Plantar Fasciitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PLANTAR FASCIITIS TUGAS ILMU PENYAKIT DALAM



Oleh : I MADE AGUNG SURYA ADNYANA 1570013 / 2016 D



Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya 2019/2020 Surabaya 1



A. Plantar Fasciitis 1. Definisi Plantar Fasciitis Plantar fasciitis adalah radang fasia telapak kaki. Cedera ini merupakan inflamasi dari ligamentum telapak kaki yang disebut fasia plantaris. Plantar fasciitis dapat terjadi secara bersama-sama pada kalkaneal periostitis. Rasa sakit dapat timbul dimana saja, pada telapak kaki biasanya tidak diikuti dengan pembengkakan. Rasa nyeri dapat timbul karena robekan mendadak selama berolahraga ataupun secara perlahan-lahan (Wibowo, 2007).



Gambar 2.4 Plantar fasciitis (Tejo, 2010)



Kondisi tersebut disebabkan karena terlalu sering menggunakan plantar fasciitis, peningkatan aktivitas fisik, berat badan atau usia (Lamont et al, 2003 dalam Sivasankar 2014). Nyeri ini dapat berlanjut setiap hari, terutama setelah berdiri terlalu lama (Thompson et al.,2014).



2



2. Tanda dan Gejala Sebagian besar penderita plantar fasciitis mengeluh nyeri ketika turun dari tempat tidur dan mulai mau melangkahkan kaki saat bangun tidur dipagi hari. Nyeri berkurang ketika sudah berjalan beberapa langkah. Nyeri bisa bertambah jika banyak melakukan aktifitas pada posisi berdiri waktu yang lama atau ketika naik/turun tangga (Mujianto, 2013). 3. Etiologi Etiologi kondisi ini tidak diketahui dengan jelas dan kemungkinan terjadi secara alami. Obesitas, aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan, perbedaan anatomi, biomekanik yang buruk, aktivitas yang lebih dan kaki yang kurang memadai merupakan faktor yang mendukung terjadinya nyeri telapak kaki (Patil & Gaigole, 2016). a. Faktor-Faktor Risiko Nyeri Plantaris Adapun faktor-faktor risiko terjadinya nyeri plantaris sebagai berikut (Kurniawan, 2013) : -



Usia Nyeri Plantaris terjadi paling sering antara usia sebanyak 40 dan 60 (Aliwarga, 2013)



-



Bentuk kaki flat foot atau high arch. Pada kaki yang flat foot atau pronated flat dapat menimbulkan perubahan liganment dari calcaneus sehingga mempengaruhi arkus plantaris dalam aktifitas saat menumpu berat badan ketika berdiri atau berjalan. Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-



3



otot intrinsik plantaris tidak memadai yang mengakibatkan terlalu teregangnya ligament sehingga arkus plantaris menjadi collaps (Duff, 2004). -



Kelebihan



Berat



Badan.



Kelebihan



berat



badan



menyebabkan penumpuan berat beban yang besar pada kaki, terutama daerah tumit yang menerima persentase tekanan yang besar sehingga perlekatan struktur fasia mengalami penekanan berlebihan (Sunarya, 2012). -



Individu dengan pekerjaan lebih banyak berdiri atau berjalan. Karyawan pabrik yang menghabiskan waktu kerja mereka untuk berdiri atau berjalan pada permukaan keras. Ini dapat mengganggu ligamen plantar fascia dan dapat menyebabkan nyeri (Aliwarga, 2013).



-



Penggunaan sepatu yang tidak tepat. Hindari sepatu dengan bertelapak tipis dan longgar, serta sepatu tanpa arch support yang cukup untuk menyerap shock (Aliwarga, 2013). Sepatu yang tidak tepat atau sepatu dengan hak tinggi akan beresiko berakibat pada keluhan muskuloskeletal dan sampai terjadi nyeri pada telapak kaki. Munculnya nyeri pada telapak kaki dikarenakan adanya peregangan pada ligament plantar fascia dan tekanan yang berlebih pada tumit. Peregangan pada telapak kaki ini dikarenakan pemakaian



4



sepatu



dengan



tumit



yang



tinggi



dan



menyebabkan lengkungan pada telapak kaki meregang dari batas normalnya lengkungan pada kaki (Sinta, et al., 2014). -



