Presjur Fraktur Os Nasal Revisi 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

APLIKASI GUIDED IMAGERY UNTUK PENATALAKSANAAN NYERI RINGAN PADA KLIEN NY. S DENGAN APENDIKSITIS POST LAPARATOMI DI RUANG IBS RSUD UNGARAN



DISUSUN OLEH : IMANUEL DWIJAYANTO G3A017029



PROGAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2017-2018



1



BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat. Kemajuan teknologi dan ilmu di bidang kesehatan membawa manfaat yang besar bagi manusia, termasuk pada penatalaksanaan operasi laparatomi Apendiktomi. Laparatomi Apendiktomi merupakan tindakan operasi melakukan pembedahan pada perut untuk membuang apendik.(Doengoes.2005) Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan efek samping yang timbul setelah menjalani suatu operasi. Nyeri yang ditimbulkan oleh operasi biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan. Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaannya harus diatasi dengan manajemen nyeri karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Nyeri merupakan alasan paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Nyeri dapat bersifat subjektif dan tidak ada individu yang mengalami nyeri yang sama. Untuk itu perawat perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya pengontrolan nyeri (Gloria F. Antal; Denise Kresevic.2004). Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan pengobatan.(Peggy Burhenn, MS,2014) Teknik guided imagery merupakan salah satu teknik relaksasi yang fokus pada menggambarkan hal-hal yang menyenangkan, melalui teknik menceritakan cerita (story telling) atau deskripsi yang dirancang untuk menunjukkan citra mental (disebut juga dengan teknik visualisasi) untuk menggantikan perasaan negative atau stress dengan suasana yang santai dan menyenangkan (Jacobson, 2016) Relaksasi adalah lebih dari suatu keadaan pikiran, secara fisik relaksasi mengubah cara tubuh berfungsi. Ketika tubuh santai maka tubuh akan bernapas dengan perlahan, sehingga akan terjadi penurunan tekana darah dan meningkatkan konsumsi oksigen, dan beberapa orang melaporkan terjadi peningkatan rasa sejahtera. Hal ini disebut dengan “respon relaksasi”. Mampu menghasilkan respon



2



relaksasi menggunakan teknik relaksasi dapat melawan efek stress jangka panjang, yang dapat mendukung atau memperburuk berbagai masalah kesehatan termasuk depresi, gangguan pencernaan, sakit kepala, tekanan darah tinggi dan insomnia (ACOG, 2006). Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadinya gangguan. Tujuan dari teknik relaksasi adalah mencapai keadaan



relaksasi



menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis, secara kognitif, dan secara behavioral. Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epineprin dan non epineprin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantung (sampai mencapai 24x per menit), penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi napas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperature pada ekstremitas (Rahmayati, 2010). Relaksasi



adalah



intervensi



mandiri



untuk



mengurangi



nyeri,



meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Relaksasi otot rangka diyakini dapat mengurangi rasa sakit dengan relaksasi otot (Smeltzer, 2002) A. TUJUAN 1. Tujuan Umum Penulis mampu melaporkan asuhan keperawatan pada klien yang dilakukan Guided Imagery mengurangi nyeri di ruang IBS RSUD Ungaran. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pasien dengan post laparatomi appendiksitis b. Mampu mengidentifikasi masalah dan analisa data pada pasien dengan



post laparatomi apendiksistis c. Mempu menetapkan tindakan pada klien dengan Guided Imagery pada



pasien post laparatomi apendiksitis d. Mampu memotivasi pasien untuk melakukan Guided Imagery pada pasien post laparatomi apendiksitis



3



e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilakukan



pada klien dengan post laparatomy apendiksitis. B. METODE PENULISAN Metode penulisan makalah ini saya kumpulkan dari referensi yang relevan dari perpustakaan, mecari referensi yang relevant dari internet.



BAB II KONSEP DASAR



4



A. DEFINISI Ada beberapa pengertian mengenai appendicitis, diantaranya yaitu: 1. Appendisitis adalah suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal (Long, Barbara C, 1996). 2. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). 3. Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Brunner dan Sudarth, 2002). 4. Apendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Arif Mansjoer dkk, 2000). 5. Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, 2015). B. ETIOLOGI Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor predisposisi yaitu : 1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena : a. Hiperplasia dari foikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak b. Adanya faekolit dalam lumen apendiks c. Adanya benda asing seperti biji-bijian d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya 2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.Coli dan Streptococcus 3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatanjaringan limpoid pada masa tersebut. 4. Tergantung pada bentuk apendiks : a. Apendiks yang terlalu panjang b. Massa apendiks yang pendek c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen apendiks 5



d. Kelainan katup di pangkal apendiks (Nuzulul, 2009) C. KLASIFIKASI Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yaitu: 1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,



yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah. 2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua. D. PATOFISIOLOGI Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia foikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapdesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu peah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan



6



tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007).



APENDIKS



Hiperplasi folikel limfoid



Benda asing



(Mansjoer, 2014)



Erosi mukosa Fekait Sreiktur apendiks



Tumor



Obstruksi 1.



Mukosa terbendung



2.



Apendiks teregang



3. 4. 5. 6.



Tekanan intraluminal Aliran darah terganggu



Nyeri



Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik nyeri Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri Ajarkan tehnik untuk pernafasa diafragmatik lambat/napas dalam Berikan aktivitas hiburan Observasi TTV Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik



Ulserasi dan invasi bakteri pada dinding apendiks Apendisitis



Ke peritonium



trombosis pd vena intramural



Peritonitis



pembengkakan dan iskemia



7



Perforasi Cemas 1. Evaluasi tingkat ansietas, cacat verbal dan non verbal 2. Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan 3. Jadwalkan istirahat adekuat da periode menghentikan tidur 4. Anjurkan keluarga untuk menemani klien



Defisit self



Pembedahan operasi



Luka insisi



PK Pembeda han



Nyeri



1. Mandikan pasien setiap hari 1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik sampai klien mampu dan laporkan perubahan nyeri dengan melaksanakan sendiri serta tepat cuci rambut dan potong kuku 2. Monitor TTV 2. Ganti pakaian yang kotor 3. Pertahankan istirahat dengan posisi dengan yang bersih 3. Berikan hynege edukasi pada semi fowler 4. Dorong ambulasi dini klien dan keluarga tentang 5. Berikan aktivitas hiburan pentingnya kebersihan diri 6. Kolaborasi tim dokter dalam 4. Berikan pujian pada klien pemberian analgetika tentang kebersihanya keluarga klien E.5. Bimbing MANIFESTASI KLINIK memandikan/menyeka pasien bawah terasa dan biasanya disertai 1. Nyeri kuadaran 6. Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien



2. 3. 4. 5. 6. 7.



1. Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi 2. Anjurkan menggunakan laksatif/pelembek feses ringan bila perlu dan hindari enema 3. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengamati balutan, pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan/pengikat 4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri edema/eritema luka, adanya drainase, demam



Jalan masuk kuman Resiko infeksi



1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada area insisi 2. Monitor TTV, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental 3. Lakukan teknik isolasi untuk enterik, termasuk cuci tangan efektif 4. Pertahankan teknik aseptik ketat pada perawatan luka insisi/terbuka, bersihkan dengan demam ringan, dengan betadine 5. Awasi/batasi pengunjung dan siap kebutuhan 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik dilakukan tekanan



mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik McBurney bila Nyeri tekan lepas dijumpai Terdapat konstipasi atau diare Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau



ureter 8. Pemeriksaan rektal positif jika appendiks berada di ujung pelvis 9. Tanda Rovsing denga melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan 10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertaiabdomen terjadi akibat ileus paralitik 11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks. (Arif Mansjoer dkk, 2000). Nama Pemeriksaan Rovsing’s sign



Tanda dan Gejala Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan 8



Psoas



sign



atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian



Obraztova’s sign



dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif



Obturator sign



jika timbul nyeri pada kanan bawah Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif



Dunphy’s sign



jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah



Ten Horn sign



dengan batuk Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut



Kocher (kosher)’s sign



pada korda spermatic kanan Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau nyeri sekitar perut, kemudian berpindah ke



Sitkovskiy



kuadran kanan bawah Nyeri yang semakin bertambah pada perut



(Rosenstein)’s sign



kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan



Aure-Rozanova’s sign



pada sisi kiri Bertambahnya nyeri denga jari pada petit triangle



Blumberg sign



kanan(akan



positif



Shchetkin-



Bloomberg’s sign) Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba



F. KOMPLIKASI Adapun jenis komplikasi di antaranya: 1. Abses Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah dan daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan beekembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi apabila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum. 2. Perforasi Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat 9



diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5°C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis. 3. Peritononitis Peritononitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.(Arif Mansjoer dkk, 2014). G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.00020.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. 2. Pemeriksaan darah Akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat. 3. Pemeriksaan urine. Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis. 4. Radiologi. Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. 10



5. Abdominal X-Ray Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak. 6. USG Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya. 7. Barium enema. Suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding. 8. Laparoscopi. Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix. (Arif Mansjoer dkk, 2014).



H. PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi penanggulangan konservatif dan operasi 1. Penanggulangan konservatif Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita



11



apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik. 2. Operasi Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendektomi). Penundaan



appendektomi



dengan



pemberian



antibiotik



dapat



mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (menggeluarkan nanah). 3. Pencegahan Tersier Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen. I. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Pre Operasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (jaringan intestinal oleh inflamasi) 2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan







peristaltik 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah 4. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi Post Operasi 1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditimi) 2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan) 3. Defisit self care berhubugan dengan nyeri 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang stimulus



12



13



PRE OPERASI NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL 1. Nyeri akut berhubungan denganSetelah dilakukan asuhan Kaji tingkat nyeri, lokasi danUntuk mengetahui sejauh mana agen injuri biologi (distensikeperawatan, diharapkan nyerikarasteristik nyeri. tingkat nyeri dan merupakan jaringan intestinal oleh inflamasi) klien berkurang dengan kriteria indiaktor secara dini untuk dapat hasil: memberikan tindakan selanjutnya Klien mampu mengontrol nyeri informasi yang tepat dapat (tahu penyebab nyeri, mampu Jelaskan pada pasien tentangmenurunkan tingkat kecemasan menggunakan tehnikpenyebab nyeri pasien dan menambah pengetahuan nonfarmakologi untuk mengurangi pasien tentang nyeri. nyeri, mencari bantuan) napas dalam dapat menghirup Melaporkan bahwa nyeri O2 secara adequate sehingga ototberkurang dengan menggunakan Ajarkan tehnik untuk pernafasanotot menjadi relaksasi sehingga manajemen nyeri diafragmatik lambat / napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri. Tanda vital dalam rentang meningkatkan relaksasi dan dapat normal meningkatkan kemampuan kooping. TD (systole 110-130mmHg, deteksi dini terhadap perkembangan diastole 70-90mmHg), HR(60- Berikan aktivitas hiburan (ngobrolkesehatan pasien. 100x/menit), RR (16-24x/menit),dengan anggota keluarga) sebagai profilaksis untuk dapat 0 suhu (36,5-37,5 C) Observasi tanda-tanda vital menghilangkan rasa nyeri. Klien tampak rileks mampu tidur/istirahat Kolaborasi dengan tim medis dalam



14



2.



3.



pemberian analgetik Perubahan pola eliminasiSetelah dilakukan asuhan Pastikan kebiasaan defekasi klien danmembantu dalam pembentukan (konstipasi) berhubungan dengankeperawatan, diharapkan konstipasigaya hidup sebelumnya. jadwal irigasi efektif penurunan peritaltik. klien teratasi dengan kriteria hasil: Auskultasi bising usus BAB 1-2 kali/hari kembalinya fungsi gastrointestinal Feses lunak mungkin terlambat oleh inflamasi Bising usus 5-30 kali/menit intra peritonial Tinjau ulang pola diet dan jumlah /masukan adekuat dan serat, makanan tipe masukan cairan. kasar memberikan bentuk dan cairan adalah faktor penting dalam menentukan konsistensi feses.



