PPGDON [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PELATIHAN PPGDON



A. ETIKOLEGAL, KODE ETIK BIDAN DALAM PELAYANAN KEGAWATAN Eika berasal dari bahasa yunani yang berarti kebiasaan, model perilaku atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Etika dan hukum : 1. Sudah merupakan kebutuhan  Safety patient  Service Excellent  Hak-hak pasien 2. Pasien sudah mengerti akan hak-haknya Sistem dimana bidan membuat asuhan lebih aman :  Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien  Bangun komitmen akan keselamatan pasien  Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko (identifikasi dan asessment)  Kembangkan sistem pelaporan(dokumentasi)  Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien Kepuasan Pelanggan : upaya untuk memberikan rasa puas Hak pasien :  Hak atas informasi  Hak memberikan persetujuan  Hak atas rahasia kesehatan (identitas dan data)  Hak atas pendapat kedua (second opinion) Kongres IBI XIII tahun 2013 ada 7 kompetensi bidan : 1. Etik legal dan keselamatan pasien 2. Komunikasi efektif 3. Pengembangan diri dan profesionalisme 4. Landasan ilmiah praktek kebidanan 5. Ketrampilan klinis dalam praktik kebidanan 6. Promosi kesehatan dan konseling 7. Manajemen dan kepemimpinan Bidan dan team persiapan pra rujuk gawat darurat : 1. Persiapan pra rujukan 2. Ambulan siap 24 jam 3. Alat dan Obat 4. Diktori komunikasi berfungsi baik



B. SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU(SPGDT) Gawat : keadaan yang mengancam jiwa Darurat : membutuhkan tidakan/ pertolongan segera SPGDT adalah suatu sistem koordinasi yang bersifat multi sektoral dan didukung oleh berbagai profesi yang bersifat multi disiplin, untuk menyelenggarakan suatu bentuk pelayanan terpadu bagi penderita gawat darurat, baik dalam keadaan sehari hari maupun dalam keadaan bencana dan kondisi kejadian luar biasa. Fase dalam memberika pelayanan medis SPGDT:



1. Fase Deteksi 2. Fase Supresi 3. Fase Pra RS a. publik savety center b. brigade siaga bencana 1



c. pelayanan ambulance d. komunikasi e. sistem pelayanan pada bencana



4. Fase RS a. sistem pelayanan medik di rumah sakit b. sistem pelayanan medik antar rumah sakit c. evakuasi



5. 6. 7. 8.



Fase Rehabilitasi Penanggulangan Bencana Evaluasi Dana



C. BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Dilakukan apabila ada seseorang yang mengalami henti nafas ataupun henti jantung Tahapan - tahapan BHD a. b. c. d.



penilaian awal melakukan sirkulasi ( pijat jantung) membebaskan jalan nafas memberikan pernafasan buatan Urutan Tindakan : 1. pastikan keselamatan pasien dan penolong terjamin (3 A : aman diri, aman pasien aman lingkungan) 2. periksa pasien dan lihat respon a. jika pasien menjawab atau bergerak  biarkan pasien tetap pada posisi ditemukan ( kecuali ada bahaya pada posisi tersebut)  periksa keadaan pasien b. jika pasien tidak memberi respon  cari bantuan  buka jalan nafas (head tilt- chin lift, chint lift atau jaw thrust) 3. ada tidaknya pernafasan (10 detik) a. jika pernafasan memadai  posisikan pasien pada “recovery position” (jika tidak ada kecurigaan trauma pada leher)  pastikan pernafasan tetap ada  cari bantuan b. jika tidak bernafas  cari bantuan  singkirkan sumbatan pada jalan nafas  beri nafas buatan yang efekktif c. jika mengalami kesulitan bernafas beri nafas buatan efektif 4. periksa nadi (10 detik) a. jika yakin ada nadi  lakukan pernafasan buatan sampai pasien bernafas sendiri  tiap menit periksa lagi tanda- tanda sirkulasi  jika pasien mulai bernafas tapi tidak sadar, posisikan pada recovery position b. jika tidak ada nadi  mulai melakukan pijat jantung 1) tentukan lokasi pijat jantung ( setengah bagian tulang dada) 2) penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada pasien dengan siku lengan lurus menekan sternum sedalam 4-5cm 3) kecepatan gerakan sekitar 100x/m 4) rasio compresi :ventilasi 30:2 5. lanjutkan resusitasi sampai :  ada respon  > 20 menit tidak ada respon atau dinyatakan meninggal  Jika ada penolong yang lebih berkompeten  Jika ada bahaya lain 2



 



Jika penolong kelelahan Jika keluarga menghendaki untuk tidak dilakuna pertolongan



Tersedak Jika tersedak emnyebabkan sumbatan jalan nafas parsial, pasien dapat melepaskan sumbatan tersebut dengan batuk. Jika sumbatan total dan menyebankan asfiksia perlu segera ditolong 1. Jika pasien sadar dan masih bernafas, coba perintahakan untuk batuk. Jika pasien sianosis tapi tetap sadar lakukan back blow 2. Jika back blow tidak berhasil, lakukan abdominal thrust/ heimlich manuver 3. Jika pasien tamapak sianosis dan tidak sadar  Coba korek rongga mulut dengan jari, untuk menyingkirkan benda asing dari 



mulut atau pharynx Lakukan abdominal thrust pada posisi terlentang di lantai



Recovery position 1. 2. 3. 4. 5.



