Potensi Mata Air Panas Sebagai Pemanfaatan Energi Terbarukan Di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua. [PDF]

  • Author / Uploaded
  • erwin
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL KHATULISTIWA MINING FAIR 2018 POTENSI MATA AIR PANAS SEBAGAI PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN DI KAMPUNG MOSSO, DISTRIK MUARA TAMI, KOTA JAYAPURA, PROVINSI PAPUA



Disusun Oleh : Minar J. Hutagalung 20160611044010 2016 Nando Kye 20160611044083 2016 Erwin Jayadinata 20160611044013 2016



UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2018



HALAMAN PENGESAHAN LOMBA KTI NASIONAL KHATULISTIWA MINING FAIR 2018



1. Judul Karya



2. Nama Perguruan Tinggi 3. Sub-tema 4. Ketua Tim a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Alamat e-mail e. Alamat rumah dan No. Hp



: Potensi Mata Air Panas Sebagai Pemanfaatan Energi Terbarukan Di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua : Universitas Cenderawasih : Energi Terbarukan



: Minar J. Hutagalung : 20160611044010 : Teknik Pertambangan : [email protected] : Jln. Abepantai, Tanah Hitam, 081344658238 5. Anggota Pelaksana Kegiatan : Nando Kye dan Erwin Jayadinata 6. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Marcelino N. Yonas, M.Eng b. NIP : 197811212006041003 c. Alamat rumah dan No. Hp : Jln. Pelangi II No.1, Puri Waena Lestari Residence, Waena, Jayapura, Papua 082197767809 Jayapura, 18 April 2018 Menyetujui Dosen Pembimbing



Ketua Pelaksana



( Marcelino N. Yonas, M.Eng ) NIP : 197811212006041003



( Minar J. Hutagalung ) NIM : 20160611044010



Menyetujui, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan



( Djuadrensi Patabang, M.Eng ) NIP : 196902062003121001



ii



ABSTRAK Pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia seperti minyak bumi dan batu bara sebagai sumber energi tak terbarukan menjadi sebuah ketergantungan. Sedangkan cadangan dari energi tak terbarukan tersebut mulai menipis, sehingga dibutuhkan energi terbarukan sebagai alternatif. Contoh energi terbarukan yang banyak dimanfaatkan adalah panas bumi. Panasbumi adalah sebuah sumber daya energi yang tersimpan dalam bentuk air panas atau uap pada kondisi geologi tertentu didalam kerak bumi. Manifestasi hadirnya energi panasbumi disekitar daerah gunung api antara lain, fumarol dan air panas. Jika dibandingkan dengan energi tak terbarukan, energi panasbumi merupakan sumber energi yang bersih dan hanya melepaskan sedikit gas rumah kaca. Sebagian besar sumber energi panasbumi di Indonesia dapat kita temui pada daerah yang dekat dengan kegiatan gunung berapi, terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Hal ini terjadi akibat adanya asupan magma dari interaksi lempeng Australia dan Asia. Sedangkan di Indonesia bagian timur, terdapat interaksi lempeng Australia dan lempeng Pasifik yang mengakibatkan terjadinya subduksi. Penunjaman lempeng tersebut tidak menghasilkan kegiatan gunung api di Papua, tetapi muncul di negara Papua New Guinea. Namun, di kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, terdapat sumber mata air panas yang ditemukan sebagai manifestasi dari panasbumi. Setelah dilakukan mapping, suhu air yang didapat diatas 37˚C. Model panasbumi di Jayapura dan sekitarnya dianggap analog dengan PNG karena tatanan tektoniknya. Di PNG, jarak terdekat yang dicapai sebuah penunjaman yang akan menghasilkan gunung berapi, adalah sekitar 220 km. Manisfestasi panasbumi di Mosso memerlukan suatu mekanisme tertentu sehingga terjadi anomali heat flow ke permukaan. Kata kunci : Energi terbarukan, panas bumi, Papua New Guinea, Kampung Mosso.



iii



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Potensi Sumber Mata Air Panas Sebagai Pemanfaatan Energi Terbarukan di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua”. Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada orang tua terkasih yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga tak henti-hentinya memberikan dukungan doa dan perhatian. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis juga banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1.



