PPK Hipertensi Esensial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTIK KLINIS PUSKESMAS PEJERUK TATALAKSANA HIPERTENSI ESENSIAL ICD-10 1. Pengertian 2.



Anamnesis



3.



Pemeriksaan Fisik



4.



Pemeriksaan Penunjang



5.



Kriteria Diagnosis



6. 7.



Diagnosis Kerja Diagnosis banding



8.



Tatalaksana



I10 Essential (primary) hypertension Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyababnya. 1. Sakit atau nyeri kepala 2. Gelisah 3. Jantung berdebar-debar 4. Pusing 5. Leher kaku 6. Penglihatan kabur 7. Rasa sakit di dada 8. Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi. 9. Faktor Risiko a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga. b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan), konsumsi alkohol berlebihan, aktivitas fisik kurang, kebiasaan merokok, obesitas, dislipidemia, diabetus Melitus, psikososial dan stres. 1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringanberat bila terjadi komplikasi hipertensi ke organ lain. 2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII. Laboratorium : urinalisis (proteinuria), tes gula darah, profil lipid. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hipertensi esensial 1. White collar hypertension 2. Nyeri akibat tekanan intraserebral 3. Ensefalitis 1. Perubahan gaya hidup - Penurunan berat badan : jaga berat badan ideal (BMI: 18,5 - 24,9 kg/m2) - Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) : Diet kaya buah, sayuran, produk rendah lemak dengan jumlah lemak total dan lemak jenuh yang rendah



-



Pembatasan asupan natrium : 1 sendok teh garam per hari. - Aktivitas fisik aerobik : aktivitas fisik aerobik yang teratur (mis: jalan cepat) 30 menit sehari, hampir setiap hari dalam seminggu - Stop alkohol 2. Terapi farmakologis. Hipertensi tanpa compelling indication a. Hipertensi stage1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5- 50 mg/hari), atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi. b. Hipertensi stage2 : bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium. c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi diatas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.



9.



Edukasi



Kondisi khusus lain a. Lanjut Usia : Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari. Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta. b. Kehamilan : Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium, vasodilator. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama kehamilan. 1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari. 2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan. 3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan obatobatan dan minum obat teratur seperti yang



10. 11. 12. 13.



Prognosis Tingkat Evidens Tingkat Rekomendasi Kriteria Rujukan



14.



Tujuan Rujukan



15.



Penelaah Kritis



16. 17.



Indikator Kepustakaan



disarankan meskipun tak ada gejala. 4. Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali. Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol. 1. Hipertensi dengan komplikasi 2. Resistensi hipertensi 3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180) 1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah 1. Dr. Alfi Syahrin 2. Dr. Ni Wayan Diptaningsih 3. Dr. Dwi Fachrul 4. Dr. Risky Septiana Tekanan darah sesuai target Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk. 02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama