PLN Handbook - Transmisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TERINTEGRASI



KATEGORI



TRANSMISI M O D E L D A N I M P L E M E N TA S I



TRANSM ISI



4



DAFTAR ISI



1



2



KONSEP PRODUKTIVITAS



06



Pengukuran Produktivitas



08



Manfaat Bagi PLN



09



Output Input dalam Produktivitas



10



Mengapa Perlu Mengukur Produktivitas



12



Kenapa Perlu Pengukuran Produktivitas yang Setara?



14



Survey Faktor Lingkungan Produktivitas



16



Konsep Incentive & Disincentive Faktor Lingkungan



18



Pengukuran Produktivitas di PT PLN Sebelumnya



20



Peluang Pengembangan Pengukuran di PT PLN



21



Penentuan Unit yang Efisien



22



Referensi Penerapan Model Produktivitas di Beberapa Negara



24



MODEL PRODUKTIVITAS PT PLN



26



Kategorisasi dan Penjenjangan



28



Output Dalam Model Produktivitas



30



Output Aspek Teknik : OEE (Overall Equipment Effectiveness)



32



TRANSMISI



3



5



MODEL PRODUKTIVITAS KATEGORI TRANSMISI



34



Input-Output Faktor Lingkungan



36



Perhitungan OEE Trafo



38



Terminologi dalam OEE Trafo



39



Perhitungan OEE Transmisi



40



Terminologi dalam OEE Transmisi



41



Perhitungan OEE Pengatur Beban



42



Terminologi dalam OEE Pengatur Beban



43



Perhitungan OEE Transmisi 3



44



Terminologi dalam OEE Transmisi 3



45



Input Aspek Keuangan: Biaya Pengusahaan



46



Kompleksitas Pegawai



47



Contoh Perhitungan Kompleksitas Pegawai



48



Kompleksitas Ruang Lingkup Pelayanan



49



Kompleksitas Jaringan Transmisi



51



Kompleksitas Gardu Induk



51



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



6



KONSEP PRODUKTIVITAS



TRANSMISI



7



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



8



Pengukuran Produk­­tivitas sebagai upaya meningkatkan daya saing



Produktivitas adalah faktor yang sangat menentukan dalam pengukuran performansi perusahaan. Produktivitas yang tinggi sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan profit perusahaan dalam jangka panjang.



Produktivitas menggambarkan ukuran-ukuran efisien produksi atau layanan. Dengan mengukur tingkat produktivitas, perusahaan akan mampu mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi pengelolaan sumber dayanya. Faktor yang masih rendah merupakan indikasi ketidakefektifan atau ketidakefisienan sehingga menjadi peluang improvement bagi perusahaan.



TRANSMISI



9



Manfaat Bagi PLN



Tingkat Produktivitas dan Pertumbuhan •



PLN dapat memantau dan menganalisis produktivitas organisasi.







PLN dapat melakukan pemantauan pertumbuhan produktivitas organisasi dari waktu ke waktu.



Perbandingan Produktivitas •



PLN dapat memantau dan menganalisis produktivitas antar unit di dalam organisasi.







PLN dapat melakukan pemantauan pertumbuhan produktivitas antar unit di dalam organisasi dari waktu ke waktu.



“Without productivity objectives, a business does not have direction. Without productivity measurement a business does not have control” Peter Drucker



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



10



Output Input dalam Produktivitas



SDM



BIAYA



MATERIAL



MESIN



IN PUT lain



PROSES



PRODUK/LAYANAN



Produktivitas menggambarkan perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Output dan input yang diperhitungkan harus memiliki hubungan yang kuat dengan efektivitas dan efisiensi bisnis perusahaan.



TRANSMISI



11



Produktivitas dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara output terhadap input



Produktivitas



P



=



Output Input



O I



Strategi Orientasi



Strategi Orientasi



Peningkatan produktivitas yang berfokus pada upaya penurunan (efisiensi) input, dengan output yang konstan.



Peningkatan produktivitas yang berfokus pada upaya meningkatkan output, dengan input yang konstan.



Note : Strategi peningkatan produtivitas dapat juga dilakukan dengan menggabungkan strategi orientasi input dan output.



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



12



Mengapa Perlu Mengukur Produktivitas Pengukuran produktivitas merupakan prasyarat bagi organisasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat diketahui apakah organisasi mampu mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas tertentu.



Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan input/sumber daya organisasi untuk menghasilkan output.



Agar dapat melakukan perbandingan secara obyektif terhadap unit benchmark (pembanding) yang terbaik di lingkup internal perusahaan.



Sebagai analisa evaluasi performansi unit-unit kerja yang terdapat dalam lingkup perusahaan.



TRANSMISI



13



Pengukuran Produktivitas Secara Berjenjang



Corporate Performance



Business Process C Business Process B



Corporate Productivity



Business Process C Business Process B



Business Process A



Unit Performance



Employee Performance



Tingkat produktivitas sangat mempengaruhi tingkat performansi. Di dalam pengukuran produktivitas, unit kerja yang berada dalam unit bisnis yang sama dapat diperbandingkan secara relatif. Hasil pengukuran ini dapat menunjukkan unit kerja mana yang telah efisien/efektif dan mana yang belum sehingga dalam unit kerja tersebut perlu dilakukan upaya perbaikkan. Pada organisasi yang berjenjang dan terdiri dari banyak unit bisnis, maka pengukuran produktivitas juga dilakukan secara berjenjang dimulai



Business Process A



Unit Productivity (DMU)



Employee Performance



dari unit kerja yang terkecil dan diagregasi hingga menjadi ukuran produktivitas pada unit yang paling atas. Oleh karena itu, produktivitas unit terkecil akan mempengaruhi produktivitas unit di atasnya, demikian seterusnya hingga unit yang paling atas. Unit kerja yang diukur di dalam produktifitas dapat disebut sebagai DMU atau Decision Making Unit. Produktivitas dari unit kerja ini tentunya juga dipengaruhi oleh produktivitas dari masing-masing individu pegawai.



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



14



Mengapa perlu pengukuran produktivitas yang SETARA?



EQUALITY



(kesetimbangan)



Pengukuran produktivitas umumnya hanya mempertimbangkan Input dan Outputnya saja. Sehingga dapat terjadi perbedaan yang berarti untuk upaya yang dikeluarkan masing-masing unit karena adanya kemampuan atau modal dasar. Pemberian target yang setimbang, namun belum mencapai kesetaraan input.



TRANSMISI



15



Fair Productivity Measurement



EQUITY



(kesetaraan)



Kesetaraan merupakan kondisi ideal dalam pengukuran produkivitas. Dengan mempertimbangkan kesetaraan, input yang tidak setara akan di’sesuai’kan terlebih dahulu agar proses perbandingan relatif akan mampu menampilkan pengukuran yang fair.



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



16



Survey Faktor Lingkungan Produktivitas Survei ke beberapa lokasi layanan dan unit pelaksana pada tiap proses bisnis PT PLN telah dilaksanaan pada tahun 2014. Survei produktivitas bertujuan untuk menggali variabilitas input secara langsung. Beberapa kondisi yang terkait dengan faktor lingkungan produktivitas antara lain adanya hambatan geografis, kendala sosial tiap wilayah, pengelolaan sumber daya manusia, kelancaran pasokan bahan baku, perawatan alat/mesin, ketersediaan alat transportasi, dan lain-lain.