Bapak Marcelino N. Yonas, M.Eng dan Bapak Rahmat Indrajati yang telah membimbing dan selalu memberikan penilaian yang cermat sehingga judul yang saya bawakan ini layak di pertimbangkan.



2.



Teman-teman angkatan 2016 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa selam ini. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan karya tulis



ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Jayapura, April 2018



Penyusun



iv



DAFTAR ISI COVER .................................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN LOMBA KTI NASIONAL KHATULISTIWA MINING FAIR 2018 ............................................................................................... ii ABSTRAK ............................................................................................................. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1.Latar Belakang............................................................................................... 1 1.2.Permasalahan ................................................................................................. 2 1.2.1.Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.2.2.Batasan Masalah ..................................................................................... 2 1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 2 1.3.1.Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 1.3.2.Manfaat Penelitian .................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3 2.1 . Sistem Panasbumi........................................................................................ 3 2.2.Geologi Regional ........................................................................................... 5 2.3.Struktur dan Tektonik .................................................................................... 6 BAB III METODE PENULISAN ........................................................................... 8 3.1. Bahan dan Alat ............................................................................................. 8 3.1.1.Bahan ...................................................................................................... 8 3.1.2.Alat.......................................................................................................... 8 3.2. Tahapan Metode dan Teknik Penelitian ....................................................... 8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10 4.1.Hasil ............................................................................................................. 10 4.2.Pembahasan ................................................................................................. 10 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 13



v



5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 13 5.2. Saran ........................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14 LAMPIRAN .......................................................................................................... 15



vi



DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1. Ilustrasi sistem ................................................................................... 5 Gambar 2. 2. Tektonik Pulau Papua........................................................................ 6 Gambar 2. 3. Keadaan Pulau Papua Pada 30 ma Midle Oligocene ........................ 7 Gambar 4. 1. Kondisi Jalan Akses Mata Air Mosso ............................................. 11 Gambar 4. 2. Sumber Mata Air Panas Mosso ....................................................... 12



vii



DAFTAR TABEL Tabel 4. 1. Sifat Fisik Fluida Mata Air Panas Mosso ........................................... 10 Tabel 4. 2. Suhu Mata Air Panas........................................................................... 12



viii



DAFTAR LAMPIRAN I.Lampiran Gambar ........................................................................................... 15 II.Lampiran Penilaian Karya Tulis (Babak Penyisihan).................................... 16 III.Lampiran Penilaian Presentasi Karya Tulis ................................................. 17



ix



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia seperti minyak bumi dan batu bara sebagai sumber energi tak terbarukan menjadi sebuah ketergantungan. Sedangkan cadangan dari energi tak terbarukan tersebut mulai menipis, sehingga dibutuhkan energi terbarukan sebagai alternatif. Salah satu contoh energi terbarukan yang banyak dimanfaatkan adalah panas bumi. Panas bumi adalah sebuah sumber daya energi yang tersimpan dalam bentuk air panas atau uap pada kondisi geologi tertentu di dalam kerak bumi. Manifestasi hadirnya energi panas bumi di sekitar daerah gunung api antara lain, fumarol dan mata air panas. Jika dibandingkan dengan energi tak terbarukan, energi panas bumi merupakan sumber energi yang bersih dan hanya melepaskan sedikit gas rumah kaca. Sebagian besar sumber energi panas bumi di Indonesia dapat kita temui pada daerah yang dekat dengan kegiatan gunung berapi, terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Hal ini terjadi akibat adanya asupan magma dari interaksi lempeng Australia dan Asia. Sedangkan di Indonesia bagian timur, terdapat interaksi lempeng Australia dan lempeng Pasifik yang mengakibatkan terjadinya subduksi. Penunjaman lempeng tersebut tidak menghasilkan kegiatan gunung api di Papua, tetapi muncul di negara Papua New Guinea. Namun, di kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, terdapat sumber mata air panas yang ditemukan sebagai manifestasi dari panas bumi. Setelah dilakukan mapping, suhu air yang di dapat diatas 37˚C. Model panas bumi di Jayapura dan sekitarnya di anggap analog dengan PNG karena tatanan tektoniknya. Di PNG, jarak terdekat yang dicapai sebuah penunjaman yang menembus lapisan astenosfer, yang akan menghasilkan gunung berapi, adalah sekitar 220 km. Sementara di pulau Papua, jarak antara penunjaman dengan lapisan astenosfer, yang memungkinkan untuk menghasilkan gunung berapi masih sejauh 170 km.



