PMP Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN POSDCORB PADA KEPANITIAAN GADJAH MADA VOLLEY BALL COMPETITION 2016 Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen Publik



Disusun Oleh: Dwi Puji L. Gumilang



12/335545/SP/25259



Chandra Budi S.



12/336684/SP/25477



Nadya Prasetya M.



13/347957/SP/25735



Riza Venti N.



13/347961/SP/25739



Azma Afina



13/348453/SP/25787



Pinto Buana P.



13/349876/SP/25867



Yoga Eka C.



13/349911/SP/25875



Bagas Dwi D.



13/350007/SP/25917



DEPARTEMEN MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama (Robbin, 2003). Menurut Giffin ( dalam Dewi, 2002) organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Menurut Stoner (dalam Efendi et.al, 1976) organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama. Menurut Mooney (dalam Wilis, 1996) organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Bernard dan Hunt (1984) organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Menurut Gibson (dalam Dewi, 2006) organisasi merupakan kesatuan yang memungkinkan orang untuk bekerja sama mencapai tujuan. Menurut Hasibuan organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Armosudiro orgnisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur hubungan kerja antara sekelompk orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama. Bedasarkan pengertianpengertian di atas mengenai organisasi, maka dapat disimpulkan bahwa oganisasi meliputi: (1) sekumpulan orang, (2) memiliki tujuan bersama, dan (3) koordinasi. Dengan demikian pengertian organisasi adalah sekumpulan orang yang bekoordinasi untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi memiliki hubungan yang erat dengan manajemen dalam mewujudkan tujuan bersama. Hal ini dikarenakan manajemen merupakan penggerakan orang-orang dalam organisasi untuk mewujudkan tujuan bersama organisasi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Appley (dalam Silalahi, 2001) manajemen sebagai keahlian untuk menggerakan orang untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut Stewart (dalam Tims, 2011) manajemen adalah memutuskan apa yang harus dikerjakan, menggerakan orang lain untuk mengerjakannya. Menurut Follet (dalam Keban, 2004) mengartikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.



Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan sebuah bentuk organisasi yang menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakat di lingkup perguruan tinggi. UKM Voli UGM merupakan organisasi yang bergerak di bidang olahraga voli bagi mahasiswa UGM. Sebagai sebuah organisasi UKM Voli UGM memiliki tujuan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan skill pada cabang olah raga voli , serta menjadi wadah untuk belajar mengenai kepengurusan dalam organisasi. Salah satu bentuk UKM Voli UGM mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan menyelenggarakan Gadjah Mada Volley Ball Competition (Gamacup) pada tahun 2016. Gamacup 2016 merupakan program kerja tahunan UKM Voli UGM. Gamacup adalah suatu kompetisi atau turnamen bola voli. Gamacup terdiri dari dua jenis kompetisi berdasarkan jenjang pendidikan yaitu kompetisi yang diperuntukan bagi SMA/SMK dan perguruan tinggi. Gamacup yang diperuntukan bagi perguruan tinggi dirintis pada tahun 2012, namun sempat mengalami vakum pada tahun 2013. Selanjutnya Gamacup kembali diselenggarakan kembali pada tahun 2015. Sedangkan gamacup antar SMA/SMK dirintis pada tahun 2015 dan hanya diperuntukkan untuk SMA/SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sedangkan pada tahun 2016 Gamacup SMA/SMK diperuntukkan untuk SMA/SMK di DIY-Jateng (Jawa Tengah) yang dilaksanakan pada 25-30 April 2016 di Hall Gelanggang Mahasiswa UGM. Untuk menyelenggarakan Gamacup di tahun 2016 dengan baik, UKM Voli UGM melakukan manajemen dengan pendekatan fungsi manajemen POSDCORB. Pendekatan fungsi manajemen POSDCORB dipilih dan diimplementasikan oleh pengurus organisasi guna melancarkan proses penyelenggarakan acara Gamacup. POSDCORB merupakan fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Gulick dan Urwick. Fungsi manajemen POSDCORB merupakan akronim dari Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinanting, Reporting, dan Budgeting. Hasil dari pengimplemntasian fungsi manajemen POSDCORB yang dipilih oleh UKM Voli UGM adalah suksesnya penyelenggaraan Gamacup 2016 secara efektif dan efisien. Kesuksesan UKM Voli UGM tersebut menjadi menarik untuk diteliti karena dapat menjadi best practice dalam pengimpelemntasian fungsi manajemen POSDCORB dalam penyelenggaraan acara dari organisasi mahasiswa berbasis UKM. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada pengimplementasian fungsi manajemen POSDCORB pada acara Gamacup 2016, beserta hambatan, dan upaya yang dilakukan oleh UKM Voli UGM dalam pengimplementasian tersebut.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaiamana implementasi fungsi-fungsi manajemen dalam kepanitiaan Gadjah Mada Volley Ball Competition 2016? 2. Apa saja hambatan yang dialami oleh panitia Gadjah Mada Volley Ball Competition 2016 dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh panitia dalam mengatasi hambatan tersebut?