Disjaya



UPB Sumbagteng



Omesuri, NTT



PLTA Riam Kanan



TRANSMISI



17



Topografi berbukit & jalan berkelok



Jalan Rusak (Atambua –Betun; LembataOmesuri)



GI Lubuk Alung



PDKB P3B Sumatera



Proyek transmisi &GI, Talise, Palu



Proyek Gardu Induk Talolama



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



18



Konsep Incentive & Disincentive pada Variabel Input dengan mempertimbangkan Faktor Lingkungan



Jika kondisi lingkungan lebih sulit maka variabel input mendapatkan faktor pengali lebih kecil daripada 1



INSENTIF



Nilai untuk faktor yang normal adalah 1



NORMAL



Jika kondisi lingkungan menyebabkan kemudahan maka variabel input mendapatkan faktor pengali lebih besar daripada 1



DISINSENTIF



CONTOH Bila suatu unit dialokasikan 100 Pegawai dengan Faktor Lingkungan Kompleksitas Pegawai = 0.9



Maka input yang diperhitungkan adalah 90 Pegawai (0.9 x 100)



TRANSMISI



19



INSENTIF



DISINSENTIF



AKSES TRANSPORTASI SULIT



AKSES TRANSPORTASI MUDAH



PERBAIKAN JARINGAN SULIT



PERBAIKAN JARINGAN MUDAH



MESIN PEMBANGKIT TUA



PASOKAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT SULIT



VS



MESIN PEMBANGKIT BARU



PASOKAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LANCAR



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



20



Pengukuran Produktivitas di PT PLN sebelumnya



UNIT PEMBANGKIT



UNIT TRANSMISI



UNIT DISTRIBUSI



UNIT PEMBANGUNAN



kWh Terjual



kWh Tersalur



kWh Terjual



kWh Disbursement



Pegawai



Pegawai



Pegawai



Pegawai



SINGLE OUTPUT TERHADAP SINGLE INPUT



Kelemahan •



Manajemen tidak memperoleh gambaran yang tepat dalam menentukan arah pengelolaan SDM sebagai upaya meningkatkan produktivitas pegawai.







Menimbulkan rasa unfair bagi pegawai yang berada pada unit pelaksana dengan faktor lingkungan yang kompleks,, jika produktivitas pegawainya dinilai hanya menggunakan ukuran tersebut.



TRANSMISI



21



Peluang Pengembangan Pengukuran Produktivitas di PT PLN



Bagaimana melakukan Pengukuran Produktivitas yang adil?



Bagaimana mengukur produktivitas dari sebuah unit yang relatif terhadap produktivitas unit-unit yang lain?



Total Factor Productivity (TFP) Pengukuran produktivitas dengan melakukan perbandingan terintegrasi dengan unit lain dengan multi input & multi output.



Output Factors



O



I



K



Input Factors



K K



P



P



P



RELATIVE PR ODUC TI VI TY ME ASUR EMEN T



ADJU STIN G Environment Factors



FAIRNESS PRODUCTIVITY MEASUREMEN T



T T



T



D



RELATIVE PRODUCTIVITY MEASUREMEN T



Y on Y PR ODUC TI VI TY ME ASUR EMEN T



D D



Target vs Actual PR ODUC TI VI TY ME ASUR EMEN T FULFILLMENT PRODUCTIVITY MEASUREMEN T



PT. PLN (Persero)



22



TRANSM ISI



Penentuan Unit yang Efisien Pengukuran produktivitas dengan metode Data Envelopment Analysis akan menghasilkan Indeks Produktivitas Relatif dimana indeks ini dihasilkan dari perbandingan output dan input (adjusted) dari masing-masing unit yang dibandingkan. Agar menghasilkan fair productivity measurement maka unit-unit yang dibandingkan harus sejenis (memiliki proses bisnis dan di level yang sama). Unit B, E, F, dan G merupakan unit efisien atau disebut dengan frontier. Sebuah unit disebut frontier atau efisien ketika indeks produktivitasnya mencapai 1. Sedangkan unit A, C, dan D merupakan unit yang belum efisien karena indeks produktivitasnya belum mencapai 1.



TRANSMISI



23



Unit A,C, dan D merupakan unit yang masih memiliki peluang perbaikan untuk mencapai kondisi yang efisien. Misal unit A memiliki jarak terdekat ke garis frontier yaitu titik pada unit Q. Jarak sejauh AQ merupakan ilustrasi upaya yang harus dilakukan oleh unit A untuk mencapai kondisi yang efisien. Maka unit D dapat unit benchmark-nya yaitu F, P, atau G untuk mendapatkan perbaikan.



PT. PLN (Persero)



24



TRANSM ISI



Referensi Penerapan model Produktivitas dalam lingkup kelistrikan pada beberapa negara



Hattori et al. (2003) melakukan penelitian mengenai pengukuran efisiensi distribusi listrik pada 21 perusahaan (12 negara dari United Kingdom dan 9 dari Jepang) dengan menggunakan model DEA Constant Returns to Scale (CRS) dan Variable Returns to Scale (VRS) dengan perbedaan spesifikasi biaya. Sanhueza (2003) melakukan penelitian mengenai pengukuran efisiensi distribusi listrik pada 35 perusahaan distribusi di chili dengan menggunakan pendekatan DEA VRS dengan bootstrap. Input pada penelitian ini adalah biaya operasional dan biaya perawatan, capital cost, jumlah pekerja, renumerasi, energi tidak terjual. Output pada penelitian ini adalah energi terjual (kWh), Permintaan Maksimum (kW), jumlah pelanggan dan jaringan distribusi (km) Giannakis et al (2003) melakukan penelitian mengenai pengukuran efisiensi distribusi listrik pada 14 perusahaan dari united kingdom untuk periode 1991/1992 dan 1998/1999 dengan menggunakan pendekatan DEA, TFP (MI). Indikator kualitas pada penelitian ini terdiri dari tiga indikator yaitu kualitas suplai (frekuensi dan durasi interupsi /gammguan), kualitas komersial (hubungan antara operator dan pelanggan), dan kualitas produk (frekuensi gelombang dan amplitudo). Input pada penelitian ini adalah biaya operasional, total biaya operasional (termasuk capital costs). Output pada penelitian ini adalah energi terjual (kWh), jumlah pelanggan dan jaringan distribusi (km).



TRANSMISI



25



Motta (2004) melakukan penelitian mengenai pengukuran efisiensi distribusi listrik pada 14 perusahaan pribadi di Brazil dan 72 perusahaan dari United Stated untuk tahun 1994 dan tahun 2000 dengan menggunakan pendekatan DEA CRS dan VRR, TEP (MI) dan SFA. Pada penelitian ini terdapat variabel lingkungan diantaranya adalah Permintaan maksimum (MW), densitas (pelanggan/jaringan km) dan pelanggan menetap/rasio total pelanggan. Input pada penelitian ini adalah biaya operasional, total biaya operasional (termasuk capital costs). Output pada penelitian ini adalah energi terjual (kWh), jumlah pelanggan dan panjang jaringan distribusi (km).



Input pada penelitian ini adalah biaya operasional, total biaya operasional (termasuk capital cost), densitas (pelanggan/jaringan km) dan faktor beban (load factor). Output pada penelitian ini adalah pen jualan (MWh), dan Jumlah pelanggan.



Motta (2004) melakukan penelitian mengenai pengukuran efisiensi distribusi listrik pada 12 kota yang merupakan bagian dari sistem penghubung nasional (SIN) untuk priode 1985-2001 dengan menggunakan pendekatan DEA, TEP (MI). Pada penelitian ini terdapat variabel lingkungan diantaranya adalah GDP per-kapita regional , kapasitas pemasangan nasional dan area urban yang tersedia. Input pada penelitian ini adalah jumlah tenaga kerja, jumlah transformator dan panjang jaringan (km). Output pada penelitian ini adalah energi terjual (GWh), dan jumlah pelanggan. PT. PLN (Persero)



26



MODEL PRODUKTIVITAS PT PLN



TRANSM ISI



TRANSMISI



27



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



28



Kategorisasi dan Penjenjangan dalam Pengukuran Produktivitas PT. PLN (Persero)



