Praktikum 2 - Exclean Salep [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID



EXCLEAN SALEP



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 1. Apriella Kartika Sari 2. Erlina Permatasuri 3. Evi Dian Sukmarini 4. Feny Trianingsih 5. Nur Afiah 6. Qonitah Khalda



LABORATORIUM FARMASETIKA PROGRAM STUDI D-III FARMASI POLTEKKES GENESIS MEDICARE



1



KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Teknologi Sediaan Semisolid EXCLEAN SALEP”. Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas Teknologi Semisolid. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt.Widyani Budiarti,S.Farm., M.Farm selaku dosen mata kuliah Praktikum Teknologi Semisolid ini, serta kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari masih terdapat kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja kami untuk kedepannya.



Depok, 18 Desember 2020



Penulis



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri. Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit. Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar. Sediaan salep sebelum digunakan harus dilakukan pengujian untuk menentukan stabilitas dan kualitas salep sehingga menjamin hasil akhir yang berkhasiat dan menghasilkan efek terapi pada setiap penggunaan.



3



1.2 Dasar Teori Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut. Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam Dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air. ► Kualitas dasar salep yang baik adalah: 1. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar. 2.



Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.



3. Mudah dipakai. 4. Dasar salep yang cocok. 5.



Dapat terdistribusi merata.



► Secara umum pembuatan salep adalah : 1. Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan. 2. Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis. 3. Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.



4



4.



Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.



Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau obat narkotika, kadar bahan obat adalah 10%. Salep jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen (Anief,1999). Evaluasi terhadap sifat fisik dan sifat iritatif pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan. Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain uji daya sebar, daya lekat, dan pH.



1.3 Tujuan Praktek Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan salep untuk penggunaan obat luar dengan formula salep 88.



1.4 Manfaat Praktek Adapun manfaat dari praktikum ini adalah kami lebih memahami proses pembuatan salep dari pembuatan basis awal sampai dengan pengemasan secara baik secara industrial sampai dapat dijual kepada konsumen. Tidak hanya mencampur-campur bahan, tetapi juga mengetahui karakteristik dari bahan - bahan yang digunakan. Serta uji - uji yang dilakukan guna mendapatkan sediaan salep yang memenuhi standar.



1.4 Metode Praktek Metode praktek yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literatur, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan informasi penting dari berbagai sumber seperti buku-buku perpustakaan dan situs-situs internet terkait.



5



BAB 2 ISI 2.1. Jurnal : Formula dibuat dalam 10 gram. Formula standar berdasarkan Oskasal (ISO Hal 369), tiap 10g mengandung : R/ Acid Salicyl 



6%



Benzoic Acid 



12%



Sulfur Praecipitatum 



7%



Menthol



2%



Camphora



3%



Base 



ad 



100%



( Base : Vaselin Album )



2.2. Introduction : 2.2.1. Zat Aktif : Acidum Salicylicum : Digunakan sebagai obat untuk mengelupaskan kulit. Obat ini dapat digunakan untuk menangani kutil, kapalan, psoriasis, ketombe, jerawat, kurap, dan iktiosis. Acidum Benzoicum : Antiseptikum ekstern, antijamur, bahan pengawet. Sulfur Praecipitatum : Mengobati infeksi kulit (seperti skabies atau kudis). 2.2.2. Bahan Tambahan : Mentholum



: Korigen digunakan untuk memperbaiki bau obat utama.



Camphora



: Korigen digunakan untuk memperbaiki bau obat utama, juga



berfungsi sebagai antiiritan. Vaselin Album



: Basis salep dan sebagai pelarut bagi Sulfur Praecipitatum.