Sehingga Manisfestasi panas bumi di Mosso memerlukan suatu mekanisme tertentu sehingga terjadi anomali heat flow ke permukaan.



1.2. Permasalahan 1.2.1. Rumusan Masalah Adapun permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.



Bagaimana sifat fisik dari mata air panas yang terdapat pada kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua?



2.



Apa saja potensi dari sumber mata air tersebut?



1.2.2. Batasan Masalah Agar pembahasan penelitian ini mengarah sesuai judul, maka diperlukan batasan-batasan masalah sebagai berikut : 1.



Penelitian ini difokuskan di area kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.



2.



Pengambilan data dilaksanakan pada tahun 2018 dengan menggunakan data di daerah penelitian sebagai data acuan.



1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.



Mengetahui sifat fisik fluida panas bumi yang terdapat di kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua.



2.



Menjadi bahan untuk membuat suatu karya tulis ilmiah.



1.3.2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.



Mengetahui tatanan tektonik pulau Papua.



2.



Mengetahui potensi sumber mata air panas pada kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 . Sistem Panasbumi Panasbumi merupakan energi panas yang terbentuk secara alami dan tersimpan dalam bentuk air panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi. Hochstein dan Browne (2000) mendefinisikan sistem panasbumi sebagai perpindahan panas secara alami dalam volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sumber panas ke zona pelepasan panas. Kunci kekuatan untuk menggerakkan fluida adalah perbedaan densitas antara air resapan yang suhunya lebih rendah dan bergerak ke bawah dengan fluida panasbumi yang suhunya lebih tinggi yang kemudian muncul ke permukaan bumi oleh gaya pengapungan. Sistem panasbumi dijumpai pada daerah dengan gradient panasbumi relative normal, terutama pada bagian tepi lempeng dimana gradient panasbumi biasanya mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-rata (Dickson dan Fanelli, 2004). Terdapat empat elemen penting yang berpengaruh dalam sistem panasbumi, terutama sistem panas bumi hidrothermal yang terdapat di sebagian besar Indonesia, yaitu: 1.



Sumber panas (heat source) Panas dapat berpindah secara konduktif, konvektif dan radiasi. Pada system



panasbumi perpindahan panas umumnya secara konduktif dan konvektif. Transfer panas secara konduktif pada batuan terjadi akibat adanya interaksi atomik/molekul penyusun batuan dalam mantel sedangkan perpindahan panas secara konvektif adalah perpindahan panas yang di ikuti oleh perpindahan massa (molekul). Sumber panas dalam sistem panasbumi pada umumnya berasal dari magma. Terbentuknya magma pada awalnya berasal dari hasil pelelehan mantel (partial melting) sebagai akibat penurunan titik didih mantel karena adanya infiltrasi H 2O dari zona subduksi. Magma dapat terjadi karena pelelehan sebagian kerak bumi pada proses penebalan lempeng benua seperti yang terjadi pada tumbukan antar lempeng benua (collision).



2.



Fluida panasbumi Fluida panasbumi berasal dari air permukaan (air meteoric) yang masuk ke



bawah permukaan melalui rekahan maupun ruang antar butiran batuan membentuk sistem kantong fluida/reservoir. Fluida juga dapat berasal dari batuan dalam bentuk air magmatik (air juvenil). Karakteristik fluida panasbumi dapat memberikan informasi tentang tipe sistem panasbumi, hal penting yang di analisis untuk menentukan karakteristik fluida dalam reservoir meliputi pendugaan temperatur reservoir (geothermometer), komposisi kimia fluida, asal-usul fluida,minteraksi fluida terhadap batuan serta pencampuran fluida reservoir dengan fluida lain (mixing). 3.