UNIT REGONAL #1



Unit Induk Pembangkitan



Unit Induk Transmisi/P3B



Unit Induk Distribusi/Wilayah



Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran



Unit Induk Pembangunan



UNIT REGONAL #2



UNIT REGONAL #3



UNIT REGONAL ke-n



UPK-1



UPK-2



UPK 1



UPK 2



UPK 1



UPK 2



UPK 1



UPK2



UPDK-1



UPDK-2



UPDK 1



UPDK 2



UPK 3



UPDK 1



UPDK 1



UPDK 2



UPT-1



UPT-2



UPT-1



UPT-2



UPT-1



UPT-2



UPT-1



UPT-2



UP2B-1



UP3B-1



UP2B-1



UP2B-2



UPT-3



UP3B-1



UP2B-1



UP3B-1



UP3-1



UP3-2



UP3-1



UP3-2



UP3-1



UP3-2



UP3-1



UP3-2



UP3-3



UP2D-1



UP3-3



UP2D-1



UP3-3



UP2D-1



UP3-3



UP2D-1



UUPK-1



UPDK-1



UPK-1



IPDK-1



UPK-1



UPDK-1



UPT-1



UP2B-1



UPT-1



UP2B-1



UPT-1



UP2B-1



UPP Kit-1



UPP Kit-2



UPP Kit-1



UPP Kit-2



UPP Kit-1



UPP Kit-2



UPP Kit-1



UPP Kit-2



UPP Ring-1



UPP Kitring-1



UPP Ring-1



UPP Ring-2



UPP Ring-1



UPP Ring-2



UPP Ring-1



UPP Kitring-1



• yang diperhitungkan adalah UNIT PELAKSANA yang berada pada masingmasing UNIT INDUK



• Nama unit regional, unit induk, dan unit pelaksana dalam diagram ini hanya sebagai ilustrasi saja. Nama unit dan jumlah unit tidak mendeskripsikan struktur yang sebenarnya.



(DMU)



Decision Making Unit



• Kategorisasi dan penjenjangan akan selalu menyesuaikan dengan struktur organisasi perusahaan (dinamis)



Kategori Model Produktivitas UNIT DISTRIBUSI



UNIT PEMBANGKIT



D1 Distribusi dengan Pembangkit



P1 Sektor Pembangkitan



D2 Distribusi tanpa Pembangkit



P2 Unit Pembangkitan



D3 Area Pengatur Distribusi



UNIT TRANSMISI



T1 Penyaluran/Pemeliharaan Transmisi



T2 Pengatur Beban T3



Penyaluran/Pemeliharaan dan Pengatur Beban



UNIT PEMBANGUNAN K1 Pembangunan Pembangkitan K2 Pembangunan Jaringan K3 Pembangkit & Jaringan K4 Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan



TRANSMISI



29



PT. PLN (Persero)



UNIT REGONAL #1



Unit Induk Pembangkitan



Unit Induk Transmisi/P3B



Unit Induk Distribusi/Wilayah



Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran



Unit Induk Pembangunan



UNIT REGONAL #2



UNIT REGONAL #3



UNIT REGONAL ke-n



P1-1



P1-2



P1-1



P2-1



P1-1



P1-2



P1-1



P1-2



P2-1



P2-2



P2-2



P2-3



P1-3



P1-4



P2-1



P2-2



T1-1



T1-2



T1-1



T1-2



T1-1



T1-2



T1-1



T1-2



T2-1



T3-1



T2-1



T2-2



T1-3



T3-1



T2-1



T3-



D1-1



D1-2



D1-1



D1-2



D1-1



D2-1



D1-1



D1-2



D2-1



D3-1



D1-3



D3-1



D2-2



D3-1



D2-1



D3-1



P2-1



P2-1



P2-1



P2-1



P2-1



P2-1



T1-1



T2-1



T1-1



T2-1



T1-1



T2-1



K1-1



K1-2



K1-1



K1-2



K1-1



K1-2



K1-1



K1-2



K2-1



K3-1



K2-1



K2-2



K2-1



K2-2



K2-1



K3-1







Setiap unit pelaksana akan dipetakan sesuai dengan model produktivitas yang bersesuaian.







Perhitungan produktivitas akan dilakukan sesuai dengan kategori model produktivitas. Sehingga unit pelaksana hanya akan diperbandingkan dengan unit pelaksana dalam kategori model produktivitas yang sama.







Indeks produktivitas kantor induk akan ditentukan oleh indeks produktivitas unit-unit pelaksana di bawahnya dan mempertimbangkan input yang dikelola oleh kantor induk tersebut.



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



30



OUTPUT DALAM MODEL PRODUKTIVITAS Aspek Keuangan: Pendapatan Usaha



UNIT DISTRIBUSI



UNIT TRANSMISI



D1



Distribusi dengan Pembangkit



D2



Distribusi tanpa Pembangkit



D3



Area Pengatur Distribusi



T1



Penyaluran/Pemeliharaan Transmisi



T2



Pengatur Beban



T3



Penyaluran/Pemeliharaan dan Pengatur Beban



P1



Sektor Pembangkitan



P2



Unit Pembangkitan



K1



Unit Pembangunan Pembangkitan



K2



Unit Pembangunan Jaringan



K3



Unit Pembangunan Pembangkit dan Jaringan



K4



Unit Pelaksana Penyedia Ketenagalistrikan



UNIT PEMBANGKIT



UNIT PEMBANGUNAN



Aspek Teknik: Overall Equipment Effectiveness (OEE)



TRANSMISI



31



Output Aspek Teknik : OEE (Overall Equipment Effectiveness) OEE merupakan suatu alat ukur performa yang sering digunakan untuk mengukur performa sistem produksi sehingga diketahui tingkat ketersediaan, efisiensi dan kuaitas sistem produksi. Availability = Available Time / Schedule Time Performance = Actual Rate / Standard Rate Quality = Good Unit / Units Started OEE = Availability x Performance x Quality At Time Planned Production Time Run Time Net Run Time



Schedule Lost



Availability Lost Performance Lost



99%



World Class OEE



95%



85%



90%



E



OE y it



al



Qu ce



y lit



bi



ila



an



m



or rf



Pe va



A



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



32



MODEL PRODUKTIVITAS UNTUK KATEGORI TRANSMISI T1 T2 T3



: Transmisi Penyaluran dan Pemeliharaan : Transmisi Pengatur Beban : Transmisi Penyaluran, Pemeliharaan dan Pengatur Beban



TRANSMISI



33



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



34



INPUT-OUTPUT FAKTOR LINGKUNGAN



UNTUK MODEL TRANSMISI PENYALURAN DAN PEMELIHARAAN



T1



O



Output



I



Input



OEE Trafo



Biaya Pengusahaan



Faktor Lingkungan (Kompleksitas)



OEE Transmisi



Jumlah Pegawai Terbobot



Panjang Jaringan Tegangan Rendah Terbobot



Pegawai



Jaringan Transmisi



Jumlah Gardu Induk



Gardu Induk



Ruang Lingkup Pelayanan



INPUT-OUTPUT FAKTOR LINGKUNGAN



T2



UNTUK MODEL TRANSMISI PENGATUR BEBAN



O



Output



I



Input



OEE Pengatur Beban



Biaya Pengusahaan



Faktor Lingkungan (Kompleksitas)



Jumlah Pegawai Terbobot



Pegawai



Jumlah Ruas Terbobot



Ruang Lingkup Pelayanan



TRANSMISI



35



INPUT-OUTPUT FAKTOR LINGKUNGAN



UNTUK MODEL TRANSMISI PENYALURAN, PEMELIHARAAN DAN PENGATUR BEBAN



T3



O



Output



I



Input



OEE Transmisi 3



Biaya Pengusahaan



Faktor Lingkungan (Kompleksitas)



Jumlah Pegawai Terbobot



Panjang Jaringan Tegangan Rendah Terbobot



Pegawai



Jaringan Transmisi



Jumlah Gardu Induk (Trafo)



Gardu Induk



Ruang Lingkup Pelayanan



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



36



Perhitungan OEE Trafo 24,164,338



Quality Derating**



82,266



Daya Mampu Aktual Trafo 1 th



28,625,754



Performance



24,246,604



TROD (Force Outage)*



4,385,674



Availability Emergency Outage



28,632,278 64,201



Net Produ ction Time Planned Outage



28,696,479 11,541



MVA Terpasang (TRAFO)



