Program Kerja PPI 2022 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROGRAM KERJA KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) MURNI TEGUH TUBAN BALI TAHUN 2022 I.



PENDAHULUAN Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda yang dibahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi Negara. Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan. Ruang lingkup program PPI meliputi Kewaspadaan Isolasi, penerapan PPI terkait pelayanan kesehtan (Health Care Associated Infections/HAIs) berupa langkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinga HAIs (bundles), surveilans HAIs, pendidikan dan pelatihan serta penggunaan anti mikroba yang bijak. Disamping itu, dilakukan monitoring melalui Infection Control Risk Assesment (ICRA), audit dan monitoring secara berkala. Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan sangat penting bila terlebih dahulu petugas memahami konsep dasar penyakit infeksi agar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas sehingga dapat melindungi masyarakat dan mewujudkan patient safety. Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit (HealthcareAssociated Infections/HAIs). Untuk memastikan adanya infeksi terkait pelayanan kesehatan (Healthcare-Associated



Infections/HAIs)



serta



menyusun



strategi



pencegahan



dan



pengendalian infeksi dibutuhkan pengertian infeksi, infeksi terkait pelayanan kesehatan (Healthcare-Associated Infections/HAIs), rantai penularan infeksi, jenis HAIs dan factor risikonya. 1. Infeksi merupakan sesuatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care 1



Associated Infections/HAIs) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. 2. Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi. Kejadian infeksi dipelayanan kesehatan dapat disebabkab oileh 6 komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus atau dihilangkan, maka penularan infeksoi dapat dicegah atau dihentikan. 3. Jenis dan Faktor Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan atau Health Care Associated Infections/HAIs meliputi : a. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) b. Infeksi Aliran Darah (IAD) c. Infeksi Saluran Kemih (ISK) d. Infeksi Daerah Operasi (IDO) Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) adalah tenaga praktisi atau profesional, yang bekerja khusus dibidang infeksi atau berhubungan dengan infeksi yang terjadi akibat pemberian pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun dipelayanan kesehatan lain. IPCN merupakan motor dari pencegahan dan pengendalian infeksi terkait patient safety. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, untuk Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki kapasitas tempat tidur kurang dari 100 harus memiliki IPCN minimal 1 (satu) orang. Berdasarkan New York City State Department of Health and Mental Hygiene (NYC DOHMN) Guidance Document perlu adanya panduan, prosedur dan pelatihan penanganan pasien yang kemungkinan menderita penyakit Global Communicable diseases di unit gawat daurat dan poliklinik rumah sakit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan permasalahan resistensi terus meningkat diberbagai Negara termasuk di Indonesia terutama terjadi akibat penggunaan antimikroba yang kurang bijak. Hal ini berdampak buruk pada pelayanan kesehatan terutama dalam penanganan penyakit infeksi. Pelaksanaan program pengendalian 2



resistensi antimikroba di pelayanan kesehatan melibatkan Tim PPI sebagai salah satu unsur diharapkan dapat mencegah muncul dan menyebarnya mikroba resisten sehingga penanganan penyakit infeksi menjadi optimal. Pencegahan munculnya mikroba resisten diharapkan dapat dicapai melalui penggunaan antibiotic secara bijak (prudent use of antibiotic) dan pencegahan menyebarnya mikroba resisten melalui pelaksanaan kegiatan yang optimal. II.