Kekurangan berhubungan muntah.



volume dengan



cairanSetelah dilakukan asuhan Monitor tanda-tanda vital Tanda yang membantu mualkeperawatan diharapkan mengidentifikasikan fluktuasi keseimbangan cairan dapat volume intravaskuler. dipertahankan dengan kriteria hasil: Kaji membrane mukosa, kaji tugorIndicator keadekuatan sirkulasi kelembaban membrane mukosa kulit dan pengisian kapiler. perifer dan hidrasi seluler. turgor kulit baik Awasi masukan dan haluaran, catat Haluaran urin adekuat: 1 cc/kgwarna urine/konsentrasi, berat jenis. Penurunan haluaran urin pekat BB/jam dengan peningkatan berat jenis Tanda-tanda vital dalam batas Auskultasi bising usus, catatdiduga dehidrasi/kebutuhan 15



normal kelancaran flatus, gerakan usus. peningkatan cairan. TD (systole 110-130mmHg, Berikan perawatan mulut seringIndicator kembalinya peristaltic, diastole 70-90mmHg), HR(60-dengan perhatian khusus padakesiapan untuk pemasukan per oral. 100x/menit), RR (16-24x/menit),perlindungan bibir. Dehidrasi mengakibatkan bibir dan 0 suhu (36,5-37,5 C) Pertahankan penghisapan gaster/usus. mulut kering dan pecah-pecah



4.



Cemas berhubungan preoperasi



Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit denganSetelah dilakukan asuhan Evaluasi tingkat ansietas, catat verbalketakutan dapat terjadi karena nyeri keperawatan, diharapkandan non verbal pasien. hebat, penting pada prosedur kecemasab klien berkurang dengan diagnostik dan pembedahan. kriteria hasil: dapat meringankan ansietas terutama Melaporkan ansietas menurun Jelaskan dan persiapkan untukketika pemeriksaan tersebut sampai tingkat teratasi tindakan prosedur sebelum dilakukan melibatkan pembedahan. Tampak rileks membatasi kelemahan, menghemat Jadwalkan istirahat adekuat danenergi dan meningkatkan periode menghentikan tidur. kemampuan koping. Mengurangi kecemasan klien Anjurkan keluarga untuk menemani 16



disamping klien



POST OPERASI NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL 1. Nyeri berhubungan dengan agenSetelah dilakukan asuhan Kaji skala nyeri lokasi, karakteristikBerguna dalam pengawasan dan injuri fisik (luka insisi post operasikeperawatan, diharapkan nyeridan laporkan perubahan nyeri dengankeefesien obat, kemajuan appenditomi). berkurang dengan kriteria hasil: tepat. penyembuhan,perubahan dan Melaporkan nyeri berkurang karakteristik nyeri. Klien tampak rileks Monitor tanda-tanda vital deteksi dini terhadap perkembangan Dapat tidur dengan tepat kesehatan pasien. Tanda-tanda vital dalam batas Menghilangkan tegangan abdomen normal Pertahankan istirahat dengan posisiyang bertambah dengan posisi TD (systole 110-130mmHg,semi powler. terlentang. diastole 70-90mmHg), HR(60Meningkatkan kormolisasi fungsi 100x/menit), RR (16-24x/menit), Dorong ambulasi dini. organ. 0 suhu (36,5-37,5 C) meningkatkan relaksasi. Menghilangkan nyeri. Berikan aktivitas hiburan. Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. 2. Resiko infeksi berhubunganSetelah dilakukan asuhan Kaji adanya tanda-tanda infeksi padaDugaan adanya infeksi dengan tindakan invasif (insisikeperawatan diharapkan infeksiarea insisi 17



post pembedahan).



3.



Defisit self care dengan nyeri.



dapat diatasi dengan kriteria hasil: Monitor tanda-tanda vital. PerhatikanDugaan adanya infeksi/terjadinya Klien bebas dari tanda-tandademam, menggigil, berkeringat,sepsis, abses, peritonitis infeksi perubahan mental mencegah transmisi penyakit virus Menunjukkan kemampuan untuk Lakukan teknik isolasi untuk infeksike orang lain. mencegah timbulnya infeksi enterik, termasuk cuci tangan efektif. Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul) Pertahankan teknik aseptik ketat padamencegah meluas dan membatasi perawatan luka insisi / terbuka,penyebaran organisme infektif / bersihkan dengan betadine. kontaminasi silang. Awasi / batasi pengunjung dan siapmenurunkan resiko terpajan. kebutuhan. Kolaborasi tim medis dalamterapi ditunjukkan pada bakteri pemberian antibiotik anaerob dan hasil aerob gra negatif.



berhubunganSetelah dilakukan asuhan Mandikan pasien setiap hari sampaiAgar badan menjadi segar, keperawatan diharapkan kebersihanklien mampu melaksanakan sendirimelancarkan peredaran darah dan klien dapt dipertahankan denganserta cuci rambut dan potong kukumeningkatkan kesehatan. kriteria hasil: klien. klien bebas dari bau badan Ganti pakaian yang kotor dengan klien tampak bersih yang bersih. Untuk melindungi klien dari kuman ADLs klien dapat mandiri atau dan meningkatkan rasa nyaman dengan bantuan Berikan Hynege Edukasipada klienAgar klien dan keluarga dapat dan keluarganya tentang pentingnyatermotivasi untuk menjaga personal kebersihan diri. hygiene. Berikan pujian pada klien tentangAgar klien merasa tersanjung dan 18



kebersihannya.



lebih kooperatif dalam kebersihan Agar keterampilan dapat diterapkan Bimbing keluarga klien memandikan / menyeka pasien Klien merasa nyaman dengan tenun Bersihkan dan atur posisi serta tempatyang bersih serta mencegah tidur klien. terjadinya infeksi.



4.