Kehamilan. Selain terjadi penambahan berat badan juga karena pengaruh hormon yang dapat menyebabkan jaringan ikat untuk relaksasi menjadi lemas sehingga dapat memicu terjadinya plantaris (Kurniawan, 2013)



-



Usia, jenis kelamin, dan ras-terkait demografi. Insiden yang tepat dan prevalensi menurut umur plantar fasciitis tidak diketahui, tetapi kondisi ini terlihat pada orang dewasa dari segala usia. Sebuah insiden puncak dapat terjadi pada wanita berusia 40-60 tahun. Sebuah insiden meningkat ada pada pasien spondiloarthropathies tertentu (misalnya ankylosingspondilytis), yang sering hadir pada pasien berusia 20-40 tahun. Perempuan dipengaruhi fasciitis dua kali lebih sering dari pria. Pada orang muda, kondisi terjadi sama pada kedua jenis kelamin. Ras dan etnis memainkan peran dalam kejadian plantar fasciitis



b. Faktor yang mempengaruhi plantar fasciitis menurut (Napitulu, 2011) : -



Pola kaki datar terjadi gerakan pronasi sehingga terjedi pemegangan fascia sisi medial.



-



Lengkungan kaki yang tinggi, sehingga mengakibatkan pemendekan pada laseaa plantaris.



-



Pola hidup memiliki penggaruh yang besar terjadinya Basciitis plantaris seperti; kebiasaan berdiri dalam jangka



5



waktu yang lama dan kebiasaan berjalan jauh dengan menggunakan alas kaki yang keras. Kaki pes cavum memiliki tekanan yang berlebih pada fascia plantaris selama heel strike ke midstance, sedangkan kaki yang pes planus akan memberikan penekanan pada fascia selama midstance ke terminal stance dan juga pada saat toe off. (Saidoff, 2002) Sedangkan bentuk pada kaki flat foot atau pronated flat dapat menimbulkan perubahan liganment dari calcaneus sehingga mempengaruhi arkus plantaris dalam aktifitas saat menumpu berat badan ketika berdiri atau berjalan. Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-otot intrinsik plantaris tidak memadai yang mengakibatkan terlalu teregangnya ligamen sehingga arcus plantaris menjadi collaps. Bila hal ini teijadi, maka talus pronasi dan dapat tergeser ke medialis dari calcaneus, Pada akhirnya dapat merubah bentuk susunan ossa tarsi yang terlibat os.Calcaneus, os.Naviculare dan os. Cuboideum (Kahle, 1995). 4. Epidemiologi Plantar fasciits bisa terjadi pada semua umur terutama pada usia pertengahan dan usia lanjut. Lebih beresiko karena faktor seperti pekerjaan atau aktivitas yang lebih banyak berdiri atau berjalan, obesitas, kehamilan, diabetes melitius, aktivitas fisik yang berlebihan seperti atlit, penggunaan sepatu kurang tepat (Carter, 2001 dalam Hendarto, 2015). 5. Patofisiologi Plantar fasciitis 6



Plantar fasciitis adalah proses degeneratif kronis yang melibatkan aponeurosis



plantar kaki, paling sering di insersi ke dalam tuberkulum medial



kalkaneus. Proses ini melibatkan regangan berulang yang kelihatannya berdampak pada microtearing, yang mendorong respon perbaikan. Analisis histologis menunjukkan penebalan yang ditandai dan fibrosis dari plantar fasia bersama dengan nekrosis kolagen, metaplasia chondroid, dan pengapuran (Thompson et al. 2014). 6. Diagnosis



Anamnesa



Pasien datang dengan keluhan pada pagi hari sering merasakan nyeri dibagian tumit setelah melangkah beberapa kali. Tetapi pada siang hari keluhan ini dirasakan agak berkurang bahkan pada waktu malam hari keluhan ini tidak dirasakan lagi. Tetapi keluhan ini terkadang kembali dirasakan apabila terlalu banyak melakukan aktivitas berjalan atau berdiri.



Pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu sangat penting dilakukan oleh para olahragawan atau pekerja berat, karena kurangnya pemanasan atau peregangan otot bisa memicu timbulnya keluhan ini.



Bila pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala-gejala seperti diatas, pasien harus dicek lebih cermat lagi. Nyeri ini biasanya bisa timbul didepan atau dibawah tumit. Tetapi bisa juga terdapat dibawah kaki dimana letak fascia tersebut berada. Rasa nyeri



7



ini bisa berlangsung beberapa bulan atau bisa menjadi permanen. Terkadang gejala ini bisa timbul dan hilang setelah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.



