PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEJARAH PGRI SEBAGAI ORGANISASI PERJUANGAN



Disusun oleh: Nama



: Nurul Hasanah



Npm



: 5019149



Dosen pengampu Erwin Susanto M.Pd



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (STKIP-PGRI)LUBUKULINGGAU TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah sejarah pgri sebagai organiasi . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Erwin Susanto, M.Pd selaku dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan, saran, materi pendukung dan masukan kepada saya. saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.



Lubuklinggau ,05 April 2020



Nurul Hasanah



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang............................................................................iii B.Rumusan Masalah.........................................................................iii C.Tujuan Penulisan...........................................................................iii BAB II PGRI SEBAGAI ORGANISASI PERJUANGAN, PROFESI, DAN KETENAGAKERJAAN A.PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan................................................4 B. PGRI Setelah Kemerdekaan....................................................................4 BAB III PENUTUP A.SIMPULAN.....................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13



ii



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan yang berfokus pada bidang keguruan. PGRI sebagai tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang berdasarkan Pancasila, bersifat independen, dan non politik praktis, secara aktif menjaga, memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa yang dijiwai semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh serta sejahtera lahir batin, dan



kesetiakawanan organisasi baik nasional maupun



internasional. Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan huru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas. B.



RUMUSAN MASALAH



1.



Bagaimana sejarah PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan ?



2.



Bagaimana sejarah PGRI setelah kemerdekaan ?



C.



TUJUAN



Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ke PGRIan dan juga sebagai salah satu alternative atau referensi pembaca dalam mendapatkan informasi mengenai kePGRIan.



iii



BAB II PGRI SEBAGAI ORGANISASI PERJUANGAN



A. PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan perwujudan wadah bagi para guru untuk selalu berjuang dan berjuang dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak azasi guru baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi keguruan.perjuangan guru dalam mewujudkan terbentuknya NKRI yang merdeka dan berdaulat, dapat dilihat dari dinamika:



1. Gerakan guru pada masa depan perjuangan kemerdekaan Pada zaman belanda, terdapat bermacam-macam sekolah diperuntukkan bagi golongan tertentu. Umpamanya sekolah desa atau sekolah rakyat untuk masyarakat desa, sekolah dasar angka II untuk rakyat biasa dikota-kota, dan sekolah dasar berbahasa belanda untuk anakanak ningrat atau anak-anak pegawai pemerintah Hindia Belanda yang gajinya paling sedikit fi 100/ bulan. Gaji perkumpulan untuk tamatan sekolah guru desa sebesar fi. 7.50 perbulan, untuk tamatan NS fi 22,5/bulan, untuk tamatan HKS/HIK fi. 70/bulan, untuk lulusan EKS fi 125/bulan, lulusan Hoofdacte fi 130/bulan. Perbedaan dalam penggajian dan kedudukan tersebut tidak jarang menimbulkan pertentangan antar golongan guru yang bermacam-macam itu yang tidak menguntungkan dunia pendidikan. 2. SEJARAH PGRI SETELAH KEMERDEKAAN 1.  PGRI pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949). a.  Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) lahir pada saat berlangsungnya Kongres Pendidik Bangsa (Kongres I) pada tanggal 24-25 November 1945.Kongres I berlangsung tepat 100 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan.