Kurang pengetahuan tentangSetelah dilakukan asuhan Kaji ulang pembatasan aktivitasMemberikan informasi pada pasien kondisi prognosis dan kebutuhankeperawatan diharapkanpascaoperasi untuk merencanakan kembali pengobatan b.d kurang informasi. pengetahuan bertambah dengan rutinitas biasa tanpa menimbulkan kriteria hasil: masalah. menyatakan pemahaman proses Anjuran menggunakanMembantu kembali ke fungsi usus penyakit, pengobatan dan laksatif/pelembek feses ringan bilasemula mencegah ngejan saat berpartisipasi dalam programperlu dan hindari enema defekasi pengobatan Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengamati balutan,Pemahaman meningkatkan kerja pembatasan mandi, dan kembali kesama dengan terapi, meningkatkan dokter untuk mengangkatpenyembuhan jahitan/pengikat Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatanUpaya intervensi menurunkan resiko nyeri edema/eritema luka, adanyakomplikasi lambatnya penyembuhan drainase, demam peritonitis.



19



No. 5



Dx Keperawatan DISFUNGSI MOTILITAS USUS



 



Definisi: Peningkatan, penurunan, ketidakefektifan,  atau kurang aktivitas peristaftic didalam system gastrointestinal  



 



NOC NOC Gastrointestinal Function Bowel Continence  Kriteria Hasil :  Tidak ada distensi abdomen Tidak ada kram abdomen  Tidak ada nyeri abdomen  Peristaltic usus dalam batas  normal 15-30x/menit Frekuensi, warna,  konsistensi, banyaknya feses dalam batas normal  Tidak ada darah di feses Tidak ada diare  20



NIC NIC Tube Care Gastrointestinal Monitor TTV Monitor status cairan dan elektrolit Monitor bising usus Monitor irama jantung Catat intake dan output secara akurat Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (membran mukosa kering, sianosis, jaundice) Kelola pemberian suplemen



Rasional



Untuk mengetahui balance cairan



 



Tidak ada mual dan muntah elektrolit sesuai instruksi dokter Nafsu makan meningkat  Kolaborasi dengan ahil gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan  Pasang NGT jika diperlukan  Monitor warna dan konsistensi dari naso gastric output  Monitor diare



   



  



21



Bowel Inkontinence care Untuk mengetahui apakah ada Perkirakan penyebab fisik dan gangguan motilitas usus psikologi dan inkontimemsia fekal Jelaskan penyebab masalah dan rasional dari tindakan Jelaskan tujuan dan managemen bowel pada pasien/keluarga Diskusikan prosedur dan criteria hasil yang diharapkan bersama pasien Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat keluaran feses Cuci area perianal dengan sabun dan air lalu keringkan Jaga kebersihan baju dan tempat tidur



          



22



Lakukan program latihan BAB Monitor efek samping pengobatan Bowel Training Rencanakan program BAB dengan pasien dan pasien yang lain Konsul ke dokter jika pasien memerlukan suppositoria Ajarkan ke pasien/keluarga tentang prinsip latihan BAB Anjurkan pasien untuk cukup minum Jaga privasi klien Kolaborasi pemberian suppositoria jika memungkinkan Evaluasi status BAB secara rutin Modifikasi program BAB jika diperlukan



DAFTAR PUSTAKA Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2014, Jakarta. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2012, Jakarta. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan Gastrointestinal), EGC, Jakarta. Peter, M, Nowschhenson, Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula. Bina Aksara Jakarta Librianty, Nurfanida. (2015). Panduan mandiri melacak penyakit. Lintas Kata: Jakarta Mandell, Douglas, and Bennett’s. (2014). Principles and practice of infectious diseases eight edition volume 1. Elsevier Sunders: Canada Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI



23



BAB III TELAAH JURNAL A. JUDUL Pengaruh Teknik Relaksasi Guided Imagery Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomy di RS DR. Moewardi Surakarta. B. PENELITI Yuntafiur Rosida & Yuli Widyastuti C. TEMPAT PENELITIAN Ruang Mawar di RS DR. Moewardi Surakarta. D. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian one design pre test-post test. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien post operasi laparatomi di Ruang Mawar dengan metode purposive sampling dengan criteria inklusi pasien post operasi laparatomy. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data demografi dan kuesioner skala pengukuran nyeri E. HASIL DAN KESIMPULAN Berdasarkan penelitian terdapat perbedaan tingkat nyeri pasien post operasi laparatomy sebelum dan sesudah dilakukan teknik guided imaginary. Hal ini ditunjukkan dengan nilai nilai t hitung sebesar 7,103 dengan signifikasi (p) sebesar 0,000. Nilai p 1,753) pada signifikan 95%.Dan penurunan intensitas nyeri sesudah dilakukan F.



guided imaginary dari 5,88 menjadi 3,56. LANDASAN TEORI TERKAIT PENERAPAN



EVIDENCE



BASED



NURSING PRACTICE Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, 2015). Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan pengobatan (Peggy Burhenn, MS,2014).



24



Oleh karena itu nyeri perlu penatalaksanaan yang tepat sehingga pasien merasa nyaman, dapat mengontrol nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah Teknik guided imagery merupakan salah satu teknik relaksasi untuk mengurangi



nyeri



yang



fokus



pada



menggambarkan



hal-hal



yang



menyenangkan, melalui teknik menceritakan cerita (story telling) atau deskripsi yang dirancang untuk menunjukkan citra mental (disebut juga dengan teknik visualisasi) untuk menggantikan perasaan negative atau stress dengan suasana yang santai dan menyenangkan (Jacobson, 2016)



OBSTRUKSI I TEKANAN INTRALUMINAL



ULSERASI DAN INFLAMASI PADA APP



LAPARATOMI



G. ANALISA SINTESA JUSTIFIKASI/ALASAN PENERAPAN EVIDENCE



BASED NURSING PRACTICE



NYERI



GUIDED IMAGERY



RELAKSASI FISIOLOGIS, KOGNITIF, BEHAVIORAL



Ventilasi paru dan oksigen darah meningkat



Nyeri berkurang atau teratasi 25 Timbul rasa tenang, relaks, bahagia



H. MEKANISME PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE



Sebelum dilakukan intervensi Guided Imagery pasien dijelaskan prosedurnya dan dimintai persetujuan terlebih dahulu. Setelah setuju pasien dianjurkan untuk tidur telentang atau melakukan posisi yang nyaman setelah itu pasien diminta untuk rileks. Pasien diminta untuk memejamkan mata dan melakukan napas dalam beberapa kali. Sambil dipandu perawat untuk merilekskan semua anggota tubuh khususnya bagian tubuh yang sakit sambil pasien membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau yang bisa membuat pasien nyaman. Teknik ini bisa digunakan sewaktu waktu ketika pasien merasa nyeri.



