Print Bab5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

59



pembelajaran interaktif, serta untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1. Analisis Deskriptif Data Kemampuan Berpikir Kritis Adapun presentase hasil kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disajikan dalam diagram 4.1: Diagram 4. 1 Presentase Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 1



2



3



4



5



Kelas Eksperimen



6



7



8



9



10



Kelas Kontrol



Keterangan: Nomor Soal 1 dan 3



= Indikator kemampuan berpikir kritis memberikan



Nomor Soal 2



penjelasan sederhana = Indikator kemampuan berpikir kritis membangun



Nomor Soal 4 dan 7



keterampilan dasar = Indikator kemampuan berpikir kritis memberikan



Nomor Soal 5, 6 dan 8 Nomor Soal 9 dan 10



penjelasan lanjut = Indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan = Indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik



Berdasarkan perhitungan presentase pretest, diantaranya sebagai berikut:



60



a. Soal nomor 1 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 40% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 35% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan data di atas kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana lebih baik dari pada kelas kontrol, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam kategori kurang. b. Soal nomor 2 dengan indikator kemampuan berpikir kritis membangun keterampilan dasar memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 27% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 30% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis membangun keterampilan dasar lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam kategori kurang. c. Soal nomor 3 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen 28% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 31% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam kategori kurang. d. Soal nomor 4 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan lanjut memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 24% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 29% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan lanjut lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kategori yang dimiliki kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam kategori kurang.



61



e. Soal nomor 5 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 23% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 24% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam kategori kurang. f. Soal nomor 6 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 16% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 22% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik dari pada kelas eksperimen yang dapat dilihat pada nilai yang diperoleh dan kategori yang dimiliki oleh kedua kelas yang berbeda yaitu kelas kontrol memiliki kategori kurang sedangkan kelas eksperimen memiliki kategori sangat kurang. g. Soal nomor 7 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan lanjut memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 15% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 20% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan lanjut lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yitu termasuk ke dalam kategori sangat kurang. h. Soal nomor 8 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 9% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 15% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kedua kelas memiliki kategori yang sama yaitu termasuk ke dalam kategori sangat kurang.



62



i. Soal nomor 9 dengan indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 8% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 15% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam kategori sangat kurang. j. Soal nomor 10 dengan indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 10% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 20% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kedua kelas memiliki kategori yang sama yaitu termasuk ke dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang hampir sama. Hal ini dapat dilihat dari data yang telah dihitung dan kategori yang dimiliki masing-masing indikator kemampuan berpikir kemampuan berpikir kritis siswa yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini yang menjadi pertimbangan diambilnya kelas XI-IPS 1 dan kelas XI-IPS 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.1 dan lampiran E.3. Selain kemampuan awal (pretest) yang telah dihitung dan di analisis, berikut ini presentase nilai posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran interaktif yang disajikan di dalam diagram 4.2: Diagram 4. 2 Presentase Nilai Posttest Kemampuan Berpikir Kritis



63



120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 1



2



3



4



5



Kelas Eksperimen



6



7



8



9



10



Kelas Kontrol



Keterangan: Nomor Soal 1 dan 3



= Indikator kemampuan berpikir kritis memberikan



Nomor Soal 2



penjelasan sederhana = Indikator kemampuan berpikir kritis membangun



Nomor Soal 4 dan 7



keterampilan dasar = Indikator kemampuan berpikir kritis memberikan



Nomor Soal 5, 6 dan 8 Nomor Soal 9 dan 10



penjelasan lanjut = Indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan = Indikator kemampuan berpikir kritis mengatur



strategi dan teknik Berdasarkan perhitungan presentase posttest, diantaranya sebagai berikut: a. Soal nomor 1 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 92% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas kontrol sebesar 93% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kedua kelas memiliki kategori yang sama yaitu kategori sangat baik. b. Soal nomor 2 dengan indikator kemampuan berpikir kritis membangun keterampilan dasar memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 34% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk



64



kelas kontrol sebesar 30% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis membangun keterampilan dasar lebih baik dari pada kelas kontrol, tetapi kedua kelas termasuk ke dalam kategori yang sama yaitu kategori kurang. c. Soal nomor 3 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 68% yang termasuk ke dalam kategori baik dan untuk kelas kontrol sebesar 58% yang termasuk ke dalam kategori cukup. Berdasarkan perhitungan data kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana yang lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki oleh kelas eksperimen lebih baik yaitu termasuk ke dalam kategori baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori cukup. d. Soal nomor 4 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan lanjut memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 74% yang termasuk ke dalam kategori baik dan untuk kelas kontrol sebesar 42% yang termasuk ke dalam kategori cukup. Berdasarkan perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan lanjut lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki oleh kelas eksperimen lebih baik dari pada yaitu termasuk ke dalam kategori baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori cukup. e. Soal nomor 5 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen 100% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas kontrol sebesar 91% yang termasuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam kategori sangat baik. f. Soal nomor 6 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen 99% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas kontrol sebesar 88%



65



yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Berdasarkan perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik dari pada kelas kontrol, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam kategori sangat baik. g. Soal nomor 7 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan penjelasan lanjut memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen 78% yang termasuk ke dalam kategori baik dan untuk kelas kontrol sebesar 35% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan



kelas



eksperimen



memiliki



kemampuan



berpikir



kritis



memberikan penjelasan lanjut lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki kelas eksperimen lebih baik yaitu termasuk ke dalam kategori baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori kurang. h. Soal nomor 8 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen 77% yang termasuk ke dalam kategori baik dan untuk kelas kontrol sebesar 40% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki kelas eksperimen lebih baik yaitu termasuk ke dalam kategori baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori kurang. i. Soal nomor 9 dengan indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 83% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas kontrol sebesar 43% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki kelas eksperimen lebih baik yaitu termasuk ke dalam kategori baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori kurang. j. Soal nomor 10 dengan indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 92% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas kotrol sebesar 79% yang termasuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan



66



perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis mengatur strategi dan teknik lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki kelas eksperimen lebih baik yaitu termasuk ke dalam kategori sangat baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa prosentase nilai posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari data yang telah dihitung dan kategori yang dimiliki oleh kelas eksperimen banyak yang lebih baik dari pada kelas kontrol. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran E.2 dan lampiran E.4. Data posttest kemampuan berpikir kritis siswa digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan



treatment. Hasil data



posttestkemampuan berpikir kritis pada materi Sumpah Pemuda dan Jati Diri Keindonesiaan di kelas eksperimen diolah dengan cara manual di Ms. Excel sehingga diperoleh perhitungan banyak siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, ratarata, rentang, simpangan baku dan varian. Hasil analisis data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4. 1 Statistik Dekriptif Nilai Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Statistika Banyak Siswa (n) Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata (´x ) Rentang Simpangan Baku (s) Varians (s2)



Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 36 36 50 35 90 85 79 54,8 40 50 77,77 53,04 6.048,51 2.813,01



Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan jumlah 36 siswa siswa pada saat posttestdi kelas eksperimen memperoleh rata-rata sebesar 79 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Sedangkan di kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 54,6 dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 85. Data posttestyang diperoleh berdistribusi normal dan tidak homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.1. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan pada diagram 4.3 terlihat perbedaan yang signifikan dari dua kelas yang telah diberikan perlakuan yang



67



berbeda dengan melihat nilai rata-rata. Data tes kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran sejarah kelas eksperimen lebih baik dari pada kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran sejarah di kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran F.1. Adapun nilai rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada diagram di bawah ini: Diagram 4. 3 Nilai Rata-Rata Posttest Kemampuan Berpikir Kritis 90 80 70



79



60 54.8



50 40 30 20 10 0 Kelas Eksperimen



Kelas Kontrol



Diagram di atas menunjukkan nilai rata-rata posttest pada tes kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning sebesar 79 termasuk ke dalam kategori baik dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran interaktif sebesar 54,8 termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan pada diagram 4.3 di atas tampak nilai rata-rata posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi dari pada nilai rata-rata posttest kemampuan berpikir kritis kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran interaktif yaitu kelas eksperimen sebesar 79 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 54,8. Selain itu kategori yang dimiliki oleh ke dua kelas sangatlah berbeda yaitu untuk kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning termasuk ke dalam kategori baik sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran interaktif termasuk ke dalam kategori kurang.



68



2. Analisis Statistik Inferensial Data Posttest 1) Uji Prasyarat 1) Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas tersebut dilakukan dengan uji chi kuadrat. Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05 dan dk = k – 1 (k adalah banyaknya kelas interval). Setelah dihitung chi kuadrat tahap selanjutnya adalah membandingkan harga x 2hitung dengan x 2tabel. Jika x 2hitung ≤ x 2tabel maka data berdistribusi normal Jika x 2hitung ≥ x 2tabel maka data tidak berdistribusi normal Berikut ini adalah data uji normalitas pretest untuk kelas eksperimen yaitu sebagai berikut: Tabel 4. 2 Data Uji Normalitas Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Jenis Uji



Kelas Eksperime n Kontrol



Chi kuadrat



Statistika (α = 0,05 dan dk = 5) x 2hitung x 2tabel -126,28



12,592



-143,52



12,592



Simpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal



Berdasarkan tabel uji normalitas posttest kelas eksperimen x 2hitung lebih kecil x 2tabel yaitu −126,28 ≤12,592, sehingga data posttest kelas eksperimen dapat dikatakan berdistribusi normal. Sedangkan kelas kontrol memiliki nilai x 2hitung lebih kecil dari x 2tabel yaitu −143,52 ≤12,592, sehingga data posttest kelas kontrol dapat dikatakan berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran F.1.



2) Uji Homogenitas



69



Setelah data di uji dengan uji normalitas, langkah selanjutnya adalah uji homogenitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui data kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang sama atau tidak dengan menggunkan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berasal dari populasi yang homogen atau tidak, dengan membandingkan f hitung dan f tabel. Jika f hitung ≤ f tabel , maka data homogen Jika f hitung ≥ f tabel , maka data tidak homogen Tabel 4. 3 Data Uji Homogen PosttestKemampuan Berpikir Kritis Jenis Uji Uji-f



Statistika f hitung =2,15 f tabel =1,7571



Simpulan Tidak Homogen



Berdasarkan data uji homogenitas posttestyang terdapat pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa f hitung ≥ f tabel yaitu 2,15 ≥1,7571 sehingga dapat dikatakan data posttest berasal dari populasi yang tidak homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.1. 2) Uji Statistika Parametris Setelah diketahui bahwa data posttest kelas eksperimen dan kontrol berasal dari data yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen. Untuk membandingkan hasil posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan uji perbedaan rata-rata (uji t’) dua pihak dengan α = 0,05. Adapun bentuk hipotesis uji perbedaan rata-rata (uji t’) dua pihak adalah sebagai berikut: H0 :



Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis awal siswa kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran interaktif kelas kontrol



Ha :



pada mata pelajaran Sejarah Kelas XI di SMAN 8 Kota Serang Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis awal siswa kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran interaktif kelas kontrol



pada mata pelajaran Sejarah Kelas XI di SMAN 8 Kota Serang Hipotesis Statistika H0 : µ1=µ 2 Ha : µ1 ≠ µ 2



70



Dengan kriteria pengujian: −t tabel ≤t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima t hitung > t tabel atau t hitung