C. Tujuan Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui implementasi fungsi-fungsi manajemen dalam kepanitiaan Gadjah Mada Volley Ball Competition 2016. 2. Mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh panitia Gadjah Mada Volley Ball Competition 2016 dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen. 3. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh panitia dalam mengatasi hambatan tersebut



D. Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah menjadi referensi implementasi fungsi-fungsi manajemen dalam menyelenggarakan kepanitiaan bagi organisasi mahasiswa, baik berbentuk unit kegiatan mahasiswa maupun himpunan mahasiswa atau lembaga mahasiswa di lingkup UGM. 2. Manfaat praktis



Secara praktis, manfaat penelitian yang diharapkan adalah dapat memberikan masukan pada UKM-UKM di lingkup UGM dalam mengimplementasikan fungsi manajemen POSDCORB dalam penyelenggaraan acara, khususnya bagi UKM Voli UGM.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi A.1. Definisi Implemenetasi Implementasi banyak didefinisikan oleh para ahli dan dijumpai di dalam literaturliteratur kebijakan publik, yang umumnya mendefinisikan implementasi sebagai suatu proses pelaksanaan kebijakan publik. Dalam konteks penelitian ini, implementasi dimaknai sebagai suatu proses pelaksanaan atas fungsi manajemen POSDCORB sebagai konsep dalam menyelenggarakan Gamacup. Implementasi tidak hanya dimaknai secara terbatas mengenai pelaksanaan atas kebijakan publik, namun juga dimaknai sebagai proses pelaksanaan atas ide, konsep, maupun gagasan. Oleh karena itu, diperlukan pengertianpengertian lain mengenai implementasi, selain dari perspektif kebijakan publik. Secara etimologis menurut Kamus Webster (dalam Wahab, 2008), Implementasi adalah penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akbiat terhadap sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan, penerapan. Menurut Tahjan (2008) implementasi secara etimologis merupakan suatu aktivitas bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana untuk memperoleh hasil. Menurut Usman (2002) implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Pengertian implementasi sebagai sebuah pelaksanaan suatu konsep secara paripurna dijelaskan oleh Susilo (2007) yang mendefinisikan implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Implementasi bukan sekedar untuk mencapai suatu kegiatan. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu pelaksanaan ide, gagasan, konsep, kebijakan, serta inovasi sebagai suatu tindakan yang menimbulkan dampak. Merujuk pada pengertian di atas, implementasi juga dapat dimaknai sebagai pelaksanaan atas suatu konsep, maka implementasi dalam konteks penelitian ini yang merupakan sebuah implementasi konsep merupakan sesuatu yang relevan dari pengertianpengertian di atas. Hal ini dikarenakan POSDCORB merupakan suatu konsep dalam fungsi manajemen yang digunakan oleh UKM Voli UGM yang berdampak pada penyelenggaraan



Gamacup. A.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi banyak dikaji dalam ilmu kebijakan publik untuk mengetahui apa saja hambatan dan dorongan dalam mengimplemnetasikan suatu kebijakan. Kajian-kajian tersebut melahirkan berbagai teori dari banyak ahli, seperti sebagai berikut : 1. Teori George C. Edward III Teori George C. Edward III (dalam Subarsono, 2011) berpandangan bahwa implementasi dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu: a) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. b) Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial. c) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. d) Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Menurut pandangan Edwards (dalam Budi Winarno, 2008: 181) sumber-sumber yang



penting meliputi, staff yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul di atas kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik. 2. Teori Merilee S. Grindle Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (dalam Subarsono, 2011) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Variabel tersebut mencakup: sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target group, sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sedangkan Wibawa (dalam Samodra Wibawa et.al, 1994) mengemukakan model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan tersebut mencakup hal-hal berikut: a.Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan. b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan. c. Derajat perubahan yang diinginkan. d. Kedudukan pembuat kebijakan. e. (Siapa) pelaksana program. f. Sumber daya yang dihasilkan. Sementara itu, konteks implementasinya adalah: a) Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat. b) Karakteristik lembaga dan penguasa. c) Kepatuhan dan daya tanggap. Keunikan dari model Grindle terletak pada pemahamannya yang komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan implementor, penerima implementasi, dan arena konflik yang mungkin terjadi di antara para aktor implementasi, serta kondisikondisi sumber daya implementasi yang diperlukan. 3. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier Menurut Mazmanian dan Sabatier (dalam Subarsono, 2011) ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni karakteristik dari masalah (tractability of the problems), karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation) dan variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation).



4. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn Menurut Meter dan Horn (dalam Subarsono, 2011) ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni standar dan sasaran kebijakan, sumberdaya, komunikasi antarorganisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik agen pelaksana dan kondisi sosial, ekonomi dan politik. Menurut pandangan Edward III (Budi Winarno, 2008) proses komunikasi kebijakan dipengaruhi tiga hal penting, yaitu: a) Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah transmisi. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. b) Faktor kedua adalah kejelasan, jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Seringkali instruksi-intruksi yang diteruskan kepada pelaksana kabur dan tidak menetapkan kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan. c) Faktor ketiga adalah konsistensi, jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintahperintah pelaksaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintahperintah yang disampaikan kepada pelaksana kebijakan jelas, tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik. Penelitian ini menggunakan teori impmenetasi kebijakan yang dikemukakan oleh para ahli di atas. Penggunaan teori implementasi kebijakan dianggap memiliki relevansi dalam menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi fungsi manajemen POSDCORB oleh UKM Voli UGM dalam menyelenggarakan acara Gamacup, baik faktor penghambat maupun pendorong. Teori implementasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori implementasi yang dikemukakan oleh Edward III yang menyebutkan bahwa implementasi dipengaruhi oleh komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur. Pemilihan teori Edward III dikarenakan teori tersebut dinilai oleh peneliti dapat menjelaskan implementasi fungsi manajemen POSDCORB yang dilakukan oleh UKM Voli UGM dalam penyelenggaraan Gamacup.



B. Manajemen Secara etimologi kata Manajemen merupakan serapan dari bahasa Italia maneggiare yang berarti mengendalikan, terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa Latin manus yang berarti tangan (Online Etymology Dictionaries). Kemudian, kata tersebut diadopsi ke dalam bahasa Perancis menjadi kuna menagement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Dengan pengertian yang sama atas kata tersebut dengan bahasa Perancis, Inggris mengadopsinya ke dalam bahasa mereka menjadi management (Oxford English Dictionary). Seiring berjalannya waktu pengertian secara etimologis tentang manajemen di atas mengalami perluasan makna dari para ahli. Follet (dalam Barret, 2000) mengartikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini Follet menjelaskan seni penyelesaian pekerjaan tersebut diatur dan diarahkan oleh seorang yang disebut manajer. Senada dengan Follet, Appley (dalam Silalahi 2001) menjelaskan pengertian manajemen sebagai keahlian untuk menggerakan orang untuk melakukan suatu pekerjaan. Berbanding lurus dengan pengertian kedua ahli sebelumnya, Gie (dalam Silalahi 2001) menjelaskan manajemen sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengontrolan pada sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Dari pengertian di atas, maka pengertian manajemen dapat disimpulkan sebagai suatu proses penyelesaian suatu pekerjaan melalui penggerakan orang dalam organisasi secara efektif dan efisien. B.1. Fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan (Winardi, 2006). Salah satu fungsi manajemen adalah POSDCORB yang merupakan akronim dari Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting. POSDCORB dikemukakan oleh Luther Gulick dan L. Urwick pada tahun 1937 yang diadopsi dari pemikiran 14 prinsip manajemen milik Fayol. Sebelumnya Fayol. Lebih lanjut pengertian POSDCORB menurut Gulick dan Urwick (dalam Agrawal dan Vashistha, 2013) dijelaskan sebagai berikut:



1. Planning (perencanaan) Perencanaan adalah proses menetapkan secara garis besar apa yang perlu dilakukan dan metode yang digunakan untuk melakukannya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi. 2. Organizing (pengorganisasian) Pengorganisasian adalah penciptaan dari struktur otoritas formal dimana subbagian kerja dapat diatur, dirumuskan, dan dikoordinasikan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Staffing (pengadaan tenaga kerja) Pengadaan tenaga kerja adalah keseluruhan fungsi pengangkatan, dan pelatihan para staff, serta menjaga suasana kerja yang menyenangkan. 4. Directing (pengarahan) Pengarahan adalah suatu tugas berlanjut dalam pembuatan keputusan dan menyusunnya dalam aturan-aturan dan instruksi-instruksi khusus atau umum, dan melayani sebagai pemimpin organisasi. 5. Coordinating (pengkoordinasian) Pengkoordinasian adalah semua tugas penting yang menghubungkan berbagai bagian atau unit kerja dalam organisasi. 6. Reporting (pelaporan) Pelaporan adalah kegiatan eksekutif menyampaikan informasi tentang apa yang sedang terjadi kepada atasannya, termasuk menjaga agar dirinya dan bawahannya tetap mengetahui informasi lewat laporan-laporan, penelitian, dan ispeksi. 7. Budgeting (pendanaan) Pendanaan adalah semua kegiatan dalam bentuk perencanaan, perhitungan, dan pengendalian amggaran.



C. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah konsep fungsi manajemen POSDCORB yang diimplementasikan oleh UKM Voli akan dianalisis dengan menggunakan teori implemensi Edward III untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasinya, baik hambatan maupun pendorong.



BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Pendekatan tersebut digunakan untuk menjelasakan tujuan penelitian ini secara mendalam melalui data-data yang disajikan secara kualitatif deskriptif.



B. Jenis dan Sumber Data B.1. Data Primer Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Informan kunci yang ditentukan dalam purposive sampling adalah Ahmad Hasrul selaku ketua UKM Bola Voli UGM 2015 dan Pramudianto Adi selaku ketua UKM Bola Voli UGM 2016. Sementara informan lain ditentukan dengan meminta rekomendasi informan lainnya setelah pengambilan data dari informan kunci. Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa panduan wawancara. B2. Data Sekunder Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini literatur adalah hasil studi literatur dan data-data yang berkaitan, seperti hasil dokumentasi, laporan perencanaan dan laporan akhir Gamacup 2016 oleh UKM Voli UGM.



C. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif berdasarkan Glaser dan Strauss, yang terdiri dari reduksi data, kategorisasi data, sintetisasi data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi yang merupakan proses siklikal (Moloeng, 2013). Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:



1. Mereduksi data, yakni memilah data-data yang dianggap penting dan mendukung pemecahan masalah penelitian dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data merupakan bentuk



analisis



untuk



menyederhanakan,



menggolongkan,



mengarahkan,



dan



mengorganisasikan data sedemikan rupa hingga dapat ditarik kesimpulan. 2. Display data atau penyajian data, yakni menampilkan data secara sistematis. Penyajian data dapat berupa teks naratif, tabel atau matriks, chart, dan peta. Dengan cara ini memudahkan dalam proses analisis atau menafsirkan data guna memahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan data dan fakta yang telah disajikan. 3. Sintetisasi, yakni mengaitkan data atau kategori yang diperoleh untuk menghasilkan gambaran keterkaitan hubungan antara data atau kategori satu dengan yang lainnya. 4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dengan mengacu pada pertanyaan penelitian.



D. Keabsahan Data Keabsahan data dalam suatu penelitian membutuhkan pemerikasaan terhadap data tersebut dengan sejumlah kriteria. Menurut Moleong (2013) terdpat empat kriteria yang dapat digunakan untuk meningkatkan keabsahan data, yaitu kepercayaan (credibility), kerteralihan



(transferability),



ketergantungan



(dependenability),



dan



kepastian



(confirmability). a.



Derajat kepercayaan (credibility) Menurut Moelong (2013) derajat kepercayaan atau kredibilitas adalah upaya yang



dilakukan peneliti untuk menjamin data yang didapat sahih, dengan cara mengkonfirmasi antara data yang diperloleh dengan objek penelitian. Kemudian, Moleong (2013) pun menjelaskan terdapat delapan teknik untuk meningkatkan kepercayaan, yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, kajian kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding. Triangulasi yang akan digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu membandingkan atau mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi pada waktu dan alat yang berbeda (Patton, dalam Moelong, 2013). Dalam penelitian ini



triangulasi dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara, observasi, dan studi pustaka yang berkenaan dengan masalah penelitian ini. Selain triangulasi, penelitian ini juga menggunakan teknik pengecekan anggota. Ahmad (2014) pengecekan anggota adalah pengecekan ulang secara garis besar apakah hasil intepretasi dari apa yang telah disampaikan oleh informan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Kegiatan ini dilakan dengan memadukan beberapa hasil wawancara serta mengamati kesesuaian hasil wawancara dengan dokumen dan fakta. b.



Keteralihan (transferability) Moloeng (2013) menjelaskan sebagi persolan empiris, keteralihan bergantung pada



kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Seorang peneliti melakukan pengalihan dengan cara mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut, untuk itu peneliti melakukan penelitian kecil untuk memmastikan usaha memverifikasi tersebut. c.



Kebergantungan (dependenability) Moleong (2013 menjelaskan kebergantungan dilakukan untuk memeriksa akurasi



pengumpulan data. Agar derajat reabilitas dapat dicapai, maka pemeriksaan cermat terhadap seluruh komponen, proses penelitian serta hasil penelitian yang telah dilakukan. Kebergantungan dilakukan dengan terus mengkonsultasikan kepada tokoh penting dalam penelitian ini termasuk pembimbing yang paham terhadap metode teknis, sehingga setah demi setahap data-data yang dihasilkan dapat dikonsultasikan. d.



Kepastian (confirmability) Scriven dalam Moloeng (2013) kepastian merupakan proses pemastian bahwa sesuatu



informasi objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseoarang. Pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jiika disepakati oleh beberapa atau banyak orang barulah dapat dikatakan objektif. Selain itu, masih ada lagi unsur kualitas yang melekat pada konsep objektivitas, yang digali dari pengertian bahwa jika dapat dipercaya, faktial dan dapat dipastikan. Berkaitan dengan persolan ini, subjektivitas berarto tidak dapat dipercaya atau melenceng. Pengertian akhir inilah yang dijadikan tumpuan pengalihan pengertian objektivitassubjektivitas menjadi suatu kepastian.