6



ACIDUM SALICYLICUM



Asam salisilat, dikenal juga dengan asam 2-hidroksi benzoat atau asam- ortohidrobenzoat yang memiliki struktur kimia C7H6O3. Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal lebih dari 100 tahun yang lalu. Dalam bidang dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utamanya sebagai bahan keratolitik. Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam terapi veruka, kalus, psoriasis, dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis. Penggunaannya semakin berkembang sebagai bahan peeling dalam terapi penuaan kulit, melasma, hiperpegmentasi pasca inflamasi, dan acne. Monografi Acid Salicyl berdasarkan (FI III hal 56) : Pemerian



: Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, agak tidak berbau,



rasa agak manis dan tajam. Kelarutan



: Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%), mudah larut dalam



kloroform dan eter, dalam larutan amonium asetat, dinatrium hidrogendifosfat, kalium dan natrium sitrat. Kegunaan



: Digunakan sebagai obat untuk mengelupaskan kulit. Obat ini dapat digunakan



untuk menangani kutil, kapalan, psoriasis, ketombe, jerawat, kurap, dan iktiosis.



ACIDUM BENZOICUM



7



Asam benzoat banyak digunakan sebagai bahan pengawet makanan, yaitu bahan makanan dan minuman berasa asam seperti sirup, dalam farmasi sebagai antiseptik, obat-obatan dermatologi, sebagai zat aditif untuk mengebor lumpur dan agen retardant pada karet alam dan sintetis. Sedangkan turunan asam benzoat dapat digunakan sebagai pengawet makanan, plasticizer, obat-obatan, dan antiseptic. Monografi berdasarkan (FI Ed III Hal. 49) : Pemerian



: Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau.



Kelarutan



: Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol



(95%), dalam 8 bagian kloroform dan dalam 3 bagian eter. Suhu lebur



: 121º - 124º C



Berat molekul : 122,12 Kegunaan



: Antiseptikum ekstern, antijamur, bahan pengawet.



SULFUR PRAECIPITATUM



8



Sulfur praecipitatum fungsi utamanya adalah sebagai keratolitik agent yaitu suatu zat yang dapat menghilangkan sisik-sisik kulit yang kasar atau melunakkan/menipiskan lapisan keratin, di samping itu juga memiliki aktivitas antifungi dan antibakteri lemah. Sulfur sering dikombinasikan dengan asam salisilat menghasilkan efek keratolitik yang sinergis. Sulfur dipakai sebesar 10% adalah dosis yang optimal sebagai keratolotik agent dan merupakan dosis maksimum untuk terapi scabies/kudis sehingga akan mendapatkan hasil yang efektif. Sulfur praecipitatum terdapat dalam Farmakope Indonesia edisi ke-3 pada halaman 591. Monografi berdasarkan (FI III hal 591) : Pemerian



: Tidak berbau dan tidak berasa, berwarna kuning.



Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondisulfida, sukar



larut dalam minyak zaitun, sangat sukar larut dalam etanol (95%). Kegunaan



: Mengobati infeksi kulit (seperti skabies atau kudis)



MENTHOL



9



Menthol adalah senyawa kimia yang berasal dari alam dan merupakan senyawa yang termasuk dalam kelompok terpenoid. Mekanisme kerja menthol adalah dengan rangsangan pada reseptor kulit yang memberi tanggapan pada stimulus dingin. Karena reseptor tersebut juga teraktivasi oleh senyawa menthol, maka kemungkinan besar pasien yang menggunakan produk menthol akan merasakan sensasi rasa dingin atau terbakar yang sejuk. Sensasi rasa tersebut akan mengurangi rasa sakit, walau sebenarnya senyawa menthol tidak mengurangi atau menaikkan suhu. Monografi berdasarkan (FI Ed III Hal. 362) : Pemerian



: Berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna, bau tajam seperti minyak permen



rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin. Kelarutan



: Sukar larut dalam air, sangat mudah dalam etanol (95%), dalam kloroform dan



eter P mudah larut dalam paraffin cair P dan dalam minyak aksin. Kegunaan



: Korigen digunakan untuk memperbaiki bau obat utama, serta sebagai antiiritan



(obat yang digunakan untuk menghilangkan iritasi yang disebabkan bakteri).