28,708,020



SATUAN MVAH



QUALITY (%) = Quality (MVAH) / Performance (MVAH) = 24,164,338/24,246,604 = 99.66 % PERFORMANCE (%) = Performance (MVAH) / Availability (MVAH) = 24,246,604/28,632,278 = 84.6828 %



OEE TRAFO = Availability x Performance x Quality = 99.66 % x 84.6828 % x 99.7763 % = 84.2066 %



AVAILABILITY (%) = Availability (MVAH) / Net Production Time (MVAH) = 28,632,278/28,696,479 = 99.7763 %



*TROD [Force Outage] = TROD (dalam Jam/unit) x Jumlah Trafo Terpasang (unit) x MVA Terpasang (Trafo)/8760. Yang mana TROD (Jam/Unit); Jumlah Trafo Terpasang (unit) ; MVA Terpasang (Trafo) adalah data yang diinputkan oleh unit **Derating = MVA Terpasang (Trafo) – Daya Mampu Aktual Trafo 1 Tahun



TRANSMISI



37



Terminologi dalam OEE Trafo MVA Terpasang (Trafo) Penjumlahan MVA Terpasang di tiap bulan nya selama satu periode dalam satuan MVAH. Planned Outage yakni Jumlah Planned Outage selama 12 bulan = ∑ (MVA per Bulan x Frekuensi x Durasi) dalam satuan MVAH Emergency Outage (Unplanned Corrective) Jumlah Unplanned Corrective selama 12 bulan = ∑ (MVA per Bulan x Frekuensi x Durasi) dalam satuan MVAH TROD atau Force Outage Penjumlahan TROD selama satu tahun dalam satuan Jam/Unit. Jumlah Trafo Terpasang Jumlah Trafo Terpasang berdasarkan Laporan Kinerja dalam satuan Unit. Daya Mampu Aktual Trafo 1 Tahun Didapatkan dari penjumlahan daya mampu aktual trafo per bulan dalam satuan MVAH. Net Production Time (MVAH) Selisih dari MVA Terpasang (MVAH) dengan Planned Outage (MVAH) Availability (dalam MVAH) Selisih dari Net Production Time (MVAH) dengan Emergency Outage (MVAH) Performance (dalam MVAH) Selisih dari Availability (MVAH) dengan [TROD (dalam Jam/unit) x Jumlah Trafo Terpasang (unit) x MVA Terpasang/8760] (MVAH) Quality (dalam MVAH) Selisih dari Performance (MVAH) dengan [MVA Terpasang (MVAH) – Daya Mampu Aktual Trafo 1 Tahun (MVAH)]



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



38



Perhitungan OEE Transmisi Quality Derati ng**



13,294,559.74 34,476.96



KMS Mampu



13,334,477.28



Performance



13,329,036.70



TLOD [Force Out age]*



36,333.84



Availability Emergency Outage



13,365,370.54 2,936.94



Net Production Time Planned Outage



13,368,307.48 646.76



Jumlah KMS Terpasang



13,368,954.24 SATUAN KMSH



QUALITY (%) = Quality (MVAH) / Performance (MVAH) = 13,329,559.74/13,329,036.70 = 99.741 % PERFORMANCE (%) = Performance (MVAH) / Availability (MVAH) = 13,329,036.70/13,365,370.54 = 99.728 %



OEE TRANSMISI = Availability x Performance x Quality = 99.978 % x 99.728 % x 99.741 % = 99.448 %



AVAILABILITY (%) = Availability (MVAH) / Net Production Time (MVAH) = 13,365,370.54/13,368,307.48 = 99.978 %



*TLOD [Force Outage] = [(KMSH Terpasang/8760)/100] x TLOD x [KMSH Terpasang/8760] TLOD yang diinputkan oleh unit dalam satuan Jam/100 KMS **Derating = Jumlah KMS Terpasang – KMS Mampu



TRANSMISI



39



Terminologi dalam OEE Transmisi Jumlah KMS Terpasang Jumlah KMS yang Terpasang merupakan penjumlahan KMS Terpasang di tiap bulannya selama satu periode dalam satuan KMSH. Planned Outage Jumlah Planned Outage selama 12 bulan = ∑(KMS per Bulan x Frekuensi x Durasi) dalam satuan KMSH Emergency Outage (Unplanned Corrective) Jumlah Unplanned Corrective selama 12 bulan (KMS per Bulan x Frekuensi x Durasi) dalam satuan KMSH TLOD atau Force Outage Penjumlahan TLOD selama satu tahun dalam satuan Jam/100 KMS KMS Mampu Didapatkan dari penjumlahan daya mampu aktual transmisi per bulan dalam satuan KMSH Net Production Time (KMSH) Selisih KMS Terpasang (KMSH) dengan Planned Outage (KMSH) Availability (dalam KMSH) Selisish Net Production Time (KMSH) dengan Emergency Outage (KMSH) Performance (dalam KMSH) Selisih Availability (KMSH) dengan TLOD (KMSH) Quality (dalam MVAH) Selisish Performance (KMSH) dengan KMS Terpasang (KMSH) – KMS Mampu (KMSH)



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



40



Perhitungan OEE Pengatur Beban Ekskursi Tegangan (%)



2.3



Su su t Jari ngan (MWH)



150 1100



Energi Mampu Salur** (MWH) Energi Not Serv ed* (MWH) Manual Load Shedding (MWH)



100 50



Padam Karena Kesalahan Operasi (MWH)



20



Defence Scheme (MWH)



30



Energi Siap Salur (MWH)



1000



QUALITY (%) = 1 – Ekskursi Tegangan = 100 % - 2.3% = 97.7 % PERFORMANCE (%) = (Energi Siap Salur – Susut Jaringan) / Energi Siap Salur = (1000 – 150)/1000 = 86 %



OEE TRANSMISI = Availability x Performance x Quality = 91 % x 86 % x 97.7 % = 77 %



AVAILABILITY (%) = Energi Siap Salur / Energi Mampu Salur = 1000/1100 = 91 %



*Energi Not Served = Defence Scheme + Padam Karena Kesalahan Operasi + Manual Load Shedding **Energi Mampu Salur = Energi Siap Salur + Energi Not Served



TRANSMISI



41



Terminologi dalam OEE Pengatur Beban Energi Siap Salur dalam satuan MWH Besarnya energi yang siap untuk disalurkan dalam satu tahun Defense Scheme dalam satuan MWH Besarnya energi yang digunakan dalam defense scheme dalam satu tahun Padam Karena Kesalahan Operasi dalam satuan MWH Besarnya enegi yang hilang (padam) karena kesalahan operasi dalam satu tahun Manual Load Shedding dalam satuan MWH Besarnya energi atau beban yang dilepaskan dalam satu thuan Susut Jaringan dalam satuan MWH Besarnya energi yang hilang dalam proses pengaliran listrik dalam satu tahun Ekskursi Tegangan dalam satuan %



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



42



Perhitungan OEE Transmisi 3 dalam Jam Operating Time



4471850



Total Downtime



150



Lama Gangguan di Transformer



100



Lama Gangguan Jaringan Transmisi



50



Planned Serv ice Time (PST) Net Production Time Planned Outage Number of Hours Available



4472000 8720 40 8760



dalam % Ekskursi Frekuensi*



Susut Transmi si



15



1



QUALITY (%) = 1 - Ekskursi Frekuensi = 100% - 15% = 85% PERFORMANCE (%) = 1 – Susut Transmisi = 100% - 1% = 99%



OEE TRANSMISI = Availability x Performance x Quality = 99.9996627 % x 99 % x 85 % = 84.1497 %



AVAILABILITY (%) = Operating time/Planned Servie Time = 4471850 / 4472000 = 99.9996627%



*Ekskursi Frekuensi = Ekskursi Mutu Tegangan (%) x Ekskursi Mutu Frekuensi (kali)



