Presentasi Kasus Omsk Tipe Benigna [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I TINJAUAN PUSTAKA ANATOMI TELINGA Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.



Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius eksternus ( liang telinga ). Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum timpani dan tuba eustachius. 1. Membrana timpani Membrana timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis akustikus eksternus. Letak membrana timpai pada anak lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang dewasa. Bentuknya ellips, sumbu panjangnya 9-10 mm dan sumbu pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-kira 0,1 mm. Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa (merupakan bagian terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan posterior dan pars flacida (membran sharpnell) yang terletak diatas malleolar fold dan melekat langsung pada os petrosa. Pars tensa memiliki 3 lapisan yaitu lapiasan luar terdiri dari epitel squamosa bertingkat, lapisan dalam dibentuk oleh mukosa telinga



tengah dan diantaranya terdapat lapisan fibrosa dengan serabut berbentuk radier dan sirkuler. Pars placida hanya memiliki lapisan luar dan dalam tanpa lapisan fibrosa. Vaskularisasi membran timpani sangat kompleks. Membrana timpani mendapat perdarahan dari kanalis akustikus eksternus dan dari telinga tengah, dan beranastomosis pada lapisan jaringan ikat lamina propia membrana timpani. Pada permukaan lateral, arteri aurikularis profunda membentuk cincin vaskuler perifer dan berjalan secara radier menuju membrana timpani. Di bagian superior dari cincin vaskuler ini muncul arteri descendent eksterna menuju ke umbo, sejajar dengan manubrium. Pada permukaan dalam dibentuk cincin vaskuler perifer yang kedua, yang berasal dari cabang stilomastoid arteri aurikularis posterior dan cabang timpani anterior arteri maksilaris. Dari cincin vaskuler kedua ini muncul arteri descendent interna yang letaknya sejajar dengan arteri descendent eksterna. 2. Kavum timpani Kavum timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler diselaputi oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu epitimpanium yang terletak di atas kanalis timpani nervus fascialis, hipotimpananum yang terletak di bawah sulcus timpani, dan mesotimpanum yang terletak diantaranya. Batas cavum timpani ; Atas



: tegmen timpani



Dasar



: dinding vena jugularis dan promenensia styloid



Posterior



: mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal



Anterior



: dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani



Medial



: dinding labirin



Lateral



: membrana timpani Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan



stapes. Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui artikulatio dan dilapisi oleh mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut menghubungkan membran timpani dengan foramen ovale, seingga suara dapat ditransmisikan ke telinga dalam. Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral. Malleus terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum,



manubrium mallei yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei yang menghubungkan kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus terdiri atas korpus, krus brevis dan krus longus. Sudut antara krus brevis dan krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial puncak krus longus terdapat processus lentikularis. Stapes terletak paling medial, terdiri dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot plate. Basis stapedius tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir pada bidang horizontal. Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu : - M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm, dan berasal dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum timpani ke lateral dan menempel pada manubrium mallei dekat kollum. Fungsinya untuk menarik manubrium mallei ke medial sehingga membran timpani menjadi lebih tegang. - M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei dipersarafi oleh cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi terhadap foramen ovale dari getaran yang terlalu kuat. 3. Tuba eustachius Kavitas tuba eustachius adalah saluran yang meneghubungkan kavum timpani dan nasofaring. Panjangnya sekitar 31-38 mm, mengarah ke anteroinferomedial, membentuk sudut 30-40 dengan bidang horizontal, dan 45 dengan bidang sagital. 1/3 bagian atas saluran ini adalah bagian tulang yang terletak anterolateral terhadap kanalis karotikus dan 2/3 bagian bawahnya merupakan kartilago. Muara tuba di faring terbuka dengan ukuran 1-1,25 cm, terletak setinggi ujung posterior konka inferior. Pinggir anteroposterior muara tuba membentuk plika yang disebut torus tubarius, dan di belakang torus tubarius terdapat resesus faring yang disebut fossa rosenmuller. Pada perbatasan bagian tulang dan kartilago, lumen tuba menyempit dan disebut isthmus dengan diameter 1-2 mm. Isthmus ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa atau oleh infeksi yang berlangsung lama, sehingga terbentuk jaringan sikatriks. Pada anak-anak, tuba ini lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang dewasa, sehinggga infeksi dari nasofaring mudah masuk ke kavum timpani.