CAMPHORA



10



Monografi Camphora berdasarkan (FI Edisi III Hal. 130) Nama resmi



: Camphora



Sinonim



: Kamper



Berat Molekul



: 152,24



Rumus Molekul



: C10H16O



Pemerian



: Hablur putih tidak berwarna, bauk has tajam, rasa pedas dan aromatic.



Kelarutan



: Larut dalam 7000 bagian air dalam satu bagian etanol (96,5%) P, dalam



0,25 Kloroform P, sangat mudah larut dalam minyak lemak. Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat dan sejuk.



Kegunaan



: Antiiritan untuk menghilangkan iritasi yang disebabkan oleh bakteri atau



bahan kimia.



VASELIN ALBUM



11



Vaselin putih adalah bentuk yang dimurnikan atau dipucatkan warnanya. Dalam pemucatan digunakan asam sulfat. Vaselin merupakan dasar salep hidrokarbon, mampu menyerap air hanya sebanyak 5% (Anief,200:54). Monografi berdasarkan (FI Edisi III Hal. 633) Pemerian



: Massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan



dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Kelarutan



: Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfide,



dalam kloroform, larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri, sukar larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin. Bobot jenis



: antara 0,815 dan 0,880



Jarak lebur : antara 38º - 60º C Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan



: Zat tambahan, Basis dalam pembuatan salep.



2.3. Experimental Section 2.3.1. Formulasi



12



Bahan-bahan formulasi : Formula dibuat 10 gram Acid Salicyl 



6%



Benzoic Acid 



12%



Sulfur Praecipitatum  7% Menthol



2%



Camphora



3%



Base 



ad 



100%



( Base : Vaselin Album )



2.3.2. Metode Pembuatan ALAT : Cawan porselen



Pot Salep



Mortir dan stamper



Stopwatch



Gelas ukur



Alat evaluasi sediaan



Waterbath



Penjepit kayu



Batang pengaduk



Ekstenosmeter



BAHAN : Acid Salicyl



Camphora



Acid Benzoicum



Menthol



Sulfur Praecipitatum



Vaselin



Spiritus Fortiori



PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN : a. PERHITUNGAN BAHAN :



13



-



Acid salicyl



6% x 10 gram



= 0,6 gram



-



Acidum Benzoicum



12% x 10 gram



= 1,2 gram



-



Sulfur Praecipitatum



7% x 10 gram



= 0,7 gram



-



Menthol



2% x 10 gram



= 0,2 gram



-



Camphora



3% x 10 gram



= 0,3 gram



-



Vaselin ad



10 gram



= 10 - ( 0,6 + 1,2 + 0,7 + 0,2 + 0,3 ) = 10 – 3 = 7 gram



b. PENIMBANGAN BAHAN : Untuk pembuatan 6 sediaan salep @ 10 gram : -



Acid salicyl



0,6 gram x 6 = 3,6 gram



-



Acidum Benzoicum



1,2 gram x 6 = 7,2 gram



-



Sulfur Praecipitatum



0,7 gram x 6 = 4,2 gram



-



Menthol



0,2 gram x 6 = 1,2 gram



-



Camphora



0,3 gram x 6 = 1,8 gram



-



Vaselin



7 gram x 6 = 42 gram



CARA PEMBUATAN : 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Timbang semua bahan sesuai dengan perhitungan. 3. Masukkan acid salicyl ditambah acidum benzoicum ditetesi dengan spiritus fortiori sampai larut, kemudian dikeringkan dengan sulfur praecipitatum.(campuran I). 4. Champora ditambah menthol gerus sampai homogen kemudian tambahkan campuran I, gerus sampai homogen. 5. Tambahkan vaselin sedikit demi sedikit sampai habis, gerus hingga semua homogen. 6. Masukkan dalam pot dan lakukan evaluasi. 2.4. EVALUASI SEDIAAN 2.4.1. Uji Organoleptis Diamati sediaan yang meliputi :  Bentuk : 14



