PNPK Faringitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK) KSM THT RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBHU KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2019 Peritonsillar Abscess (ICD 10: J36)



Pengertian (Definisi)



merupakan infeksi akut atau abses yang berlokasi di spatium peritonsiler, yaitu daerah yang terdapat di antara tonsil dengan m. kontriktor superior, biasanya unilateral dan didahului oleh infekrsi tonsilopharingitis akut 5-7 hari sebelumnya.



Anamnesis Gejala yang dikeluhkan pasien antara lain 1. Terdapat riwayat faringitis akut 2. Tonsillitis 3. Rasa tidak nyaman pada tenggorokan atau faring 4. Panas sub febris 5. Disfagia 6. Odinofagia yang menyolok dan spontan 7. Hot potato voice 8. Mengunyah terasa sakit 9. Nyeri telinga (otalgia) ipsilateral 10. Perubahan suara karena hipersalivasi dan banyak ludah yang menumpuk di faring 11. Rinolalia aperta karena udem palatum molle (udem dapat terjadi karena infeksi menjalar ke radix lingua dan epiglotis = udem perifokalis) 12. Trismus (terbatasnya kemampuan untuk membuka rongga mulut) yang bervariasi, tergantung derajat keparahan dan progresivitas penyakit 13. Nyeri leher dan terbatasnya gerakan leher (torticolis)



Pemeriksaan Fisik



    



Tonsillitis akut dengan asimetri faring sampai dengan asimetri faring sampai dehidrasi dan sepsis Didapatkan pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar regional Pada pemeriksaan kavum oral terdapat eritema, asimetri palatum mole, eksudasi tonsil, dan pergeseran uvulakontralateral Pada palpasi palatum mole teraba fluktual Nasofaringoskopi dan laringoskopi fleksibel direkomendasikan pada pasien yang mengalami 1



kesulitan bernapas, untuk melihat ada tidaknya epiglottis dan supraglotis. Kriteria Diagnosis



1. Keluhan :  Adanya riwayat faringitis akut dan tonsillitis  Adanya gangguan penyerta : febris, disfagia, nyeri telinga, perubahan suara, nyeri leher, trismus 2. Pemeriksaan :  Tanda – tanda faringitis akut dan tonsillitis  Pemeriksaan fisik :  Nyeri tekan kelenjar regional  Kavum oral terdapat eritema, asimetris palatum mola, pergeseran uvula  Teraba fluktuasi pada palatum mole



Diagnosis Kerja



Abses Peritonsil



Diagnosis Banding



a. b. c. d. e.



Pemeriksaan Penunjang



Prosedur diagnosis yaitu dengan melakukan aspirasi jarum. Tempat yang akan dilakukaan aspirasi dibius atau dianestesi menggunakan lidokain dan epinephrine dengan menggunakan jarum besar (berukuran 16–18) yang biasa menempel pada syringe berukuran 10cc. Aspirasi material yang purulen merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim untuk dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebab infeksi demi kepentingan terapi antibiotika.



Terapi



Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik. Juga perlu kumur- kumur dengan air hangat dan kompres dingin pada leher. Antibiotic yang diberikan ialah  Penisilin 600.000 – 1.200.000 unit  Ampisilin/ amoksisilin 3-4 x 250-500 mg  Sefalosporin 3-4 x 250-500 mg, metronidazole 3-4 x250-500 mg2 Bila telah terbentuk abses :  Dilakukan pungsi pada daerah abses  Kemudian di insisi untuk mengeluarkan nanah  Tempat insisi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang



Mononukleus infeksiosa Tonsilitis difteri Scarlet fever Angina agranulositosis Tonsilitis kronis



2



Edukasi



Prognosis



Tingkat Evidens Tingkat Rekomendasi Penelaah Kritis



menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir. Bila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri diberikan  Analgesic local di ganglion stenopalatum Kemudian pasien dianjurkan untuk 1. Operasi tonsilektomi “a” chaud. 2. Bila tonsilektomi dilakukan 3-4 hari setelah drainase abses disebut tonsilektomi “a” tiede 3. Bila tonsilektomi 4-6 minggu sesudah drainase abses disebut tonsilektomi “a” froid 4. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2-3 minggu sesudah drainase abses 1. Istirahat cukup 2. Pemberian nutrisi dan cairan yang cukup 3. Menjaga kebersihan rongga mulut Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanactionam : dubia ad bonam



dr. Sp.THT-KL



Indikator Medis



Pelayanan Pratama Pelayanan Utama (Lanjut)



Kepustakaan



1. Adrianto, Petrus. 1986. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, 296, 308-309. EGC, Jakarta 2. Iskandar H.N; Mangunkusumo E.H; Roezin A.H: Penyakit, Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994. Hal 350-52 3. Soepardi,E.A, Iskandar, H.N, Abses Peritonsiler, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan, Jakarta: FKUl, 2000; 185-89.



3



4