Pemeriksaan palpasi



Penderita biasanya dapat menunjukkan letak rasa nyeri tersebut dirasakan (seperti pada gambar diatas). Pasien dengan posisi tidur dan rileks dengan kaki terlentang kemudian tangan kiri kita menyanggah kaki penderita dan tangan kanan melakukan palpasi dengan ibu jari menekan pada plantar fascianya. Jika penderita mengalami sakit maka kemungkinan pasien ini menderita . Pemeriksaan inspeksi Apabila ini telah lanjut maka penderita cara berjalannya berubah karena telapak kaki terjadi nyeri yang hebat, sehingga beban tubuh hanya ditumpu pada ujung telapak kaki (jinjit).



8



Pada umumnya pasien mulai berjalan jinjit karena nyeri tumit namun dengan berjalan (jinjit) atau dengan kaki bagian depan menyebabkan ketegangan pada plantar fascia yang lebih menarik tumit dan bisa membuat kondisi ini semakin memburuk (lihat pada gambar diatas). Diagnosa plantar fasciitis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan hasil dari pemeriksaan fisik. Pasien biasanya dikenali dengan adanya nyeri tumit inferior yang menumpu berat badan dan nyeri terjadi persisten dalam beberapa bulan atau tahun. Nyeri yang berhubungan dengan plantar fasciitis mungkin dirasakan seperti berdenyut, membakar, atau menusuk, terutama pada langkah pertama dipagi hari atau setelah beberapa periode tidak beraktivitas. Ketidaknyamanan biasanya meningkat setelah istirahat panjang atau setelah aktivitas yang terbatas. Berjalan tanpa alas kaki atau naik tangga akan memperparah nyeri. Pasien biasanya mengalami nyeri pada sekitar tuberositas kalkaneus medial pada aponeurosis plantaris. Beberapa diagnosa banding untuk plantar fasciitis adalah sebagai berikut: Kondisi Neurologic Abductor digiti quinti nerve entrapment Lumbar spine disorders 9



Karakteristik Rasa terbakar di bantalan tumit Nyeri yang menjalar dari tungkai ke tumit,



Kondisi



Karakteristik kelemahan, refleks abnormal. Problems with the medial calcaneal branch Nyeri pada medial tumit of the posterior tibial nerve Neuropathies



Biasanya



terjadi



pada



pasien



yang



mengkonsumsi alkohol dan pada pasien diabetes. Nyeri diffusa pada kaki dan terjadi malam hari. Nyeri, sensasi terbakar, dan kesemutan



Tarsal tunnel syndrome



pada kaki Soft tissue Achilles tendonitis Fat pad atrophy Heel contusion Plantar fascia rupture Posterior tibial tendonitis Retrocalcaneal bursitis Skeletal Calcaneal epiphysitis (Sever’s disease) Calcaneal stress fracture



Nyeri pada retrokalkaneus Nyeri pada area bantalan tumit yang atrofi Ada riwayat trauma Sensasi nyeri pada bagian bawah kaki Nyeri pada kaki dan ankle Nyeri pada retrokalkaneus Nyeri tumit pada remaja Pembengkakan kalkaneus, hangat, dan nyeri tekan. Osteomyelitis Gejala sistemik (e.g., fever, night pain) Sama dengan PF tetapi terjadi bilateral Banyak sendi yang terlibat Nyeri pada suprakalkaneus



Infections Inflammatory arthropathies Subtalar arthritis Miscellaneous Metabolic disorders Osteomalacia



Nyeri tulang diffusa dan kelemahan pada



Tumors (jarang)