4



Kongres ini diselenggarakan di Sekolah Guru Putri (SGP) di Surakarta, Jawa Tengah, yang digerakkan dan dipimpin oleh para tokoh guru, Amin Singgih, RH.Koesnan dan kawankawan.Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai wadah perjuangan kaum guru turut serta menegakkan dan mempertahankan serta mengisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka. b. Kongres II PGRI di Surakarta 21-23 November 1946 Kongres II ini menghasilkan 3 tuntutan yang diajukan kepada pemerintah, yaitu: 1)    Sistem pendidikan agar dilakukan atas dasar kepentingan nasional 2)    Gaji guru supaya jangan dihentikan 3)    Diadakannya Undang-undang Pokok Pendidikan dan Undang-undang Pokok Perburuhan. c. Kongres III PGRI di Madiun 27-29 Februari 1948 Kongres PGRI III diselenggarakan di tengah berkecamuknya perang kemerdekaan,. Kongres yang berlangsung dalam suasana darurat menghasilkan keputusan: 1)    Menghapus Sekolah Guru C (SGC), yaitu pendidikan guru 2 tahun setelah Sekolah Rakyat. 2)    Membentuk komisariat-komisariat daerah pada setiap keresidenan. 3)    Menerbitkan majalah “Sasana Guru” (Suara Guru) 2.     PGRI pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959). a.  Kongres IV PGRI di Yogyakarta 26-28 Februari 1950. Kongres PGRI IV menghasilkan keputusan sebagai berikut: 1)   Mempersatukan guru-guru di seluruh tanah air dalam satu organisasi kesatuan, yaitu PGRI. 2)   Menyingkirkan segala rasa curiga dan semangat kedaerahan yang mengjangkiti para guru akibat pengaruh politik yang memecah belah wilayah RI. 3)  Mengeluarkan “Maklumat Persatuan” yang berisi seruan kepada seluruh masyarakat, khususnya guru untuk membantu menghilangkan suasana yang membahayakan antara golongan yang pro-Republik dan golongan yang kontra-Republik, serta menggalang persatuan dan kesatuan.



5



b. Kongres V PGRI di Bandung 19 – 24 Desember 1950 Kongres V diadakan 10 bulan setelah kongres IV di Yogyakarta, selain untuk menyongsong Lustrum I PGRI, juga untuk merayakan peleburan SGI/PGI ke dalam PGRI dan dapat dikatakan sebagai “Kongres Persatuan”. Kongres PGRI V ini menghasilkan keputusan, sebagai berikut: 1)    Menegaskan kembali Pancasila sebagai asas organisasi. 2)    Menugaskan kepada Pengurus Besar (PB) PGRI agar dalam waktu singkat melakukan segala usaha untuk menghilangkan perbedaan gaji antara golongan yang pro dan kontra republik. 3)    Melakukan konsolidasi organisasi dengan membentuk pengusu komisariat-komisariat daerah. 4)    PGRI menjadi anggota Gabungan Serikat Buruh Indonesia (SBSI) c.  Kongres VI PGRI di Malang 24-30 November 1952 Dalam kongres ini PGRI telah mencapai banyak kemajuan yang pesat, hal ini mengakibatkan pengakuan dan penghargaan masyarakat terhadap organisasi PGRI, tetapi dipihak lain telah menarik perhatian dan keinginan sementara partai politik untuk menguasai PGRI guna kepentingan politiknya. Pada saat itu, surat kabar tertentu mulai mencoba mempengaruhi suasana kongres dengan jalan menjagokan calon-calonnya melalui berbagai cara, kadang-kadang dengan cara intrik dan fitnah. Tidak heran bila dalam susunan kepengurusan PB PGRI yang baru ini hampir 50% duduk orang atau simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). d. Kongres VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1 Desember 1954 Kongres PGRI VII menghasilkan keputusan sebagai berikut: 1) Di bidang hokum : Pernyataan mengenai Irian Barat , Pernyataan mengenai korupsi, Resolusi mengenai desentralisasi sekolah , Resolusi mengenai pemakaian keuangan oleh Kementrian PP&K, dan Resolusi mengenai penyempurnaan cara kerja Kementrian PP&K 2) Di bidang Pendidikan: Resolusi mengenai anggaran belanja PP&K yang harus mencapai 25% dari seluruh anggaran belanja Negara, Resolusi mengenai UU Sekolah Rakyat dan UU Kewajiban Belajar, Resolusi mengenai film, lektur, gambar serta radio, dan Pembentukan Dewan Bahasa Indonesia. 6



3) Di bidang perburuhan: Resolusi tentang UU Pokok Kepegawaian , Pelaksanaan Peraturan Gaji Pegawai Baru, Tunjangan khusus bagi pegawai yang bertugas di daerah yang tidak aman, ongkos perjalanan cuti besar, Guru SR dinyatakan sebagai pegawai negeri tetap, Penyelesaian kepegawaian 4) Di bidang organisasi : Pernyataan PGRI keluar dari GBSI dan menyatakan diri sebagai organisasi Non Vaksentral. e. Kongres VIII PGRI di Bandung 1956. Suasana kongres ini mulanya sangat meriah, namun sewaktu diadakan pemilihan Ketua Umum PB PGRI keadaan menjadi tegang.Pihak Soebandri menambahkan kartu pemilihan (kartu palsu) sehingga pemilihan tersebut di batalkan dan diulang kembali menggunakan kartu yang baru.Kongres PGRI VIII ini juga menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Pendidikan. f.  Kongres IX PGRI 31 Oktober – 4 November di Surabaya 1959. Pada kongres IX di Surabaya bulan oktober /November 1959, soebandri dkk melancarkan politik adudomba diantara para kongres, terutama pada waktu pemilihan Ketua Umum.Usaha tersebut tidak berhasil, ME.Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua Umum BP PGRI. 3. PGRI pada Masa Orde Lama / DemokrasiTerpimpin (1959-1965). a. Lahirnya PGRI Non-Vaksentral/PKI. Kongres PGRI X di Jakarta (Glora Bung-Karno) Oktober 1962 Periode tahun 1962-1965 kongres ke X di selenggarakan dan merupakan episode yang sangat pahit bagi PGRI.Dalam masa ini lahirlah PGRI Non-Vaksentral yang merupakan perpecahan dalam tubuh PGRI. Perpecahan pada masa ini merupakan perpecahan yang lebih hebat dibandingkan dengan pada periode sebelumnya.Penyebab perpecahan itu bukan demi kepentingan guru atau profesi guru, melainkan karena ambisi politik dari luar dengan dalih (pembentukan kekuatan dan panggunaan kekuatan). b.  Pemecatan Massal Pejabat Departemen PP&K (1964) Dikarenakan Keputusan Presiden No. 187/1964 dan No. 188/1964 tanggal 4 Agustus 1964 yang diambil atas usul Menteri PP&K tanggal 29 Juli 1964 No. 17985/S tentang Reorganisasi Departemen PP&K yang mengubah jumlah Pembantu Menteri PP&K dari 3 menjadi 2 orang. Hal ini membuat gelisah sejumlah pejabat di lingkungan Departemen PP&K, karena dirasakan tidak ada jaminan hukum (rechtzekerheid) bagi pegawai dan karier mereka. 7



