PPK Kejang Pada Neonatus N Ew [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTIK KLINIS SMF NEONATOLOGI KEJANG PADA NEONATUS 1.



No.ICD-10



P.83



2.



Pengertian (Defenisi)



3.



Anamnesa



Kejang pada neonatus adalah perubahan paroksimal dari fungsi neurologik misalnya perilaku, sensorik, motorik dan fungsi autonom sistem saraf. Angka kejadian kejang di negara maju berkisar antara 0,8-1,2 setiap 1000 neonatus per tahun. Insidens meningkat pada bayi kurang bulan yaitu sebesar 20% atau 60/1000 lahir hidup bayi kurang bulan, dibanding pada bayi cukup bulan sebesar 1,4% atau 3/1000 lahir hidup bayi cukup bulan 1. Riwayat kejang dalam keluarga 2. Riwayat kehamilan/pranatal - Kehamilan kurang bulan - Infeksi TORCH atau infeksi lain saat ibu hamil - Pre-eklamsi, gawat janin - Pemakaian obat golongan narkotika, metadon - Imunisasi anti tetanus, rubela 3. Riwayat persalinan - Asfiksia, episode hipoksik, gawat janin - Trauma persalinan - Ketuban pecah dini - Anesthesi lokal/ blok openia menandakan perburukan 4. Riwayat pascanatal - Infeksi - Bayi tampak kuning - Perawatan tali pusat tidak bersih dan kering, penggunaan obat tradisional, infeksi tali pusat - Riwayat kejang - Gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah dan ekstremitas, saat timbulnya, lama, frekuensi terjadinya kejang - Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot mulut dan perut, dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan



4.



Pemeriksaan Fisik



-



Kejang Manifestasi klinis kejang pada bayi baru lahir sangat berbeda dengan anak bahkan bayi kurang bulan berbeda dengan cukup bulan. Gambaran klinis yang sering terjadi sebagai berikut: - Subtle: Orofasial : Deviasi mata, kedipan mata, gerakan alis yang bergetar berulang, mata yang tiba tiba terbuka dengan bola mata terfiksasi ke satu arah, gerakan seperti menghisap, mengunyah, mengeluarkan air liur, menjulurkan lidah, gerakan pada bibir Ekstremitas: Gerakan seperti orang berenang, mendayung, bertinju atau bersepeda. Episode apnue: Serangan apnue yang termasuk kejang apabila disertai dengan bentuk serangan kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia. Sistem autonom/vasomotor: Perubahan tekanan darah (takikardi atau hipertensi) atau peningkatan salivasi



1



- Tonik Fokal : Postur tubuh asimetris yang menetap dari badan atau ekstremitas dengan atau tanpa adanya gerakan mata abnormal. Umum: Fleksi tonik atau ekstensi leher, badan dan ekstremitas, biasanya dengan ekstensi ekstremitas - Klonik Fokal : Gerakan bergetar dari satu atau dua ekstremitas pada sisi unilateral, gerakan pelan dan ritmik, frekuensi 1-4 kali/ perdetik. Multifokal : Kejang klonik dengan lebih dari satu fokus atau migrasi gerakan dari satu ekstremitas secara acak pindah ke ekstremitas lainnya. Bentuk gerakan klonik dari salah satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misalnya kejang klonik lengan kiri diikuti dengan kejang klonik tungkai bawah kanan - Mioklonik Fokal: Kontraksi cepat satu atau lebih otot fleksor ekstremitas atas. Multifokal : Gerakan tidak sinkron dari beberapa bagian tubuh Umum : Terdiri dari satu atau lebih gerakan fleksi masif dari kepala dan badan dan adanya gerakan fleksi atau ekstensi dari ekstremitas



5.



Pemeriksaan Penunjang



Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mencari penyebab kejang - Pemeriksaan darah rutin dan apusan darah - Lumbal pungsi dan pemeriksaan cairan serebrospinal - Kadar glukosa darah, kadar elektrolit darah, kadar bilirubin total, direk dan indirek - Bila diduga ada riwayat jejas pada kepala: pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematokrit untuk memantau perdarahan intraventrikuler serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal. - Ultrasonografi untuk mengetahui adanya perdarahan periventrikuler intraventrikuler. - Pencitraan kepala (CT-scan kepala) untuk mengetahui adanya perdarahan subarahnoid atau subdural, cacat bawaan, infark serebral. - Elektroensefalografi (EEG) Pemeriksaan EEG pada kejang dapat membantu diagnosis, lamanya pengobatan dan prognosis Gambaran EEG abnormal pada neonatus dapat berupa: gangguan kontinuitas, amplitudo atau frekuensi; asimetri atau asinkron interhemisfer; bentuk gelombang abnormal; gangguan dari fase tidur; aktivitas kejang mungkin dapat dijumpai



6.