LATAR BELAKANG Berdasarkan data dari Australia Commission on Safety & Quality in Healthcare 2009 kejadian HAIs pertahun adalah 200.000 kejadian dengan 7000 angka kematian yang memakan biaya lebih dari 2 juta $ Australia, dimana 50 % dari kejadian tersebut dapat dicegah. Sedangkan data dari Umscheid et al. infection Control Hospital Epidemiology 2011 terdapat 1,7 juta kejadian HAIs dengan 99.000 angka kematian yang menghabiskan biaya sekitar 10 – 25 US$, dimana sekitar 55 % - 70 % dari kejadian tersebut dapat dicegah. Pengendalian infeksi di rumah sakit bertujuan melindungi pasien, keluarga/ pengunjung dan petugas/ staf dari kejangkitan infeksi untuk mencapai cost efektif, angka infeksi yang rendah serta kewaspadaan KLB. Keselamatan pasien merupakan tolok ukur dalam standar akreditasi nasional maupun internasional. Tim pengendalian infeksi berperan penting dalam menunjang pelaksanaan dan pencapaian standar tersebut. Salah satu hal yang perlu ditingkatkan di RS Murni Teguh Tuban Bali dalam pencegahan dan pengendalian infeksi terkait : Belum optimalnya kepatuhan staf dalam cuci tangan, pemakaian alat pelindung diri (APD), rendahnya fasilitas dan kepatuhan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius, kurangnya prasarana/sarana (ruang Isolasi), Ruang sterilisasi masih bergabung dengan ruang OT dan struktur bangunan yang belum sesuai standar, Unit pelayanan dan fasilitas laundry serta alur pemisahan linen infeksius dan non infeksius belum sesuai standar. Sehubungan dengan banyaknya hal yang perlu ditingkatkan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi maka perlu disusun suatu program. Program yang mudah diterapkan dan menunjang pencapaian standar harus disusun berdasarkan kondisi serta sumber daya rumah sakit. Mengacu pada definisi dalam standar akreditasi rumah sakit tersebut, program yang disusun harus meliputi cakupan kegiatan paling sedikit memuat pengaturan tentang penggunaan antibiotika, ketentuan sterilisasi, penggunaan disinfektan dsb. Setiap tahun program dibuat mengacu pada perkembangan metode pencegahan dan pengendalian infeksi secara global, sehingga kebijakan dan prosedur akan selalu 3



mengalami perubahan, perbaikan dan pengembangan untuk efektivitas, efisiensi penerapan dan hasil akhir suatu program kerja. Program yang disusun untuk tahun 2022 meliputi kegiatan rutin untuk pengendalian infeksi yang bersifat pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan dengan pengendalian infeksi. III.



TUJUAN Tujuan Umum Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit melalui Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang dilaksanakan di seluruh bagian Rumah Sakit, meliputi kualitas pelayanan, manajemen risiko, kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan Khusus 1.Meningkatkan penerapan kewaspadaan standard dan kewaspadaan transmisi bagi petugas, pasien dan pengunjung 2.Meningkatkan kegiatan survailans yang proaktif dan sistematik 3.Meningkatkan pemahaman dan penyamaan persepsi pada petugas rumah sakit 4.Meningkatkan proteksi terhadap pasien dan petugas kesehatan dengan menerapkan penyusunan ICRA dalam setiap renovasi bangunan dari perencanaan, pelaksanaan, dan setelah renovasi dilaksanakan. 5.Menentukan penggunaan antibiotika sesuai indikasi dan formularium yang ditentukan. 6.Meningkatkan daya tahan dan mencegah penyebaran penyakit petugas kesehatan yangbekerja di pelayanan risiko tinggi.



4



IV.



RENCANA KEGIATAN PPI RS A. Sasaran 1. Meningkatnya penerapan kewaspadaan standard dan kewaspadaan transmisi bagi petugas, pasien dan pengunjung 2. Meningkatnya kegiatan survailans yang proaktif dan sistematik 3. Meningkatnya pemahaman dan penyamaan persepsi pada petugas rumah sakit 4. Meningkatnya proteksi terhadap pasien dan petugas kesehatan dengan menerapkan tersusunya ICRA dalam setiap renovasi bangunan dari perencanaan, pelaksanaan, dan setelah renovasi dilaksanakan. 5. Tersusunnya penggunaan antibiotika sesuai indikasi dan formularium yang ditentukan. 6. Meningkatnya daya tahan dan mencegah penyebaran penyakit petugas kesehatan yang bekerja di pelayanan risiko tinggi. B. Fokus Program Kegiatan N O 1.



FOKUS PROGRAM Penerapan kewaspadaan standard : a. Kebersihan Tangan b. Penggunaan alat pelindung diri (APD) c. Pengelolaan limbah infeksius dan limbah benda tajam d. Pengendalian Lingkungan e. Penanganan linen (laundry) f. Penanganan sterilisasi a. Kebersihan tangan Problem : 1) Rendahnya kepatuhan kebersihan tangan 2) Belum optimal penyediaan sarana dan prasarana kebersihan tangan Strategi



Indikator sukses 1. Adanya kebijakan kebersihan tangan 2. Implementasi a. Handrub berbasis alkohol b.Cuci tangan air mengalir dengan sabun antiseptic 3. 4. 5. 6.