FISIOLOGI Telinga



pada



dasarnya



berfungsi



sebagai



alat



pendengaran,



alat



keseimbangan, dan juga kosmetik. Sebagai alat pendengaran telinga berfungsi sebagai alat penghantar gelombang suara dari sampai ke telinga dalam (foramen ovale). Di dalam telinga tengah gelombang suara dihantarkan melalui tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi gelombang suara melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dengan foramen ovale. Energi getaran yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale, sehingga perilimfe pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antar membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosillia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan



proses



depolarisasi



sel



rambut



sehingga



melepaskan



neurotransmitter (serotonin) ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada n.cochlearis, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.



OTITIS MEDIA Peradangan sebagian atau seluruh mukosa tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi menetap dan otorre lebih dari satu setengah bulan atau 2 bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis Otitis Media Supuratif Kronis Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer, kental, bening, atau berupa nanah (> 2bulan) Perjalanan penyakit a. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut b. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK : -



terapi yang terlambat,



-



terapi yang tidak adekuat,



-



virulensi kuman tinggi,



-



daya tahan tubuh pasien rendah dan higiene buruk



Etiologi Kuman penyebab biasanya gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negative dan anaerob. Bakteri penyebab tersering ialah P. Aeruginosa dan Proteus. Letak Perforasi a. Sentral: pada pars tensa, seluruh tepinya terdapat sisa membran timpani b. Perforasi Marginal : Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum c. Perforasi Atik : Perforasi di pars flaksida Jenis OMSK a. OMSK tipe aman (tipe mukosa=safe ear=benigna=tubotimpanal disease) –



Terdiri dari 2, yaitu: Permanent Perforation Syndrome dan Persistent Mucosal Disease







Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom.



b. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = maligna = Attikoantral disease) - Terdiri dari 2, yaitu: Timpanomastoid Disease dan Cholesteatome - Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. - Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik, kadangkadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna. Tanda Klinis OSMK Tipe Berbahaya 1. Perforasi marginal atau atik (tanda dini OMSK tipe bahaya) 2. Abses/fistel retroaurikuler (belakang telinga)



3. Polip/jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dlm telinga tengah 4. Terlihat kolesteatom pada telinga tengah 5. Sekret berbau nanah & bau khas (aroma kolesteatom) 6. Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid Gejala OMSK a. Gangguan pendengaran yang biasanya konduktif b. Keluarnya sekret c. Nyeri tidak lazim (otalgia). Bila ada merupakan suatu tanda ancaman komplikasi karena hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, ancaman abses otak d. Vertigo -Bila sekret telah kering, tapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, idealnya dilakukan miringoplasti / timpanoplasti -Bila sekret tetap ada, terjadinya infeksi berulang, sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin jg perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi & tonsilektomi Penatalaksanaan a. Terapi OMSK tipe aman Sekret keluar terus menerus à obat pencuci telinga H2O2 3% 3-5



– hari –



Sekret berkurang à obat tetes telinga yang mengadung antibiotik dan kortikosteroid







Sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi selama 2 bulan à miringoplasti (jenis timpanoplasti yang paling ringan) atau timpanoplasti. Opersi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah kerusakan pendengaran yang lebih berat



b. Terapi OMSK tipe bahaya – Mastoidektomi (rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik)



Komplikasi Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe atikoantral : -



Labirintis



-



Abses retro aurikula



-



Komplikasi intrakranial: meninginitis, abses ekstradural, abses otak.



BAB II STATUS PASIEN I.