 Warna :  Rasa



:



 Bau



:



 Hasil :



2.4.2. Uji pH : 1. Kertas pH dimasukkan kedalam sediaan, ditunggu beberapa saat 2. Diamati kertas pH 3. Dibandingkan dengan indicator pH 4. Diamati warna yang terjadi, lalu catat hasil pH 2.4.3. Uji Homogenitas 1. Dioleskan sediaan pada objek glass 2. Diamati ada partikel atau tidak yang tidak merata 3. Homogen atau tidak, lalu catat dan dokumentasikan hasil dari pengamatan.



2.4.4. Uji Daya Lekat 1. Sediaan ditimbang sebanyak 0,5 gram 2. Diletakkan pada objek glass 3. Tutup objek dengan tutup objek pada alat uji daya lekat 4. Ditambah beban 500gram 5. Diamkan selama 1 menit 6. Setelah 1 menit beban diturunkan, ditarik tuasnya, dan catat waktunya.



2.4.5. Uji Daya Sebar 1. Diletakkan ditengah alat ekstensometer



15



2. Ditimbang dulu penutup kaca ekstensometer lalu letakkan diatas massa sediaan selama 1



menit 3. Diukur diameter sediaan yang menyebar dengan mengambil rata-rata diameter dari



beberapa sisi 4. Ditambahkan 50gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit 5. Dicatat diameter sediaan yang menyebar 6. Ditambahkan beban 50gram lagi diamkan selama 1 menit 7. Dicatat diameter sediaan yang menyebar 8. Dibuat grafik, hubungkan antara luas dan beban sediaan yang menyebar.



2.4.6. Uji Tipe Salep 1. Dimasukkan kedalam objek glass 2. Ditetesi dengan metilen blue 3. Ditutup dengan objek glass 4. Diamati pada mikroskop



2.4.7. Uji Daya Proteksi 1. Diambil sepotong keras saring (10×10)cm 2. Dibasahi dengan larutan PP sebagai indikator, keringkan 3. Diolesi dengan sediaan pada kertas saring 4. Pada kertas saring yang lain, dibuat suatu area (2,5×2,5)cm dengan paraffin cair. Setelah



kering akan didapat areal yang dibatasi dengan paraffin tersebut. 5. Ditempelkan kertas saring (no.3) diatas kertas saring sebelumnya (no.2) 6. Dibasahi areal ini dengan larutan KOH (0,1) 7. Dilihat setelah kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan PP pada waktu



15,30,45,60 detik, 3 dan 5 menit 8. Jika tidak ada noda merah berarti sediaan dapat memberikan proteksi terhadap cairan.



2.5. PERSIAPAN KEMASAN



16



2.5.1. Wadah : Pot Plastik



2.5.2. DUS / Label :



2.6. HASIL



17



2.6.1 Uji Organoletik : Bentuk : Setengah padat Warna : Putih kekuningan Bau



: Khas sulfur



Rasa



: Pahit



2.6.2 Uji pH : Uji Asam Basa Lakmus Merah



Merah



Lakmus Biru



Merah



pH



5



Uji pH yang menghasilkan pH 5 dan hal ini sudah sesuai dengan pH kulit yaitu 4,2 – 6,5. Hal ini sudah benar dikarenakan oleh sanitasi dan hygiene dari personil dan peralatan yang sudah benar. Kandungan bahan pendapar asam dan basa yang sudah seimbang. Kesesuaian pH kulit dengan pH sediaan topical mempengaruhi penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topical yang ideal adalah tidak mengiritasi kulit. Kemungkinan iritasi kulit akan sangat besar apabila sediaan terlalu asam atau terlalu basa.



