedangkan seismograf horizontal adalah seismograf yang mencatat getaran dengan arah horizontal. Kertas yang dipakai untuk mencatat dililitkan di sekeliling tabung yang terus berputar dan bergerak maju di bawah pencatat, selanjutnya pena akan menggambarkan suatu garis yang tidak putus-putus di atas kertas. Intensitas kekuatan gempa dapat diketahui dengan menggunakan skala Richter dan skala Mercalli. Istilah-istilah yang berhubungan dengan gempa bumi antara lain sebagai berikut.  



Hiposentrum yaitu pusat terjadinya gempa bumi. Hiposentrum terletak di lapisan bumi bagian dalam. Episentrum yaitu pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi tegak lurus dengan hiposentrum.



  



 



2.



Seismograf yaitu alat pencatat gempa bumi yang terdiri atas seismograf vertikal dan horizontal. Seismogram, yaitu gambaran getaran gempa bumi yang dicatat oleh seismograf dalam bentuk grafik pada pita. Pleistoseista, yaitu garis yang membatasi daerah yang mengalami kerusakan terhebat terletak di sekitar episentrum. Pleistoseista merupakan isoseista yang pertama setelah episentrum. Homoseista, yaitu garis yang menghubungkan daerah-daerah yang dilalui gelombang getaran gempa yang sama dalam waktu yang sama pula. Isoseista, yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan kekuatan getaran yang sama. TENAGA EKSOGEN



Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Tenaga eksogen terdiri atas pelapukan, erosi, pengangkutan (mas wasting), dan sedimentasi. a.



Pelapukan Pelapukan adalah proses pegrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen. Pelapukan di daerah daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja. Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu: 1. Pelapukan fisik dan mekanik.



2.



3.



Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk maupun ukuranya. Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus. Pelapukan ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik. Pelapukan organik Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar-akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan. Pelapukan kimiawi Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak



mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi. b. Erosi Erosi adalah proses terlepasnya partikel batuan secara alamiah oleh tenaga pengangkut yang ada dipermukaan bumi, antara lain angin dan air. 1. Erosi aliran, yaitu erosi yang terjadi apabila intensitas dan atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. 2. Erosi angin, yaitu proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin disebut deflasi. 3. Erosi gletser (erosi glasial), yaitu erosi yang terjadi akibat pengikisan masa es yang bergerak menuruni lereng. 4. Erosi air laut, yaitu erosi yang disebabkan oleh gelombang yang mampu mengikisbatuan yang ada di panta, kemudian diendapkan di sekitar pantai tersebut. Contoh: cliff, relung, dan dataran abrasi. c. Mass Wasting Mass wasting (tanah bergerak) adalah perpindahan massa batuan atau tanah karena pengaruh gaya berat. Proses terjadinya mass wasting hampir sama dengan proses erosi, yaitu melalui tahapan pelepasan massa batuan atau tanah dari batuan induknya, pemindahan batuan yang terkikis (transportasi), dan pengendapan (sedimentasi). Bentuk-bentuk mass wasting antara lain sebagai berikut.      



Tanah longsor (landslide). Tanah amblas atau ambruk (subsidence). Tanah nendat (slumping), yaitu proses longsoran tanah yang gerakannya terputusputus sehingga hasilnya memperlihatkan bentukan seperti teras. Tanah mengalir (earth flow), yaitu gerakan tanah yang jenuh air pada lereng-lereng yang landai. Lumpur mengalir (mud flow), yaitu sejenis tanah mengalir dengan kadar air yang tinggi. Rayapan tanah (soil creep), yaitu gerakan tanah yang sangat lambat pada lereng yang landai.



d. Sedimentasi Sedimentasi adalah pengendapan material hasil erosi karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang (menjadi lambat). Karena media pengangkut materi berbeda-beda, sedimentasi juga menghasilkan bentukan alam yang berbeda pula.



PEDOSFER Pedosfer, adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa. Lahan adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair, dan gas. Sama halnya dengan tanah, penggunaan lahan antara orang yang satu dengan yang lain berlainan kepentingannya. 1. Bahan Penyusun Tanah Tanah terdiri atas beberapa macam lapisan. Lapisan- lapisan tanah ini kaya akan berbagai macam bahan. Tanah juga merupakan peleburan dari berbagai macam bahan baik berupa bebatuan maupun bahan- bahan organik. Secara umum tanah ini terdiri atas empat komponen utama. Adapun komponen- komponen atau bahan- bahan penyusun tanah adalah bahan mineral, bahan organik, air, udara, dan juga kehidupan jasad renik atau mikroorganisme. Tanah mempunyai kandungan bahan- bahan tersebut dalam jumlah yang tidak sama. Perbedaan inilah yang menyebabkan tanah digolongkan menjadi beberapa jenis tanah. Penjelasan masing- masing komponen atau bahan bahan penyusun tanah adalah sebagai berikut: a. Partikel Mineral (Fraksi Organik) Partikel mineral merupakan salah satu komponen yang terkandung di dalam tanah Mineral ini merupakan hasil perombakan bahan- bahan batuan dan juga bahan anorganik yang terdapat di permukaan Bumi. Partikel mineral ini terkandung di dalam tanah sebanyak 45%. Dengan jumlah sekian mineral menjadi komponen atau bahan penyusun tanah dengan porsi terbanyak. Bahan mineral ini terbentuk dari proses pelapukan batuan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Batuan yang melapuk pada proses pembentukan tanah akan sangat mudah mempengaruhi jenis tanah yang dihasilkan. Selain itu, tanah mineral juga dapat dibedakan menjadi mineral primer dan juga mineral sekunder. 