IDENTITAS PASIEN Nama



: Ny. T



Umur



: 22 tahun



Agama



: Islam



Jenis kelamin



: Perempuan



Pekerjaan



: Mahasiswa



II. ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2015 di poli THT RST dr. Soedjono Magelang. II.1 Keluhan Utama Keluar cairan dari telinga kanan dan kiri II.2 Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan telinga kanan dan kiri mengeluarkan cairan. Cairan berwarna putih, agak kental dan tidak berbau. Cairan keluar tiba-tiba dan hilang timbul. Keluhan ini dirasakan sudah sejak pasien kecil. Telinga sering terasa gatal, nyeri disangkal. Pasien juga merasakan pendengarannya berkurang pada telinga kanan dan kiri sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri belakang telinga (-), Telinga berdenging (-), rasa penuh di telinga (-). Pasien mengaku saat kecil pernah kemasukan air namun dibiarkan dan kemudian keluar cairan dari telinga kanan dan kirinya. Pasien mengaku saat kecil sempat mengalami demam yang tidak turun-turun dan sering terbangun saat tidur karena rasa sakit pada telinga yang hebat. Sebelum keluar cairan dari telinga kanan dan kiri pasien, pasien merasa telinganya terasa penuh. Pasien tidak memiliki kebiasaan membersihkan telinga dengan korek kuping. Pasien tidak mengeluhkan adanya pusing berputar.



Pasien mengaku sejak SD sering mengalami pilek saat pagi hari, disertai dengan rasa gatal, dan mata berair. Keluhan pasien rasakan terutama saat terpapar oleh udara dingin. Pasien juga mengatakan saat terjadi pilek hidungnya terasa tersumbat di salah satu lubang. Pasien tidak menggunakan alat bantu dengar. II.3 Riwayat Penyakit Dahulu : a. Riwayat penyakit serupa



: disangkal



b. Riwayat penyakit kongenital



: disangkal



c. Riwayat operasi telinga



: disangkal



d. Riwayat paparan bising



: disangkal



e. Riwayat penggunaan obat ototoksik



: disangkal



f. Riwayat batuk pilek



: (+)



g. Riwayat alergi



: Rhinitis (+)



h. Riwayat penyakit lain



: DM (-), Hipertensi (-)



i. Riwayat trauma



: disangkal



II.4 Riwayat Penyakit Keluarga : Menurut keterangan pasien, tidak ada anggota keluarga yang mengalami riwayat sakit serupa dengan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat infeksi saluran napas atas dalam waktu dekat ini. Terdapat riwayat alergi pada keluarga pasien yakni ibu pasien. Riwayat DM dan Hipertensi pada keluarga disangkal. II.5 Riwayat pengobatan : Pasien sudah berobat di poli THT RST Tk. II dr Soedjono, Magelang sejak bulan Agustus dengan diagnosis OMK dan diberikan obat-obatan. Gejala membaik tetapi cairan tetap keluar dari telinga. III. PEMERIKSAAN FISIK III.1 Status Generalis Keadaan Umum



: Baik



Kesadaran/GCS



: Compos mentis/15



Status Gizi



: Baik



Kooperatif



: Kooperatif



Tanda tanda vital 



Tekanan Darah



: 130/80 mmHg







Nadi



: 82x/menit







Frekuensi napas



: 20 x/menit







Suhu



: 36,7o C



III.2 Status Lokalis (Telinga, Hidung, Tenggorokan) III.2.1 Kepala dan leher : a. Kepala



: normocephale



b. Wajah



: Simetris



c. Leher



: Pembesaran kelenjar limfe (-)



III.2.2 Gigi dan Mulut : a. Gigi geligi



: Normal



b. Lidah



: Normal, kotor (-), tremor (-)



c. Pipi



: Bengkak (-)



III.2.3 Telinga :



Kanan



Kiri



Retro aurikular



DBN



DBN



CAE



Serumen (-)



Serumen (-)



Edema (-)



Edema (-)



Hiperemis (-)



Hiperemis (-)



Furunkel (-)



Furunkel (-)



sekret (+) mukoid



sekret (+) mukoid



tidak tampak jaringan granulasi dan kolesteatom



tidak tampak jaringan granulasi dan kolesteatom



Eritema (-)



Eritema (-)



Perforasi sentral



Perforasi sentral



Refleks cahaya (-)



Refleks cahaya (-)



Membran timpani



Pemeriksaan Penala



Tes Rinne



AD (-)



Webber Swabach



AS (-) Sulit dievaluasi



Memanjang



III.2.4 Hidung dan Sinus Paranasal :