26



BAB IV RESUME ASKEP PASIEN 1 A. PENGKAJIAN FOKUS 1. IDENTITAS PASIEN a. Identitas Pasien Nama



:Tn. S



Jenis kelamin



: laki laki



Umur



: 40 th



Pendidikan terakhir



: SMA



Agama



: Islam



Suku



: Jawa



Status perkawinan



: kawin



Pekerjaan



:wiraswasta



alamat



: Ungaran



Diagnosa medis



: Apendiksitis post laparatomi



Tanggal operasi



: 10-08-2018



27



b. Identitas penanggungjawab Nama



: Ny. E



Umur



: 35 th



Jenis kelamin



: perempuan



Agama



: Islam



Suku



: jawa



Hubungan dengan pasien



: Ibu



Pendidikan terakhir



: SD



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Ungaran



2. Status kesehatan a. Keluhan Utama Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah. b. Status kesehatan saat ini Sebelum operasi pasien mengatakan perutnya terasa sakit sudah selama seminggu. Sakit dirasakan bagian perut kanan bawah terasa nyeri seperti di tusuk dengan skala 4 dan berlangsung kadangkadang..TD = 130/80 mmHg HR= 80 x/menit RR= 20 x/menit. Bising usus 5x/menit. Setelah operasi pasien mengatakan perutnya kembung, pasien mengatakan perutnya tidak nyaman dan merasa nyeri, waktu terjadinya nyeri hilang timbul. Skala nyeri 3 TD = 120/80 mmHg HR= c.



80 x/menit RR= 20 x/menit. Bising usus 4x/menit. Status kesehatan masa lalu Pasien sebelumnya belum pernah menderita penyakit seperti apendiksitis. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM maupun asma.



3. Pengkajian pola fungsi fokus dan perubahan fisik a. Neurosensori dan kognitif 28



Gejala



:



adanya



nyeri



(P



nyeri



bertambah



bila



dipakai



bergerak/aktifitas, nyeri berkurang bila pasien rileks, Q rasanya ditusuk tusuk, R di perut kanan bawah, S : 3, T hilang timbul). Tanda : composmentis, GCS E4M6V5, pasien tampak meringis, TD= 130/80, HR:95x per menit, RR: 26x/menit, SpO2: 99% b. Aktivitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan. Kemampuan pasien pre operasi seperti duduk bisa mandiri, perawatan diri seperti mandi mandiri, untuk makan dan minum pasien bisa melakukan sendiri, Untuk berpakaian pasien bisa melakukan sendiri. Untuk berpindah tempat dan berjalan pasien bisa sendiri. Untuk toileting (BAK) pasien bisa melakukan mandiri dan untuk BAB pasien masih bisa melakukan sendiri. Saat ini pasien dalam keadaan post operasi laparatomi apendiksitis. Post spinal anestesi. Untuk aktivitas masih dalam pemulihan, bila sampai di ruangan pasien boleh beraktivitas bertahap. Ku : baik, Kes: Cm. TD: 130/80 mmhg, N: 80x per menit, S: 36.5 C, RR: 20x/menit. c. Keamanan Pasien tidak memiliki gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, pasien juga tidak mempunyai alergi makanan maupun obat obatan. Pasien tidak memiliki riwayat tranfusi darah dan riwayat penyakit seksual. Pasien tidak memiliki riwayat kejang. Pasien tidak mempunyai riwayat cidera karena trauma jatuh. Suhu 37oC, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 kali/mnt, pernafasan 20 kali/mnt Integritas jaringan : ada luka tertutup kasa di bagian perut kanan bawah, jahitan rapat, tampak bersih, tidak rembes, tidak ada edema, tidak ada pus, Pasien terpasang infus. 4. DATA PENUNJANG a. Laboratorium Kimia klinik tgl 08-07-18 Ureum 35 mg/dl Creatinin 1.15 mg/dl Kimia klinik tgl 08-07-18 Magnesium 0.95 mmol/L Calcium` 2.26mmol/L 29



15-39 0.6-1.30 0.74-0.99 2.12-2.52



Natrium Kalium Chloride Hematologi tgl 08-07-18 Hemoglobin Leukosit Trombosit



138 mmol/L 4.7 mmol/ L 104 mmol/L



136-145 3.5-5.1 98-107



14.00g/dl 10.7. 10.^3/ul 170. 10^3/Ul



13.00-16.00 3.8-10.6 150-400



Kimia klinik tgl 08-07-18 Albumin 3.8 g/dl Cholesterol total 187 mg/dl Asam urat 4.8 mg/dl Kimia klinik tgl 08-07-18 Glukosa sewaktu 150 mg/dl HBsAg -/neg



3.4-5.0 38C e. Diit Cair 2 bertahap.



5. Analisa data Hari/t gl



Data subjektif dan objektif



30



Masalah



Etiologi



Ttd



Selasa, DS : pasien mengatakan nyeri pada 10-07perut bagian kanan bawah 2018 P nyeri bertambah saat bergerak/aktifitas, nyeri berkurang saat pasien rileks, Q ditusuk tusuk, R hidung, S 3, T hilang timbul. DO : 1. TD 130/80 mmHg, N 98 x/mnt, S 36,6 oC, RR 20 x/mnt 2. Tampak kesakitan 3. Hasil usg tgl 08-07-18 desember 2018 : apendiksitis



Selasa, DS: pasien mengatakan telah 10-07- dilakukan operasi post laparatomi 2018 apendiksitis DO: tampak luka post operasi: bersih, tidak rembes. Luka tidak ada pus. Jahitan rapat Leukosit: 10.7 10^3 (3.8-10.6), TD 130/80 mmHg, N 98 x/mnt, S 36,6 oC, RR 20 x/mnt



nuel



Nyeri akut ( nanda kode 00132)



Resiko infeksi (nanda kode 00004)



Agen injuri (fisik)



prosedur invasive



B. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ( nanda kode 00132)



