Praktik Radar Cuaca [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

QUIS PRAKTIK RADAR CUACA Nama : I Nyoman Agus Astina Putra NPT



: 11.17.0051



Kelas : Meteorologi 6B



1. Sebutkan Data Output Pengamatan Radar Cuaca Single Polarisasi! Data output pengamatan radar cuaca single polarisasi terdiri dari 3, yaitu: a. Reflectivity (Z) Menyatakan besaran energi yang kembali dari obyek dan tergantung pada ukuran, bentuk, dan komposisi objek. Radar cuaca menampilkan lokasi dan intensitas (reflektifitas) dari target meteorologi seperti Shower hujan dan badai. Semakin besar energi kembali yang diterima radar menggambarkan potensi intensitas hujan yang terjadi. Pola dan bentuk dari struktur intensitas yang teramati radar Cuaca juga menggambarkan potensi dan fenomena cuaca lainnya selain hujan ringan, sedang, lebat hingga hujan Ekstrem yaitu potensi adanya angin kencang, rotasi yang menggambarkan Puting beliung hingga tornado b. Radial Velocity (V) Radar Doppler tidak hanya mendeteksi dan mengukur daya yang diterima dari target, mereka juga mengukur gerakan target menuju atau menjauh dari Radar kemudian digunakan untuk menentukan kecepatan angin. Radar Doppler mengukur kecepatan secara rutin dan digunakan untuk mendeteksi kecepatan angin, tornado, angin topan. Gerak menuju radar Doppler dinyatakan dalam nilai negatif yang digambarkan dengan warna hijau dan Motion jauh dari radar Doppler dinyatakan dalam nilai-nilai positif yang digambarkan dalam warna merah. Selain menggambar pergerakan angin dan awan hujan diwilayah pengamatan radar, data velocity juga mampu menggambarkan fase pertumbuhan, fase matang, dan fase peluruhan serta potensi rotasi. c. Spectral Width (W) Nilai width W sangat penting untuk pengamatan dinamika atmosfir. Nilai width yang rendah menunjukkan bahwa di pulse-volume tidak terdapat perbedaan kecepatan. Nilai width yang tinggi mengindikasikan terdapat perbedaan kecepatan hidrometeor di dalam pulse-volume. Informasi ini memberi petunjuk tentang 'kemungkinan' adanya wind-shear, turbulence, mesocyclone atau indikasi dari TVS (Tornado Vortex Signature) dan hal yang sejenis lainnya.



Data Velocity dan Spektral Width didapatkan dari perubahan frekuensi yang diterima radar cuaca pada satu sampling Volume.



2. Sebutkan Metode Operasional Radar Cuaca yang ada, sesuai dengan standar Operasional WMO! Mengacu pada dokumen pelatihan Radar cuaca dari WMO, dikenal 2 metode dasar pengamatan radar cuaca, yang sangat tergantung dengan kondisi dan potensi cuaca yang ada di setiap site, yaitu Precipitation Mode dan Clear Air Mode. a) Precipitation Mode merupakan mode pengamatan yang digunakan untuk pengamatan kondisi cuaca normal dengan peluang hujan yang cukup besar dimana radar akan melakukan volume scan sebanyak 9-12 elevasi dalam waktu 6 menit dan interval 10 menit. Mode ini dimodifikasi sesuai kebutuhan khususnya saat terdeteksi potensi cuaca buruk yang ada sehingga dikenal dengan Severe Weather Mode dimana radar melakukan scanning volume 14 – 17 elevasi dalam waktu 5 menit secara terus menerus tanpa jeda waktu sehingga forecaster akan mendapatkan informasi secara cepat terkait perubahan dan potensi cuaca buruk yang ada di wilayah pengamatan radar. b) Clear Air Mode merupakan mode pengamatan yang diterapkan di radar dalam kondisi cuaca cerah atau musim kemarau, dimana radar akan melakukan pengamatan dengan 5 elevasi rendah dengan kecepatan antenna yang sangat lambat dalam durasi 12 menit.



3. Apakah Perbedaan data Reflectivity Corrected/Filter (dBz) dan data Reflectivity UnCorrected/UnFilter (dBUz)? a. UnCorrected/UnFiltered Reflectivity/intensity (dBuZ) merupakan data yang menyimpan semua return echo yang diterima receiver Radar tanpa melalui proses pengolahan sinyal sebagai yang ditentukan operator/teknisi radar dalam metode scanning yang digunakan. b. Corrected/Filtered Reflectivity/intensity (dBZ) Adalah data Reflektivity yang telah melalui proses koreksi sinyal (Velocity Filter, FFT/DFT, etc) dan thresholding (Log,CCOR, SQI, etc) sesuai dengan parameter yang terdapat dalam metode scanning/pengamatan yang digunakan.