Memanjang



Rhinoskopi anterior



Kanan



Kiri



Sekret



(-)



(-)



Mukosa



Edema (+)



Edema (+)



Hiperemis (-)



Hiperemis (-)



Pucat (+)



Pucat (+)



Hipertrofi (+)



Hipertrofi (+)



Hiperemis (-)



Hiperemis (-)



Konka media



IV. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG o Pemeriksaan audiometric untuk mengetahui jenis dan derajat ketulian o Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui tanda infeksi o Foto Rontgen telinga tengah dan mastoid untuk mengetahui ada tidaknya keterlibatan mastoid dan pembentukan kolesteatom o Pemeriksaan bakteriologi dan uji resistensi kuman untuk mengetahui mikroorganisme penyebab serta mengetahui ada tidaknya bakteri yang resisten. V. RESUME 1. Anamnesa (RPS) a. Ottorea auris dextra dan sinistra sejak usia SD, sifat mukoid dan tidak berbau. b. Tuli konduktif auris dextra dan sinistra



c. Riwayat OMA saat SD 2. Pemeriksaan Fisik (ADS) Tidak ditemukan fistel retro aurikular Otoscopy : 



Sekret mukoid







Perforasi sentral membrane timpani







Tidak ditemukan kolesteatom dan jaringan granulasi



Pemeriksaan Penala : 



Rinne (-)/(-)







Weber : sulit dinilai







Schwabach AD memanjang. AS memanjang



VI. DIAGNOSIS BANDING 



OMSK benigna tipe Persistent Perforation Syndrome ADS







OMSK benigna tipe Permanent Mucosal Disease ADS







Otitis Media Akut (OMA) stadium perforasi ADS







Mastoiditis ADS







Conductive Hearing Loss (CHL) ADS



VII.



DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS PRIMER OMSK benigna tipe Persistent Perforation Syndrome ADS DIAGNOSIS SEKUNDER Conductive Hearing Loss (CHL) ADS



VIII. TERAPI 



Terapi Medikamentosa  Obat pencuci telinga  H2O2 3% 2 x 6 tetes selama 5 hari.  Antibiotik o Topical : Ofloxacin 2 x 6 tetes selama 1 minggu o Oral : Ciprofloxacin tablet 2 x 500 mg selama 3 minggu  Kortikosteroid : Dexamethasone tablet 3 x 0,5 mg







Edukasi o Menjaga higienitas telinga, tidak mengorek telinga dengan cotton bud o Hindari kemasukan air telinga kiri, bila mandi ditutup dengan kapas o Menjaga agar tidak batuk pilek. o Menggunakan obat tetes antibiotik secara teratur o Kontrol rutin ke poli THT bila masih ada keluhan



VIII. PROGNOSIS Quo ad vitam



: ad bonam



Quo ad sanam



: dubia ad bonam



Quo ad functionam



: ad malam



BAB III PEMBAHASAN Pasien seorang wanita usia 22 tahun datang dengan keluhan keluar cairan putih dan tidak berbau dari telinga kiri. Keluar cairan atau ottore merupakan suatu keadaan keluarnya cairan keluar kanalis akustikus eksterna. Cairan dapat berasal dari CAE atau dari telinga tengah. Cairan yang berasal dari cavum timpani mengandung lendir sedangkan yang berasal dari CAE tidak. Cairan yang mengandung musin atau lendir dan bersifat mukoid berasal dari telinga tengah dan jika mengalir keluar melalui CAE dapat dicurigai telah terjadi perforasi membrane timpani. Sekret yang berbau busuk menandakan adanya kolesteatoma. Bila sekret bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan likuor serebrospinal. Nyeri telinga atau otalgia merupakan suatu keadaan timbulnya keluhan nyeri pada telinga. Rasa nyeri yang dirasakan tidak selalu disebabkan dari penyakit telinga itu sendiri, tetapi dapat berasal dari tempat atau organ lain yang rasa nyerinya dihantarkan ke telinga (nyeri alih/refered pain). Rasa nyeri tersebut dapat berasal dari gigi molar atas, dasar mulut maupun tonsil. Nyeri yang berasal dari telinga tengah dapat disebabkan oleh peradangan akibat adanya infeksi karena bakteri, virus maupun jamur dapat juga menyebabkan otalgia. Pada pasien keluhan nyeri disangkal. Berkurangnya pendengaran dapat terjadi pada otitis media akut terutama pada stadium supurasi dan perforasi karena membrane timpani yang berfungsi untuk menggetarkan tulang-tulang pendengaran mengalami pembengkakan pada stadium supurasi dan sudah tidak utuh lagi pada stadium perforasi. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi pula kerusakan pada tulang pendengaran yang dapat memperparah berkurangnya pendengaran. Pasien sebelumnya diduga mengalami OMA ADS saat usia SD berdasarkan dari anamnesa dan saat ini masih mengeluarkan cairan karena tidak mendapatkan terapi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum pasien baik dan keadaan gizi baik. Tidak ditemukan adanya kelainan pada gigi, mulut, tonsil, maupun



