Potensi Perikanan Dalam Peningkatan Perekonomian S [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Potensi Perikanan Dalam Peningkatan Perekonomian ...................................................................................................(Harmunanto et al.)



POTENSI PERIKANAN DALAM PENINGKATAN PEREKONOMIAN Studi Kasus di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (The Potential of Fisheries in Increasing Economy) Damaiga Hatari Harmunanto, Arifuddin Akil, dan Ihsan Lab. Regional Planning Tourism Disaster Mitigation Fakultas Teknik, Jurusan Pengembangan Wilayah dan Kota, Universitas Hasanuddin



Jalan Poros Malino KM. 06, Kabupaten Gowa, Makasar, Indonesia E-mail: [email protected]



ABSTRAK Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menempati posisi pertama untuk produksi perikanan tangkap, dengan hasil produksi 53.612 ton pada tahun 2015. Jumlah produksi ini terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Dengan demikian, sektor perikanan seharusnya dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap sektor perekonomian daerah maupun provinsi. Namun, pemanfaatan hasil produksi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba saat ini belum optimal kerena sarana dan prasarana perikanan yang belum memadai serta minimnya pengetahuan nelayan terhadap hasil tangkapannya, sehingga hasil produksi yang besar tersebut tidak memberikan dampak yang baik terhadap masyarakat setempat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba yang dapat dikembangkan. Potensi perikanan tangkap diketahui dengan melakukan analisis Location Quotient (LQ). Selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Bulukumba untuk mengetahui peluang pengembangan hasil produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba. Hasil menunjukkan bahwa Kabupaten Bulukumba memiliki potensi yang besar, dapat dilihat dari peningkatan berbagai komoditas setiap tahunnya. Namun, pemanfaatan sumber daya perikanan tersebut harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana perikanan yang memadai serta sistem pengelolaan perikanan yang baik agar potensi perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan sumber daya perikanan secara optimal dapat memberikan kontribusi yang besar baik bagi perekonomian Kabupaten Bulukumba maupun masyarakat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba. Kata kunci: perikanan, perekonomian, ekonomi regional



ABSTRACT Bulukumba in South Sulawesi be at the first position for fisheries production, which has 53,612 tons in 2015. This amount of production continues to increase every year. Thus, the fisheries sector should be able to contribute to the regional and provincial economic sectors. Although, the use of Bulukumba’s fisheries production is currently not optimal due to inadequate fisheries facilities. Furthermore, the lack of knowledge of fishermen on their catch does not contribute a good impact on local communities, especially for fishermen in Bulukumba District. This study aims to determine the potential of fisheries in Bulukumba that can be developing. The potential of fisheries has known by analyzing the Location Quotient (LQ). Next, the calculation of fish consumption level in Bulukumba is to find out the opportunities for developing fisheries production. The result shows that Bulukumba has great potential, it can be seeing from the increase of various commodities every year. But, the use of fisheries resources must be in line with the availability of adequate fisheries facilities and a good fisheries management system so that the fisheries potential can be useful. The use of fisheries resources can contribute both to the economy of Bulukumba and the community, especially fishermen in Bulukumba. Keywords: fisheries, economy, regional economy



PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 dan panjang garis pantai ±95.181 kilometer. Indonesia memiliki kedudukan penting pada kegiatan ekonomi utama perikanan. Dengan kekayaan laut berlimpah, saat ini pertumbuhan produksi makanan laut mencapai 7% per tahun, sehingga menempatkan Indonesia sebagai produsen tersbesar di Asia Tenggara (MP3EI 2011 – 2025). Potensi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton/tahun. Potensi perikanan tangkap di laut dan di perairan umum (air tawar) sebesar 7,3 Ton yang terdiri dari 6,4 juta 325



Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional



Ton potensi penangkapan di laut dan 0.9 juta Ton potensi penangkapan perikanan di perairan umum (Kordi, 2015). Sementara itu, pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan saat ini belum memberikan kontribusi yang memadai bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari minimnya produksi perikanan Indonesia serta tingkat konsumsi ikan masyarakat masih cukup rendah. Perikanan adalah semua usaha penangkapan budidaya ikan dan kegiatan pengelolaan hingga pemasaran hasilnya, (Zubair, 2012). Sedangkan, sumber daya perikanan adalah seluruh binatang dan tumbuhan yang hidup di perairan baik di darat maupun di laut, sehingga perikanan dapat dibedakan atas perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan darat adalah semua usaha perikanan yang tidak dilakukan di laut luas seperti perikanan air tawar, tambak, kolam, dan sebagainya. Khusus perikanan di laut, ahli biologi kelautan membedakan perikanan laut dalam dua kelompok yaitu kelompok ikan pelagis (ikan yang hidup pada bagian permukaan) dan jenis ikan demersal (ikan yang hidup di dasar laut). Kelompok ikan pelagis di antaranya ikan cakalang, tuna, layang, kembung, lamuru dan lain-lain. Sedangkan jenis demersal seperti udang, kepiting, kakap merah dan lain-lain. Usaha perikanan dapat dipandang sebagai suatu perpaduan faktor produksi atau suatu barang antara yang dihasilkan faktorfaktor produksi klasik tenaga kerja dan barang-barang modal atau apapun yang dianggap sejenisnya. defenisi ini mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya memperoleh hasil yang laku dijual dan tidak terbatas hanya pada kegiatan-kegiatan yang langsung dengan menangkap ikan (Zubair, 2012). Usaha penangkapan adalah kegiatan menangkap atau mengumpulkan binatang atau tumbuhan yang hidup di laut untuk memperoleh penghasilan dengan melakukan pengorbanan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha penangkapan merupakan segala pengorbanan yang ditujukan untuk memperoleh hasil laut dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan nelayan ataupun nelayan ikan (Zubair, 2012). Berdasarkan sebaran wilayahnya, Sulawesi merupakan wilayah yang memiliki produksi perikanan laut terbesar di Indonesia. Saat ini, sektor perikanan berkontribusi sekitar 22% dari total PDRB Sulawesi. Sementara di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bulukumba menempati posisi pertama untuk produksi perikanan laut, dengan hasil produksi 53.612 Ton/Tahun (BPS 2015). Hasil Produksi Perikanan Tangkap Ton/Tahun 53,612



60,000 50,000 40,000



39,447 31,575



32,859



33,094



2010



2011



2012



30,000 20,000 10,000 0 2013



2014



Gambar 1. Hasil produksi perikanan tangkap kabupaten bulukumba, 2015.



Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa hasil produksi perikanan Kabupaten Bulukumba mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Dengan hasil produksi tersebut, sektor perikanan di Kabupaten Bulukumba memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Namun, pemanfaatan hasil produksi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba saat ini belum optimal karena sarana dan prasarana perikanan yang kurang memadai serta minimnya pengetahuan nelayan terhadap hasil tangkapannya, sehingga hasil produksi yang besar ini tidak mampu memberikan dampak yang optimal terhadap masyarakat setempat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan program pemerintah tahun 2015 di dalam Nawacita butir ke-6 yaitu “Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya” dan poin ke-7 yaitu “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”. Kedua poin



326



Potensi Perikanan Dalam Peningkatan Perekonomian ...................................................................................................(Harmunanto et al.)



tersebut dapat diterapkan di sektor perikanan karena hasil perikanan Indonesia merupakan salah satu potensi andalan negara dan Kabupaten Bulukumba merupakan penghasil perikanan terbesar di Sulawesi diharapkan mampu berkontribusi bagi perekonomian Indonesia serta dapat meningkatkan taraf hidup nelayan Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba yang dapat dikembangkan.



METODE Lokasi Penelitian ini dilakukan di tujuh kecamatan pesisir Kabupaten Bulukumba yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujung Bulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Herlang dan Kecamatan Kajang. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nelayan yang ada di lokasi penelitian yakni di 7 kecamatan wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba di antaranya adalah Kecamatan Gantarang sebanyak 558 jiwa, Kecamatan Ujung Bulu sebanyak 1.020 jiwa, Kecamatan Ujung Loe sebanyak 608, Kecamatan Bontobahari sebanyak 1.356 jiwa, Kecamatan Bontotiro sebanyak 580, Kecamatan Herlang sebanyak 556 jiwa, dan Kecamatan Kajang 1.536 jiwa (Bulukumba Dalam Angka, 2015). TabeL 1. Jumlah populasi rumah tangga di wilayah pesisir kabupaten bulukumba tahun 2015. No Kecamatan RT 1 Gantarang 588 2 Ujung Bulu 1,020 3 Ujung Loe 608 4 Bontobahari 1,356 5 Bonto Tiro 580 6 Herlang 556 7 Kajang 1,536 Total 6,244



Sumber: Bulukumba dalam Angka, 2015.



Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara proporsional yaitu dengan perbandingan banyaknya anggota antar subpopulasi, atau dari setiap subpopulasi diambil sampel sebanding dengan jumlah anggota yang ada dalam subpopulasi tersebut. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan Persamaan 1: 𝑵



𝑺 = (𝟏+𝑵(𝒆)𝟐) ................................................................................................................. (1) Dimana: S = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi Rumah Tangga e = Persisi, dengan taraf kesalahan yakni 10% atau 0,1. Dari Persamaan 1 tersebut, maka didapat jumlah sampel pada wilayah penelitian sebagai berikut. 𝑆=



6244 (1 + 6244(10%)2 )



𝑆=



6244 1 + 6244 × 0,01



𝑆=



6244 63.44 327



Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional



𝑆 = 98,42 sampel 𝑆 = 98 sampel (dibulatkan) Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel keseluruhan yakni 98 sampel. Adapun jumlah sampel tiap kecamatan di tentukan berdasarkan rumus berikut:



𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑐 =



𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑒𝑐 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑘𝑜𝑡𝑎



𝑋 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 .................................... (2)



Tabel 2. Jumlah sampel setiap kecamatan. No Kecamatan RT Sampel 1 Gantarang 588 9 2 Ujung Bulu 1,020 17 3 Ujung Loe 608 10 4 Bontobahari 1,356 22 5 Bonto Tiro 580 6 6 Herlang 556 9 7 Kajang 1,536 25 Total 6,244 98



Sumber: Harmunanto (2016)



Teknik Analisis Data Untuk mengetahui potensi perikanan tangkap, dilakukan analisis proyeksi hasil produksi perikanan Kabupaten Bulukumba untuk 20 tahun ke depan. Analisis ini menggunakan rumus proyeksi linear, sebagai berikut. 𝑃𝑡 = 𝛼 + 𝛽T Dimana: Pt = Jumlah hasil produksi pada tahun proyeksi t α = Jumlah hasil produksi pada tahun dasar β = Rata-rata pertambahan produksi T = Selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar Selanjutnya, dilakukan analisis Location Quotient (LQ) untuk melihat indikasi komoditas basis/non-basis perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba. Analisis ini dihitung dengan membandingkan nilai tingkat produksi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba dan nilai tingkat produksi komoditas perikanan tangkap yang sama di Provinsi Sulawesi Selatan. Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai berikut. Qblk/TQblk



Nilai LQ = QSulsel/TQSulsel ...........................................................................................................(3) Dimana: Qblk TQblk QSulsel TQSulsel



: : : :



Nilai produksi suatu komoditas perikanan tangkap laut di Kabupaten Bulukumba Total nilai produksi semua komoditas yang diuji di Kabupaten Bulukumba Nilai produksi suatu komoditas perikanan tangkap laut di Provinsi Sulawesi Selatan Total nilai produksi semua komoditas yang diuji di Sulawesi Selatan



Nilai LQ yang diperoleh dapat bernilai lebih kecil dari satu (LQ1). Besaran nilai LQ menunjukkan besaran derajat konsentrasi atau spesialisasi suatu komoditas perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba terhadap daerah acuannya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan. Nilai-nilai LQ tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut:



328



Potensi Perikanan Dalam Peningkatan Perekonomian ...................................................................................................(Harmunanto et al.)