Reservoir Reservoir adalah lapisan yang tersusun dari batuan yang memiliki sifat



permeable dan porositas tinggi yang berperan untuk menyimpan fluida yaitu uap dan air panas yang berasal dari hasil pemanasan (konvektif dan konduktif) dalam suatu sistem hidrothermal. Lapisan ini bisa berasal dari batuan klastik atau batuan vulkanik yang telah mengalami rekahan secara kuat. Reservoir panasbumi yang produktif harus memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi, ukuran volume cukup besar, suhu tinggi dan kandungan fluida yang cukup. Permeabilitas dihasilkan oleh karakteristik stratigrafi (misal porositas intergranular pada lapili, atau lapisan bongkah lava) dan unsur struktur (misalnya sesar, kekar dan rekahan). Geometri reservoir hidrothermal di daerah vulkanik merupakan hasil interaksi yang kompleks dari proses vulkano-tektonik aktif antara lain stratigrafi yang lebih tua dan struktur geologi. 4.



Batuan penudung (caprock) Lapisan penudung (caprock) berfungsi sebagai penutup reservoir untuk



mencegah keluar atau bocornya fluida panas bumi dari reservoir. Batuan penudung harus berupa lapisan batuan yang bersifat kedap atau memiliki permeabilitas rendah. Lapisan penudung umumnya tersusun oleh lapisan batuan yang terdiri dari mineral lempung sekunder hasil ubahan (alteration) akibat interaksi fluida dengan batuan yang dilewatinya. Mineral-mineral lempung sekunder yang umum membentuk lapisan penudung adalah montmorilonite, smectite, illite, kaolin, dan phyrophyllite. Di lingkungan tektonik aktif batuan



4



penudung mangalami deformasi dan membentuk rekahan, tetapi dengan adanya proses kimia yaitu berupa pengendapan mineral sangat membantu dalam menutup rekahan yang terbentuk (self sealing) contohnya pengendapan kalsit dan silica. Ilustrasi proses terbentuknya suatu system panas bumi dapat dilihat pada Gambar yang dianalogikan seperti ceret yang berisi air dan dipanaskan oleh api, seiring dengan meningkatnya tekanan dan temperatur dalam wadah tersebut maka air akan mengalami perubahan fasa membentuk uap air.



Gambar 2. 1. Ilustrasi sistem 2.2. Geologi Regional Tatanan tektonik lempeng Papua telah diulas oleh beberapa ahli geologi seperti Charlton (1986), Dow ddk (1988), dan Hall (2001). Yang dapat dijadikan sebagai kerangka dalam menerangkan posisis dan sejarah tektonik. Konfirgurasi tektonik pulau papua saat ini berada pada bagian tepi Utara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi berkaitan erat dengan perkembangan proses magmatik dan busur gunung api yang berasosiasi dengan mineralisasi emas porfiri dan emas epithermal. (gambar 2.1)



5



Gambar 2. 2. Tektonik Pulau Papua



2.3. Struktur dan Tektonik Struktur geologi berupa sumbu Antiklin, Sinklin, Sesar Normal, Sesar Naik, Sesar Mendatar. Arah umum struktur regional pada batuan sedimen adalah barat laut-tenggara, beberapa hamper mendekati barat-baratlaut, timur-tenggara dan utara-barat laut; selatan-tenggara terutama batuan tersier. Struktur timur-timurlaut - barat-barat daya terdapat pada batuan metamorf dan ultrabasah, sedangkan yang hamper utara-selatan pada batu gamping kuarter dan juga batuan metamorf. Sejak Kala sampai Miosen awal, diperkirakan telah terjadi kegiatan gunung api bawah laut yang membentuk Formasi Auwewa, kegiatan tektonik pada Oligosen Tengah menyebabkan susut laut dan pada saat terssebut Batuan Ultramafik. Mafik dan metamorf muncul ke permukaan, sementara kegiatan gunungapi berlangsung terus. Pada Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah terjadi sedimentasi batugamping ganggang-koral dan batugamping pelagos tufaan dalam lingkungan laut dangkal-agak dalam, membentuk formasi Numbay. Pada Miosen Awal terjadi pengendapan sedimen turbidit sedimen makats, yang disusul oleh susut laut pada Pliosen Akhir-plistosen. Mulai Plistosen Awal sekeliling “Tinggian Cyclop” terjadi sedimentasi batugamping terumbu koral dalam lingkungan laut dankal-laut terbuka agak dalam. Pengangkatan kuat pada akhir plistosen diikuti oleh suatu pelipatan dan penyeseran yang kuat pada formasi Jayapura serta mempertajam pelipatan pada formasi makats. Kegiatan pengangkatan pada akhir pembentukan formasi jayapura ditandai oleh adanya



6



julang setinggi 750 meter. Tektonik pada saat itu berpengaruhi pada pembentukan batuan campur aduk dan satuan endapan lumpur. Gejala poton yang masih aktif dan kelurusan yang diduga sesar pada sedimen klastika kasar dan batugamping koral serta adanya terumbu terangkat berupa undak menjadi bukti tektonika masih aktif (Suwarna dan Noya 1995).



