PRAKTIKUM FAAL A7 (634) NNN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA



Oleh : KELOMPOK A-07 Ketua



: Denisha Oktavia F.S



1102017062



Sekertaris



: Anida Hasna P



1102017026



Anggota



: Audi Beryl Javier



1102016034



Khaira Romadhona Y



1102016096



Arin Cahyaningtyas



1102017038



Chyntya Rizky Maharani



1102017057



Clarisza Nadira



1102017058



Deviyani Puspita S



1102017066



Iffaty Farraz S.M



1102017106



Imam Rahmatullah M



1102017107



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2020/2021



DAFTAR ISI Daftar Isi .......................................................................................................................... 2 Praktikum Fisiologi I ....................................................................................................... 3 I. Lensa Tipis ................................................................................................................. 4 II. Penglihatan I: Uji Visus dan Buta Warna .................................................................. 11 Uji Visus Mata ................................................................................................................. 11 Tes Buta Warna ............................................................................................................... 15 III. Penglihatan II: Perimeter ........................................................................................... 18 Praktikum Fisiologi II ...................................................................................................... 25 I. Tes Penala .................................................................................................................. 30 II. Audiometri ................................................................................................................. 32 Praktikum Fisiologi III ..................................................................................................... 37 I.



Perasaan Subyektif Panas dan Dingin ...................................................................... 38



II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit ................................................ 39 III. Lokalisasi Taktil ....................................................................................................... 42 IV. Diskriminasi Taktil ................................................................................................... 44 V. Perasaan Iringan (After Image) ................................................................................ 46 VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda................................................................ 47 VII. Tafsiran Sikap........................................................................................................... 48 VIII. ....................................................................................................................Waktu Reaksi ....................................................................................................................... 50 IX. Pengecapan ............................................................................................................... 53 X. Penghidu ................................................................................................................... 58 Praktikum Fisiologi IV .................................................................................................... 62 I. Sikap dan Keseimbangan Badan ................................................................................ 63 Percobaan Pada Katak ..................................................................................................... 65 Percobaan Pada Manusia ................................................................................................. 67 II. Percobaan Keseimbangan Pada Manusia................................................................... 69



A. Percobaan dengan Kursi Barany 1 ....................................................................... 72 B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Pas Pointing Test of Barany)......................... 73 C. Kesan Sensasi....................................................................................................... 73 D. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis ....................... 74 Daftar Pustaka .................................................................................................................. 76



PRAKTIKUM I OPTIK GEOMETRIS DAN OPTIK FISIS DALAM DETEKSI CAHAYA OLEH MATA DAN DAYA PISAH LENSA LENSA TIPIS I.



Tujuan Percobaan Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan.



II.



Alat dan Bahan 1. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin, benda, dan tabir (layar). 2. Lensa cembung dan cekung 3. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala. 4. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya



III.



Teori Dasar A. Rumus Gauss Benda nyata yang terletak di depan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata di belakang lensa. Bayanngan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperlihatkan pada gambar 1.



Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan lensa konvergen f= titik fokus, O= pusat sumbu optik lensa.



Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa



1 =1 + 1 f b v f=b.v b+v (1) Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan negatif untuk benda maya b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk bayangan nyata dan negatif untuk bayangan maya Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya terletak didepan lensa dan tidak dapat ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik leinnya (lensa dan cermin). Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap objek dapat diperoleh dari persamaan m = tinggi bayangan = - b. tinggi benda v (2) Munculnya tanda negatif hanya karena keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka perjanjiannya akan terbalik. B. Rumus Bessel Jika jarak antara benda dan tabir dibuat tetap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir.



Gambar 2. Dua kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir.



Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan a = jarak benda ke tabir d = jarak antara dua kededekan lensa yang menghasilkan bayangna tajam yang diperbesar dan diperkecil. vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar bb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar vk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil bk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa: d = vk – vb =bb – bk =bb – vb



(3a) (3b) (3c)



Mengingat bahwa a = vb + bb maka diperoleh vb = a – d 2 bb = a + d 2 (4) Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) menghasilkan f = a2 – d2 4a (5) Perhatikan bahwa a dan d selalu positif. C. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar Misalkan benda diletakkan pada bidang fokus lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin datar.



Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar.



Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga terbentuk bayangan di tempat tak berhingga. Selanjutnya oleh cermin datar berkas ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehingga berbentuk bayangan sama besar pada bidang fokus/benda. D. Rumus lensa Gabungan Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jaarak fokus fg. Untuk gabungan dua lensa fg dirumuskan sebagai : 1 =1 + 1 – t . fg f1 f2 f1 f2 (6) dengan t adalah jarak dua sumbu optik lensa. Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga : 1 =1 + 1 fg f1 f2 E. Pembentukan Bayangan oleh gabungan lensa Konvergen-Divergen Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlikan bantuan lensa positif dengan susunan seperti gambar berikut.



Gambar 4. Pembentukan bayangan oleh gabungan lensa konvergen dan divergen, O- adalah bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi objek/ benda maya lensa divergen (-). B- adalah nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-



IV.



Jalannya Percobaan 4-1.



Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen Merujuk pada teori diatas maka penentuan jarak fokus lensa konvergen dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss dan berbantuan cermin datar. 4-1-A. Cara Gauss 1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. Isikan pada tabel data. 2. Ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak fokusnya 3. Meletakkan benda, lensa, dan tabir pada rel optik sehingga berbentuk seperti gambar 1. 4. Mengatur posisi benda, lensa dan tabir pada rel optik sehingga terbantuk bayangan tajam diperkecil. 5. Mengukur v,b, tinggi bayangan h’, dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik. Mengisikan hasil ini pada tabel data. 6. Menggeser lensa mendekati benda sejarak 2 cm dan mengatur posisi tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. melakukan pengukuran seperti langkah 5. 7. mengulangi langkah 6 terus menerus selama masih mungkin. 4-1-B. Cara Bessel 1. Mengukur tinggi benda yang berbentuk anak panah dan mencatat hasilnya. Mengulangi pengukuran ini sampai 5 kali. 2. Menempatkan benda didepan lampu sorot.



3. Menempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm dibelakang benda. 4. Menempatkan lensa yang akan diukur jarak fokusnya diantara lensa dan tabir. Susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2. 5. Menggeser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. Jika tidak terjadi anda mungkin perlu menaikkan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir. 6. Jika langkah 5 berhasil, mengaturlah posisi lensa secara halus untuk mendapatkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. 7. Mencatat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan mencatat apakah bayangan terbalik atau tegak. 8. Mengisikan hasil hasil pengukuran ini pada tabel data. 9. Mengulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. Pada setiap pengulangan posisi lensa harus digeser-geser. 4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar 1. Menempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3. 2. Menggeser posisi benda benda sehingga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama besar dengan benda. 3. Mencatat jarak benda ke lensa (lihat tabel data). 4. Mengulangi percobaan ini sampai 5 kali. 4-2.



V.



Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen 1. Ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak fokusnya. 2. Tempatkan benda, lensa konvergen, dan tabir dibelakang lensa 3. Aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir. 4. Catat posisi benda, lensa dan tabir. 5. Letakkan lensa divergan diantara tabir dan lensa konvergen. Perhatikan bayangan pada tabir akan kabur atau hilang. 6. Atur posisi lensa divergan dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. 7. Catat posisi lensa divergen dan tabir. 8. Berdasarkan posisi ini, maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya diisikan pada table data. Variable d adalah jarak antara lensa konvergen dan divergen. 9. Ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.



Tugas pada Laporan Akhir 5-1-A. Cara Gauss 1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan. 2. Hitung m berdasar persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi bayangan (tegak atau terbalik). 3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2. 4. Buat tabel harga 1/v terhadap 1/b. 5. Buat grafik 1/v terhadab 1/b. 6. Berdasarkan grafik tersebut tentukan f lensa.



5-1-B. Cara Bessel Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5). 5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f = v. Buat table ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di atas. Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas. Catatan: 1 dioptri = 100/f[cm], jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri. 5-2. Jarak Fokus Lensa Divergen Tentukan f lensa divergen hasil percobaan. Data Percobaan 1 Hari/tanggal



: Lensa Tipis : Rabu / 12 Februari 2020



4-1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen 4-1-A. Cara Gauss No v (cm) b f (cm) (cm) 1 69 31 21,39 2 54 35 21,23 3 44 41 21,22 4 37 49 21,08 5 30 71 21,09 f=b.v b+v f = 69 . 31 69 + 31 = 21,39 f = 54 . 35 54 + 35 = 21,23 f = 44 . 41 44 + 41 = 21,22 f = 37 . 49 37 + 49 = 21,08 f = 30 . 71 30 + 71 = 21,09



4-1-B. Cara Bessel 4-1-B. Cara Bessel No a (cm) vb (cm) 1 2 3 4-2. Lensa Divergen No v+ (cm) 34 1 49 2 62 3 69 4 46 5 VI.



97 92 87 b+ (cm) 56 37 33 31 40



30 33 36



vk (cm) 65 59 51



v- (cm) -11 -11 -6 -4 -7



d (cm) 35 26 15 d (cm) 45 26 27 27 33



f (cm) 21,09 21,16 21,10 b- (cm) 21 20 6 4 7



Kesimpulan Ada dua cara untuk menghitung panjang fokus lensa yaitu Gauss dan Bessel, menurut hasil praktikum lensa positif akan membentuk bayangan terbalik dan nyata. Lensa negatif tidak akan menbentuk bayangan tanpa di bantu lensa positif. Semakin jauh jarak benda dengan lensa maka jarak lensa positif dengan layar semakin kecil dan sebaliknya semakin dekat jarak benda semakin dekat pula bayangannya. Dalam hal ini jarak sangat berpengaruh pada fokus lensa. Lensa Cmbung (+) / Konvergen menghasilkan bayangan nyata, terbalik, diperbesar. Sedangkan Lensa Cekung (-) / Divergen menghasilkan bayangan maya, tegak, diperkecil.



PRAKTIKUM FISIOLOGI II PENDENGARAN



I. Dasar Teori Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001). Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001). Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001). Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah



penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002). Untuk memeriksa pendengaran : 1. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu: a. Tes Rinne 



Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa.







Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.



b. Tes Weber 



Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.







Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit)



berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.



c. Tes Schwabach 



Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.







Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.



Tes Rinne Positif



Negatif



Positif



Tes Weber Tidak ada lateralisasi



Tes Schwabach



Diagnosis



Normal Sama dengan pemeriksa



Lateralisasi ke telinga yang sakit



Memanjang



Lateralisasi ke telinga yang sehat



Memendek



Tuli konduktif



Tuli sensorineural



Catatan: Pada tuli konduktif