Lengan yang dekat dengan penolong di tekuk 90 ◦ mendekat kepala Lengan satunya menyilang dada dan punggung tangan diletakan pada pipi Kaki yang jauh dengan penolong di tekuk Tarik tungkai sehingga tubuh pasien tergulung ke arah penolong. Baringkan miring Periksa pernafasan secara teratur



D. PARTOGRAF Adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala 1 persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf akan membantu penolong persalinan untuk : 1. Mencatat kemajuan persalinan 2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya 3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran 4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan 5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu Partograf harus digunakan : 1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen dari asuhan persalinan 2. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat 3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya Informasi awal(saat datang) ke tempat persalinan : 1. 2. 3. 4. 5.



Nama, umur Gravida, para, abortus Nomor catatan medik Tanggal dan waktu mulai dirawat Waktu pecahnya selaput ketuban



Mencatat temuan pada partograf Menilai kondisi ibu dan janin :  DJJ setiap setengah jam  Kondisi selaput, cairan dan warna air ketuban  Molase  Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap setengah jam 3



   



Nadi ibu : setiap setengah jam Pembukaan serviks : setiap 4 jam TD dan S ibu : setiap 4 jam Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2-4 jam Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya :  Jumlah cairan peroral yang diberikan  Keluhan sakit kepala/penglihatan(pandangan) kabur  Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgin, bidan, dokter umum)  Persiapan sebelum melakukan rujukan  Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan Pencatatan pada lembar belakang partograf  Data atau informasi umum  Kala I-IV  Bayi baru lahir



E. AIRWAY DAN BREATHING MANAGEMEN Fisiologi pernafasan Proses dimana oksigen berpindah dari udara ke jaringan dan pengeluaran co2 dari jaringan ke udara luar. 3 stadium fisiologi pernafasan 1. Ventilasi : masuknya udara ke dalam dan keluar paru 2. Transportasi : respirasi eksterna yaitu difusi gas gas antar alveolus dan atara pembuluh darah sistemik dan sel sel jaringan, distribusi darah dan udara dalam alveolus, reaki kimia dan fisika antasa oksigen, karbondioksida dan darah 3. Respirasi interna : metabolisme di dalam sel untuk menghasilkan energi



Pengelolaan jalan nafas dan nafas buatan Prioritas pertama adalah membebaskna jalan nafas dan mempertahankan agar tetap bebas. Terapi



oksigen



bertujuan



untuk



mengatasi



keadaan



hipoksemia



dan



mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Tujuan lainnya menurunkan kerja nafas dan kerja miokard.



Metode pemberian o2 : 1. Sistem aliran rendah 2. Sistem aliran tinggi



Gangguan airway Obstruksi jalan nafas 1. Total (akut, benda asing, perlahan) 2. Parsial (cairan, lidah, sumbatan anatomis) Tanda obstruksi jalan nafas 1. Sesak 4



2. Pernafasan berbunyi a. Gurgling ( suara berkumur) b. Snoring ( ngorok karena pangkal lidah jatuh menutupi jalan nafas) c. Stridor / crowing ( oedema pada laring) Gangguan breathing 1. 2. 3. 4.



Perubahan laju nafas Dispnea Sianosis Saturasi suction Snoring -> jaw thrust (manual), pasang OPA jika pasien tdk sadar, pasang NPA







jika pasien tidak sadar Bila stridor perlu dilakukan airway definity ( intubasi/ surgical airway)



B : Breathing Nilai Pernafasan ( pemeriksaan dg IAPP)  



Bila ada masalah berikan oksigen Bila pernafasan tidak adekuat lakukan ventilasi tambahan



Pada pasien trauma waspada terhadap gangguan breathing yang cepat menyebabkan kematian 1. 2. 3. 4.



Tension pnemothorax -> needle thoracosintesis di ICS 2 mid clavicula Open pnemothorax -> tutup dengan kasa 3 sisi Flail chest dengan contusio paru -> tindakan definitiv Open haematothorax -> pasang WSD (kewenangan dokter)



C : Circulation + Control Perdarahan dan Perbaikan Volume D   



: Disability ( pemeriksaan status neurologi) Nilai GCS Nilai pupil Nilai kekuatan otot motorik ( perbandingan kanan kiri)



Glasgow coma scale EYE



VERBAL



MOTORIK



(4) (3) (2) (1)



5. 4. 3. 2. 1.



