Perkembangan Manusia Dan Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

D E F I N I S I P E RK E MBA N G A N 21:32



Definisi Perkembangan - Perkembangan (Development) merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia. Akhmad Sudrajat : 2008, memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.” Sesorang individu mengalami perkembangan sejak masa konsepsi, serta akan berlangsung selama hidupnya. “Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak2, dan dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup. hal ini didefinisikan oleh”( Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS (K). : 2008 ). Maka dengan kata lain dapat kita artikan bahwa sepanjang hidup kita merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi perkembangan (development), pertumbuhan (growth) serta kamatangan (maturation) baik fisik maupun psikis. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan. Proses ini terjadi dalam diri manusia secara bertahap dan memiliki fase – fase tertentu yang menjadi acuan proses perkembangan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, fase perkembangan dibagi menjadi 6 fase yaitu ; Fase Oral atau mulut yang merupakan sentral pokok keaktifan yang dinamis, Fase Anal, Fase Falis atu alat kelamin, Fase Latent, Fase Pubertas dan Fase Genital atau proses menginjak kedewasaan.



Ciri – ciri perkembangan secara umum yaitu : 



Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ – organ tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi)







Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke realitas)







Lenyapnya tanda – tanda yang lam; tanda - tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar anak – anak) seiring bertambahnya usia) aspek psikis (lenyapnya gerak – gerik kanak – kanak dan perilaku impulsif).







Diperolehnya tanda – tanda yang baru; tanda – tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja) tanda – tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi dengan lawan jenis)



Perbedaan dan Persamaan antara Pertumbuhan dengan Perkembangan Seperti yang telah di uraikan diatas bahwa Perkembangan (Development) adalah rangkaian perubahan sepanjang rentang kehidupan manusia, yang bersifat progresif, teratur, berkesinambungan dan akumulatif, yang menyangkut segi kuantitatif dan kualitatif, sebagai hasil interaksi antara maturasi dan proses belajar. Sedangkan Pertumbuhan (Growth) merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar. Maka Dapat kita simpulkan bahwa perbedaan antara perkembangan (Development) dengan pertumbuhan (Growth) terletak pada sifat yang berlangsung pada kedua proses tersebut, dalam hal ini pertumbuhan bersifat kuantitatif sedangkan perkembangan merupakan proses yang lebih kompleks meliputi kualitatif dan kuantitatif. Serta dapat kita tarik kesimpulan bahwa pertumbuhan merupakan salah satu bagian dari proses perkembangan, karena proses pertumbuhan individu mengikuti proses perkembangan yang bersifat Manusia dan pendidikan bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Manusia dimana pun ia berada, dipastikan akan butuh dengan pendidikan, hal ini disebabkan karena fungsi utama dari pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi manusia yang ada ke arah lebih baik atau ke arah yang menjadi cita-cita manusia.[1] Karenanya dapat dipastikan pendidikan tidak akan berjalan tanpa kehadiran manusia. Dalam pendidikan, manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek pendidikan. adsense-fallback



Sementara itu dalam dunia pendidikan, pemahaman tentang manusia sangatlah penting, AsSyaibani menyatakan bahwa penentuan sikap dan tanggapan tentang manusia sangat penting dan vital, tanpa sikap dan tanggapan yang jelas, pendidikan akan meraba-raba.[2] Apabila