Maka sebanyak 28 pegawai tinggi Departemen PP&K (seorang kemudian menarik diri) mengirim surat kepada Menteri Prijono dengan maksud untuk menjernihkan kembali suasana Departemen PP&K. Surat ini ditanggapi dengan memberhentikan ke-27 pejabat tersebut dengan alasan “ätas dasar permintaan sendiri”. Karena heboh mengenai pemecatan 27 orang pejabat berkenaan dengan isi Moral Pendidikan Pancawardhana, akhirnya Presiden membantuk sendiri panitia dengan nama “Panitia Negara Penyempurnaan Sistem Pendidikan Pancawardhana”. Panitia ini diberi tugas untuk menyampaikan pertimbangan tentang “Pemecatan Massal”, ke-27 orang tersebut dinyatakan tidak bersalah. c.  Kedudukan PGRI Pasca-Peristiwa G30 S/PKI Mengenai kedudukan PGRI sendiri, sejak kongres VII di Semarang tahun 1954 ditegaskan, bahwa PGRI adalah organisasi Non-Vaksentral yang kemudian dipakai kembali oleh PKI dengan arti yang dimanipulasi ketika mendirikan PGRI Non-Vaksenstral tahun 1964 yang berbeda-beda dengan PGRI-Kongres. PGRI mencoba turut dalam memprakarsai dan menghimpun organisasi-organisasi pegawai negeri dalam bentuk Rapat Kerja Sama (RKS), kemudian PGRI keluar setelah lembaga tersebut dimasuki dan dikuasai PKI.Selanjutnya PGRI memprakarsai berdirinya Persatuan Serikat Pekerja Pegawai Negeri (PSPN) yang ketua umumnya M.E. Subiandinata.Pada tahun 1967 PGRI juga memprakarsai berdirinya MPBI (Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia) dan FBSI (Federal Buruh Seluruh Indonesia). d. Usaha PGRI Melawan PGRI Non-Vaksentral/PKI. PGRI Non-Vaksentral dibentuk dimana-mana, kadang-kadang di tempat-tempat tertentu hanya di atas kertas sementara anggota-anggotanya pun kadang-kadang bukan guru, melainkan Pegawai Jawatan Kereta Api, buruh perkebunan dan lain-lain. Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai perpecahan di kalangan guru, Presiden Soekarno turun tangan membentuk Majelis Pendidikan Nasional yang menerbitkan Penpres (Penetapan Presiden) No. 19 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila sebagai hasil kerja dari Panitia Negara untuk Penyempurnaan Sistem Pendidikan Pancawardhana. Dengan turun tangannya pemerintah, memang ketengangan sedikit berkurang, akan tetapi bagi PGRI Penpres tersebut tidak berhasil mempersatukan kembali organisasi ini, karena perpecahan yang terjadi dalam organisasi ini berakar pada landasan ideologi yang sangat prinsipil, sungguh perpecahan tersebut adalah peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI. 8



4.  PGRI Pada Masa Orde Baru (1967-1998). a. Kesatuan aksi guru Indonesia (KAGI). Para guru-guru membentuk Kesatuan Aksi Guru Indonesia(KAGI) pada tanggal 2 februari 1966.KAGI pada mulanya terbentuk dijakarta raya dan jawa barat, kemudian berturut-turut terbentuk KAGI di wilayah lainnya. Tugas Utama KAGI adalah membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari unsur-unsur PKI dan orde lama.Menyatukan semua guru dalam organisasi guru yaitu PGRI.Memperjuangkan agar PGRI menjadi organisasi guru yang tidak hanya bersifat unotalistik tetapi juga independen dan non partai politik. b. Kongres XI 5-20 Maret 1967 di Bandung Dalam Kongres ini terasa sekali peralihan zaman Orde Lama ke zaman Orde Baru. Antara lain masih terlihat sisa-sisa kekuatan Orde Lama yang mencoba menguasai kembali kongres dengan cara menolak PGRI untuk masuk kedalam Sekber Golkar dan memojokan M.E. Subandinata dkk. Agar tiak terpilih dalam PB.PGRI. c. Konsolidasi organisasi pada awal orde baru. Konsolodasi organisasi PGRI dilakukan kedaerah-daerah dan cabang-cabang, dengan prioritas ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.Pembenahan pada kedua daerah tersebut tidak saja akibat kuatnya pengaruh PGRI Non-vaksentral/PKI sebelumnya, tetapi juga menyangkut masalah dualisme didalam kepemimpinan nasional. Ini bermula dari zaman Orde Lama ketika politik menjadi panglima, sehingga banyak guru dan pengurus PGRI memilih dan berlindung dibawah partai-partai politik yang berkuasa pada waktu itu. d. Kongres ke XII 29 Juni-4 Juli 1970 di Bandung. Adapun keputusan-keputusan penting dari kongres ini adalah sebagai berikut: 1) Perubahan struktur dan basis-basis organisasi PGRI. 2) Administrasi organisasi disederhanakan dan diseragamkan untuk seluruh Indonesia. 3) Lambang PGRI dan Mars PGRI dilampirkan dalam buku AD/ART PGRI. e.  Kongres ke XIII 21-25 November 1973 di Jakarta. Pada kongres ini menetapkan perubahan-perubahan yang mendasar dalam bidang organisasi serikat pekerja menjadi organisasi profesi guru ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia, perubahan lambang dan panji organisasi PGRI yang sesuai dengan organisasi profesi guru dan adanya Dewan Pembina PGRI mengenai arti lambang PGRI