2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (nanda kode 00004)



C. Pathways keperawatan kasus



obstruksi inflamasi ulseratif apendik 31



Nuel



laparatomi luka post op nyeri akut luka post operasi resiko infeksi



D. Fokus intervensi Tgl/jam 10-0718 Jam 10.00



Diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ( nanda kode 00132)



Tujuan dan kriteria Intervensi Ttd hasil (NOC) keperawatan(NIC) Setelah dilakukan Manajemen nyeri Nuel asuhan keperawatan 1. Lakukan selama 1x 1 jam klien pengkajian nyeri dapat menunjukkan secara kontrol nyeri dengan komprehensif kriteria hasil : 2. Gunakan teknik 1. Klien mampu komunikasi terapeutik untuk menggunakan mengetahui tindakan pengalaman nyeri pengurangan nyeri dan sampaikan tanpa analgesic penerimaan pasien skala 5 (secara terhadap nyeri. konsisten 3. Ajarkan tentang menunjukkan) teknik non 2. Klien mampu farmakologik melaporkan nyeri ( Guided Imagery) yang terkontrol



32



Tgl/jam



10-072018 Jam 10.00



Diagnosa keperawatan



Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (nanda kode 00004)



Tujuan dan kriteria hasil (NOC) skala 5 (secara konsisten menunjukkan)



Intervensi Ttd keperawatan(NIC) 4. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.



Setelah dilakukan A. Perlindungan Nuel asuhan keperawatan infeksi selama 1x1 jam tidak 1. Monitor tanda dan terjadi infeksi dengan gejala infeksi kriteria hasil: 2. Motivasi tingkatkan 1. Cairan (luka) asupan nutrisi yang yang berbau cukup busuk skala 5 3. Anjurkan istirahat (tidak ada) B. Perawatan luka 2. Demam skala 5 1. Monitor ( tidak ada) karakteristik luka 3. peningkatan 2. Lakukan perawatan leukosit skala 5 luka yang tepat ( tidak ada)



C. Control infeksi 1. Kolaborasi pemberian antibiotic yang tepat



33



RESUME ASKEP PASIEN KE 2 A. PENGKAJIAN FOKUS 1. IDENTITAS a. Identitas Pasien Nama



:Tn. E



Jenis kelamin



: laki laki



Umur



: 27 th



Pendidikan terakhir



: SMA



Agama



: Islam



Suku



: Jawa



34



Status perkawinan



: kawin



Pekerjaan



:wiraswasta



alamat



: Langen Sari Rt 01/I Ungaran Barat



Diagnosa medis



: fraktur Os Nasal post reposisi



Tanggal operasi



: 30-07-2018



b. Identitas penanggungjawab Nama



: Tn. S



Umur



: 55 th



Jenis kelamin



: laki laki



Agama



: Islam



Suku



: jawa



Hubungan dengan pasien



: Ayah



Pendidikan terakhir



: SD



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Ungaran



2. Status kesehatan a. Keluhan Utama nyeri pada hidung pada luka post reposisi. b. Status kesehatan saat ini Sekitar 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien terjatuh dari kamar mandi. Saat jatuh hidung terbentur dengan kamar mandi. Terjadi mimisan. c. Status kesehatan masa lalu Pasien sebelumnya belum pernah menderita penyakit seperti fraktur. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM maupun asma. 3. Pengkajian pola fungsi fokus dan perubahan fisik 35



a. Neurosensori dan kognitif Gejala : adanya nyeri



(P



nyeri



bertambah



bila



dipakai



bergerak/aktifitas, nyeri berkurang bila pasien rileks, Q rasanya cekot cekot, R di hidung, S : 3, T hilang timbul). Tanda : composmentis, GCS E4M6V5, pasien tampak meringis, TD= 130/80, HR:95x per menit, RR: 26x/menit, SpO2: 99% b. Aktivitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan. Kemampuan pasien pre operasi seperti duduk bisa mandiri, perawatan diri seperti mandi mandiri, untuk makan dan minum pasien bisa melakukan sendiri, Untuk berpakaian pasien bisa melakukan sendiri. Untuk berpindah tempat dan berjalan pasien bisa sendiri. Untuk toileting (BAK) pasien bisa melakukan mandiri dan untuk BAB pasien masih bisa melakukan sendiri. Saat ini pasien dalam keadaan post operasi reposisi fraktur nasal. Post General anestesi. Untuk aktivitas masih dalam pemulihan, bila sampai di ruangan pasien boleh beraktivitas bertahap. Ku : baik, Kes: Cm. TD: 130/80 mmhg, N: 80x per menit, S: 36.5 C, RR: 20x/menit. c. Keamanan Pasien tidak memiliki gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, pasien juga tidak mempunyai alergi makanan maupun obat obatan. Pasien tidak memiliki riwayat tranfusi darah dan riwayat penyakit seksual. Pasien tidak memiliki riwayat kejang. Pasien tidak mempunyai riwayat cidera karena trauma jatuh. Suhu 37oC, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 kali/mnt, pernafasan 20 kali/mnt Integritas jaringan : ada luka tertutup post reposisi os nasal , terdapat tampon di hidung, tampak bersih, tidak rembes, tidak ada edema, tidak ada pus, Pasien terpasang infus. 4. DATA PENUNJANG f. Laboratorium Kimia klinik tgl 28-07-18 Ureum 32 mg/dl Creatinin 1.15 mg/dl 36



15-39 0.6-1.30



Kimia klinik tgl 28-07-18 Magnesium 0.90 mmol/L Calcium` 2.28mmol/L Natrium 136 mmol/L Kalium 4.2 mmol/ L Chloride 105 mmol/L Hematologi tgl 28-07-18 Hemoglobin 13.00g/dl Leukosit 10.3. 10.^3/ul Trombosit 169. 10^3/Ul Kimia klinik tgl 28-07-18 Albumin 3.6 g/dl Cholesterol total 188 mg/dl Asam urat 4.4 mg/dl Kimia klinik tgl 28-07-18 Glukosa sewaktu 115 mg/dl HBsAg -/neg



