Pola Jahitan Operasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan. Penjahitan luka (hecting) dilakukan pada luka robek yang bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam untuk dibolehkan dijahit primer. Pengetahuan tentang menjahit luka diperlukan dalam ilmu bedah karena, pembedahan membuat luka sayatan dan penjahitan bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme/infeksi. Penjahitan luka ini bersifat terapi pada jaringan yang mengalami abnormalitas. Material penjahitan yang berkualitas adalah yang meliputi sarat-sarat tertentu. Dasar penjahitan luka adalah membuat tekanan yang kuat pada luka agar tertutup tanpa jarak namun juga cukup longgar untuk menghindari ischemia dan nekrosis, jahitan juga dapat bertujuan untuk merawat hemostasis atau perdarahan yang terjadi. Pada luka terbuka yang terjadi pendarahan penjahitan terhadapa luka dapat menjad tindakan untuk pertolongan pertama. Dalam proses operasi ketika ingin mengakhiri tindakan tentu (insisi) perlu dilanjutkan dengan kegiatan menjahit namun, tindakan jahit ini harus memiliki keahlian tersendiri. jahitan ini memiliki aturan dan pola. Pola jahitan dimana digunakan untuk berbagai tujuan seperti jahitan otot, jahitan tendon, jahitan untuk pembuluh, jahitan untuk saraf dan sebagainya, dapat juga digunakan pada salah satu atau kedua dari kategori tersebut. Dari beberapa penjelasan diatas tentunya profesi dokter hewan harus mengetahui semua tekhnik agar tidak terjadi kesalahan ketika, menghadapi pasien. Maka dari itu, pentingnya untuk mempelajari teknik dan pola jahitan operasi penulis melakukan studi pustaka dari beberapa sumber mengenai materi terkait. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui jenis pola jahitan operasi serta jahitan operasi untuk organ berlumen.



1.2 Rumusan Masalah 1



Rumusan masalah yang terdapat dalam paper ini adalah sebagai berikut : a. Apa saja pola jenis jahitan operasi ? b. Bagaimana pola jahitan operasi ? c. Bagaimana pola jahitan operasi untuk organ berlumen ? 1.3 Tujuan Tujuan yang terdapat didalam paper ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui berbagai jenis jahitan operasi. b. Untuk mengetahui pola dari masing-masing jenis jahitan operasi. c. Untuk mengetahui pola jahitan operasi untuk organ berlumen. d. Untuk membantu mahasiswa mempelajari tentang pola jahitan operasi. 1.4 Manfaat Adanya peper ini sangat bermanfaat untuk : a. Penulis Dengan penulisan paper ini, penulis sekalian belajar tentang pola jahitan operasi. Sehingga, dapat memperkaya pengetahuan tentang materi terkait yang didapat dari berbagai sumber yang terpercaya. Selain itu, penulis juga mengembangkan kemampuanya dalam metode penulisn paper yang baik. b. Mahasiswa Mahasiswa lain juga mendapatkan manfaat dari adanya paper ini. Saling bertukar informasi dan diskusi mengenai pola jahitan operasi, Dengan itu ilmu akan terus berkembang dan pengaplikasian pada praktiknya akan leih mahir lagi, karena mahasiswa sudah dibekali teori pola jahitan operasi.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Jenis Pola Jahitan Operasi Jenis jahitan dalam pembedahan banyak sekali namun pada dasarnya ada dua pola dasar jahitan yaitu jahitan yang putus-putus atau interrupted dan menerus 2



atau continous dan jahitan intradermal. Interrupted suturing adalah jahitan yang selalu diputus setelah simpul akhir, dibuat dan dilanjutkan dengan jahitan serupa sampai sepanjang tepi luka tertutup. Sedangkan jahitan continous, simpul akhir diputus setelah jahitan luka selesai hanya ada dua simpul. Beberapa pola jahitan operasi antaralain : a. Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture) Saat luka dijahit dengan beberapa jahitan yang berdiri sendiri dengan jumlah tertentu maka disebut pola terputus. Pola ini paling banyak digunakan karena sederhana dan mudah, tiap jahitan disimpul sendiri sehingga jika salah satu jahitan terputus atau terlepas maka jahitan lainnya tidak akan terpengaruh, cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya dan banyaknya lipatan simpul yang tidak diperlukan merupakan beberapa ketidakuntungan dari pola ini.



Gambar 2.1 Interrupted over and over suture.



b. Jahitan Matras







Jahitan Matras Horizontal Ada dua type yaitu inverting dan everting. Untuk yang inverting



tidak diadviskan untuk kulit karena akan memperlama kesembuhan karena tepi luka tertekuk kedalam dan sukar saat mengambil benang jahit. Pola ini



3



baik untuk kulit, tetapi waktu menarik benangnya jangan terlalu keras sehingga tepi luka tetap flat atau dater sehingga aposisi tepi luka tepat, kalau menariknya terlalu keras maka tepi luka akan terangklat keatas dan akan memperlama kesembuhan. Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.



Gambar 2.2 Interrupted horizontal mattress suture. 



Jahitan Matras Vertikal Pola ini seperti horizontal mattres, tetapi pada waktu jahitan



dilakukan jarum menembus tegak lurus/vertical dengan tepi luka, pola ini waktu menarik benangnya juga tidak boleh terlaiu keras, usahakan tarikan tetap bisa menjaga tepi luka tetap beraposisi /flat saja. Jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.