9



f. Kongres ke XIV 26-30 Juni 1979 di Jakarta. Kongres XIV di Jakarta menghasilkan salah satu keputusan penting yaitu mengenai pendirian Wisma Guru. Untuk mewujudkannya mulai Januari 1980 setiap anggota PGRI dihimbau untuk menyumbang Rp. 1000,-. Direncanakan Wisma Guru ini akan sekaligus menjadi Kantor PB PGRI yang dilengkapi dengan ruang pertemuan perpustakaan kamar pemondokan / penginapan dan sebagainya. g.  Kongres ke XV 16-21 Juli 1984 di Jakarta. Kongres berlangsung di Jakarta tanggal 16-21 Juli 1984, Kongres ini menggariskan pokok-pokok PGRI untuk kurun waktu lima tahun mendatang (1984-1989) yang meliputi: ruang lingup pembinaan dan pengembangan organisasi PGRI, tanggunb jawab dan peran PGRI dalam menyukseskan Sidang Umum  MPR 1983, Repelita IV dan Pancakrida Kabinet Pembangunan V. h.  Kongres ke XVI 3-8 Juli 1989 di Jakarta. Susunan PB-PGRI Masa Bakti XVI (1989-1994) sebagai berikut:Ketua Umum : Basyuni Suramiharja, Ketua : Drs.I. Gusti Agung Gde Oka., Ketua :Dr.Anwar Jasin,M.Ed., Ketua : Dra. Mien.s. Warnaen., Ketua : H.R. Taman



Sastra Dikarna, Ketua :Taruna .SH., Ketua



:



Drs. Soetrisno, Sekretaris Jenderal : Drs. WDF Rindorindo, Wakil Sekretaris Jenderal : Drs.H. Sigit Poernomo, Wakil Sekretaris Jenderal : Drs.H. Samad Thaha, Bendahara : Drs. HKA Mooyoto, Wakil Bendahara : Drs. Udjat S. Suwarno., Wakil Bendahara : Ny. Martha Mijardi i.  Kongres ke XVII 3-8 Juli 1994 di Jakarta. Pertama kali Kongres PGRI XVII menetapkan Dewan Pembina menjadi Dewan Penasehat dan tidak ada lagi mentri yang menjadi anggota Dewan Penasehat. 5.  PGRI pada Masa Reformasi (1999-sekarang). a. .Kongres XVIII 25-28 November 1998 di Bandung. Kongres PGRI XVIII diselenggarakan pada tanggal 25-28 November 1998 di lembang Bandung dengan nama “ Reformasi pendidikan dan PGRI dalam memasuki Era Baru Abad 21”. Kongres PGRI XVIII dibuka oleh Presiden RI Prof. Dr. Ir. B.J. Habibie di Istana Negara, didampingi Menteri Pendidikan Nasional dan dihadiri para Menteri Kabinet Reformasi pembangunan lainnya.



10



Berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya, kongres PGRI XVIII mempunyai ciri Khusus: berlangsungnya dalam suasana gegap gempitannya semangat reformasi. Sebagai organisasi perjuangan PGRI sangat aspiratif terhadap tuntutan perubahan dan perkembangan yang terhadi dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu PGRI terpanggil untuk menata kembali strategi perjuangannya. Pada Kongres ini kelihatan kuatnya pengaruh reformasi dalam pemilihan susunan pengurus PB-PGRI.Kalau pada masa lampau ketua umum selalu dipilih secara aklamasi kini mulai ada perarturan antara kedua calon ketua umum, sekretaris bidang diganti menjadi ketua departemen. b. Hal- hal yang muncul dan berkembang dalam kongres PGRI XVIII 



Dalam sejarah PGRI sesudah 53 tahun berkiprah ada satu hal yang menarik dari peristiwa sejarah itu. Kongres PGRI XVIII tahun 1998 memustuskan PGRI kembali ke jatidirinya semula yaitu organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan. Adapun sifat PGRI adalah unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis (Lihat AD/ART PGRI Pasal 1).