Reedukasi kebersihan tangan Reguler audit dan feedback Poster dan leaflet di seluruh ruang kerja dan publik area Perubahan budaya. Komitmen dan partisipasi aktif setiap individu dari pimpinan sd staf RS, pasien dan pengunjung



Target 1. Semua staf dan petugas rumah sakit 2. Pasien 5



3. Pengunjung dan keluarga Penanggung jawab 1. Direktur RS Murni Teguh Tuban Bali 2. Komite PPIRS 3. Komite Mutu Pencapaian



1. Perbaikan system a. Tersedianya handrub berbasis alkohol b. Ada wastafel tiap ruangan dengan sabun antiseptis dan tissu towel c. Peningkatan persentase audit fasilitas dan kepatuhan kebersihan tangan 2. Semua target populasi teredukasi , sosialisasi dilanjutkan praktek 3. Audit, reedukasi, dan feedback 4. Terdapat poster/leaflet kebersihan tangan. 5. Institusi menjaga budaya safety. Komitmentnya terlihat nyata dalam mendukung kepatuhan kebersihan tangan staf pimpinan, kepala departemen dan kepala ruangan.



Tools



1. WHO Guidelines On Hand Hygiene In Health Care 2010 2. Monitoring dan evaluasi 3. Audit fasilitas dan kepatuhan kebersihan tangan



b. Penggunaan alat pelindung diri (APD) Problem: Rendahnya fasilitas dan kepatuhan penggunaan APD di Rawat Inap, Rawat Jalan, Unit laundry & Instalasi Gizi, HCU. Strategi



Indikator sukses 1. Ada kebijakan penerapan kewaspadaan standar 2. Implementasi: a. Topi ( Penutup Kepala) b. Kacamata google dan pelindung wajah c. Masker d. Sarung tangan e. Apron f. Gaun pelindung g. Pelindung kaki 3. Reedukasi penggunaan APD 4. Audit dan feed back tiap 3 bulan 5. Poster, dan leaflet penggunaan APD Target Staf dan petugas di Rawat Inap, Rawat Jalan, Unit Laundry & Gizi, ICU, PICU/NICU Penanggung jawab 1. Komite PPIRS 2. Ka Instalasi R. Inap, R. Jalan, Ka Unit Laundry & Gizi, ICU, 6



PICU/NICU. Pencapaian



Tool



1. Terpenuhinya kebutuhan APD 2. Semua target populasi teredukasi 3. Tersedianya pengingat penggunaan APD (Poster/leaflet) 4. Observasi dan feed back 5. Penggunaan APD sesuai kebutuhan 1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi rumah sakit, Kemenkes RI 2021 2. Poster/leaflet Penggunaan APD 3. Audit kepatuhan penggunaan APD



c. Pengelolaan limbah infeksius dan limbah benda tajam Problem : Rendahnya fasilitas dan kepatuhan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius di R.Inap, R. Jalan, Instalasi Gizi, ICU, IGD, Laboratorium, Radiologi. Strategi



Indikator sukses 1. Ada kebijakan pengelolaan limbah 2. Implementasi a. Pelabelan warna pada wadah limbah b. Alur dan transportasi limbah c. Pemilahan sampah infeksius, non infeksius, dan limbah benda tajam. 3. Reedukasi penanganan limbah 4. Audit dan feed back setiap bulan 5. Stiker pada tiap tempat sampah Target 1. Semua staf dan petugas di R. Inap, R. Jalan, ICU, PICU/NICU IGD, Laboratorium. 2. Pasien 3. Pengunjung Penanggung jawab 1. Direktur RS Murni Teguh Tuban Bali 2. Komite PPIRS 3. Ka. Instalasi Farmasi



Pencapaian



Tool



1. Tertatanya Sistem a. Limbah infeksius warna kuning b. Limbah non infeksius warna hitam 2. 3. 4. 1.



Target populasi teredukasi Tersedianya fasilitas pembuangan limbah dan stiker pengingat Observasi dan feed back teratur Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi rumah sakit, Kemenkes RI 2021 2. Poster/leaflet Pengelolaan Limbah 3. Audit kepatuhan pembuangan limbah 7



d. Pengendalian lingkungan Problem: Kurangnya pemeliharaan kebersihan Instalasi gizi, R. Inap, R. Jalan. Strategi



