Potensi Pariwisata Kota Malang Berdasar Stakeholders [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886 e-mail: Alamat Email Penulis 1



ABSTRAK Peran stakeholder terhadap perkembangan pariwisata di Kota Malang tidak hanya berperan mengambil keputusan untuk kebijakan pengembangan pariwisata, namun juga berperan mengelola daya tarik wisata di Kota Malang. Beberapa permasalahan Kota Malang terkait dengan pengelolaan pariwisata saat ini adalah jumlah wisatawan yang tidak stabil dan potensi wisata yang ada telah terbengkalai. Namun, dengan kondisi tersebut, Kota Malang masih memiliki potensi wisata perkotaan yang memerlukan peran stakeholder di dalam pengelolaannya. Penelitian ini dilakukan mengidentifikasi strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang berdasarkan stakeholder. Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian adalah overlay lokasi potensi pariwisata, menentukan kriteria evaluasi menggunakan Analisis Hirarki Proses, mencari berbagai alternatif menggunakan SWOT dan IFAS-EFAS, mengevaluasi alternatif menggunakan kriteria rekomendasi kebijakan dan memilih alternatif menggunakan Goeller Scorecard. Berdasarkan hasil analisis, strategi potensi pariwisata perkotaan Kota Malang berdasarkan stakeholder, yaitu (a) mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata pariwisata; (b) pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah dan swasta; (c) menghubungkan daya tarik wisata melalui pengadaan kegiatan; (d) mengembangkan atraksi wisata dengan paket perjalanan wisata, festival, pameran; (e) memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata; (f) mengalokasikan moda angkutan umum untuk angkutan wisata; (g) meningkatkan jumlah wisatawan melalui peningkatan kualitas pariwisata perkotaan; (h) mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media. Kata Kunci : Pariwisata, Stakeholder. ABSTRACT The Role of stakeholders toward the development of tourism in Malang is not only to take decision for the tourism policy but also to manage the attraction of tourism in Malang. The problems being encountered are the number of tourists which is unstable, and also some existing tourism potencies which are managed inattentively. But then, Malang still has an urban tourism which needs role of stakeholders to manage the tourism. Therefore, it is conducted a study which aims to identify the strategy of urban tourism in Malang based on stakeholders. Analysis method of the study consists of overlaying the tourism sites, determining the evaluation criteria using Analytical Hierarchy Process; finding out several alternatives using SWOT and IFAS-EFAS, evaluating the alternatives using policy criteria recommendation, and deciding the alternatives using Goeller Scorecard. Based on the result of the study, the tourism strategies of Malang based on stakeholders can be formulated become: (a) to socialize the policy of every tourism attraction; (b) to determine the job division clearly between government and private enterprise; (c) to intertwine tourism attraction through holding events; (d) to develop the attraction with travel package tours, festivals, and fairs; (e) to improve and to keep facilities on every tourism places; (f) to allocate public transportation for the tour transportation (g) to increase the number of tourists by improving the quality of urban tourism; (h) to hold promotions using various media. Keywords: Tourism, Stakeholders.



PENDAHULUAN Pariwisata mampu memberikan kemajuan bagi suatu daerah jika daerah tersebut mampu mengelola potensi pariwisata yang dimiliki. Pariwisata telah menjadi industri paling dinamis dan tercepat pertumbuhannya dikarenakan oleh keikutsertaan penduduk di seluruh dunia dalam kegiatan berwisata (Wahab, 2003). Pembangunan ekonomi untuk membangun kemajuan daerah



melalui kepariwisataan, bergantung pada kebijakan-kebijakan yang mengatur mengenai kepariwisataan tersebut. Stakeholder merupakan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ahli dalam bidangnya dan mempunyai peran di dalam suatu kebijakan yang menaungi bidangnya tersebut. Stakeholder juga merupakan individu maupun kelompok yang melihat kondisi eksisting dan menyalurkan aspirasi dari berbagai golongan



Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1,Juli 2013



47



KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER



untuk menghasilkan kebijakan yang tepat, efektif dan efisien. Dalam bidang pariwisata, stakeholder memiliki peran yang signifikan. Stakeholder tidak hanya berperan dalam mengambil keputusan bersama untuk kebijakan pengembangan pariwisata, namun juga berperan dalam mengelola daya tarik wisata yang tersebar di Kota Malang. Dalam hal ini, stakeholder pariwisata di Kota Malang juga berperan dalam usahanya melalui berbagai strategi guna mewujudkan Tri Bina Cita Kota (PendidikanPariwisata dan Industri). Secara garis besar, kebijakan pariwisata akan lebih efektif jika dibuat oleh seluruh stakeholder yang ada di Kota Malang, khususnya stakeholder yang berperan penting dalam kepariwisataan Kota Malang. Stakeholder dapat merumuskan kebijakan pariwisata Kota Malang yang lebih efektif dalam mengatasi kelemahan, ancaman dan mengembangkan kekuatan serta peluang yang dapat mencapai sebuah kebijakan pariwisata yang efektif dan efisien. Kota Malang meski tidak memiliki potensi pariwisata alam, namun masih memiliki fungsi wilayah yang berpotensi untuk memberikan peluang dalam menarik wisatawan, potensi tersebut berupa kegiatan wisata belanja dan wisata warisan arsitektur. Wisata belanja dan wisata warisan arsitektur merupakan potensi wisata perkotaan yang menjadi daya tarik Kota Malang bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal tersebut juga didukung oleh kebijakan yang tertuang dalam RTRW Kota Malang yang menyatakan bahwa Kota Malang potensial sebagai tempat berkembangnya bisnis pariwisata, terutama wisata kota. Kelemahan dan ancaman pariwisata perkotaan yang dimiliki oleh Kota Malang dapat diatasi melalui kerjasama dan sinkronisasi pendapat stakeholder untuk menyusun sebuah strategi bagi peningkatan potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang, sehingga mampu menghasilkan kebijakan pariwisata yang mampu memajukan kekuatan dan peluang potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang. METODE PENELITIAN Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang berdasarkan Stakeholder. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata Kota Malang Karakteristik pariwisata Kota Malang berdasarkan faktor supply dan demand pariwisata. Faktor supply yang meliputi segala 48



sesuatu yang berada dan ditawarkan sebagai suatu produk wisata dan fasilitasnya, misalnya attraction, services, transportation, promotion. Sedangkan faktor demand yang meliputi besarnya permintaan terhadap suatu obyek wisata oleh wisatawan, dalam hal ini demand yang dibahas adalah perubahan jumlah wisatawan di Kota Malang. Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi Potensi Pariwisata Kota Malang Analisa ini merupakan tahap pertama pada a basic policy analysis yaitu menguji, merumuskan dan mendetailkan masalah. Analisa yang dilakukan yaitu penjabaran latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah. Selanjutnya, metode analisa yang dilakukan yaitu dengan mendeskripsikan overlay lokasi potensi pariwisata menurut masyarakat (yang telah dikaji oleh Wurianto, 2006) dengan berdasarkan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Malang. Hasil pada step pertama adalah berupa peta persebaran overlay lokasi wisata dan tabulasi data. Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi Step kedua a basic policy analysis yaitu menentukan kriteria evaluasi, kriteria evaluasi dicari dengan melakukan metode analisa AHP. Dalam metode ini dilakukan wawancara pada Stakeholder yang berkaitan sehingga mendapatkan variabel yang digunakan untuk strategi pariwisata sesuai dengan prioritas. Analisa Preskriptif Penentuan Alternatif Strategi Pariwisata Perkotaan di Kota Malang Pada step ketiga ini, berdasarkan variabel yang didapatkan dari metode AHP, kemudian di identifikasi strength, weakness, oppourtunity, threat yang kemudian dilakukan analisa IFASEFAS untuk mendapatkan strategi dengan membuat strategi pada masing-masing strategi. Pembobotan pada tahap analisa IFAS- EFAS dilakukan berdasarkan bobot Priority Vector pada hasil analisa AHP kemudian dikonversikan sehingga menghasilkan bobot yang sesuai untuk IFAS yaitu 0,5 pada strength dan 0,5 pada weakness serta pada EFAS yaitu 0,5 pada opportunity dan 0,5 pada threat. Analisa Evaluasi Setiap Alternatif Analisa tahap keempat pada a basic policy analysis yaitu mengevaluasi setiap alternatif yang dihasilkan pada tahap ketiga. Pada step ke empat ini, menggunakan metode kriteria rekomendasi kebijakan yang merupakan kriteria untuk memecahkan masalah. Kriteria rekomendasi



Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013



Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari



kebijakan terdiri dari efektivitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy), perataan/kesamaan (equity), responsivitas (responsiveness) dan kelayakan/ketepatan (appropriateness), dimana keenam kriteria tersebut memiliki hubungan dengan biaya. Selain ke enam kriteria rekomendasi kebijakan juga menggunakan kriteria penilaian ketersediaan kebijakan yang mendukung. Analisa Preskriptif Memaparkan dan memilih alternatif Analisa tahap kelima pada a basic policy analysis yaitu memaparkan dan memilih diantara berbagai alternatif. Pada step kelima ini dengan menggunakan metode Goeller Scorecard akan mendapatkan hasil pemilihan alternatif terbaik dilihat berdasarkan tingkat keberhasilan yang didapatkan dari analisa tahap ke empat dan dinilai melalui pengambilan kata kunci dari metode Goeller Scorecard. HASIL DAN PEMBAHASAN