2.6.3 Uji Homogenitas : Uji homogenitas menghasilkan sediaan yang homogen, hal ini dikarenakan penggerusan asam salisilat dibantu dengan spiritus fortiori serta penggerusan yang baik dan merata sehingga menghasilkan sediaan yang homogen.



2.6.4 Uji Daya Lekat :



18



Pengujian daya lekat dimaksudkan untuk melihat berapa lama kemampuan salep untuk melekat. Hasil pengujian daya lekat menunjukkan bahwa daya lekat dari salep lebih dari 30 menit pada semua konsentrasi. Syarat untuk daya lekat pada sediaan topikal adalah tidak kurang dari 4 detik. Hal ini menunjukkan sediaan salep memenuhi persyaratan daya lekat.



2.6.5 Uji Daya Sebar : Pada pengujian daya sebar menghasilkan tanpa diberi beban 3,5 cm ; diberi penambahan beban 50 gram 3,75 cm ; ditambah kembali menjadi 100 gram menjadi 3,9 cm dan terakhir diberi beban 150 gram menjadi 4,1 cm. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topical yaitu sekitar 5 – 7 cm, maka berdasarkan hasil uji daya sebar pada sediaan dapat dikatakan bahwa sediaan sudah memenuhi syarat daya sebar yang baik. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat.



2.6.6 Uji Tipe Salep : Uji tipe salep, jika berdasarkan dari basis yang digunakan yaitu dasar salep hidrokarbon yang dikenal sebagai dasar salep berlemak yakni vaselin album. Maka sediaan kami dikategorikan sebagai salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep berlemak, tidak dapat dicuci dengan air.



2.6.7 Uji Daya Proteksi : Uji kemampuan proteksi yang menghasilkan 42 detik. Hasil pengujian kemampuan proteksi menunjukkan noda merah pada salep Asam Salisilat. Noda merah yang seharusnya terbentuk kurang dari 1 menit setelah penambahan larutan KOH. Basis salep yang baik dapat melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam – basa, debu dan sinar matahari pada waktu pengobatan, ditandai dengan tidak terbentuknya noda merah setelah penambahan KOH, sedangkan terbentuknya noda merah pada salep Asam Salisilat dikarenakan zat aktif dari salep yang bereaksi dengan KOH, pengolesan salep yang kurang merata, pengeringan kertas saring yang ditetesi larutan PP yang belum kering sempurna. Maka solusinya harus diperhatikan lagi 19



pengolesan salep secara benar merata, dan pengeringan kertas saring yang harus lebih diperhatikan lagi.



2.7 PEMBAHASAN Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dalam praktikum bila melihat basis yaitu vaselin dan bahan aktif asam salisilat, asam benzoate, sulfur praecipitatum, menthol, dan camphora. Sediaan salep kami merupakan salep hidrofobik karena menggunakan basis salep berlemak. Evaluasi terhadap sifat fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan. Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain uji organoleptic, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH sediaan, uji daya proteksi, uji tipe sediaan, uji homogenitas. Pada praktikum pembuatan salep yang pertama ini kita membuat salep dengan menggunakan prinsip pembuatan salep peraturan pertama, yaitu Zat-zat yang dapat larut dalam lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan. Tetapi pada formula diatas yang menjadi basis hanya vaselin album saja, jadi tidak perlu dilebur hanya semua bahan dicampur dalam mortir bersama vaselin album karena semua bahan larut dalam lemak. Menthol dan champora dicampur kemudian digerus sampai larut dan berair karena, pemerian dari keduanya tidak jauh berbeda, sama-sama mempunyai rasa pedas dan berbau aromatik, hanya saja bentuk dari menthol ialah kristal sedangkan bentuk dari champora serbuk hablur, tapi keduanya samasama mencair ketika digerus jadi bisa dicampur dan digerus bersamaan. Sedangkan asam benzoat dan asam salisilat dicampur dan digerus bersamaan karena keduanya sama larut dalam etanol, jadi pada pengerjaan keduanya, ditambahkan 2-3 tetes etanol 96% / alcohol 96 % / spiritus fortiori agar mudah larut, dan tidak boleh terlalu banyak menambahkannya, karena bisa menjadi terlalu cair atau menggumpal. Sedangkan sulfur ditambahkan setelah asam benzoate dan asam salisilat  tadi tercampur, itu tujuannya untuk mengeringkan campuran dari asam benzoate dan asam salisilat tadi, sehingga sulfur pun