organ-organ di sekitar telinga yang menjadi sumber nyeri telinga pada pasien ini. Pemeriksaan otoskopi pada telinga kanan dan kiri ditemukan sekret serosa berwarna putih, membran timpani perforasi sentral, dan refleks cahaya (-). Pada tes penala ditemukan tes Rinne (-) pada telinga kanan dan kiri, tes Weber sulit dievaluasi karena pasien tidak mendengar apa-apa, kemungkinan dikarenakan ruangan yang tidak kondusif, serta tes Swabach memanjang pada telinga kanan dan kiri. Ketiga tes tersebut menandakan bahwa pasien ini mengalami tuli konduktif yang artinya keluhan dan kelaianan pasien hanya sebatas telinga luar dan telinga tengah. Tetapi pada kasus ini mengarah pada kelainan di telinga tengah. Otitis media akut memiliki 5 stadium. Pada kasus ini merupakan kasus stadium perforasi dikarenakan pada pemeriksaan didapatkan membrane timpani yang perforasi. Pada kasus ini sudah lebih dari 2 bulan telinga kanan dan kiri tetap mengeluarkan cairan. Hal ini menandakan sudah terjadi penyakit yang kronis, OMSK. Pada kasus ini tidak ditemukan kolesteatom dan perforasi bersifat sentral. Hal ini menandakan OMSK benigna. Membrane timpani pada kasus ini tetap mengalami perforasi tetapi mukosa serta membrane timpani sudah tidak terlihat kemerahan menandakan pasien merupakan tipe persistent perforation syndrome. Terapi Kasus Pada kasus ini, dilakukan penatalaksanaan baik medikamentosa maupun non medikamentosa yaitu edukasi. Pada pasien dengan OMSK, dimana pada pemeriksaan di dapatkan membrane timpani yang perforasi dan masih mengeuarkan sekret, sehingga diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 5 hari serta antibiotik yang adekuat. Pada kasus ini diberikan antibiotik topical ofloxacin 2x6 tetes selama 1 minggu. Diberikan obat ini karena bakteri penyebab OMSK (P. aeruginosa dan proteus) sensitive terhadap obat ini. Selain itu, obat ini tidak bersifat ototoksik dan dapat diberikan pada pasien dengan perforasi membrane timpani, tidak seperti obat lainnya yang mengandung polimiksin B dan neomisin serta gentamisin karena bersifat ototoksik, namun pemberian obat topical dibatasi karena dapat meneybabkan nyeri atau mengiritiasi mukosa telinga tengah akibat pH obat topical yang cenderung asam, sedangkan



pH telinga tengah netral. Pada pasien ini juga diberikan antibiotik sistemik yaitu Ciprofloxacin tablet 2 x 500 mg. Obat ini diberikan pada pasien karena terapi secara oral memiliki potensi penetrasi ke dalam jaringan telinga tengah yang lebih baik dibandingkan dengan obat sediaan topical dan tidak menyebabkan ototoxisitas. Selain itu, pada pasien diberikan anti inflamasi berupa kortikosteroid (deksametason) untuk mengatasi gejala peradangannya. Pada kasus ini dibutuhkan pentalaksanaan yang adekuat untuk mengeradikasi mikroorganisme penyebab agar komplikasi OMSK tidak terjadi.