TRANSMISI



43



Terminologi dalam OEE Transmisi 3 Planned Outage yang dihitung berdasarkan = Frekuensi Pemadaman (kali) x Lama Pemadaman (jam). TLOD (Transmision Line Outage Duration) yaitu Lamanya gangguan ratarata pada jaringan transmisi setiap 100 kms dalam suatu Periode (Jam/100 KMS) Panjang Jaringan Transmisi dalam satuan KMS TROD (Transformer Outage Duration) yaitu Lamanya gangguan rata-rata pada setiap unit trafo GI dalam suatu periode (Jam/Unit) Jumlah Trafo dalam satuan unit Susut Transmisi dalam satuan % Ekskursi Mutu Frekuensi dalam satuan kali yaitu jumlah rekaman frekuensi yg melebihi batas ±1% /Total Jumlah rekaman frekuensi Ekskursi Mutu Tegangan dalam satuan % Net Production Time (Jam) = Available Time [8760] – Planned Outage Planned Service Time (Jam) = (Net Production Time x Jumlah Trafo) + (Net Production Time x Panjang Jaringan Transmisi) Lama Gangguan Jaringan Transmisi (Jam) = TLOD x Panjang Jaringan Transmisi Lama Gangguan di Transformer (Jam) = TROD x Jumlah Trafo Total Downtime (Jam) = Lama Gangguan Jaringan Transmisi + Lama Gangguan di Transformer Operating Time (Jam) = Planned Service Time – Total Downtime



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



44



Input Aspek Keuangan: Biaya Pengusahaan Data pendapatan usaha dalam perhitungan produktivitas mengacu pada laporan keuangan PT PLN. Data pendapatan yang diperhitungkan merupakan data pendapatan usaha per unit pelaksana atau DMU dan yang terkait dengan operasional dan pengelolaan layanan unit induk. Periode data yang diperlukan adalah data tahunan. Data yang diperhitungkan sebagai input biaya pengusahaan, yaitu :



Pembelian Tenaga Listrik



Bahan Bakar/ Minyak pelumnas



Sewa Diesel/ Genset



Beban Usaha Kepegawaian



%



Bunga Pinjaman



Pemeliharaan



Selain biaya-biaya diatas, juga diperhitungkan, aspek keuangan lainnya yaitu:



% Penyusutan Aset Tetap



Asset Tetap (Asset Tidak Lancar)



Beban Pajak



Laba Usaha



administrasi



TRANSMISI



45



Kompleksitas Pegawai Jumlah pegawai merupakan sumber daya yang sangat menentukan dalam perhitungan produktivitas, dan dipertimbangkan sebagai salah satu input pada semua model produktivitas PT PLN. Namun dengan masih adanya ketidaksesuaian antara jumlah standar pegawai dengan jumlah aktual pegawai yang dialokasikan pada suatu unit pelaksana dan adanya kemungkinan tidak sesuainya kompetensi pegawai pada setiap jenjang jabatan, sehingga diperlukan faktor kompleksitas pegawai sebagai penyetara input dalam model produktivitas.



BEBERAPA ASPEK DALAM FAKTOR KOMPLEKSITAS PEGAWAI a. Level Kompetensi Pegawai



System Basic



Optimization



Advanced



Spesific



b. Jenjang Jabatan



F4/SPV A F6



F3/MD



F2/MM



F1/MA



F5/SPV D



c. Standar Jumlah Pegawai (FTK)



System Basic



Integration



Optimization



Advanced



Integration



Spesific



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



46



Surplus/ Slack



88



88



0



0



0



0



0



88



0



0



0



220



0



210



10



0



0



0



220



10



0



6



System



0.59



29



29



0



2



27



0



0



0



29



-2



0



-1.2



Optimization



0.46



1



1



0



0



0



1



0



0



1



0



0



0



Advanced



0.46



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



Integration



0.46



Total



F5/ F4/ F3/ F2/ F1/ F6 SPV SPV MD MM MA D A



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



338



338



88



212



37



1



0



0



338



8



0



4.8



Faktor Kompleksitas Pegawai



Ketidaksesuaian Jumlah



88 220



Jumlah Penempatan



Total Jumlah Pegawai



1 0.8



Jumlah Pegawai (Existing)



Basic Spesific



Bobot



Ketidaksesuaian Formasi



Standard pegawai berdasarkan FTK



Level Kompetensi



Contoh Perhitungan Kompleksitas Pegawai



0.985







Contoh pada level kompetensi System : Terdapat 29 pegawai level System. 27 pegawai level System menempati jabatan dengan syarat level F4, namun terdapat 2 pegawai level System menempati jabatan level F5.







Terdapat sejumlah karyawan dengan level kompetensi yang sama yang ditempatkan pada pekerjaan yang membutuhkan level kompetensi tertentu.







Bobot pada level kompetensi pegawai telah ditetapkan sesuai dengan hasil FGD para expert di PT PLN.







Beberapa kondisi ketidaksesuaian dalam faktor kompleksitas pegawai yaitu : Level kompetensi pegawai > level kompetensi penempatan → penambahan → over competency Level kompetensi pegawai < level kompetensi penempatan → pengurangan → under competency Jumlah pegawai eksisting > jumlah pegawai berdasar FTK → penambahan → over quantity Jumlah pegawai eksisting < jumlah pegawai berdasarkan FTK → pengurangan → over load



TRANSMISI



47



Kompleksitas Ruang Lingkup Pelayanan Faktor kompleksitas Ruang Lingkup Layanan merupakan perpaduan kompleksitas kelompok pelanggan dan lokasi pelanggan. 1.



Untuk kategori Kelompok Pelanggan terbagi menjadi dua yaitu: • Meliputi area VVIP/Objek Vital nasional: Kelompok pelanggan meliputi area VVIP / Obyek Vital Nasional • Tidak meliputi area VVIP/Objek Vital nasional: Kelompok pelanggan tidak meliputi area VVIP / Obyek Vital Nasional



2. Untuk kategori Lokasi Pelanggan terbagi menjadi tiga jumlah penduduk yaitu: • Kota Besar: Jika jumlah penduduknya > 500,000 orang • Kota/Kabupaten Sedang: Jika jumlah penduduknya > 100,000 hingga 500,000 orang • Kota/Kabupaten Terpencil: Jika jumlah penduduknya ≤ 100,000 orang



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



48



Unit Pelaksana Transmisi memiliki 15 unit GI dengan kombinasi kompleksitas layanan pelanggan yang berbeda, diantaranya: 2 unit melayani pelanggan yang meliputi area VVIP/Obyek vital Nasional dan berada di kota besar.







13 unit melayani pelanggan yang tidak meliputi area VVIP/Obyek vital Nasional dan berada di kota besar.



Total Unit GI



Selisih dari Kondisi Normal



Meliputi area VVIP / Obyek Vital Nasional



0.54



2



0



0



2



0.7128



-1



Tidak meliputi area VVIP / Obyek Vital Nasional



0.86



13



0



0



13



7.3788



-6



15



0



0



15



8.0916



-6.9084



Kelompok Pelanggan



Total



Faktor Pengali



Total Unit GI



Lokasi Pelanggan Kota Besar



Kota/ Kabupaten Sedang



Kota/ Kabupaten Terpencil



0.66



0.82



0.8



Jumlah Unit



Jumlah Unit



Jumlah Unit



0.54



Faktor pengali atau disebut juga dengan bobot untuk masing-masing kategori



Total Jumlah GI setelah dikalikan dengan faktor pengali total: (2 x 0.54 x 0.66) + (13 x 0.86 x 0.66) = 8.0916 Selisih Total Unit GI Terbobot dengan Total Unit GI: 8.0916 – 15 = - 6.0984 Faktor kompleksitas yang didapat dari 1+



Faktor Kompleksitas Ruang Lingkup Layanan







Total selisih dari kondisi normal Total gardu induk



Sehingga faktor kompleksitas ruang lingkup layanan = 0.54



TRANSMISI



49



Kompleksitas Jaringan Transmisi Faktor kompleksitas Jaringan Transmisi merupakan perpaduan dari beberapa kompleksitas, diantaranya kontingensi, kapasitas, tipe jaringan transmisi, kondisi lokasi jaringan dan umut peralatan. 1.