20



tercampur kedalam campuran asam benzoate dan asam salisilat tadi, meskipun pada kenyataannya sulfur praktis tidak larut dalam air. Sedangkan penambahan vaselin album ditambahkan terakhir bertujuan karena vaselin album sendiri menjadi basis dalam pembuatan salep ini, dan juga berfungsi untuk melarutkan sulfur, karena sulfur praktis tidak dapat larut dalam air tapi dapat larut dalam lemak, sehingga semua bahan dapat tercampur. Dan penambahan vaselin pun harus sedikit – sedikit dan tidak boleh sekaligus, karena  bertujuan agar semua bahan dapat tercampur dengan homogen. Salep ini berkhasiat untuk mengatasi penyakit kulit seperti; Panu, kadas, kura,  kudis, kutu air, dll, karena khasiat dari masing-masing komponen formula salep exclean ini. Seperti ; Acid Salicyl (pengelupasan kulit), Sulfur (Antiskabies), Asam benzoat (antiseptikum extern), Champora (anti iritan), Menthol (korigen & anti iritan). Dan sebaiknya  dioleskan 3x sehari secukupnya pada bagian yang luka atau gatal, dan sebelum digunakan bagian yang ingin dioleskan harus dibersihkan terlebih dahulu.



21



BAB 3 PENUTUP



3.1. Kesimpulan 1. Pada pembuatan exclean salep, kita menggunakan peraturan salep pertama, yaitu zat-zat yang dapat larut dalam lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan. 2. Vaselin menjadi satu-satunya basis dalam formula exclean salep ini, dan ditambahkan terakhir, karena agar semua bahan dapat larut dan tercampur, terutama untuk sulfur yang praktis tidak larut dalam air, tapi dapat larut dalam lemak. 3. Exclean salep ini berkhasiat mengatasi penyakit kulit seperti ; panu, kadas, kurap,kudis, kutu air, dll.



3.2 Saran 1. Sebaiknya obat digunakan sehabis mandi, dioleskan 3x sehari secukupnya pada bagian yang luka atau gatal. Atau sebelum dioleskan, bagian yang hendak dioleskan dicuci terlebih dahulu. 2. Obat untuk pemakaian luar, tidak boleh untuk mata. Hati-hati penggunaan jangka lama dapat menyebabkan hipersensitif. Dan hentikan pemakaian bila terjadi iritasi. 3. Dalam membuat sediaan salep harus berdasarkan peraturan - peraturan dalam buku panduan agar salep yang kita buat dapat digunakan tanpa mengurai khasiat dari zat akif tersebut. 4. Perlunya mengetahui sifat atau kelarutan dari zat aktif yang akan digunakan agar kita dapat menentukan dasar salep yang sesuai sehingga sediaan yang dibuat menghasilkan sediaan yang stabil dan homogen.



22



DAFTAR REFERENSI



1.      Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat.  Cetakan ke-9.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 2.      Anonim. 2004. Ilmu Resep Teori jilid III. Pusdinakes  Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta 3.      Anonim.2015. FarmakopeIndonesia.Edisi V. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 4. Formulasi Dalam Pembuatan Sediaan Setengah Padat (catatankecil-kuliahfarmasi.blogspot.com) 5. Laporan resmi unguentum (slideshare.net) 6. Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas Indonesia Press, Jakarta , Hal 399-405 7.      Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia, Edisi III,Jakarta.



23