9 0 835 KB
Poskolonial Feminisme – Roro Retno Wulan
Sudut Pandang Teori: Mengkritik hegemoni feminisme barat seperti yang ada di Amerika Serikat dan Eropa Barat. B. Merumuskan dasar teori feminis berdasarkan budaya, geografi, dan sejarah serta kaitannya dengan politik untuk memperluas proses hubungan transnasional. teori tersebut merumuskan bahwa terjadi kolonisasi ganda thd kaum perempuan Imperialisme dan patriarki - sisa jaman feodalisme Berangkat dari cultural studies dan teori poskolonial A.
Herstory... Fenomenologi (gramatologi – Derrida) & Cultural Studies (Critical Theories) Teori postkolonial kurang membahas isu ras dan gender, tidak melihat adanya konteks budaya dalam batas-batas negara sehingga kaum perempuan membutuhkan jalan untuk menyuarakan keinginan dan harapannya. Generalisasi feminis Barat atas opresi terhadap perempuan Perbedaan konteks perempuan Barat dan perempuan Timur ....disinilah muncul analisis teks terhadap tulisan perempuan Timur yang menyuarakan kepentingan perempuan Timur
Grammatology
Asumsi & Konsep kunci:
Perempuan dunia ketiga merupakan objek opresi dari sistem budaya patriarki dan imperialisme Perempuan dunia ketiga tidak dapat mewakili dirinya sendiri, mereka harus diwakili (Can Subaltern Speak? – Spivak) kekurangmampuan perempuan yang disebabkan budaya dan sosial ekonomi yang minim keberpihakan terhadap kondisi perempuan Mempersiapkan jalan bagi perempuan yang kurang beruntung secara ekonomi, sosial dan politik untuk memperjuangkan keberadaannya dalam masyarakat imperialisme modern
Perempuan dunia ketiga mengalami penindasan melawan imperialisme modern dan patriarki. Perempuan memiliki hak untuk berkarya dan bekerja sebagai layaknya manusia merdeka. Kolonialisme modern saat ini telah merambah di segala bidang kehidupan masyarakat.
TEORI POSKOLONIAL FEMINISME Perempuan berada di tengah-tengah hegemoni kekuasaan dan budaya. Perempuan tidak menjadi faktor yang diperhitungkan dalam pembangunan
Perempuan hanya dikonstruksi sebagai “konco wingking” rekan pendamping suami, laki-laki
Tokoh-tokohnya:
Gayatri Spivak Talpade Mohanty Trinth T. Minh-ha
Poskolonial Feminisme Can subaltern speak?
Contoh kasus I : Door Duisternis Tot Licht (grammatology)
Perjuangan RA Kartini, yang diramu dalam biografi “Panggil Aku Kartini Saja” tulisan Pramoedya Ananta Toer Ide untuk mendirikan sekolah pribumi muncul karena Kartini mengalami diskriminasi dari lingkungan sekolah, karena dia bukan ras putih, maka tidak setiap kesempatan pengetahuan terbuka untuknya. Diskriminasi berdasarkan pangkat dan status sosial ekonomi orang tua siswa. Inilah yang ingin dihilangkan oleh Kartini. Pendidikan adalah milik semua orang.
Contoh kasus II : Becoming White
Penghancuran identitas perempuan karena kondisi otonomi ekonomi, politik dan budaya Perempuan sebagai pelengkap pendukung patriakh laki-laki, pemerintah Konsep “putih” warisan para penjajah. Obsesi terhadap putih dan segala sesuatu yang ditandai sebagai putih menurut saya bukan sekadar obsesi terhadap suatu kecantikan, melainkan lebih dari itu...obsesi terhadap putih dapat dikategorikan sebagai suatu colonial nostalgia atau bahkan colonial trauma (Prabasmoro, 2006: 322) Femininitas ditentukan oleh pasar. Demi
Terima kasih Semoga bermanfaat bagi semua