BAB IV PEMBAHASAN



A. Gadjah Mada Volley Ball Competition (Gamacup) UKM Voli UGM telah melaksanakan Gadjah Mada Volley Ball Competition (Gamacup) 2016 antar SMA/SMK Sederajat Se-DIY Jateng pada tanggal 25-30 April 2016. Tahun ini, Gamacup mengusung tema “Talk with Your Hand, Play with Your Heart”, dengan harapan para peserta mampu menunjukkan skill voli yang dimiliki dengan fun karena dapat bertemu dan berkompetisi dengan teman-teman yang berasal dari sekolah yang berbeda, tanpa mengesampingkan sportivitas di lapangan. Kegiatan diadakan dengan pertandingan 16 tim bola voli putra dan 16 team bola voli putri, dan menggunakan sistem gugur. Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut, Tim bola voli putra; SMA Bhinneka Karya 6 Boyolali, SMK Pancasila 7 Pracimantoro, SMKN 4 Purworejo, SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo, SMA N 1 Pundong, SMA Muhammadiyah 1 Bantul, SMK Muhammadiyah 1 Bantul, SMAN 2 Ngaglik, SMAN 1 Tanjungsari, SMAN 1 Sewon, SMAN 1 Seyegan, SMAN 4 Yogyakarta, SMA N 2 Playen, SMK N 2 Yogyakarta, SMA N 1 Pleret, SMA N 1 Kalasan. Sedangkan tim bola voli putri; SMAN 1 Jetis, SMAN 6 Yogyakarta, SMA N 1 Pundong, SMKN 1 Sragen, SMAN 1 Imogiri, SMAN 2 Ngaglik, SMAN 1 Tanjungsari, SMAN 1 Sewon, SMAN 1 Seyegan, SMAN 1 Tuntang, SMAN 4 Yogyakarta, SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo, SMA N 2 Playen, SMAN 1 Minggir, SMA N 1 Pleret, SMA N 1 Kalasan. Menurut pengakuan Ketua UKM Voli 2016, acara Gamacup tahun ini lebih sukses dibandingkan dengan Gamacup tahun lalu, dilihat dari persiapan dan jumlah peserta yang melebihi kuota. Kesuksesan Gamacup 2016 dipengaruhi oleh pengimplementasi fungsi manajemen POSDCORB oleh UKM Voli UGM.



B. Analisis POSDCORB dalam Event Gadjah Mada Volley Ball Competition (Gamacup) Pengertian POSDCORB menurut Gulick dan Urwick (dalam Prajudi, 1976) dijelaskan sebagai berikut:



1. Planning (perencanaan) Dalam pelaksanaan event Gamacup ini, tahap Perencanaan acara diimplementasikan pertama kali dengan membentuk kepanitiaan acara. Tahapan implementasi perencanaan Gamacup 2016 yaitu membentuk panitia inti, melakukan open recruitment untuk panitia besar, panitia besar terbentuk, dan rapat-rapat koordinasi sebelum pelaksanaan. Setelah panitia besar terbentuk, ketua menyampaikan timeline dan jobdesk kepada anak buah agar dalam waktu yang cukup singkat yakni 3 bulan acara dapat berjalan lancar dan sukses. Agar persiapan lebih matang, rapat rutin panitia inti dilaksanakan satu kali dalam seminggu yakni setiap hari Rabu jam 18.00 di Gelanggang Mahasiswa tepatnya sekre UKM Voli. Pada rapat rutin, sejak awal terbentuk pantia inti, ketua telah meminta saran terkait perencanaan acara baik dari segi konsep hingga pendanaan. Ketua juga dibantu oleh sekretaris dan bendahara untuk menyusun proposal acara Gamacup yang harus segera diserahkan kepada pihak Direktorat Kemahasiswaan. Dari hasil rapat rutin panitia inti, selanjutnya masing-masing koor divisi mempunyai kewajiban untuk melakukan koordinasi dengan anggotanya. Selain rapat panitia inti, rapat divisi, rapat besar all panitia juga telah dilakukan sebanyak tiga kali untuk mempermudah koordinasi panitia secara keseluruhan. 2. Organizing (pengorganisasian) Dalam pelaksanaan event Gamacup ini, Pengorganisasian acara diimplementasikan dalam bentuk timeline dan jobdesk yang dibuat oleh ketua Gamacup 2016. Ketua disini tidak bersikap otoriter. Sebelum ditetapkan, kasaran timeline dan jobdesk yang telah disusun, disampaikan saat rapat rutin panitia inti. Peserta rapat diberikan hak untuk menyampaikan saran dan kritik terkait timeline dan jobdesk yang ketua susun. Setelah semuanya sepakat, timeline dan jobdesk tersebut ditetapkan dan wajib dilaksanakan oleh seluruh panitia. Para koor juga wajib menyampaikan timeline dan jobdesk tersebut kepada anggota, sehingga anggota megerti apa saja tugas yang harus dilakukan dan dapat menyelesaikannya sesuai waktu yang telah ditetapkan dalam timeline. 3. Staffing (pengadaan tenaga kerja) Perekrutan staff Gamacup 2016 diimplementasikan dengan membentuk kepanitiaan acara. Akhir tahun 2015, PH UKM Voli telah mengadakan musyawarah untuk menentukan Panitia inti acara yaitu ketua, sekretaris, bendahara, dan koor-koor divisi yang dibutuhkan pada acara Gamacup 2016. Pada awal Januari 2016, PH Gamacup mengadakan open recruitment panitia besar yang ditujukan kepada anggota UKM Voli UGM. Gamacup