Gambar 2. 3. Keadaan Pulau Papua Pada 30 ma Midle Oligocene



7



BAB III METODE PENULISAN Penelitian dilakukan melalui survey lapangan dan pengambilan sampel fluida panas bumi.



3.1. Bahan dan Alat Adapun bahan dan alat yang penulis gunakan dalam penelitian karya tulis ilmiah adalah ;



3.1.1.Bahan  Larutan elektrolit  Larutan Asam, Basa, dan Netral  Aquades  Alkohol 70%



3.1.2.Alat  pH Meter  GPS  Palu Geologi  Plastik Sample  Papan Data  Alat Tulis



3.2. Tahapan Metode dan Teknik Penelitian 1.



Persiapan



a.



Surat Permohonan Surat ini berisi permohonan untuk melakukan penelitian di kampung Mosso,



Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua.



b.



Survey Melakukan survey kondisi lapangan lokasi penelitian yang menjadi tempat



pengambilan data. 2.



Pengambilan Data



a.



Data primer Merupakan data utama yang ingin dicari dalam sebuah penelitian.



b.



Data sekunder Merupakan data pendukung untuk mendapatakan data utama atau data



primer.



3.



Pengolahan Data Data yang telah didapatkan dari lapangan kemudian di olah dan



mendapatkan hasil berupa sift fisik fluida, dokumentasi kondisi lapangan dan koordinat lokasi penelitian.



4.



Hasil dan Pembahasan Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah, dapat diketahui sifat fisik



fluida serta potensi mata air panas yang terdapat di kampung Mosso.



9



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Survey lapangan pada manifestasi panas bumi mata air panas di kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua memberikan data fisik fluida seperti pada tabel 4.1.



Tabel 4. 1. Sifat Fisik Fluida Mata Air Panas Mosso No.



Sifat Fisik



Besaran



1.



pH



7,97



2.



T



69,7



3.



T ambient



24oC



4.



Debit



2,5 L/menit



4.2. Pembahasan Sumber mata air panas di kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua, berada pada koordinat 02 o40’34.8” LS dan 140o57’28.1” BT. Mata air panas Mosso merupakan manifestasi panas bumi yang belum banyak diketahui oleh kalangan masyarakat luas. Lokasi manifestasi tersebut cukup jauh dengan jalan akses, hal tersebut menyebabkan akses yang tersedia terbatas. Waktu yang ditempuh untuk perjalanan dari Abepura ke kampung Mosso, Distrik Muara Tami kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda 2. Sementara untuk jarak dari kampung Mosso ke manifestasi panas bumi kurang lebih 6 km, dengan menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam berjalan kaki (pulang-pergi). Perjalanan ke manifestasi panas bumi ini, hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki.



Gambar 4. 1. Kondisi Jalan Akses Mata Air Mosso



Kondisi akses yang sulit dijangkau mengakibatkan kemungkinan untuk menjadikan sebagai objek wisata perlu banyak pembenahan. Selain itu, lokasi yang cukup jauh dari daerah berpenduduk juga dapat menjadi hambatan bagi pengembangan potensi wisata mata air panas Mosso. Sumber mata air panas Mosso mempunyai 3 mata air. Dengan pH dan suhu yang tidak jauh berbeda. Pada mata air, terdapat cukup banyak uap dan juga gelembung yang disertai dengan bau belerang yang menyengat.



11



Gambar 4. 2. Sumber Mata Air Panas Mosso



Kondisi pH mata air panas yang relatif netral menandakan kemungkinan aquifer mata air panas berupa air meteorik yang masuk ke dalam batuan dan keluar sebagai mata air panas Mosso. Sementara untuk suhu, masing – masing mata air mempunyai suhu yang tidak jauh berbeda.



Tabel 4. 2. Suhu Mata Air Panas Mata Air Panas



Suhu



1.



69,4oC



2.



69,7oC



3.