pemahaman tentang manusia tidak jelas, maka berakibat tidak baik pada proses pendidikan itu sendiri. Dasar yang melandasi pemikiran pendidikan Islam adalah konsep filsafat pendidikan yang menyatakan bahwa segala yang ada terwujud melalui proses penciptaan (creation ex nihilo) bukan terwujud dengan sendirinya. Konsep yang bersifat Antroporeligiocentris inilah yang mendasari konsep-konsep dasar pendidikan Islam lainnya, seperti tentang hakikat manusia, tujuan pendidikan yang kemudian akan mengarahkan kepada pelaksanaan pendidikan Islam. Memahami kondisi demikian, maka diperlukan konsep baru tentang manusia yang mempunyai landasan kuat dan jelas, sehingga manusia dipandang dan ditempatkan secara benar dalam arti sesungguhnya. Fitrah Manusia ( Manusia dan pendidikan ) Salah satu dimensi kemanusiaan yang penting dikaji dalam konteks hubungannya dengan proses pendidikan adalah fitrah. Sebab pendidikan pada hakikatnya merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk membina dan mengembangkan potensi-potensi pribadinya agar berkembang seoptimal mungkin. Secara etimologis, fitrah berasal dari kata fathara (‫ )فطر‬yang berarti menjadikan. Hasan Langgulung mengartikan fitrah sebagai sebuah potensi yang baik.[3] Hal ini berdasarkan analisisnya terhadap hadith Nabi Saw. berikut ini: ‫ُوينَ ِص َرانِ ِهُأ َ ْوُي‬ َ ُ‫سانِ ُِهُكُلُُّ َم ْولودٍُيو َلد‬ َ ‫ُ َم ِج‬ َ ‫ع َلىُا ْل ِف ْط َر ِةُفَأَبَ َواهُيه َِودَانِ ِه‬ “Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci (dari segala dosa dan noda) dan pembawaan beragama tauhid, sehingga ia jelas bicaranya. Maka kedua orang tuanya lah yang menyebabkan anaknya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (Al-Hadith). Makna ‘suci’ yang termaktub dalam hadits di atas bisa juga dimaknai bahwa manusia itu beragama secara benar, beragama secara konsisten, beragama secara istiqomah, tidak menyembah Allah mengikuti kondisi, tapi tetap konsisten bertauhid secara murni kepada Allah Swt., tidak terkontaminasi dengan ajaran-ajaran yang datangnya bukan dari Allah Swt.[4] Oleh karena itu manusia yang suci itu adalah manusia yang belum pernah bersentuhan dengan perbuatan maksiat sedikit pun dan tidak ternoda oleh dosa sedikit pun. Dapat ditegaskan bahwa manusia yang baru lahir kedunia ini keadaanya adalah suci, terbebas dari noda dan dosa yang sering dimaknai sebagai manusia yang suci dari segala dosa. Kembali kepada fitrah, fitrah mempunyai arti sebagai sifat dasar manusia pada awal penciptaannya, sehingga dengan demikian fitrah bisa juga berarti agama, millah, dan sunnah.[5] Nurcholis Madjid dalam bukunya, Islam Doktrin dan Peradaban, mengatakan bahwa manusia menurut asal kejadiannya adalah makhluk fitrah yang suci dan baik, dan karenanya berpembawaan kesucian dan kebaikan. Karena kesucian dan kebaikan itu fitri, maka ia akan membawa rasa aman dan tentram padanya.[6] Fitrah mencakup totalitas apa yang ada di dalam alam dan manusia. Fitrah yang berada di dalam manusia merupakan substansi yang memiliki organisasi konstitusi yang dikendalikan oleh sistem tertentu. Sistem yang dimaksud terstruktur dari komponen jasad dan ruh. Masing-



masing komponen ini memiliki sifat dasar, nature, watak, dan cara kerja tersendiri. Semua komponen itu bersifat potensial yang diciptakan oleh Allah sejak awal penciptaannya. Aktualitas fitrah menimbulkan tingkah laku manusia yang disebut dengan “kepribadian”. Kepribadian inilah yang menjadi ciri unik manusia. Sebagai potensi dasar manusia, maka fitrah itu cenderung kepada potensi psikologis. Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Zainuddin komponen psikologis yang terkandung dalam fitrah mencakup: 1) Beriman kepada Allah Swt; 2) Kecenderungan untuk menerima kebenaran, kebaikan termasuk untuk menerima pendidikan dan pengajaran; 3) Dorongan ingin tahu untuk mencari hakikat kebenaran yang berwujud daya fikir; 4) Dorongan biologis yang berupa syahwat (sensual pleasure), ghadab dan tabiat (insting); 5) Kekuatan-kekuatan lain dan sifat-sifat manusia yang dikembangkan dan dapat disempurnakan; 6) Fitrah dalam arti alGharizah (insting) dan al-Munazzalah (wahyu dari Allah). Pengertian fitrah seperti sebagaimana di atas merupakan interpretasi Ibn Taimiyah, dimana fitrah inheren dalam diri manusia yang memberikan daya akal (quwwah al-Aql), yang berguna untuk mengembangkan potensi dasar manusia. Sedangkan fitrah al–Munazzalah merupakan fitrah luar yang masuk pada diri manusia, fitrah ini berupa petunjuk al-Qur’an dan Sunnah, yang digunakan sebagai kendali dan pembimbing bagi fitrah al–Gharizah. Untuk lebih jelasnya konsep fitrah menurut Ibn Taimiyah dapat dilihat pada tabel berikut:[7]