Untuk kontingensi dikategorikan menjadi dua yaitu: • N-1 terpenuhi beban di bawah 50%: Kontingensi jaringan transmisi N-1 terpenuhi beban di bawah 50% • N-1 tidak terpenuhi beban di atas 50%: Kontingensi jaringan transmisi N-1 tidak terpenuhi beban di atas 50%



2.



Untuk Kapasitas jaringan transmisi terbagi menjadi empat: • 275 KV / 500 KV : Kapasitas jaringan transmisi 275 KV/ 500 KV • 150 KV : Kapasitas jaringan transmisi 150 KV • 70 KV : Kapasitas jaringan transmisi 70 KV • 30 KV : Kapasitas jaringan transmisi 30 KV



3.



Untuk Tipe Jaringan Transmisi terbagi menjadi: • Panjang Jaringan SUTET : Tipe jaringan SUTET • Panjang Jaringan SUTT : Tipe jaringan SUTT



4.



Untuk Lokasi Jaringan Transmisi dikategorikan menjadi dua kondisi: • Kondisi Geografis Normal : Bila lokasi jaringan dapat diakses dengan mudah dan lancar, tersedia banyak moda transportasi (termasuk angkutan umum), serta waktu tempuh yang pendek. • Kondisi Geografis atau Sosial Demografis Rumit : Bila lokasi jaringan sulit diakses dan memerlukan moda transportasi khusus atau terbatas atau hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki. Atau waktu tempuh dan moda transportasi memerlukan biaya dan waktu tempuh yang panjang (> 4 jam) serta transportasi umum jarang tersedia. Kondisi rumit tidak berlaku untuk macet dan adanya event hari besar. Bila memerlukan pendekatan secara khusus kepada kelompok masyarakat atau pimpinan masyarakat untuk melaksanakan layanan operasional PLN dan dapat menimbulkan hambatan pelayanan bila terjadi konflik social.



5.



Untuk Umur Peralatan dikategorikan ke dalam tiga rentang umur, yaitu: • Umur Peralatan < 10 Tahun : Peralatan jaringan transmisi berusia 30 Tahun : Peralatan jaringan transmisi berusia >30 tahun



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



50



Tipe Jaringan Transmisi



Faktor Pengali



Kontingensi



Faktor Pengali



Kondisi Geograf



Faktor Pengali Total



Kapasitas



0.82



Umur Peralatan Umur Peral < 10 Tahun 10-30 Tah 1 0.5904 Panjang (kms)



N-1 terpenuhi beban dibawah 50%



0.82



N-1 tidak terpenuhi beban diatas 50%



0.66



275 KV / 500 KV 150 KV 70 KV 30 KV 275 KV / 500 KV 150 KV 70 KV 30 KV



0.62 0.66 0.76 1 0.62 0.66 0.76 1



0.7 0.41328 Panjang (k



0.5084 0.5412 0.6232 0.82 0.4092 0.4356 0.5016 0.66



Total



Untuk cell dengan warna merah muda menunjukkan faktor pengali atau bobot untuk masing-masing kategori pada tiap faktor.



0



0



engali



2 6 6



2 6 6



TRANSMISI



51



Panjang Jaringan SUTET 0.72 Faktor Pengali Total



Kondisi Geografis Normal



Kondisi Geografis atau Sosial Demografis Rumit



0.82



0.66



Umur Peralatan Umur Peralatan Umur Peralatan Umur Peralatan Umur Peralatan Umur Peralatan < 10 Tahun 10-30 Tahun > 30 Tahun < 10 Tahun 10-30 Tahun > 30 Tahun 1 0.5904 Panjang (kms)



0.7 0.41328 Panjang (kms)



0.66 0.389664 Panjang (kms)



1 0.4752 Panjang (kms)



0.7 0.33264 Panjang (kms)



0.66 0.313632 Panjang (kms)



0



0



0



0



0



0



0.5084 0.5412 0.6232 0.82 0.4092 0.4356 0.5016 0.66



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



52



Faktor Pengali N-1 terpenuhi beban di bawah 50 % x Faktor Pengali Kapasitas 150 KV



Tipe Jaringan Transmisi



Faktor Pengali



Kontingensi



Faktor Pengali



Kondisi Geograf



Faktor Pengali Total



Kapasitas



0.82



Umur Peralatan Umur Peral < 10 Tahun 10-30 Tah 1 0.5904 Panjang (kms)



N-1 terpenuhi beban dibawah 50%



0.82



N-1 tidak terpenuhi beban diatas 50%



0.66



275 KV / 500 KV 150 KV 70 KV 30 KV 275 KV / 500 KV 150 KV 70 KV 30 KV



0.62 0.66 0.76 1 0.62 0.66 0.76 1



0.7 0.41328 Panjang (k



0.5084 0.5412 0.6232 0.82 0.4092 0.4356 0.5016 0.66



Total



Faktor pengali total = faktor pengali kontingensi x faktor pengali kapasitas



Faktor pengali total = faktor pengali tipe jaringan x faktor pengali lokasi jaringan x faktor pengali umur peralatan



0



0



engali



2 6 6



2 6 6



TRANSMISI



53



Panjang Jaringan SUTET 0.72 Faktor Pengali Total



Kondisi Geografis Normal



Kondisi Geografis atau Sosial Demografis Rumit



0.82



0.66



Umur Peralatan Umur Peralatan Umur Peralatan Umur Peralatan Umur Peralatan Umur Peralatan < 10 Tahun 10-30 Tahun > 30 Tahun < 10 Tahun 10-30 Tahun > 30 Tahun 1 0.5904 Panjang (kms)



0.7 0.41328 Panjang (kms)



0.66 0.389664 Panjang (kms)



1 0.4752 Panjang (kms)



0.7 0.33264 Panjang (kms)



0.66 0.313632 Panjang (kms)



0



0



0



0



0



0



0.5084 0.5412 0.6232 0.82 0.4092 0.4356 0.5016 0.66



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



54



Tipe Jaringan Transmisi



Contoh: Sebuah transmisi dengan tipe jaringan di bawah tanah kontingensi N-1 terpenuhi beban di bawah 50% dengan kapasitas 30 KV yang umur peralatannya antara 10 sampai 30 tahun dan berada di lokasi yang mudah diakses peralatan memiliki jaringan sepanjang 5000 kms.



Panja



Faktor Pengali Total



Kontingensi



Kapasitas



N-1 terpenuhi beban dibawah 50%



N-1 tidak terpenuhi beban diatas 50%



275 KV / 500 KV 150 KV 70 KV 30 KV 275 KV / 500 KV 150 KV 70 KV 30 KV



Kondisi Geografis Norma



0.82 Umur Umur Peralatan < 10 Peralatan 10- Per Tahun 30 Tahun 1 0.7 0.7052 0.49364 0 Panjang (kms) Panjang (kms) Pan



0.5084 0.5412 0.6232 0.82 0.4092 0.4356 0.5016 0.66



Total



Total Panjang Jaringan Transmisi



Total Panjang Jaringan Transmisi setelah dikalikan dengan faktor pengali total



Total Panjang Jaringan Transmisi Terbobot – Total Panjang Jaringan Transmisi (normal)