otot Deep bone pain, night pain, constitutional



Vascular insufficiency



symptoms Pain in muscle groups that is reproducible with



exertion,



examination



10



abnormal



vascular



Pemeriksaan radiologis tidak begitu  berguna untuk menegakkan diagnosa plantar fasciitis, tetapi dapat dipertimbangkan jika diagnosa banding lain lebih kuat mengarah. Berdasrkan studi case control yang membandingkan pasien dengan dan tanpa plantar fasciitis penebalam aponeurosis pada tumit yang diidentifikasi dengan USG, biasanya berhubungan dengan plantar fasciitis. Dari pemeriksaan radiologis biasanya didapatkan kalsifikasi pada jarinmgan lunak disekitar tumit atau osteofit pada anterior kalkaneus yang biasnya disebut heel spurs. 50 % pasien dengan plantar fasciitis dan lebih dari 19% orang tanpa plantar fasciitis mempunyai heel spurs. Ada atau tidaknya heel spur tidak bisa menyingkirkan diagnosa plantar fasciitis. Scanning pada tulang bisa menunjukkan peningkatan ketebalan kalkaneus dan MRI bisa menunjukkan penebalan pada fascia plantaris. Namun, akurasi data yang didapat tiak bisa menegakkan diagnosa plantar fasciitis.



TERAPI 11



Pengobatan untuk Plantar Fasciitis meliputi: 1. Latihan peregangan Latihan yang efektif tidak hanya untuk bantuan aktif dari plantar fasciitis, tapi Juga membantu untuk meminimalkan kekambuhan. Latihan peregangan digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas otot-otot paha, betis, dan fascia plantaris sendiri. Penegangan pada otot-otot kaki yang dapat diakibatkan tidak proporsionalnya stressor pada fascia plantaris saat berjalan dan berlari meningkatkan resiko cedera. Latiahanperegangan untuk fascia plantaris sendiri dapat meningkatkan fleksibilitas fascia dan mengurangi potensi kerusakan. Contoh latihan peregangan adalah: a. Peregangan Gastrocnemius dengan mendorong dinding Gastrocnemius adalah salah satu kelompok otot utama di betis. Untuk meregangkan otot ini, tempatkan tangan anda pada dinding dan berdiri dengan kedua kaki rata dilantai, satu kaki di depan kaki lain. Jauhkan paling belakang kaki lurus dan kaki pointed lurus ke depan. Bersandar ke depan tanpa melengkungkan punggung. Menempatkan berat badan pada kaki sambil membungkuk ke depan dilutut. Jika anda merasa peregangan di pertengahan betis kaki lurus. Tahan peregangan selama 10-15 detik, rilis, kemuadian ulangi 6-8 kali membalikan posisi kaki dan regangkan kaki yang lain. b. Peregangan gastrocnemius dengan naik tangga



12



Gastrocnemius juga dapat dirgangkan menggunakan latihan sederhana yang dapat dilakukan sambil berdiri pada tangga. Berdiri dengan ujung kaki pada tepi tangga dan tumit tidak menapak tangga. Sementara memegang pegangan tangga untuk keseimbangan, naik setinggi mungkin pada jari kaki dan kemudia menurunkan sendiri perlahan-lahan setinggi tanpa memindahkan kaki sampai mersakan regangan dibetis. Tahan posisi selama 1-2 deti dan ulangi 10-20 kali. c. Peregangan soleus Soleus adalah salah satu dari kelompok otot utama pada betis. Untuk meregangkannya posisikan diri seperti pada contoh peregangan pertama tetapi dengan kedua tungkai menekuk dan pantat turun. Yakinkan bahwa kaki anda lurus ke depan dan tidak berubah. Dorong dinding dengan tumit tetap di lantai. Saat menekuk lutut, bebankan berat badan pada belakang kaki. Lanjutkan sampai merasa betis teregang. Lakukan selama 30 detik dan ulangi 2-3 kali pada masing-masing sisi. d. Peregangan hamstring Hamstring adalah utama otot paha yang berjalan tepat



di



bawah lutut ke pantat dan mengankat kaki bagian bawah dan menekuk lutut. Jika hamstring terlalu menegang, tekukan lutut selama berjalan dan berlari sangat berlebihan yang pada gilirannya dapat menghasilkan peningkatan tarikan pada tulang tumit dan