Indikator sukses 1. Ada Kebijakan dan SPO Pembersihan lingkungan 2. Implementasi a. Pelatihan Petugas cleaning service b. Reguler audit dan feedback c. Pengawasan proses pembersihan lingkungan. 3. Reedukasi petugas dan pengunjung 4. Pelaksanaan pembersihan ruangan dari adanya serangga dan hewan pengerat lainnya, pemeliharaan dan pemantauan jamur dan bakteri pada AC, koloni kuman di ruang high risk, kerusakan plafon dan celah serta keramik retak Target 1. Semua staf dan petugas khususnya R. Inap, R. Jalan dan ICU, HCU, PICU/NICU. 2. Semua petugas cleaning service 3. Pasien 4. Pengunjung Penanggung jawab 1. Direktur RS Murni Teguh Tuban Bali 2. Komite PPIRS



Pencapaian



1. 2. 3. 4.



Tool



1. 2. 3.



Lingkungan bersih bebas serangga dan binatang pengerat lainnya. Hasil pemeliharaan dan pemantauan jamur dan bakteri pada AC, koloni kuman, di ruang terutama di ruang high risk hasil dalam batas toleransi Petugas cleaning service melaksanakan tugas sesuai SPO Tidak ditemukan adanya kebocoran plafon, celah dan retak keramik yang berisiko akumulasi bakteri. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi rumah sakit, Kemenkes RI 2021 Formulir Audit lingkungan Monitoring dan evaluasi.



e. Proses Penanganan linen (Laundry) Problem : Unit pelayanan dan fasilitas Laundry serta alur pemisahan linen infeksius dan non infeksius belum sesuai standar Strategi Indikator sukses 1. Ada kebijakan pengelolaan linen 2. Ada SPO pengelolaan linen 3. Implementasi : a. Pemisahan linen infeksius dan non infeksius b. Alur transportasi, penyerahan dan pengambilan linen dari RS 8



maupun dari pihak kerja sama laundry 4. Reedukasi penanganan linen di ruangan, transportasi, dan di laundry 5. Monitoring dan evaluasi Target 1. Petugas laundry RS dan pihak kerja sama 2. Petugas Rawat Inap, Rawat jalan, Ruang Tindakan, IGD, ICU, PICU/NICU Penanggung jawab 1. Direktur RS Murni Teguh Tuban Bali 2. Komite PPIRS Pencapaian Tool



1. Tertatanya sistem dan fasilitas pengelolaan linen 2. Semua target populasi teredukasi 1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi rumah sakit, Kemenkes RI 2021 2. Pedoman manajemen linen di rumah sakit. Departemen Kesehatan RI, Tahun 2004 3. Tersedianya banner, poster mengenai penanganan linen 4. Checklis pengawasan laundry 5. Monitoring dan evaluasi



f. Penanganan Sterilisasi Problem : 1) Ruang sterilisasi masih bergabung dengan ruang OK dan struktur bangunan yang belum sesuai standar 2) Peralatan sterilisasi jumlahnya terbatas 3) Penggunaan sterilisasi Autoclaf belum sesuai standar 4) Petugas ruang sterilisasi yang bertanggung jawab pada ruangan tersebut masih kurang. Strategi



Indikator sukses 1. Ada kebijakan penanganan sterilisasi 2. Ada SPO proses sterilisasi 3. Implementasi: a. Perencanaan renovasi ruang sterilisasi b. Usulan Penambahan jumlah SDM c. Pengadaan peralatan dan sterilisasi d. Penggunaan sterilisasi Autoclaf sesuai standar . 4. Reedukasi Proses sterilisasi (Penanganan peralatan setelah digunakan) saat di ruangan, saat transportasi dan penanganan di ruang sterilisasi 5. Monitoring dan evaluasi Target 1. Ka Instalasi Kamar Operasi 2. IPSRS 3. Para kepala ruang rawat Inap, rawat jalan dan ruang tindakan



9



Penanggung jawab 1. Direktur RS Murni Teguh Tuban Bali 2. Komite PPIRS 3. Ka Instalasi Kamar Operasi 4. IPSRS Pencapaian



Tool



2.



1. 2. 3. 4.