tahun ini memang berbeda dengan Gamacup sebelumnya. Kepanitiaan Gamacup sebelumnya bersifat terbuka untuk mahasiswa non UKM Voli yang ingin bergabung, sedangkan tahun ini kepanitiaan bersifat tertutup, yakni hanya diperuntukkan untuk anggota UKM Voli. Hal ini dilakukan karena UKM Voli ingin memberdayakan anggota UKM Voli khususnya anggota baru yang terdaftar sebanyak 108 mahasiswa pada tahun 2015 kemarin. Selain itu, dengan melibatkan anggota UKM Voli dalam acara Gamacup, diharapkan dapat menjalin keakraban antar anggota sehingga kerja sama akan mudah dilakukan. Open recruitment untuk kepanitiaan Gamacup dimulai dengan membuat poster yang menarik, menyebarluaskan poster ke akun-akun UKM Voli di media sosial secara gencar, dan melakukan wawancara langsung dan online untuk anggota UKM yang masih berada di kampung halaman. Setelah panitia besar terbentuk, rapat-rapat koordinasi rutin dilakukan baik rapat pantia inti, rapat divisi, maupun rapat besar. Beberapa kali rapat dilakukan di tempat yang berbeda agar panitia tidak bosan. Ketua membebaskan para koor untuk melakukan rapat divisi kapan dan di mana asalkan jobdesk dan timeline dapat dilaksanakan dengan baik. Rapat rutin panitia inti juga pernah dilakukan di luar area kampus dan dilakukan secara santai. 4. Directing (pengarahan) Pengarahan acara Gamacup 2016 ini diimplementasikan melalui rapat-rapat koordinasinya. Ketua memberikan pengarahan kepada semua panitia baik sekretaris, bendahara, para koordinator dan staff. Pada rapat panitia inti, ketua mempunyai otoritas untuk menanyakan progress kepada setiap divisi, hambatan yang ditemui, serta mendiskusikan solusi terbaik. Pada rapat divisi, koordinator juga mempunyai otoritas seperti ketua, hanya saja ditujukan kepada anggota divisi. Saat pelaksanaan acara Gamacup, pengarahan dilakukan ketika sesi evaluasi. Evaluasi setiap harinya wajib dilakukan dan dipimpin oleh koordinator acara. Evaluasi dari setiap divisi disampaikan saat sesi evaluasi dan saling memberikan saran dan solusi agar pada hari selanjutnya acara dapat berjalan lebih baik. Jadi, ketua dan koordinator divisi mempunyai peran penting dalam pengimplementasi pengarahan pada acara Gamacup 2016. 5. Coordinating (pengkoordinasian) Pengkoordinasian dalam event Gamacup 2016 ini diimplementasikan dengan berpedoman pada jobdesk yang telah disepakati bersama dan telah ditetapkan. Rapat-rapat sebelum



pelaksanaan Gamacup 2016 bertujuan untuk mempermudah koordinasi. Koordinasi di sini penting agar semua panitia mengetahui jobdesk masing-masing, mengetahui hambatan apa saja yang ditemui saat melakukan jobdesk tersebut, dan ikut membantu memberikan solusi. Koordinasi antar divisi juga penting mengingat beberapa jobdesk saling berkaitan. Contohnya, sebelum pelaksanaan acara Gamacup 2016, divisi sponsorship koordinasi dengan divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi (PDD) terkait siapa saja sponsor yang tembus dan dicantumkan dalam spanduk, wall of fame, backdrop dan lain-lain sesuai kontra prestasi yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan contoh saat pelaksanaan acara, divisi acara melakukan koordinasi dengan divisi humas terkait penyusunan rundown acara karena berhubungan dengan pemberitahuan jadwal pertandingan oleh divisi humas ke peserta. Contoh lain, divisi P3K melakukan koordinasi dengan divisi keamanan terkait kesiapan jika ada peserta yang cidera. Mengingat anggota divisi P3K perempuan semua, untuk urusan mengangkat peserta yang cidera ke ruang perawatan, divisi P3K melakukan koordinasi dengan divisi keamanan. 6. Reporting (pelaporan) Pelaporan acara Gamacup 2016 diimplementasikan dalam bentuk laporan yang diserahkan kepada pihak Direktorat Kemahasiswaan sebagai bentuk pertanggungjawaban khususnya penggunaan dana. Selain pelaporan penggunaan dana, dalam laporan tersebut juga dijelaskan mengenai evaluasi Gamacup 2016 yang terdiri dari kendala yang dihadapi dan upaya yang telah dilakukan. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban, laporan tersebut juga berfungsi sebagai pedoman untuk melaksanakan acara Gamacup selanjutnya yang lebih baik lagi. 7. Budgeting (pendanaan) Tahap terakhir dalam teori POSDCORB yakni tahap budgeting atau penganggaran acara Gamacup ini diimplementasikan pertama kali dengan merencanakan penggunaan dana. Pada proposal kegiatan Gamacup 2016 telah tercantum rencana penggunaan dana yang melibatkan panitia inti khususnya para koordinator. Bendahara menunjukkan anggaran dana yang diajukan pada proposal Gamacup tahun sebelumnya kepada semua koor sebagai gambaran tentang apa saja yang harus didanai pada setiap divisi. Setelah itu masingmasing koordinator diminta untuk menyetorkan apa saja yang perlu didanai pada setiap divisinya. Lalu, anggaran dana yang diusulkan setiap divisi didiskusikan pada rapat panitia inti dan ditetapkan bersama-sama melalui berbagai pertimbangan.