0.74-0.99 2.12-2.52 136-145 3.5-5.1 98-107 13.00-16.00 3.8-10.6 150-400 3.4-5.0 38C j. Diit Nasi TKTP



37



5. Analisa data Hari/ Data subjektif dan objektif tgl Sabtu, DS : pasien mengatakan nyeri pada 30hidung pada luka post reposisi 07fraktur os nasal 2018 P nyeri bertambah saat bergerak/aktifitas, nyeri berkurang saat pasien rileks, Q cekot – cekot, R hidung, S 3, T hilang timbul. DO : 4. TD 130/80 mmHg, N 98 x/mnt, S 36,6 oC, RR 20 x/mnt 5. Tampak sedikit kesakitan 6. Hasi foto nasal tgl 28-07-18 desember 2018 : fraktur os nasal multiple Senin, 30072018



Masalah



Etiologi



Ttd nuel



Nyeri akut ( nanda kode 00132)



DS: pasien mengatakan telah Resiko infeksi dilakukan operasi post reposisi (nanda kode fraktur os nasal 00004) DO: tampak tampon luka post operasi : bersih, tidak rembes. Luka tidak ada pus. Leukosit: 10.3 10^3 (3.8-10.6), TD 130/80 mmHg, N 98 x/mnt, S 36,6 oC, RR 20 x/mnt



Agen injuri (fisik)



prosedur invasive



Nuel



B. Diagnosa keperawatan



1. Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik ( nanda kode 00132) 2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (nanda kode 00004)



C. Pathways keperawatan kasus



38



trauma langsung fraktur os nasal Reposisi/ ORIF Luka post op nyeri akut laserasi kulit resiko infeksi



D. Fokus intervensi



39



Tgl/jam 30-0718 Jam 09.00



30-072018 Jam 09.00



Diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ( nanda kode 00132)



Tujuan dan kriteria Intervensi Ttd hasil (NOC) keperawatan(NIC) Setelah dilakukan Manajemen nyeri Nuel asuhan keperawatan 5. Lakukan selama 1x 1 jam klien pengkajian nyeri dapat menunjukkan secara kontrol nyeri dengan komprehensif kriteria hasil : 6. Gunakan teknik 3. Klien mampu komunikasi terapeutik untuk menggunakan mengetahui tindakan pengalaman nyeri pengurangan nyeri dan sampaikan tanpa analgesic penerimaan pasien skala 5 (secara terhadap nyeri. konsisten 7. Ajarkan tentang menunjukkan) teknik non 4. Klien mampu farmakologik melaporkan nyeri ( Guided Imagery) yang terkontrol 8. Dukung skala 5 (secara istirahat/tidur konsisten yang adekuat menunjukkan) untuk membantu penurunan nyeri.



Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (nanda kode 00004)



Setelah dilakukan D. Perlindungan Nuel asuhan keperawatan infeksi selama 1x1 jam tidak 4. Monitor tanda dan terjadi infeksi dengan gejala infeksi kriteria hasil: 5. Motivasi tingkatkan 4. Cairan (luka) asupan nutrisi yang yang berbau cukup busuk skala 5 6. Anjurkan istirahat (tidak ada) E. Perawatan luka 5. Demam skala 5 3. Monitor ( tidak ada) karakteristik luka 6. peningkatan 4. Lakukan perawatan leukosit skala 5 luka yang tepat ( tidak ada)



F. Control infeksi 2. Kolaborasi pemberian 40



Tgl/jam



Diagnosa keperawatan



Tujuan dan kriteria hasil (NOC)



Intervensi Ttd keperawatan(NIC) antibiotic yang tepat



BAB V APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET PASIEN 1



41



A. IDENTITAS 1. Identitas a) Identitas Pasien Nama



:Tn. S



Jenis kelamin



: laki laki



Umur



: 40 th



Pendidikan terakhir



: SMA



Agama



: Islam



Suku



: Jawa



Status perkawinan



: kawin



Pekerjaan



:wiraswasta



alamat



: Ungaran



Diagnosa medis



: fraktur os nasal



Tanggal masuk



: 07-07-2018



Tanggal operasi laparatomi



:10-07-2018



B. DATA FOKUS PASIEN Hari/t



Data subjektif dan objektif



42



Masalah



Etiologi



Ttd



gl Selasa, DS : pasien mengatakan nyeri pada 10-07perut kanan bawah post 2018 laparatomi. P nyeri bertambah saat bergerak/aktifitas, nyeri berkurang saat pasien rileks, Q ditusuk-tusuk, R: perut bagian kanan bawah, S : 3, T hilang timbul. DO : 1. TD 130/80 mmHg, N 98 x/mnt, S 36,6 oC, RR 20 x/mnt 2. Tampak sedikit kesakitan 3. Hasil usg tgl 28-06-2018 : apendiksitis



nuel



Nyeri akut ( nanda kode 00132)



Agen injuri (fisik)



C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence based nursing practice Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (post op laparatomi apendiktomi) D. Evidence based nursing practice yang diterapkan Aplikasi Guided Imagery untuk Penatalaksanaan Nyeri Ringan pada Klien Tn. S dengan post laparatomi apendiktomi di ruang IBS RSUD Ungaran. E. Mekanisme Penerapan Evidence Based Nursing Practice Sebelum dilakukan intervensi Guided Imagery pasien dijelaskan prosedurnya dan dimintai persetujuan terlebih dahulu. Setelah setuju pasien dianjurkan untuk tidur telentang atau melakukan posisi yang nyaman setelah itu pasien diminta untuk rileks. Pasien diminta untuk memejamkan mata dan melakukan napas dalam beberapa kali. Sambil dipandu perawat untuk merilekskan semua anggota tubuh khususnya bagian tubuh yang sakit sambil pasien membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau yang bisa membuat pasien nyaman. Teknik ini bisa digunakan sewaktu waktu ketika pasien merasa nyeri. Dokumentasi tindakan ini dilakukan dengan foto dan video.



APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET 43



PASIEN 2 A. IDENTITAS 1. Identitas a) Identitas Pasien Nama



:Tn. E



Jenis kelamin



: laki laki



Umur



: 27 th



Pendidikan terakhir



: SMA



Agama



: Islam



Suku



: Jawa



Status perkawinan



: kawin



Pekerjaan



:wiraswasta



alamat



: LangenSari Ungaran Barat



Diagnosa medis



: fraktur os nasal



Tanggal masuk



: 28-07-2018



Tanggal operasi reorif



:30-07-2018



B. DATA FOKUS PASIEN Hari/ tgl



Data subjektif dan objektif



44



Masalah



Etiologi



Ttd



Sabtu, DS : pasien mengatakan nyeri pada 30hidung post reposisi fraktur os 07nasal 2018 P nyeri bertambah saat bergerak/aktifitas, nyeri berkurang saat pasien rileks, Q cekot – cekot, R: hidung, Nyeri akut ( nanda S : 3, T hilang timbul. kode 00132) DO : 4. TD 130/80 mmHg, N 98 x/mnt, S 36,6 oC, RR 20 x/mnt 5. Tampak sedikit kesakitan 6. Hasi foto nasal tgl 28-062018 : fraktur os nasal multiple



nuel



Agen injuri (fisik)



C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence based nursing practice Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (post op reposisi fraktur os nasal) D. Evidence based nursing practice yang diterapkan Aplikasi Guided Imagery untuk Penatalaksanaan Nyeri Ringan pada Klien Tn. E dengan fraktur os nasal Post Reposisi di ruang IBS RSUD Ungaran. E. Mekanisme Penerapan Evidence Based Nursing Practice Sebelum dilakukan intervensi Guided Imagery pasien dijelaskan prosedurnya dan dimintai persetujuan terlebih dahulu. Setelah setuju pasien dianjurkan untuk tidur telentang atau melakukan posisi yang nyaman setelah itu pasien diminta untuk rileks. Pasien diminta untuk memejamkan mata dan melakukan napas dalam beberapa kali. Sambil dipandu perawat untuk merilekskan semua anggota tubuh khususnya bagian tubuh yang sakit sambil pasien membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau yang bisa membuat pasien nyaman. Teknik ini bisa digunakan sewaktu waktu ketika pasien merasa nyeri.



45



BAB VI PEMBAHASAN



46



A. Justifikasi pemilihan tindakan berdasarkan evidence based nursing



practice Aplikasi Guided Imagery sangat aman karena tidak mempunyai efek samping seperti halnya pemberian analgetik yang mempunyai beberapa efek samping seperti nyeri lambung, dsb. aplikasi guided imagery relaksasi sangat mudah untuk diajarkan perawat kepada klien karena hanya membutuhkan pikiran yang rileks dan meminta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Teknik ini tidak membutuhkan biaya sama sekali dan teknik ini bisa dilakukan oleh klien secara mandiri untuk mengontrol nyeri saat nyeri muncul kembali. B. Hasil yang dicapai Pasien 1 dan pasien ke 2 respon fisiologisnya meningkat, yang semula nyeri, tampak meringis kesakitan, pasien yang tampak tegang. Setelah dilakukan guided imagery pasien tidak mengeluh kesakitan lagi, pasien tampak tenang, pasien sudah bisa tidur dengan tenang dan berkualitas. C. Kelebihan dan kekurangan atau hambatan yang ditemui selama aplikasi



evidence based nursing practice 1. Kelebihan : aplikasi guided imagery relaksasi sangat mudah untuk diajarkan perawat kepada klien karena hanya membutuhkan pikiran yang rileks



dan



meminta



klien



untuk



membayangkan



hal-hal



yang



menyenangkan. Teknik ini tidak membutuhkan biaya sama sekali dan teknik ini bisa dilakukan oleh klien secara mandiri untuk mengontrol nyeri saat nyeri muncul kembali. 2. Kekurangan : teknik ini tidak bisa digunakan pada pasien dengan kasus penurunan kesadaran karena teknik ini membutuhkan kontrol pikiran yang relaks dan fokus untuk mengurangi rasa sakit. 3. Hambatan : kadang kadang saat pasien mempraktekkan guided imagery klien tidak fokus pada pikirannya.



47



BAB VII PENUTUP A. Simpulan Teknik guided imagery merupakan salah satu teknik relaksasi yang fokus pada



menggambarkan



hal-hal



yang



menyenangkan,



melalui



teknik



menceritakan cerita (story telling) atau deskripsi yang dirancang untuk menunjukkan citra mental (disebut juga dengan teknik visualisasi) untuk menggantikan perasaan negative atau stress dengan suasana yang santai dan menyenangkan. Klien Tn. S yang semula merasakan nyeri pada perut post operasi laparatomi dengan skala nyeri 3 dan Tn. E yang semula merasakan nyeri pada hidung post reposisi fraktur os hidung dengan skala nyeri 3. Setelah menggunakan teknik Guided imagery relaksasi dalam 1 jam nyeri sudah tidak dirasakan kembali. Selain itu Guided Imagery mudah untuk diajarkan oleh perawat dan mudah dilakukan oleh klien secara mandiri bila



48



klien



mengeluhkan



nyeri



muncul



kembali.



Guided



imagery



tidak



membutuhkan biaya sama sekali hanya membutuhkan pikiran yang fokus untuk menggambarkan hal-hal yang menyenangkan. B. Saran Perawat sebaiknya mengintegrasikan aplikasi Guided Imagery sebagai salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan pada pasien paska operasi dengan skala nyeri ringan.



DAFTAR PUSTAKA 1. Gloria F. Antal; Denise Kresevic.(2004). The Use of Guided Imagery to Manage Pain in an Elderly Orthopaedic Population. : Orthopedic Nursing 2. Ann F. Jacobson; Wendy A Umberger.(2016).Guided Imagery for Total Knee Replacement : A Randomized, Placebo-Controlled Pilot Study: the journal of alternative and complementary medicine 3. Carpenter, Justin J; Virginia M. (2017).guided imagery for pain management in postoperative orthopedic patients:An Integrative literature review 4. Peggy Burhenn, MS.(2014).Guided Imagery for pain control: clinical journal of oncology nursing 5. Yuntafiur Rosida dan Yuli Widyastuti. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Di RS Dr. Moewardi Surakarta.:Jurnal Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.



49