Mineral primer merupakan mineral yang berasal dari batuan secara langsung yang dilapuk terdapat pada fraksi pasir dan pembentukan tanah berlangsung dan terdapat pada fraksi liat. Mineral sekunder disebut juga sebagai mineral liat, yaitu mineral yang terdapat pada jenis mineral Kaolinit, Haloisit, Montmorilonit, dan lain sebagainya.



b. Bahan organik atau Humus



Bahan selanjutnya sebagai bahan penyusun tanah adalah bahan- bahan organik. Bahan- bahan organik ini juga dikenal sebagai humus. Pasti dari kita telah mengetahui apa itu humus, yakni sebuah bahan yang dapat membuat tanaman menjadi subur. Adapaun bahan- bahan organik atau humus ini berasal dari sisa- sisa tanaman dan juga binatang, serta berbagai hasil dari kotoran. Bahan organik berasal dari proses dekomposisi materi organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan yang telah mati. Dekomposisi ini dilakukan oleh dekomposer atau detrivivor dengan mengubah materi organik menjadi senyawa- senyawa organik yang terkandung di dalam tanah. Di dalam tanah, bahan organik mempunyai porsi yang tidak terlalu banyak di tanah. Bahan organik hanya di dalam tanah hanya sebesar 5% saja. Meski hanya sebanyak 5%, namun senyawa- senyawa organik tersebut akan dapat mempengaruhi sifat- sifat fisik tanah, terutama pada sifat fisik dan juga kimianya. Di dalam tanah, materi organik ini (menurut sumbernya) dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 



 



Sumber primer, merupakan sumber materi organik yang berasal dari tanaman yang telah mati, termasuk juga berupa bagian dari jaringan tubuh seperti akar, batang, daun, dan lain sebagainya. Sumber sekunder, merupakan sumber materi organik yang berasal dari hewan- hewan yang telah mati, termasuk juga kotora atau bagian- bagian dari tubuh hewan tersebut. Seumber tersier, merupakan sumber materi organik yang berasal dari pemberian pupuk organik, baik yang berupa pupuk hijau, pupuk kandang ataupun pupuk kompos.



c. Air Bahan penyusun tanah selanjutnya adalah air. Air merupakan zat cair yang dapat meresap di dalam air. Air merupakan komponen yang bersifat dinamis. Air di dalam tanah menempati pada pori- pori tanah. Air di dalam tanah menempati porsi sebanyak 25%. Keberadaan air di dalam tanah merupakan akibat dari kemampuan tanah dalam menyerap air melalui mekanisme kohesi, adhesi dan juga gravitasi. Sebagai salah satu komponen atau bahan penyusun tanah, air mempunyai beberapa kegunaan. Beberapa kegunaan yang dimiliki oleh air antara lain sebagai berikut:   



Sebagai unsur hara tanaman Sebagai pelarut dari unsur hara Sebagai bagian dari sel- sel tanaman



d. Udara Komponen atau bahan penyusun tanah yang selanjutnya adalah udara. Udara merupakan barang bebas yang dapat kita temui dimana saja, termasuk di dalam tanah. Di dalam tanah, udara ini mempunyai porsi sebesar 25% atau seperempat dari jumlah keseluruhan. Kandungan udara yang ada di dalam tanah memungkinkan mikroorganisme tanah dapat hidup dan juga bermetabolisme. Sifat keberadaan udara di dalam tanah ini dinamis dan sangat memungkinkan dapat terdorong keluar dari tanah ketika kandungan air tanah ini meningkat. Sama seperti dengan air, udara juga menempati tanah di dalam pori- porinya.



2. Faktor-faktor pembentuk tanah Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktorfaktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: T = f (i, o, b, t, w) Keterangan: T = tanah F = faktor i = iklim o = organisme



b = bahan induk t = topografi w = waktu



3. Kerusakan Tanah Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung benda organik dan anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Tanah bisa mengalami kerusakan, bahkan tanah termasuk wujud alam yang mudah mengalami kerusakan. Salah satu contoh kerusakan tanah adalah erosi tanah. Erosi tanah adalah tanah yang lapuk dan mudah mengalami penghancuran. Kerusakan yang dialami pada tanah yang mengalami erosi disebabkan oleh kemunduran sifat – sifat kimia dan fisik tanah, yakni:    



kehilangan unsur hara dan bahan organik, menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, serta berkurangnya kemantapan struktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas



Erosi Tanah Menurut istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di dinding-dinding lembah. Air yang mengalir terus-menerus selama jutaan tahun dapat menggerusbatuan di sekitar seperti yang terjadi pada Grand Canyon di Amerika. Demikian pula erosi akibat es yang disebut dengan glacier yang dapat meretakkan batuan jika celah-celah batuan yang terisi dengan air yang membeku. Proses Terjadinya Erosi Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.