Pemilihan pengurus Besar masa bakti XVIII merupakan klimaks dan kongres XVII. Pemilihan dilaksanakan dengan pemungutan suara (voting) secara bebas, langsung dan rahasia mengingat jumlah suara begitu besar (741) suara untuk memudahkan dari 27 Provinsi dibagi menjadi 4 kelompok, masing – masing 1 tempat pemungutan suara (TPS).



b. Jati Diri PGRI Jati diri PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan. Sedangkan sifat PGRI adalah Unitaristik: tidak mengandung perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku, golongan, gener, dan asal usul. Independen: kemandirian dan kemitrasejajaran dengan pihak lain. Non partai politik: bukan bagian atau berafiliasi dengan partai politik. Semangat: demokrasi, kekeluargaan, keterbukaan, tanggung jawab



etika,



moral,



serta



hukum.



Jati



diri



PGRI



memiliki



ciri-ciri



sebagai



berikut:Nasionalisme, Demokrasi,Kemitraan,Unitarisme,Profesionalisme,Kekeluargaan, Kemandirian, Non Partai Politik, dan Jiwa, Semangat serta Nilai-nilai ’45.



11



c.  Visi PGRI Terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggotanya, disegani mitra, dan diakui perannya oleh masyarakat. PGRI didirikan untuk mempertahankan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan dengan program utamadi bidang pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan bagi para guru. d. Misi PGRI 



Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, membela dan mempertahankan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 setia mewujudkan cita – cita Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.







Menyukseskan pembangunan nasioanal khususnya pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang berlandasakan pada asas demokrasi keterbukaan, pengakuan dan penghormatan atas hak asasi manusia memotivasi untuk mampu berdiri diatas kaki sendiri, penuh percaya diri, dan sifat ketergantungan pada siapa pun juga.







Non politik, sebagai organisasi PGRI tidak terkait atau mengikatkan diri pada salah satu kekuatan social politik maupun. PGRI memberikan kebebasan kepada individu anggotanya untuk menyalurkan aspirasi politiknya tanpa meninggalkan asas dan jatidiri PGRI.







Perjuangan PGRI sebagai organisasi perjuangan mengemban amanat cita–cita Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dilandasi jiwa, semangat dan nilai – nilai 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab , menegakkan dan melaksanakan secara aktif hakikat dan perwujudan cita–cita nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.







Manfaat. Sebagai wadah tempat terhimpunnya para guru dan tenaga kependidikan lainnya, PGRI berusaha memberikan manfaat yang sebesar - besarnya baik bagi organisasi maupun masyarakat tanpa harus merugikan dan menggangu hak dan kepentingan orang lain. Kemanfaatan diarahkan juga bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.



12



BAB VI PENUTUP



A. SIMPULAN 1. Peranan guru setelah kemerdekaan sudah tidak diisi lagi dengan perjuangan fisik mengangkat senjata, tetapi diisi melalui bidang pendidikan. 2. Guru yang dulunya belum sepenuhnya dianggap sebagai profesi akhirnya diakui sebagai profesi dengan adanya pencanangan guru sebagai profesi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Desember 2004. 3. Guru tidak sekedar menjalankan tugas, namun harus memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan di tanah air (menjadi guru yang kreatif, berwawasan, professional, bermoral,  kompeten dan pendorong perubahan).



Daftar Pustaka Penerbit YPLP./PPLP PGRI Pusat Jakarta.2012



13