C. Analisis Hambatan Event Gamacup Berdasarkan Teori Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi George C. Edward III George C. Edward III berpandangan bahwa implementasi dipengaruhi oleh empat variabel yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur (Subarsono, 2011) 1. Komunikasi : Dalam pengimplementasian fungsi manajemen POSDCORB pada acara Gamacup 2016, UKM Voli UGM menemui beberapa hambatan yaitu terkait komunikasi dengan pihak eksternal yakni wasit. Panitia yang diwakili oleh divisi humas, bertemu dengan wasit terlalu mepet dengan hari pelaksanaan dan diskusi yang dilakukan belum matang. Akibatnya pada hari pertama Gamacup 2016 pertandingan sempat tertunda karena MOU dengan wasit belum fix. Selain itu, komunikasi antar panitia saat pelaksanaan Gamacup 2016 kurang baik. Hal itu disebabkan karena kurangnya komitmen panitia terhadap kesuksesan acara. Terdapat beberapa panitia yang tidak dapat hadir tanpa memberikan keterangan. Dampaknya, beberapa anggota divisi memiliki tugas rangkap karena mengerjakan tugas anggota divisi yang tidak hadir tersebut. Ketidakhadiran beberapa panitia dalam pelaksanaan Gamacup 2016 disebabkan oleh jadwal praktikum yang tidak bisa ditinggalkan. Di sini dapat dilihat bahwa telah terjadi konflik kepentingan yang dirasakan oleh pihak panitia khususnya ketua. Ketua harus menuntut seluruh panitia hadir dan berkontribusi dalam acara Gamacup 2016, di samping itu, ketua juga tidak dapat memaksakan panitia untuk meninggalkan urusan akademis, dalam hal ini praktikum. 2. Sumber Daya Dari segi sumber daya khususnya sumber daya manusia, hambatan yang ditemui adalah kekurangan panitia saat pelaksanan Gamacup 2016. Gamacup 2016 memiliki total panitia 45 orang yang 3 Organizing Committe (OC), 6 divisi acara, 5 divisi PDD, 3 divisi humas, 8 divisi perlengkapan, 3 divisi danus, 4 divisi konsumsi, 5 divisi ksk, 3 divisi p3k, dan 5 divisi keamanan. Dari 45 panitia, yang hadir pada pelaksanaan acara hanya sekitar 25-30 panitia. Beberapa panitia terbentur dengan jadwal praktikum yang tidak bisa ditinggalkan, beberapa panitia ada yang menghilang tanpa kabar. Ada yang menghilang tanpa kabar sebelum pelaksanaan dan ada yang waktu pelaksanan Gamacup 2016. Oleh karena itu, sumber daya yakni panitia saat pelaksanaan Gamacup dirasa kurang, sehingga beberapa



anggota divisi memiliki tugas rangkap karena mengerjakan tugas anggota divisi yang tidak hadir tersebut. Selain sumber daya manusia, Gamacup 2016 juga kesulitan sumber daya finansial. Sumber pendanaan terbesar adalah dari dana yang diajukan ke Direktorat Kemahasiswaan. Sedangkan sumber dana lain seperti sponsorship belum membantu banyak karena sponsor yang berpatisipasi belum banyak. Hal itu dikarenakan, proposal sponshorship dibuat dalam waktu yang mepet dengan pelaksanaan Gamacup 2016. 3. Disposisi Hambatan terkait disposisi dalam acara Gamacup 2016 lebih kepada komitmen implementor. Seperti yang telah dijelaskan di atas, komitmen panitia kurang. Terdapat beberapa panitia yang tidak dapat hadir tanpa memberikan keterangan juga berpengaruh terhadap kelancaran acara. 4. Struktur Menurut pengakuan Ketua Gamacup 2016, terdapat struktur kepanitiaan yang kurang tepat terkait jumlah anggota pada divisi humas. 3 divisi humas (1 koordinator dan 2 anggota) dirasa tidak cukup untuk melaksanakan seluruh jobdesk humas yang diberikan. Mengingat humas memiliki jobdesk yang cukup berat seperti menghubungi wasit, tamu undangan, dan peserta. Divisi humas sudah berusaha melaksanakan jobdesk sebaik mungkin, tetapi karena sumber daya manusia terbatas, ada jobdesk penting yang pelaksanaannya kurang maksimal yakni terkait MOU wasit.