13



terlalu banyak ketegangan diplantar fascia. Untuk meregangakan hamstring, berbaring dengan punggung rata kelantai dengan mata fokus ke atas. Pegang belakang pahadengan kedua tangan dan, dengan kaki membungkuk,tarik pahasampai tegak lurus terhadap lantai dan kemudian perlahan-lahan meluruskan lutut. Ulangi latihan dengan kaki lainnya. e. Peregangan fascia plantaris sambil duduk Selama berjalan normal, fascia plantar memanjang dan kemudian  memendek ketika kaki menyentuh tanah. Jika fascia plantaris kurang elastis bisa mengakibatkan kerusakan serat pada fascia dan terjadi  peradangan. Latihan yang meregangkan fasia plantar dapat meningkatkan fleksibilitas dan membantu menahan tekanan yang ditempatkan di atasnya tanpa mengalami  kerusakan. Fasia plantar dapat dengan mudah diregangkan sambil duduk. Duduk di kursi atau di tepi tempat tidur dengan satu kaki disilangkan di atas yang lain. Tempatkan jari dari tangan sisi yang sama dengan silang kaki di pangkal jari kaki dan tarik jari-jari kaki kembali ke arah tulang kering sementara menjaga kaki tetap sampai peregangan dirasakan pada bagian bawah kaki. Ulangi latihan lima kali untuk setiap kaki. Latihan ini sangat efektif bila dilakukan sebelum mengambil langkah pertama hari dan setelah lama duduk atau tidak aktif. f. Latihan Wall Stretches.



14



Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari tembok, lakukan dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan kaki yang sakit di belakang dan kaki lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan, sementara meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel di lantai. Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3 kali sehari.



g. Latihan Peregangan dengan Counter Top. Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki terpisah dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi jongkok tahan. Posisi tumit tahan dilantai selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan



15



meregang dan tahan posisi ini selama 10 detik. Rileks kemudian luruskan kembali, ulangi sampai 20 kali.



h. Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage. Latihan ini dilakukan sebelum turun dari tempat tidur, jadi saat bangun tidur atau  setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat kita tidur plantar fascia semakin mengencang.



16



i. Latihan-latihan tambahan. Latihan-latihan ini dapat dilakukan saat pasien sedang beraktivitas dengan berdiri dalam jangka waktu lama (contohnya tempat kerja, dapur, dll).



2. Alat Bantu Alat bantu untuk Plantar Fascitis dapat berupa : a. Arch support dan orthotics Pasien dengan kaki yang datar secara teori memiliki kemampuan untuk mengabsorbsi tekanan dari kaki. Untuk memperbaiki hal ini 17



dapat dibantu dengan Arch support dan orthotics yang berfungsi untuk mengurangi tekanan pada kaki dan mengontrol biomekanik dari kaki.



b. Night splints (Bidai malam) Night splints dirancang untuk menjaga mata kaki seseorang dalam posisi netral sepanjang malam. Kebanyakan individu biasanya tidur dengan telapak kaki dalam posisi flexi, sebuah posisi yang menyebabkan plantar fascia dalam posisi yang memendek. A Night dorsiflexion splint (bidai dorsoflixi malam) memungkinkan peregangan pasif dari betis dan plantar fascia selama tidur. Peregangan yang terjadi dapat memungkinkan untuk penyembuhan karena saat itu plantar fascia dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi pengurangan tegangan saat melangkah pertama di pagi hari.



18



c. Silicon heel cushions Alat bantu berupa bantalan untuk tumit sepatu yang bentuknya mirip donat dengan lubang ditengahnya. Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada tumit kaki.



19



d. ProStretch dan Foot Flex Alat ini berfungsi untuk mengurangi tekanan yang berlebihan pada plantar fascia dan tendon achilles ketika berjalan atau berlari.



3. Ortosis. Koreksi sepatu atau sandal membantu mengurangi rasa nyeri pada tumit sewaktu menapak atau berjalan. Penyangga lengkungan kaki (Arch Support), yang bisa dipakai/ diletakkan dalam sepatu, ataupun bidai yang digunakan pada malam hari yang disebut Night Splint, karena di gunakan saat tidur malam hari. 4. Obat-obatan Apabila nyeri tidak berkurang dapat diberikan obat-obatan jenis NSAID  seperti Ibuprofen, Naproxen, Na Diclofenac,dll. Obat



ini



berfungsi



untuk



menghilangkan



nyeri



dan



pembengkakan. Obat ini di gunakan selama satu bulan dan setelah 20



itu harus di konsultasikan ulang ke dokter yang menanganinya. Selain menggunakan obat-obatan oral, apabila diperlukan dapat dilakukan penyuntikan dengan 5. Ultrasound Diathermy (US) Untuk mengurangi nyeri pada Plantaris Fasciitis terapi Non