Tercapainya Renovasi Ruang sterilisasi sesuai standar Jumlah SDM di ruang sterilisasi terpenuhi Alat sterilisasi terpenuhi Penggunaan proses sterilisasi menggunakan Autoclaf sesuai standar



1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi rumah sakit, Kemenkes RI 2021 2. Pedoman instalasi pusat steriisasi (Central Sterile Supply Department/CSSD) di rumah sakit. Departemen Kesehatan RI, Tahun 2009 3. Checklis sterilisasi 4. Monitoring dan evaluasi



Surveilans aktif dan sistematik Problem : 1) Masih tingginya angka infeksi RS 2) Tehnik pelaporan dan penyajian data infeksi RS belum optimal (IDO) 3) Mekanisme pengumpulan dan pelaporan data penyakit infeksi endemis kepada pimpinan dan hasil rekomendasinya belum dijalankan dan dikoordinasikan dengan Komite Mutu. Strategi



Indikator Sukses 1. Adanya Kebijakan surveilans infeksi rumah sakit 2. Ada SPO surveilans infeksi rumah sakit 3. Ada program surveilans 4. Implementasi: a. Check list bundle VAP b. Check list bundle IADP c. Check list bundle ISK d. Pemantauan kejadian IDO, HAP, Plebitis, Dekubitus 5. Reedukasi Target Semua Petugas IPCN, IPCLN, R. Inap, R. Jalan, dan ruang tindakan Penanggung Jawab 1. Direktur RS Murni Teguh Tuban Bali 2. Komite PPIRS 3. IPCD, IPCN, IPCLN



Pencapaian



1. Penurunan angka kejadian VAP, IADP, IDO, HAP, Plebitis, Dekubitus dan ISK. 2. Kepatuhan terhadap bundle VAP, IADP, IDO, HAP, Plebitis, Dekubitus dan ISK. 3. Setiap IPCLN mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang sama dalam menentukan kasus infeksi rumah sakit. 10



Tools



3.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Pedoman surveilans infeksi rumah sakit kemenkes RI tahun 2011 Evaluasi dan Monitoring Formulir Surveilans PPIRS Formulir Surveilans harian Formulir Surveilans bulanan Check list bundle VAP, IADP, IDO,dan ISK Formulir Pelaporan angka infeksi rumah sakit



Reedukasi dan sosialisasi Problem: Pemahaman personel dan kepatuhan penerapan PPI belum sesuai dengan target yang ditetapkan. Strategi



Indikator Sukses 1. Adanya Program Pelaksanaan Edukasi PPI 2. Implementasi a. Reedukasi petugas RS (Dokter, perawat, Staf, petugas non medis b. Edukasi dan sosialisasi pada karyawan baru. 3. Audit secara berkala dan feedback 4. Perubahan budaya. Komitmen, partisipasi aktif, dan perubahan perilaku semua petugas, pasien, keluarga, dan pengunjung dalam PPI Target 1. Semua staf dan petugas rumah sakit 2. Pasien dan keluarga 3. Pengunjung Penanggung Jawab 1. Komite PPIRS 2. Bagdiklat 3. IPCN, IPCD, dan IPCLN



Pencapaian



Tools



1. 2. 3. 4.



Perubahan perilaku Semua target populasi teredukasi Institusi menjaga budaya safety Komitmentnya terlihat nyata dalam mendukung pelaksanaan program PPI



1. Evaluasi dan monitoring 2. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian infeksi rumah sakit, Kemenkes RI 2021



11



C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporannya Program ini akan di evaluasi setiap 3 bulan sekali, sehingga apabila terjadi perubahan jadwal dapat dilakukan pembenahan sehingga tidak mengganggu program secara keseluruhan. Evaluasi ini dilakukan oleh ketua Pokja PPI bersama anggotanya setelah berkoordinasi dengan seluruh stakeholder.



D. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan Setiap kegiatan yang dilakukan harus di catat dan di dokumentasikan, laporan hasil kegiatan di laporkan maksimal 2 minggu setelah kegiatan dilaksanakan kepada bagian PPI dan diteruskan ke jajaran manajemen dan direksi. Secara garis umum evaluasi dilakukan dengan 3 cara, yaitu evaluasi per kegiatan setiap kegiatan usai dilakukan, evaluasi berkala setiap 4 bulan sekali, dan evaluasi akhir yang dilakukan pada akhir tahun.



Badung, Maret 2022 Dibuat Oleh,



Diketahui Oleh,



dr. Dewi Prima Cristian SpB Ketua Komite PPI



dr. I gusti ngurah Wardana HPH Direktur Utama



12



BAB III PENUTUP Demikian Program PPI di RSU. Kasih Ibu Denpasar sebagai acuan dan panduan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.



13