69,6oC



Sesuai dengan panduan dari Badan Akreditasi Nasional, manifestasi panas bumi dengan suhu lebih kecil dari 125oC digolongkan sebagai suhu rendah/entalpi rendah. Jenis manifestasi ini cukup sulit untuk dijadikan pembangkit listrik karena suhu yang relatif rendah.



12



Namun demikian pada kisaran suhu 70 – 80oC mata air panas Mosso masih memungkinkan untuk menjadi sumber pembangkit listrik dengan menggunakan pembangkit listrik sistem siklus biner (biner cycle) yang memanfaatkan fluida sekunder membantu membangkitkan listrik. Tantangan yang mungkin dihadapi adalah penentuan fluida sekunder yng sesuai dengan fluida panasbumi, perspektif masyarakat, dan pembiayaan.



13



BAB V PENUTUP



5.1. Kesimpulan  Potensi mata air panas Mosso merupakan manifestasi berkategori bersuhu rendah.  Jika ingin dijadikan objek wisata , perlu pembenahan yang cukup banyak.  Pemanfaatan sebagai sumber pembangkit listrik terkendala biaya, perspektif masyarakat dan teknologi.



5.2. Saran  Perlu kajian lebih jauh, baik itu aspek sosial-budaya maupun teknologi untuk meyakinkan stakeholder atas pentingnya potensi panas bumi di kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua.



DAFTAR PUSTAKA Abers GA. 2001. Evidence for seismogenic normal faults at shallow dips in continental rifts. Geol. Soc. Lond. Spec. Publ. 187:305–18 Allen DM, Grasby SE, Voormeij DA. 2006 Determining the circulation depth of thermal springs in the southern Rocky Mountain Trench, south-eastern British Columbia, Canada using geothermometry and borehole temperature logs. Hydrogeol J;14:159–72 Kholid, M. and Marpaung, H., 2011. Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Bukit Kili dan Gunung Talang , Kabupaten Solok, Sumbar: Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2011. Hochstein, M. P., Sudarman, S., 2015. Indonesia Volcanic Geothermal System: Paper presented at the Proceedings World Geothermal Congress Melbourne, Australia 19-25 April 2015.



LAMPIRAN



I. Lampiran Gambar



II. Lampiran Penilaian Karya Tulis (Babak Penyisihan) Nama Ketua Tim : Minar J. Hutagalung Nama Universitas/Jurusan : Universitas Cenderawasih/Teknik Pertambangan



NO KRITERIA PENILAIAN 1. Sistematika Penulisan: a. Kesesuaian judul dan isi LKTI dengan tema. b. Pola pikir atau ide yang dimiliki peserta yang disalurkan melalui isi karya tulis ilmiah. c. Banyaknya literatur yang di muat dalam karya tulis ilmiah. d. Orisinalitas karya 2. Gagasan: a. Kreativitas gagasan b. Kelayakan implementasi Sumber informasi: 3. a. Kesesuaian sumber informasi dengan gagasan yang ditawarkan. b. Akurasi dan aktualisasi informasi. Kesimpulan 4. a. Prediksi hasil implementasi gagasan



BOBOT



Bobot Total



100 %



Presentase Nilai Fullpaper



50 %



SKOR



NILAI



15



40



25



20



1. Nilai Skor yang diberikan berkisar mulai dari 5 sampai dengan 10. 2. Nilai = Bobot x Skor



Juri



16



III. Lampiran Penilaian Presentasi Karya Tulis Nama Ketua Tim : Minar J. Hutagalung Nama Universitas/Jurusan : Universitas Cenderawasih/Teknik Pertambangan



NO KRITERIA PENILAIAN 1. Pemaparan :  Sistematika penyajian dan isi



BOBOT



SKOR



NILAI



25



 Kemutakhiran alat bantu  Penggunaan bahasa yang baku  Cara dan sikap presentasi  Ketepatan waktu 2.



Gagasan:  Kreativitas gagasan (keunikan, manfaat dan dampak)



50



 Kelayakan implementasi 3.



Diskusi:  Tingkat pemahaman gagasan



25



 Kontribusi anggota tim Bobot Total



100 %



Presentase Nilai Presentasi



50 %



1. Nilai Skor yang diberikan berkisar mulai dari 5 sampai dengan 10. 2. Nilai = Bobot x Skor



Juri



17