Invasif



yang



sering



digunakan



adalah



dengan



modalitas Ultrasound Diathermy (US). US adalah diatermi berdasarkan konversi energi suara frekensi tinggi , dengan daya tembus paling dalam (3-5 cm) diantara diatermi lainnya, gelombang suara ini selain memberikan efek panas/termal, juga ada efek non termal/mekanik yaitu Micromassage. Terapi ultrasound digunakan untuk kasus plantar fasciitis karena efek panas dan efek mekanik pada gelombang ultrasound menyebabkan peningkatan sirkulasi darah ke jaringan setempat. Radang pada plantar fascia ini terjadi karena adanya trauma atau strain, sehingga terjadi perubahan pembuluh darah dan perubahan sel leukosit. Pengaruh panas ultrasound juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada plantar fasciitis karena gelombang pulsed yang rendah intensitasnya dapat memberikan efek sedative dan analgesik pada ujung-ujung saraf sensorik. US efektif dalam mempercepat proses pembuangan infiltrat hasil inflamasi dan mengurangi perlengketan yang terjadi. Maka US



21



merupakan pilihan dalam pengobatan reumatik non artikuler. Intensitas yang diapakai 0,5 -2,5 watt/cm2. Lama pemberian 510 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. Selain US alat non



invasif



lainnya



yang



sering



dipakai



untuk



mengatasi Plantar Fasciitis adalah Extracorporeal shockwave therapy (ESWT). 6. Extracorporeal



shockwave therapy (ESWT) / terapi



gelombang kejut. Penanganan  yang paling mutakhir, aman, ekonomis, non invasif dan tanpa efek samping  adalah gelombang kejut yang dipancarkan



dari



luar



tubuh



(extra



corporeal)



atau



disebut Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) yang diciptakan di Jerman dan dipakai di  AS setelah disetujui oleh FDA (Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan di AS) pada tahun 2001.  Penelitian manfaat ESWT pada nyeri tumit / telapak kaki sudah dilakukan sejak tahun 1990an. Penelitian terbaru yang terbit pada Maret 2010 membuktikan bahwa Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) bisa mengatasi rasa sakit pada tumit dan/atau telapak kaki (plantar fasciitis).  Di Amerika Serikat, ESWT dijinkan dipakai sejak 2001. Awalnya mesin ini dipakai untuk memecahkan batu ginjal. Namun penelitian lebih lanjut membuktikan ternyata bisa untuk menangani gangguan



22



persendian. Gelombang kejut yang dihasilkan mesin ini mampu merangsang perbaikan aliran darah ke daerah persendian yang mengalami peradangan, sehingga membantu menghilangkan rasa sakit sendi. Selain itu, gelombang kejut juga berfungsi menipiskan perkapuran yang menyebabkan rasa nyeri. Dengan ESWT, pasien tidak perlu rawat inap. Ia juga bisa beraktivitas seusai terapi tanpa gangguan. Kelebihan lain, hasil terapi dapat bertahan selama beberapa tahun tanpa pengulangan. Prosedurnya pun tak rumit. Pada aplikasinya, pasien akan menjalani pemeriksaan terlebih dahulu pada titik-titik sendi yang  nyeri oleh Dokter Spesialis Kedokteran Fisik Rehabilitasi (SpRM). Terapi ini dimulai dengan intensitas paling rendah dan meningkat bertahap sampai tahapan yang ditargetkan.Waktu terapi hanya sekitar 15-30 menit. Jumlah energi tergantung pada berat ringannya penyakit pasien serta lokasi dari nyeri. rasa sakit yang dialami pasien berkurang dalam 3 bulan setelah menjalani 3 kali ESWT dan perbaikan selanjutnya terus berlangsung. Kekurangan alat ini hanyalah belum banyak ditemui di Rumah sakit maupu klinik rehabilitasi medik lainnya, bila dibandingkan dengan keberadaan US. 7. Operatif. Pembedahan untuk mengatasi masalah ini sangat jarang dilakukan, tindakan operasi pada kasus ini biasanya dilakukan