D. Upaya Penyelesaian Masalah Masalah komunikasi dgn wasit dan struktur kepanitian humas  pada hari pertama pelaksanaan gamacup 2016, ketua didampingi perwakilan divisi humas turun langsung berdiskusi dengan pihak wasit terkait MOU. Pertandingan sempat tertunda karena MOU belum fix, tetapi bisa diatasi dan pertandingan dapat dilaksanakan sesuai rundown yang telah disusun oleh divisi acara. Masalah komunikasi antar pantia kurang baik dan sumber daya manusia  ketua memutuskan untuk seluruh panitia mengumpulkan KRS yang berisi jadwal kuliah khususnya praktikum. Memang tidak semua panitia, tetapi sebagian besar telah mengumpulkan KRS. Pengumpulan KRS bertujuan untuk memudahkan ketua dibantu oleh



koordinator acara dalam membagi shift panitia. Shift panitia dibentuk agar perwakilan setiap divisi ada di lapangan dan koordinasi tetap jalan. Masalah sumber daya finansial  UKM Voli tidak lepas tangan membantu sumber finansial Gamacup, karena Gamacup juga salah satu program kerja UKM Voli. Bantuan yang diberikan adalah tambahan dana yang berasal dari Kas UKM Voli. Selain itu, ketua Gamacup bekerja sama dengan UKM Voli juga melakukan diskusi dengan alumni-alumni Voli UGM terkait masalah pendanaan dan berhasil mengumpulkan dana donator dari alumni-alumni voli tersebut.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Untuk pengertian di atas cukup jelas menerangkan akan bagaimana bentuk focus dan lokus manajemen publik, dimana focus manajemen publik adalah strategi yang diciptakan untuk menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dan juga dikatakan bahwa manajemen itu tidak hanya terjadi dalam konteks pemerintahan, sehingga dapat juga dikatakan bahwa organisasi apapun yang mengurusi dan melayani publik adalah organisasi publik dan harus menggunakan konsep pelayanan publik atau manajemen publik.



B. Saran Dalam suasana komunikasi yang lebih efektif dan meningkatkan kualitas anggota bola voli, keberadaan UKM bola voli dituntut untuk mengatur komunikasi antar anggota lebih baik. Maka dari itu pelayanan , fasilitas , kenyamanan , keamanan dan komunikasi antar pengurus harus terus ditingkatkan agar anggota bola voli dapat merasa puas , dan dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam memenuhi suatu tujuan jalanya organisasi.



DAFTAR PUSTAKA Atmosudirdjo, S. Prajudi. 1976. Dasar-dasar Administrasi, Management, dan Office Management. Jakarta: Gunung Agung. Amilin dan Dewi, Rosita. 2008. “Pengaruh Kotimsmitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Role Stress Sebagai Variabel Moderating”, dalam JAAI, Vol. 12, No.1. Barret, Peter. 2000. System and Relationship for Construction Quality dalam The International Journal of Quality & Reability Management. Vol 17. Bernard, Chester dan Hunt, Paul. 1984. Sociology. Tokyo: Mc Graw-Hill. Effendi, Masri, dan Singarimbun. 1976. Understanding Practice and Analysis. New York: Random House. Hasibuan, Malayu. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Keban, Y.T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep, Teori, dan Isu. Yogyakarta : Gava Media. Martoyo, Susilo. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen. 2003. Organizational Behavioral. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Silalahi, Ulber. 2011. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Refika Aditama. Subarsono. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tahjan, H. 2008. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: RTH. Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja



Grafindo Persada. Wibawa, Samodra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wahab, Abdul. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan. Bandung: Alfabeta. Wilis, Ratna. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Winardi. 2006. Manajer dan Manajemen. Bandung: Citra Aditya Bakti. Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.



DAFTAR LAMPIRAN 



Interview Guide : kasaran



1. Apakah fungsi manajemen POSDCOBR diimplementasikan oleh UKM Voli dalam menyelenggarakan Gamacup? Jika, respon menjawab “YA”, maka lanjut ke pertanyaan nomor 3. Jika jawaban responden “TIDAK”, lanjut ke pertanyaan nomor 2. 2. Fungsi manajemen apa yang diimplementasikan? (lanjut ke nomor 4) 3. Bagaimana POSDCORB diimplementasikan? - perencanaan event diimplementasikan? - pengorganisasian event diimpelmentasikan? - perekrutan staff diimplementasikan? - pengarahan event diimplementasikan? - pengkooordinasian diimplementasikan? - pelaporan acara diimplementasikan? - penganggaran acara diimplementasikan? 4. Apa sajakah hambatan implementasi POSDCORB? - komunikasi a. Bagaimana penyebaran, kejelasan, dan kosistensi informasi? b. Apakah ada konflik? - sumber daya



a) Jumlah staff? b) Sarana prasarana? - sikap A. Sikap staff dalam melaksanakan? - struktur Rentang struktur ada masalah? 5. Apa sajakah dorongan? - komunikasi c. Bagaimana penyebaran, kejelasan, dan kosistensi informasi? d. Apakah ada konflik? - sumber daya c) Jumlah staff ? d) Sarana prasarana? - sikap B. Sikap staff dalam melaksanakan? - struktur Rentang struktur ada masalah? 6. Bagaimana upaya dalam menghadapi hambatan tersebut?







Foto acara Gamacup 2016