LQ > 1 :Berarti basis komoditas perikanan tangkap di Kabupaten bulukumba adalah lebih besar bila dibandingkan dengan komoditas perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan LQ < 1 :Berarti basis komoditas perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba adalah lebih kecil dibandingkan dengan komoditas perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan LQ = 1 :Berarti basis komoditas perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba adalah sama dengan komoditas perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan Tahap terakhir adalah perhitungan tingkat konsumsi ikan masyarakat untuk mengetahui peluang pengembangan hasil produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba. Analisis ini dilakukan dengan mengalikan standar tingkat konsumsi ikan nasional (30 kg/kapita/tahun) dengan jumlah populasi yang ada di kecamatan pesisir Kabupaten Bulukumba.



HASIL DAN PEMBAHASAN Proyeksi Hasil Produksi Data terkait peningkatan produksi perikanan Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Gambar 1 Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa laju peningkatan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan produksi perikanan tersebut tidak terlepas dari kondisi cuaca dan iklim di Kabupaten Bulukumba. Untuk mengetahui perkembangan potensi perikanan di Kabupaten Bulukumba dilakukan proyeksi untuk 20 tahun ke depan. Kecamatan Gantaran



Tabel 3. Hasil proyeksi produksi perikanan. Perikanan Laut 2015 2020 2025 2030



2035



7.875



10.873



13.871



16.869



19.867



Ujung Bulu



11.858



16.501



21.144



25.787



30.430



Ujung Loe



1.766



2.455



3.144



3.833



4.522



10.185



14.195



18.205



22.215



26.225



Bontobahari Bonto Tiro



2.860



4.057



5.254



6.451



7.648



Herlang



10.613



14.778



18.943



23.108



27.273



Kajang



13.040



18.260



23.480



28.700



33.920



Bulukumba



58.196



81.118



104.040



126.962



149.884



Sumber: Harmunanto (2016)



Hasil proyeksi produksi perikanan di atas menunjukkan trend yang terus meningkat setiap 5 tahun yaitu sebesar 14%. Berdasarkan hasil proyeksi tersebut, sektor perikanan Kabupaten Bulukumba sangat berpotensi untuk dikembangkan kedepannya guna meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Bulukumba. Pemanfaatan hasil produksi ini memerlukan dukungan dari seluruh pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat yang berdomisili di wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba.



Location Quotient (LQ) Identifikasi komoditas perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian Kabupaten Bulukumba untuk sektor perikanan baik yang diperdagangkan secara segar maupun dalam bentuk produk olahan. Hasil perhitungan nilai LQ dapat dilihat pada Tabel 4.



NO 1 2 3



Tabel 4. Hasil analisis location quotient. Nilai Produksi Kab. Nilai Produksi Bulukumba Sulawesi Selatan JENIS IKAN (Rp. 1000) (Rp. 1000) Layang Tuna Cakalang



143.179.000 14.134.500 98.378.200



314.627.200 36.729.300 262.444.150



LQ 1,5 1,2 1,2 329



Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional



NO



JENIS IKAN



4 5 6 7 8 9 10 11 12



Kembung Paperek Tembang Kakap Ikan Lainnya Kerapu Tongkol Lemuru Teri TOTAL



Nilai Produksi Kab. Bulukumba (Rp. 1000)



Nilai Produksi Sulawesi Selatan (Rp. 1000)



124.001.900 15.600.000 29.955.000 29.059.300 17.258.400 5.818.000 27.523.000 0 0 504.907.300



331.814.400 43.641.900 101.331.600 104.573.950 153.010.110 90.868.050 107.436.950 0 72.882.950 1.619.360.560



LQ 1,2 1,1 0,9 0,9 0,4 0,2 0,1 0 0



Sumber: Harmunanto (2016)



Hasil perhitungan pada tabel 4 menunujukkan bahwa ikan layang, ikan tuna, ikan cakalang, ikan kembung, dan ikan paperek memiliki nilai LQ yang lebih besar dari 1 (LQ>1). Nilai LQ lebih besar dari satu mengindikasikan bahwa komoditas tersebut menjadi sumber pertumbuhan, dan memiliki keunggulan komparatif yang hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Bulukumba tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah Kabupaten Bulukumba. Sedangkan komoditas ikan lainnya seperti ikan tembang, ikan kakap, ikan kerapu, ikan tongkol, dan ikan lainnya merupakan komoditas ikan yang bukan basis atau non-basis dengan nilai LQ kurang dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas ikan tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif atau tidak terkonsentrasi di Kabupaten Bulukumba. Tingkat Konsumsi Ikan Indeks konsumsi ikan masyarakat nasional yang telah ditentukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP) adalah 30 kg/kapita/tahun. Hasil perhitungan indeks konsumsi ikan masyarakat pesisir Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut. Tabel 5. Indeks konsumsi ikan masyarakat pesisir kabupaten bulukumba. POPULASI Produksi Konsumsi Potensi KECAMATAN (jiwa) (Kg/Thn) (Kg/Thn) (Kg/Thn) Gantarang 73.545 7275000 2.206.350 5.068.650 Ujung Bulu 51.916 10929000 1.557.480 9.371.520 Ujung Loe Bontobahari Bonto Tiro Herlang



40.834 24.848 22.237 24.452



1628000 9383000 2621000 9780000



1.225.020 745.440 667.110 733.560



402.980 8.637.560 1.953.890 9.046.440



Kajang



48.188



11996000



1.445.640



10.550.360



286.020



53612000



8.580.600



45.031.400



Total



Sumber: Harmunanto (2016).



Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh masyarakat kecamatan pesisir telah memenuhi syarat tingkat konsumsi ikan nasional. Dapat dilihat dari total konsumsi ikan masyarakat pesisir adalah 8.580.600 kg/thn, sementara hasil produksi perikanan Kabupaten Bulukumba adalah sebesar 53.612.000/thn. Dilihat dari selisih antara hasil produksi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba dengan konsumsi ikan masyarakat pesisir, menunjukkan bahwa sektor perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba mengalami surplus hingga mencapai 45.000 Ton. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa sektor perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan ekspor ke luar wilayah Kabupaten Bulukumba bahkan ke luar wilayah Indonesia.



330



Potensi Perikanan Dalam Peningkatan Perekonomian ...................................................................................................(Harmunanto et al.)



KESIMPULAN Hasil produksi perikanan Kabupaten Bulukumba diperkirakan dapat memberikan kontribusi yang besar untuk perekonomian daerah. Ada lima jenis ikan unggulan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Kabupaten Bulukumba dan dapat diekspor ke luar Kabupaten Bulukumba. Potensi perikanan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal apabila ada kerja sama antar penerintah daerah dan masyarakat setempat. Pemanfaatan sumber daya perikanan secara optimal dapat memberikan kontribusi yang besar baik bagi perekonomian Kabupaten Bulukumba maupun perekonomian masyarakat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba.



UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penelitian ini penulis berterimakasih kepada kedua dosen pembimbing penulis yaitu bapak Dr. Ir. Arifuddin Akil, ST., MT. dan Bapak Dr. Eng. Ihsan, ST., MT. yang senantiasa membimbing penulis dari awal hingga akhir penelitian. Selain itu penulis berterimakasih kepada kakak penulis Aliefia Hatari Harmunanto yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data/survei selama lima hari di Kabupaten Bulukumba. Penulis juga berterimakasih kepada Gilber Payung, ST. yang telah membantu penulis dalam proses pengolahan data. Terakhir, penulis berterimakasih kepada instansi-instansi terkait (Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulukumba, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bulukumba, dll) yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data.



DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba(2016). Kabupaten Bulukumba Dalam Angka. Bulukumba: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba. Dahuri, R. (2001). Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisirdan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradyna Paramita. Harmunanto, D. H. (2016). Strategi Peningkatan Perekonomian Kabupaten Bulukumba Melalui Sektor Perikanan. Makassar: Universitas Hasanuddin. Kordi. (2015). Pengelolaan Perikanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Rahardjo, A. (2007). Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha Ilmu. Rahardjo, A. (2007). Indikator Perkembangan Tata Ruang (Konsep dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu. Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Raja Grafindo. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukrino, S. (2007). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Prenada Media Group. Zonasi, P. (2015). Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Perencanaan Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Bulukumba. Zubair, S. (2012). Analisis Pendapatan Nelayan Pada Unit Alat Tangkap Payang di Desa Pabassang Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu. Makassar: Universitas Hasanuddin.



331



Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional



Halaman ini sengaja kami kosongkan



332