23



setelah 12 bulan dilakukan pengobatan non operatif dengan maksimal tidak didapatkan hasil yang diharapkan. Penanganan dengan cara operasi mempunyai keberhasilan 50%. Jenis Operasi yang biasa dilakukan untuk mengatasi Plantar Fasciitis adalah dengan melakukan  Gastrocnemius recession atau Plantar fascia release. Tindakan operatif pada kasus ini bukan tanpa resiko, terkadang rasa sakit masih tetap dirasakan atau bahkan bertambah buruk. Komplikasi lainnya adalah terjadinya kerusakan pada syaraf dan terjadinya infeksi. Memang secara statistik hasil yang memuaskan setelah dilaksanakannya operasi juga cukup banyak, oleh sebab itu tindakan operatif ini hanya disarankan apabila tindakan tindakan non operatif tidak memberikan hasil yang memuaskan. LARANGAN 1. Penggunaan sepatu yang kurang tepat misalnya sepatu dengan sol tipis yang kurang bisa mendukung bagian tengah telapak dan terlalu besar di bagian tumit atau sudah tua. 2. Memakai sepatu bertumit tinggi (lebih dari 5cm) secara rutin dapat memperpendek otot achilles dan mengencangkan otot betis. Namun Saat ini kita menggantinya dengan sepatu tumit datar   justru akan menambah ketegangan pada tumit jadi sepatu yang paling tepat adalah sepatu bertumit rendah.



24



3. Aktivitas yang berlebihan pada orang-orang yang sudah berusia lanjut. 4. Pada ibu yang hamil atau sedang menggendong bayinya dengan berdiri lebih dari 20 jam sehari 5. Melakukan pronation yang berlebihan, dimana pronation adalah fase berjalan dan      berlari. Pronation dan peregangan yang berlebihan membuat jaringan lunak meradang. Ini bisa membangun cairan  dan sel-sel berakumulasi disebuah area yang cedera. Ini  menciptakan lingkunagn yang buruk untuk penyembuhan. 6. Terlalu banyak melakukan aktivitas atau olah raga yang terlalu besar memberikan beban pada tumit contohnya seperti  berjalan, jogging, berlari atau melompat. SARAN YANG HARUS DILAKUKAN 1. Berolah raga yang mengurangi beban pada tumit contohnya berenang. 2. Diet dan menurunkan berat badan pada penderita obesitas atau kegemukan. 3. Melakukan latihan peregangan otot setiap hari akan meningkatkan fleksibelitas plantar fascia, otot achilles dan otot betis. Beberapa latihan peregangan diantaranya adalah : -



Membersihkan jari-jari kaki dengan handuk



-



Meregangkan jari-jari kaki dengan bantuan jari tangan



25



-



Meregangkan betis dan tumit pada lantai



4. Setelah bangun tidur pagi hari hendaknya duduk dengan rileks dengan kaki ditaruh  di lantai 5. Memakai sepatu bertumit rendah antara 2,5-5 cm. Kokoh dan mendukung bagian tengah dan telapak kaki, pilih kualitas sepatu yang baik dan berkualitas untuk berjalan dan berlari. 6. Jangan memberikan beban terlalu berat terhadap kaki 7. Pemberian kompres es pada kaki setelah melakukan aktivitas berat 8. Melakukan pemanasan yang cukup sebelum melakukan olah raga atau aktivitas yang berat.



26



DAFTAR PUSTAKA Aliwarga, J. 2013. Kenali Plantar Fasciitis Nyeri Pada Telapak Kaki. Vol. 21. Jakarta: PT Mesa Publishing. Hendarto, Donny. (2015). Efek Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris. Kurniawan, A.A. 2013. Plantar Fasciitis. Indonesia: [online] Available at : http://www.ismc.co.id/component/k2/item/3-plantar-fasciitis[accessed 9 Febuari 2015 Mujianto. (2013). Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal Dalam Praktik Klinik Fisioterapi (hlm. 151-152). Jakarta: TIM. Patil, Shubhangi, P.., Gaigole, Ritesh. (2016). Effectiveness of myofascial release technique and taping technique on pain and disability in patients with chronic plantar fasciitis: Randomized Clinical trial. International Journal of Therapies and Rehabilitation. E-ISSN: 2278-0343. Qittum. (2008). Konsep Dasar Nyeri. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2008. Thompson et al. (2014). Diagnosis and Management of Plantar Fasciitis. The Journal of the American Osteopathic Association. Vol 114. No 12. Tejo. (2010). Plantar Fasciitis. https://bimaariotejo.wordpress.com/2010/04/21/plantarfascitis/. Diakses pada tanggal 21 April, 2010.



27



Ulfa. (2014). Tinjauan Pustaka. Diakses pada tahun 2014. Wibowo, Hardianto. (2007) Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Ed.2. Jakarta: EGC.



28