6. mengikuti 5. melokalisir 4. menghinda saat diberi ra 3. fleksi abno 2. ekstensi ab 1. tdak ada re



mata membuka spontan dengan rangsang suara dengan rangsang nyeri tidak ada respon



orientasi baik bingung , bicara ngaco kata2 tdak jelas merintih, suara tanpa arti tdk ada respon



Kesimpulan : Compos mentis GCS 15-14 Apatis GCS 13-12 Delirium GCS 11-10 Somnolen GCS 9-7 Stupor GCS 6-4 Koma GCS 3 CKB : 3-8 CKS : 9-11 CKR : 12-15



E : Exposure -> periksa cidera dan ancaman lain, cegah hipotermia Re- evaluasi ABCD Tambahan pada primary survey



F : foley cateter G : Gastric Tube (NGT) 6



H



: Heart Monitor, pulse oximeter, pemeriksaan radiologi



Secondary Survey :   



Anamnese Head to toe TTV



G. RESUSITASI NEONATUS Asfiksia : Bayi tidak menangis, tonus otot jelek ( bayi lunglai) Langkah langkah resusitasi pada bayi 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Hangatkan Atur Isap Keringkan dan rangsang Atur kembali Lanjutkan evaluasi pernafasan dan denyut jantung a. jika denyut jantung < 100x/m lakukan VTP b. Setelah 30 detik lakukan evaluasi  > 100x/m hentikan vtp  11. Gawat janin 12. Primipara kepala masih 5/5 13. Presentasi bukan belakang kepala 14. Gemelli 15. Presentasi Majemuk 16. Syok Identifikasi pasien: “ QUICK CHECK : liat kondisi pasien”  Keluhan utama, riwayat singkat  TTV  Head to toe Alur diagnosa kerja : a. Mulai dari kondisi serius b. Gunakan alur logis c. Temukan penyebab gawat darurat Anamnesa Sugestif : kajian cepat Ex : ibu hamil kejang dan tidak sadar Nilai tingkat kesadaran TTV BAKSOKUDO Regulasi UGD 8



Regulasi area resusitasi Regulasi Kamar Bersalin Regulasi rujukan pasien J. TRIAGE Pemilihan penderita berdasarkan berat keadaan gawat darurat(kondisi yang mengancam jiwa). START (Simpel Triage Rapid Treatment) :  Hijau (Minor) : bicara dan berjalan  Hitam (Morsue) : tidak ada respon (meninggal)  Merah (Imediete) : ABC ada masalah R>30  Merah (Imediete) : Sirkulasi Capilary refil > 2”  Merah (Imediete) : Penurunan kesadaran  Kuning (Delayed) : tidak ada masalah di ABC, ada masalah di mobilisasi K. PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS Perdarahan yang menyebabkan ketidaakstabilan hemodinamik(syok), pada partus spontan > 500ml, pada SC > 1000ml. Prinsip : a. b. c. d. e.



Diagnosa cepat Kenali sumber untuk kompensasi Resusitasi aktif perdarahan Identifikasi penyebab Mengatasi penyebab



HAP Perdarahan yang terjadi pada kehamilan Uk > 20mgg Etiologi a. Servical  Perdarahan kontak  Inflamasi  Dilatasi dan penipisan servik b. Plasenta  Solusio  Previa  Vasa previa  Ruptur sinus marginalis c. Lain-lain : faktor pembekuan darah Prosedur diagnostik   



Jangan lakukan PD USG Inspekulo tanpa PD



HPP Berasal dari putusnya atau terbukanya pembuluh darah Penanganan -> jepit atau tuup kembali pembuluh darah



9



Etiologi     



Tonus(kontraksi) Tissue(jaringan) Trauma(robekan) Trombus(pembekuan darah) Traksi



L. PREEKLAMPSIA Uk >= 20 minggu dengan TD sistol >140 diastol > 90 Klasifikasi : PE dan PEB ( sistol > 160 dan atau diastole >= 110) Pemberian obat antihipertensi : Nifedipin 10mg maksimal 8X dalam 24 jam Pemberian MgSO4 :  



Dosis awal MgSO4 4g IV dalam 5-10 menit Dosis rumatan MgSO4 1g drip tiap jam selama 24 jam ( stelah tidakan atau setelah







pemberian dosis awal) Bila terjadi kejang berikan MgSO4 2 gr IV dalam 5-10 menit



Syarat pemberian MgSO4    



RR dalam batas normal Urin 0,5 cc/kg/jam Reflek patela + Ada antidotum Ca Glukonas



Hentikan MgSO4 jika ada tanda-tanda keracunan MgSO4 dan berikan Ca gluconas 1g dalam 5-10menit



PELATIHAN PPGD+ON PENANGGULANGAN PASIEN GAWAT DARURAT + OBSTETRI NEONATAL 12-15 DESEMBER 2016, HOTEL DOMINIQ PURWOKERTO



10



PENYUSUN : 1. INGGAR SETYO WIGATI 2. RENI CAHYANTI



RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENANG



11