Diagnosa Banding



- HIE - Meningitis - Perdarahan SSP



2



7.



Kriteria Diagnosa



Pemeriksaan menyeluruh terhadap Riwayat dan pemeriksaan fisik.



8.



Manajemen



Penanganan utama adalah mengatasi hipoksia dan gangguan metabolik sebagai penyebab tersering kejang pada neonatus kemudian pemberian anti kejang Medikamentosa Medikamentosa untuk menghentikan kejang  Fenobarbital 20 mg/kgBB intravena (IV) dalam waktu 10-15 menit, jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kgBB sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dapat diberikan intramuskular (IM) dengan dosis ditingkatkan 10-15%.  Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgBB/menit.  Bila kejang masih berlanjut, dapat diberikan  Golongan benzodiazepine misalnya lorazepam 0,05 – 0,1mg/kgBB setiap 8-12 jam  Midazolam bolus 0,2mg/kgBB dilanjutkan dengan dosis titrasi 0,1-0,4 mg/kgBB/jam IV  Piridoksin 50-100 mg/kgBB IV dilanjutkan 10100 mg/kgBB/hari peroral Pengobatan rumatan  Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara IV --atau peroral.  Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari IV atau peroral, dosis terbagi dua atau tiga Suportif - Menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka serta pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. - Menjaga kehangatan bayi - Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat - Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus - Pemberian nutrisi bertahap, diutamakan ASI. - Bila memerlukan ventilator mekanik, maka harus dirujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas Pelayanan Neonatal Level III yang tersedia fasilitas NICU Pemantauan - Terapi  Efektifitas terapi dipantau dengan melihat gejala klinis, bila perlu diulang dan segera dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyakit penyebabnya.  Jika kejang telah teratasi maka dilanjutkan dengan pemberian antikejang rumatan, fenobarbital 5 mg/kgBB/hari adalah pilihan pertama.  Pemberiaan dosis rumatan dihentikan setelah tidak ada kelainan neurologis dan atau kelainan gambaran EEG. - Tumbuh Kembang  Pemantauan terutama ditujukan pada



3







pertumbuhan dan perkembangan sensorik dan motorik. Setiap adanya gangguan perkembangan, perubanhan tingkah laku ataupun gejala neurologik, eksplorasi harus dilakukan dengan pemeriksaan neurologis lengkap. Kejang awitan dini biasanya dihubungkan dengan angka kesakitan dan kematian --yang tinggi. Kejang berulang, semakin lama kejang berlangsung semakin tinggi risiko kerusakan pada otak dan berdampak pada terjanya kelainan neurologik lanjut (misalnya palsi serebral dan retardasi mental).



9.



Prognosa



Ad Vitam : dubia ad bonam Ad Functionam : dubia ad bonam



10.



Edukasi



Penjelasan pengertian, faktor risiko, tanda dan gejala



11.



Kepustakaan



1. Rennie JM. Seizures. Dalam: Rennie JM,



2.



3.



4.



5. 6.



7.



penyunting. Roberton‘s textbook of neonatology. Edisi ke-4. 1. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone;2005. h.1105-29. Pathak A. Seizures activity. Dalam: Gomella Tl, Cunningham MD, Eyal FG, penyunting. Neonatology, 2. management, procedures, oncall problems and drug. Edisi ke 6. NewYork: McGraw-Hill;2009. h.374-9 Scher MS. Neonatal seizures. Dalam: Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA, Avery’s, penyunting . 3. Disease of the newborn. Edisi ke 8.. Philadelphia: Elsevier Saunders,;2005. h.1005-25. Du Plessis AJ. Neonatal seizures. Dalam: Cloherty JP, Eichenwaald EC, Stark AR, penyunting. Manual of 4. neonatal care. Edisi ke 6. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. h.483-98. Evans D, Levene M. 5. Neonatal seizures. Arch Dis Childhood- Fetal Neonatal Ed.1998;78:70. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar pelayanan medis perinatologi. Dalam: Pusponegoro HD, Harun 6. SR, Kosim MS , penyunting. Jakarta: Badan penerbit IDAI;2004.h. 277-85 Sarosa GI. Kejang dan spasme. Dalam: Kosim MS,Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. 7. Buku ajar neonatologi edisi1. Jakarta; Badan penerbit IDAI;2008. h.226-50.



4