lokasi (17%). Sedangkan sebesar 55% terdiri dari berbagai macam lokasi wisata, yaitu wisata monumen, musium, taman rekreasi, candi, spiritual, makam, olahraga, boulevard, dan kawasan. Karakteristik service, sarana pokok berupa hotel yang terdapat di Kota Malang sebanyak 70 hotel berbintang dan tidak berbintang, yaitu sebanyak satu hotel berbintang satu, dua hotel berbintang empat, satu hotel berbintang lima dan empat hotel berbintang tiga. Sedangkan 61 hotel lainnya merupakan hotel tidak berbintang, yaitu 49 golongan Melati, dua golongan Losmen dan 10 golongan Wisma. Sedangkan untuk sarana pokok berupa rumah makan, restoran dan cafe di Kota Malang terdiri dari 309 lokasi berupa depot, rumah makan, kedai, warung, dan pujasera. Sarana pokok lainnya yaitu berupa biro dan agen perjalanan wisata yang berjumlah 113 biro dan agen yang terdapat di Kota Malang. Sebagian besar sarana pariwisata tersebut berada di pusat kota, Kecamatan Klojen.



Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata Kota Malang



Gambar 2. Lokasi persebaran hotel berbintang Gambar 1. Lokasi wisata belanja di kota Malang Karakteristik Attraction, Kota Malang memiliki 78 daya tarik wisata yang terbagi dalam berbagai jenis wisata. Mayoritas merupakan wisata belanja yaitu sebanyak 22 lokasi (28%) dan wisata warisan arsitektur yaitu sebanyak 13



Karakteristik transportation, bahwa berdasarkan RIPP Kota Malang tahun 2007, seluruh lokasi daya tarik wisata Kota Malang terakomodir dengan jaringan jalan arteri primer dan jalan kolektor. Namun, pelayanan transportasi tidak maksimal dikarenakan tidak adanya informasi yang jelas mengenai rute-rute pariwisata



Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013



49



KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG BERDASARKAN STAKEHOLDER



yang mengakomodir terminal dan rute angkutan umum di Kota Malang. Karakteristik promotion, berupa promosi secara langsung dan tidak langsung. Promosi secara langsung terdiri dari peragaan (display), barang cetakan (leaflet, booklet/brosur), dan pameran khusus. Sedangkan promosi secara tidak langsung dapat berupa review, majalah, kunjungan, dan temu karya (workshop). Karakteristik wisatawan berupa deskripsi terhadap jumlah wisatawan, wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman). Grafik perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Malang sejak tahun 20012008 mengalami ketidakstabilan yaitu wisatawan nusantara pada tahun 2001-2004 turun sebesar 22.258 jiwa, yaitu dari 191.424 jiwa menjadi 169.166 jiwa. Sedangkan wisatawan mancanegara turun sebesar 333 jiwa, yaitu dari 702 jiwa menjadi 369 jiwa. Pada tahun 2008 wisatawan nusantara naik menjadi 340.108 jiwa dan wisatawan mancanegara menjadi 634 jiwa.



Gambar 3. Prosentase perubahan jumlah wisatawan



lokasi menurut kebijakan, maka didapatkan hasil lokasi wisata yang tidak diketahui oleh masyarakat adalah sebanyak 21 lokasi (45%). Melalui metode overlay juga didapatkan hasil bahwa hanya sebanyak 29 lokasi (37%) yang diketahui oleh Stakeholder maupun masyarakat. Tahap analisis kebijakan pertama yaitu tahapan menguji, merumuskan dan mendetailkan masalah diketahui bahwa permasalahan utama dalam potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang adalah lokasi pariwisata Kota Malang masih belum terpublikasi dengan baik. Terbukti dari hasil kesesuaian lokasi pariwisata perkotaan antara Stakeholder dengan masyarakat.



Gambar 4. Peta Overlay persebaran lokasi wisata perkotaan kota Malang



Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi Potensi Pariwisata Kota Malang



Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi



Persebaran lokasi potensi pariwisata dibandingkan antara lokasi wisata menurut kebijakan yang ada di Kota Malang dengan lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat. Setelah dibandingkan melalui metode overlay, maka jika lokasi wisata dalam kebijakan di overlay dengan lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat hasilnya diketahui lokasi potensi pariwisata yang tidak diketahui oleh Stakeholder adalah sebanyak 30 lokasi (53%). Sedangkan jika lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat di overlay terhadap



Analisa evaluatif penentuan kriteria evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode AHP yang menggunakan variabel supply demand pariwisata dan variabel lainnya hasil dari wawancara terhadap stakeholder. Berikut merupakan hasil perhitungan menggunakan metode AHP. Berdasarkan perhitungan gabungan pendapat Stakeholder, diketahui bahwa pendapat kelima Stakeholder telah konsisten karena telah memenuhi ketentuan konsistensi pendapat