5000



0



5000



TRANSMISI



Panjang Jaringan Di bawah Tanah 0.86



Faktor Pengali Total



itas



500 KV KV V V 500 KV KV V V



55



0.5084 0.5412 0.6232 0.82 0.4092 0.4356 0.5016 0.66



Faktor Total Total Panjang Selisih Kondisi Geografis atau Sosial Demografis Kompleksi Panjang Jaringan dari Rumit tas Jaringan Transmisi Kondisi 0.82 0.66 Jaringan Transmisi Terbobot Normal Umur Umur Umur Umur Umur Umur Transmisi Peralatan < 10 Peralatan 10- Peralatan > 30 Peralatan < 10 Peralatan 10- Peralatan > 30 Tahun 30 Tahun Tahun Tahun 30 Tahun Tahun 1 0.7 0.66 1 0.7 0.66 0.7052 0.49364 0.465432 0.5676 0.39732 0.374616 Panjang (kms) Panjang (kms) Panjang (kms) Panjang (kms) Panjang (kms) Panjang (kms) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5000 5000 2023.924 -2976.08 40.48% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kondisi Geografis Normal



0



5000



0



0



0



0



5000



2023.924



-2976.08



5000 x 0.82 x 0.49364



1+



Total selisih dari kondisi normal Total panjang transmisi



Faktor kompleskitas jaringan transmisi adalah 40.48% atau 0.4048



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



56



Kompleksitas Gardu Induk Jumlah Trafo di GI GI Konvensional = Pakai Udara



Tipe Gardu Induk



0.66



Beban Normal ( Umur Peralatan Umur Peralatan Um 30 Tahun 30 Tahun < 10 Tahun 10 - 30 Tahun >



0.86 0.51084 Jumlah (unit)



0.76 0.45144 Jumlah (unit)



21 21



8 8



0.7 0.74



0.66 0.39204 Jumlah (unit)



0.86 0.431376 Jumlah (unit)



0.76 0.381216 Jumlah (unit)



0



1 1



1 1



Faktor kompleksitas Gardu Induk merupakan perpaduan dari beberapa kompleksitas, diantaranya level tegangan, tipe gardu induk, jumlah bay (trafo, line, kapasitor, reactor, kopel, bus section), dan umur pelaratan. 1.



Untuk Level Tegangan dikategorikan menjadi dua level, yaitu: • Ekstra Tinggi/GITET : Gardu Induk memiliki level tegangan ekstra tinggi/ GITET • Tinggi : Gardu Induk memiliki level tegangan tinggi



2.



Untuk Tipe Gardu Induk dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: • GI Konvensional = Pakai Udara : Tipe gardu induk yang dimiliki adalah konvensial (menggunakan udara) • GI Gas Insulated Substation : Tipe gardu induk yang dimiliki adalah gas insulated substation



3.



Untuk Jumlah Bay (Trafo, Line, Kapasitor, Reaktor, Kopel, Bus Section) dikategorikan menjadi tiga beban, yaitu: • Beban Normal (80%)



4.



Untuk Umur Peralatan dikategorikan ke dalam tiga rentang umur, yaitu: • Umur Peralatan < 10 Tahun : Peralatan GI berusia 30 Tahun : Peralatan GI berusia >30 tahun



Beban Siaga (60 - 80%) 0.76



Ju



TRANSMISI



ah Trafo di GI sional = Pakai Udara



Normal ( 30 30 Tahun 30 Tahun < 10 Tahun 10 - 30 Tahun > 30 Tahun Tahun 30 Tahun Tahun 0.76 0.45144 Jumlah (unit) 8 8



0.66 0.39204 Jumlah (unit)



0.86 0.431376 Jumlah (unit)



0.76 0.381216 Jumlah (unit)



0



1 1



1 1



0.66 0.331056 Jumlah (unit)



0



Total Jumlah Total Jumlah GI GI Terbobot



0.86 0.76 0.66 0.58824 0.51984 0.45144 Jumlah (unit) Jumlah (unit) Jumlah (unit) 2 2



3 3



0



0 36 36



0 13.23693648 13.23693648



Selisih dari Kondisi Normal



Faktor Kompleksitas Gardu Induk



0 -23 -22.76306352



0.37



Total Jumlah GI setelah dikalikan dengan faktor pengali total: (21 x 0.51084 x 0.74) + (8 x 0.45114 x 0.74) + (1 x 0.43376 x 0.74) + (1 x 0.381216 x 0.74) + (2 x 0.58824 x 0.74) + (3 x 0.51984 x 0.74) = 13.2369 Faktor pengali atau disebut juga dengan bobot untuk masing-masing kategori



Faktor kompleksitas yang didapat dari : 1+



Faktor pengali total = faktor pengali tipe GI x faktor Jumlah Bay x faktor pengali umur peralatan



Total selisih dari kondisi normal Total gardu induk



Sehingga fackor kompleksitas gardu induk 0.37



Unit Pelaksana Transmisi memiliki 36 trafo di gardu induknya dengan kombinasi kompleksitas lingkungan yang berbeda, diantaranya: •



21 unit merupakan tipe konvensional atau memakai udara dengan level tegangan tinggi berada pada beban normal kurang dari 60% dan berumur kurang dari 10 tahun







8 unit merupakan tipe konvensional atau memakai udara dengan level tegangan tinggi berada pada beban normal kurang dari 60% dan berumur 10 sampai 30 tahun







1 unit merupakan tipe konvensional atau memakai udara dengan level tegangan tinggi berada pada beban siaga 60-80% dan berumur kurang dari 10 tahun







1 unit merupakan tipe konvensional atau memakai udara dengan level tegangan tinggi berada pada beban siaga 60-80% dan berumur 10 sampai 30 tahun







2 unit merupakan tipe gas insulated substation dengan level tegangan tinggi berada pada beban siaga 60-80% 2an berumur kurang dari 10 tahun







3 unit merupakan gas insulated substation dengan level tegangan tinggi berada pada beban siaga 60-80% dan berumur 10 sampai 30 tahun PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



58



Kompleksitas Ruang Lingkup Layanan Peta Beban Faktor kompleksitas ruang lingkup layanan peta beban adalah pengali untuk faktor input Jumlah Ruas Terbobot. Faktor ini merupakan perpaduan dari: 1.



Level tegangan, yang terbagi menjadi: • Tegangan Ekstra Tinggi (TET) : Jaringan transmisi memiliki level tegangan ekstra tinggi • Tegangan Tinggi (TT) : Jaringan transmisi memiliki level tegangan tinggi



2.



Fungsi sub-sistem, yang dibedakan menjadi: • Swithcing : Fungsi sub sistem switching • Swithcing & Manajemen Energi (Normal) : Fungsi sub sistem switching & manajemen energi normal • Switching & Manajemen Energi (Sulit) : Fungsi sub sistem switching & manajemen energi sulit



3.



Kontingensi • N-1 Tidak Terpenuhi : Jaringan transmisi dengan kontingensi N-1 tidak terpenuhi • N-1 Terpenuhi : Jaringan transmisi dengan kontingensi N-1 terpenuhi



4.



Proteksi sistem • Ruas Transmisi : Proteksi sistem untuk ruas transmisi • Ruas Trafo : Proteksi sistem untuk ruas trafo



5.



ruas transmisi untuk N-1 tidak terpenuhi • Ruas Transmisi OLS : Ruas transmisi dengan Kontingensi N-1 Tidak Terpenuhi dan Ruas Transmisi OLS • Ruas Transmisi OGS : Ruas transmisi dengan Kontingensi N-1 Tidak Terpenuhi dan Ruas Transmisi OGS • Ruas Transmisi UFLS : Ruas transmisi dengan Kontingensi N-1 Tidak Terpenuhi dan Ruas Transmisi UFLS



6.



Pada ruas trafo untuk N-1 tidak terpenuhi diklasifikasikan menjadi : • Ruas Trafo OLS : Ruas trafo dengan Kontingensi N-1 Tidak Terpenuhi dan Ruas Trafo OLS • Ruas Trafo UFLS : Ruas trafo dengan Kontingensi N-1 Tidak Terpenuhi dan Ruas Trafo OFLS • Ruas Trafo UVLS : Ruas trafo dengan Kontingensi N-1 Tidak Terpenuhi dan Ruas Trafo OVLS



TRANSMISI



7.