4. Bagaimana manfaat dan penggunaan data Reflectivity UnCorrected/UnFilter (dBUz) Membandingkan output data dBuZ dan data dBZ akan memberikan informasi yang sangat penting terkait kualitas data pengamatan yang dihasilkan radar, khususnya saat selesai dilakukan pemeliharaan rutin dan kalibrasi maupun setelah selesai perbaikan. Menjadi sangat penting untuk melakukan validasi apabila ada penggantian perangkat pada system Radar. Dengan membandingkan data dBuZ dan dBZ kita akan dapat mengetahui apakah: a. Receiver dan sinyal prosesing radar bekerja dengan baik atau tidak.



b. Parameter filtering pada metode scanning telah maksimal atau tidak. c. Konfigurasi offset radar system sudah tepat atau mengalami kesalahan. Kasus kesalahan konfigurasi offset/posisi radar cuaca banyak terjadi pada system radar cuaca EEC, dan baru dipastikan pada Tahun 2017 setelah terjadi longsor di 50 kabupaten Kota Riau dimana radar Pekanbaru mengalami kesalahan Konfigurasi posisi true North Lebih dari 20 derajat. Dan saat dilakukan analisis pada radar-radar cuaca EEC yang lain terjadi kesalahan yang sama pada radar Cuaca Medan, Lampung, Tangerang, Denpasar, Pontianak. Mengingat kesalahan yang terjadi adalah kesalahan mendasar maka sangat dimungkinkan pada semua radar cuaca EEC berpotensi mengalami kesalahan yang sama.



5. Adakah Perbedaan mode Operasional Radar Cuaca antara WMO (World Meteorological Organization) dengan ROC (Radar Operational Center) NOAA? Perbedaan mode operasional radar cuaca antara WMO dengan ROC (Radar Operational Center) NOAA: a) WMO menggunakan 2 metode dasar yaitu: 1. Precipitation Mode merupakan mode pengamatan yang digunakan untuk pengamatan kondisi cuaca normal dengan peluang hujan yang cukup besar dimana radar akan melakukan volume scan sebanyak 9-12 elevasi dalam waktu 6 menit dan interval 10 menit. Mode ini dimodifikasi sesuai kebutuhan khususnya saat terdeteksi potensi cuaca buruk yang ada sehingga dikenal dengan Severe Weather Mode dimana radar melakukan scanning volume 14 – 17 elevasi dalam waktu 5 menit secara terus menerus tanpa jeda waktu sehingga forecaster akan mendapatkan informasi secara cepat terkait perubahan dan potensi cuaca buruk yang ada di wilayah pengamatan radar. 2. Clear Air Mode merupakan mode pengamatan yang diterapkan di radar dalam kondisi cuaca cerah atau musim kemarau, dimana radar akan melakukan pengamatan dengan 5 elevasi rendah dengan kecepatan antenna yang sangat lambat dalam durasi 12 menit. b) Sedangkan ROC NOAA menggunakan NEXRAD radar system, dengan 3 metode utama yang digunakan, yaitu: 1. Clear Air Mode (VCP 31/32), di mana 5 pemindaian ketinggian berbeda diselesaikan setiap 10 menit serta menggunakan VCP 31 (long pulse) dan VCP 32 (short pulse) 2. Precipitation Mode (VCP 21), dimana 9 pemindaian ketinggian berbeda diselesaikan dalam setiap 6 menit



3. Severe Weather Mode (VCP 11), di mana 14 pemindaian ketinggian berbeda diselesaikan setiap 5 menit. Severe Weather Mode yang menggunakan VCP11 dimana VCP 11 memberikan sampling vertikal weather echoes yang lebih baik daripada VCP 21 (precipitation mode) dan biasanya lebih disukai dalam situasi di mana curah hujan konvektif berada dalam 60 nmi antena. VCP 11 memiliki 14 sudut elevasi dan menyelesaikan 16 pemindaian azimut dalam lima menit, sementara VCP 21 memiliki sembilan sudut elevasi dan menyelesaikan 11 pemindaian azimut dalam enam menit.