Gambar 2.3 Interrupted vertical mattress suture.



4







Jahitan Matras Modifikasi Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka



seberangnya pada daerah subkutannya.



Gambar 2.4 Interrupted semi-mattress suture. c. Jahitan Kontinu



Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit. 1. Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over) Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. Aplikasi dari pola ini luas, bisa digunakan untuk kulit ataupun jaringan yang lebih dalam. Benang yang kelihatan memanjang dapat diluar atau didalam. Kelemahan dari pola ini adalah : tidak ada kemampuan untuk melebar yang disebabkan oleh kebengkakan jaringan. Bila salah satu simpul lepas/putus maka keseluruhan jahitan akan menjadi kendor/lepas semua.



5



Gambar 2.5 Continuous over and over sutures.



2. Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture) Jahitan



kontinyu



dengan



mengaitkan



benang



pada



jahitan



sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa. Pola ini mempunyai kelebihan dari yang satu karena bila salah satu simpul lepas tidak segera Iainnya akan lepas/lebih tahan.



Gambar 2.6 Ford suture pattern.



3. Jahitan Intradermal Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.



6



Gambar 2.7 Continuous intracutaneous. 2.2 Pola Jahitan Untuk Organ Berlumen



2.2.1 Pola Jahitan Gastrointestinal a. Lembert. Pola ini merupakan pola dasar untuk semua jahitan gastrointestinal. Keuntungan pola ini yaitu bisa mencegah kebocoran dan merupakan inisiator kesembuhan karena adanya pembalikan dari serosa. Tusukan jarum mencapai lapisan muskularis tetapi tidak sampai menembus mukosa(lumen usus). Pola ini selain digunakan pada organ gastrointestinal juga dipakai untuk organ berlumen lainnya seperti uterus. Jahitan ini sebetulnya jahitan vertical mattres. Dapat dilakukan secara tunggal ataupun secara menerus.



Gambar 2.8 Lambert suture



b. Pola Halstead. 7



Pola ini sebenarnya interrupted inverting mattres. Disini jelas adanya penekukan tepi luka kedalam dan terlihat ada 2 benang yang paralel dengan tepi luka.



Gambar 2.9. Halsteed suture



c. Connel Metode Metode ini mula mula digunakan untuk anastomose usus, pola ini menggunakan pola menerus dengan ciri jarum menembus penuh kedalam lumen usus. Jahitan Connel dimulai dari jahitan vertical mattres, kemudian jarum diteruskan sejajar dengan insisi dan dimulai dari serosa melewati muskularis dan permukaan mukosa dan menembus lumen, dari lumen kejaringan ditembuskan dan masih paralel dengan insisi, kemudian simpul achir dibuat.



Gambar 2.10 Connel metode



d. Cushing.



8



Cara ini merupakan modifikasi dari lembert dan jahitannya diarahkan sejajar dengan insisi, cara ini dapat dilakukan secara tunggal ataupun secara menerus. Perbedaannya dengan Connel yaiti cara ini tidak sampai menembus pada lumen jadi hanya serosa dan muskularisnya saja.



Gambar 2.11 Cushing



e. Metode Parker-Kerr. Cara ini adalah aplikasi dari jahitan cushing untuk penutupan luka usus secara aseptis.Usus yang telah dipotong pada ujungnya yang terbuka diklem dengan klem usus, ujungnya dibersihkan kemudian dimulai dari sisi lateral klem dinding usus dijahit secara cushing tetapi pada jahitan pertama tidak disimpulkan, kemudian jahitan diteruskan sampai selesai kemudian kedua ujung benang ditarik sambil menarik klem tadi dengan demikian ujung dari usus telah tertutup dengan balk. Ujung satunya dsilakukan dengan prosedur yang sama setelah selesai kedua ujung usus yang telah tertutup didekatkan satu sama lain dan dikuti dengan jahitan lembert setelah selesai dua benang yang pertama ditarik maka usus telah tersambung.



9



Gambar 2.12 Parker-kerr surture



f. Bell Pola ini direncanakan untuk mengurangi penekukan kedalam yang dapat menyebabkan stenosis. Jahitan ini selalu ditusukan dari luar yang kemudian kedalam dan diteruskan kesisi lain, demikian seterusnya sampai tepi luka dapat tertutup rapat.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpulan yang terdapat dalam penulisan paper ini adalah, jenis jahitan operasi ada banyak. Namun, secara umum dapat dibedakan 10



menjadi 2 yaitu, pola jahitan terputus dan continue. Interrupted suturing adalah jahitan yang selalu diputus setelah simpul akhir, dibuat dan dilanjutkan dengan jahitan serupa sampai sepanjang tepi luka tertutup. Sedangkan jahitan continous, simpul akhir diputus setelah jahitan luka selesai hanya ada dua simpul. Sedangkan pada pola jahitan untuk organ berlumen dapat berupa teknik jahitan pola gastrointestinal. 3.2 Saran Saran yang dapat diberikan yaitu, untuk lebih mencari banyak literature lain mengenai pola jahitan operasi.



DAFTAR PUSTAKA Leal-Khouri S, Lodha R, Nouri K. Suturing techniques. In: Nouri K, Leal-Khouri S, eds. Techniques in Dermatologic Surgery. Philadelphia, Pa: Mosby; 2003:71-3 Advancis Medical. 2013. Advanced veterinary wound care. USA : Dechra Vet Dudley, HAF, dkk. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah. Jakarta : ECG 11



12