59



Pada ruas transmisi untuk N-1 terpenuhi dibedakan menjadi: • Ruas Transmisi UFLS : Ruas transmisi dengan Kontingensi N-1 Terpenuhi dan Ruas Transmisi UFLS • Ruas Transmisi UVLS : Ruas transmisi dengan Kontingensi N-1 Terpenuhi dan Ruas Transmisi UVLS



8.



Pada ruas trafo unti N-1 terpenuhi dibedakan menjadi: • Ruas Trafo OLS : Ruas trafo dengan Kontingensi N-1 Terpenuhi dan Ruas Trafo OLS • Ruas Trafo UFLS : Ruas trafo dengan Kontingensi N-1 Terpenuhi dan Ruas Trafo OFLS • Ruas Trafo UVLS : Ruas trafo dengan Kontingensi N-1 Terpenuhi dan Ruas Trafo OVLS



9.



Untuk Rata-rata Reverse Margin dikategorikan berdasarkan beban puncak: • > 30% terhadap beban puncak : Rata-rata reserve margin >30% terhadap beban puncak • 25-30% terhadap beban puncak : Rata-rata reserve margin 25-30% terhadap beban puncak • < 25% terhadap beban puncak : Rata-rata reserve margin 1000 unit : Jumlah bay > 1000 unit • 500-1000 unit : Jumlah bay 500-1000 unit • < 500 unit : Jumlah bay < 500 unit



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



60



Faktor Pengali Total Jumlah Bay



> 1000 unit 500-1000 unit < 500 unit > 1000 unit 500-1000 unit < 500 unit > 1000 unit 500-1000 unit < 500 unit > 1000 unit 500-1000 unit < 500 unit



Faktor Pengali



0.72 0.76 1 0.72 0.76 1 0.72 0.76 1 0.72 0.76 1



OLS 0.7 0.33264 Jumlah Ruas (unit)



Ruas Transmisi 0.7 OGS 0.7 0.30492 Jumlah Ruas (unit)



N-1 Tidak Terpenuhi 0.66 Proteksi Sistem



UFLS 0.7 0.3234 Jumlah Ruas (unit)



OLS 0.7 0.408672 Jumlah Ruas (unit)



Kontingensi



Ruas Trafo 0.86 UFLS 0.8 0.431376 Jumlah Ruas (unit)



UVLS 0.7 0.39732 Jumlah Ruas (unit)



0.5472 0.5776 0.76 0.448704 0.473632 0.6232 0.393984 0.415872 0.5472 0.448704 0.473632 0.6232



Menunjukkan faktor pengali atau bobot untuk masing-masing kategori pada tiap faktor lingkungan Masing-masing faktor pengali atau bobot dikalikan untuk memperoleh faktor pengali total, misalnya : Bobot N-1 Tidak Terpenuhi x Bobot Ruas Transmisi x Bobot OGS 0.66 x 0.7 x 0.7 = 0.30492



Ruas Transmisi 0.7 UFLS UVLS 0.7 1.0 0.3626 0.518 Jumlah Ruas Jumlah Ruas (unit) (unit)



N-1 Ter 0.7 Proteksi



OL 0. 0.521 Jumlah (un



TRANSMISI



Kontingensi



i



LS .7 8672 h Ruas nit)



Ruas Trafo 0.86 UFLS 0.8 0.431376 Jumlah Ruas (unit)



UVLS 0.7 0.39732 Jumlah Ruas (unit)



Ruas Transmisi 0.7 UFLS UVLS 0.7 1.0 0.3626 0.518 Jumlah Ruas Jumlah Ruas (unit) (unit)



61



N-1 Terpenuhi 0.74 Proteksi Sistem



OLS 0.8 0.521848 Jumlah Ruas (unit)



Ruas Trafo 0.9 UFLS UVLS 0.8 0.8 0.521848 0.521848 Jumlah Ruas Jumlah Ruas (unit) (unit) 100



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



62



Kontingensi Jumlah Ruas



N-1 Tidak Terpenuhi



Level tegangan



Proteksi Sistem Jumlah Bay Fungsi SubSistem



Tegangan Ekstra Tinggi (TET)



Switching



Switching & Manajemen Energy (Normal)



Switching & Manajemen Energy (Rumit)



Ruas Trafo



0.7



Rata-rata Reverse Margin



> 30% terhadap beban puncak



> 1000 unit



25-30% terhadap beban puncak



> 1000 unit



< 25% terhadap beban puncak



> 1000 unit



> 30% terhadap beban puncak



> 1000 unit



25-30% terhadap beban puncak



> 1000 unit



< 25% terhadap beban puncak



> 1000 unit



> 30% terhadap beban puncak



> 1000 unit



25-30% terhadap beban puncak



> 1000 unit



< 25% terhadap beban puncak



> 1000 unit



Total



Ruas Transmisi 0.86



OLS



OGS



UFLS



OLS



UFLS



UVLS



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



500-1000 unit < 500 unit 500-1000 unit < 500 unit 500-1000 unit < 500 unit 500-1000 unit < 500 unit 500-1000 unit < 500 unit 500-1000 unit < 500 unit 500-1000 unit < 500 unit 500-1000 unit < 500 unit 500-1000 unit < 500 unit 0



0



0



0



0



0



TRANSMISI



Total Ruas



Total Ruas Terbobot



Selisih dari Kondisi Normal



Kontingensi



100



28.55552256



-71



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



100



29



-71



N-1 Terpenuhi Proteksi Sistem Ruas Transmisi



Ruas Trafo



0.7



0.9



UFLS



UVLS



OLS



UFLS



UVLS



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



Jumlah Ruas (unit)



100



0



0



0



100



0



Faktor Kompeleksitas Peta Beban



63



28.56%



PT. PLN (Persero)



TRANSM ISI



64



Penjelasan Contoh Tabel Sebelumnya Contoh: Sebuah transmisi dengan level tegangan ekstra tinggi fungsi subsystem switching dengan rata-rata reverse margin > 30% dari beban puncak dengan jumlah bay > 1000 unit, kontingensi N-1 terpenuhi ruas proteksi trafo UFLS memiliki ruas sebanyak 100 unit.



OLS 0.7 0.33264 Jumlah Ruas (unit)



Ruas Transmisi 0.7 OGS 0.7 0.30492 Jumlah Ruas (unit)



N-1 Tidak Terpenuhi 0.66 Proteksi Sistem



UFLS 0.7 0.3234 Jumlah Ruas (unit)



OLS 0.7 0.408672 Jumlah Ruas (unit)



Kontingensi



Ruas Trafo 0.86 UFLS 0.8 0.431376 Jumlah Ruas (unit)



UVLS 0.7 0.39732 Jumlah Ruas (unit)



Ruas Transmisi 0.7 UFLS UVLS 0.7 1.0 0.3626 0.518 Jumlah Ruas Jumlah Ruas (unit) (unit)



ansmisi 7 UVLS 1.0 0.518 Jumlah Ruas (unit)



TRANSMISI



N-1 Terpenuhi 0.74 Proteksi Sistem



OLS 0.8 0.521848 Jumlah Ruas (unit)



65



Ruas Trafo 0.9 UFLS UVLS 0.8 0.8 0.521848 0.521848 Jumlah Ruas Jumlah Ruas (unit) (unit) 100



Total Ruas pada kondisi normal



Total Ruas



Total Ruas Terbobot



Selisih dari Kondisi Normal



Faktor Kompeleksitas Peta Beban



100 0 0 0 0



28.55552256 0 0 0 0



-71 0 0 0 0



28.56%



Total Ruas Terbobot setelah dikalikan dengan faktor pengali total



Total Ruas Terbobot – Total Ruas 28.55555256 – 100 = -71



100 x 0.5475 x 0.521848 = 28.555256



Faktor kompleksitas yang didapat dari : 1+



Total selisih dari kondisi normal Total ruas



Faktor kompleksitas ruang lingkup layanan peta beban = 28.56% atau 0.2856



PT. PLN (Persero)



66



TRANSM ISI



TRANSMISI



67



PT. PLN (Persero)



68



TRANSM ISI