Proposal Alat Pembuat Sampah Organik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANITIA PERBAIKAN JALAN ( penyemiran jalan ) RT. 06 RW. 02 DESA NGUNUT KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN



PROPOSAL PERMOHONAN BANTUAN ASPAL



KEGIATAN : PERBAIKAN JALAN ( penyemiran jalan ) VOLUME : ( 300 X 3,0 X 0.1 ) m3 LOKASI : DESA NGUNUT RT 06 RW 02 KECAMATAN : KAWEDANAN KABUPATAEN : MAGETAN



PANITIA PERBAIKAN JALAN ( penyemiran jalan ) DESA NGUNUT RT 06 RW 02 KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN Ngunut , 05 Agustus 2014



Nomor Sifat Magetan Lampiran Perihal



: 002 / PPJ / Ngt / 403.414.10 / 2014 : Penting :: Permohonan Bantuan Aspal



Yth.Bapak



Kepada Bupati



Di Magetan



“ Assalamu ‘alaikum Wr-Wb” Dengan Hormat, Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan nikmatNya yang telah diberikan kepada kita semua, Yang bertanda tangan di bawah ini kami,Panitia Perbaikan Jalan RT 06 RW 02 Desa Ngunut Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan,bersama dengan ini kami dengan segala hormat memberanikan diri mengajukan permohonan bantuan kepada Bapak Bupati Magetan berupa Aspal yang akan kami pergunakan untuk perbaikan jalan (penyemiran jalan ) yang ada diwilayah kami tepatnya di RT 06 RW 02 Desa Ngunut Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan. Perlu Bapak Bupati Magetan ketahui kondisi jalan tersebut,bahwa jalan tersebut yang volumenya : panjang 300 meter Lebar 3,0 meter kondisinya beraspal tapi rusak parah ,sehingga kondisi jalan tersebut sangat mengganggu warga masyarakat dan pengguna jalan tersebut mengingat disepanjang jalan tersebut merupakan pemukiman padat penduduk.. Dengan memperhatikan



kondisi jalan tersebut,kami beserta seluruh warga



terutama RT 06 RW 02 Desa Ngunut sudah bertekat dengan cara berswadaya dan tentunya juga dukungan bantuan berupa Aspal



dari Bapak Bupati Magetan,kami



panitia warga masyarakat akan segera memperbaikai jalan tersebut dengan cara gotong royong .. Demikian permohonan kami,besar harapan kami agar Bapak Bupati Magetan berkenan dan sudi mengabulkannya.Kemudian atas perhatian,kebijaksanaan,dan kerja samanya sehingga terkabulnya permohonan kami ini tak lupa kami haturkan banyak terima kasih.



“ Wassalamu ‘alaikum Wr- Wb “ Hormat Kami



Ketua RT 06 RW 02



Panitia Perbaikan Jalan RT



06 RW 02



MUHADI



EDI SUSWITO Mengetahui



Camat Kawedanan



Drs. S U K O C O, M.Si SUGIHARTO,ST Pembina NIP.19590729 198603 1 011



Tembusan 1



Yth.Ketua DPRD Kab.Magetan



2



Yth.Kepala dinas PU Kab.Magetan



3



Yth.Kepala Adbang Kab.Magetan



4



Yth.Camat Kawedanan



5



Arsip



Kepala Desa Ngunut



TOTOK



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahSampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikianjuga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat. Masalah sampahsudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak halyang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini. Indonesia merupakan contoh nyata dalam hal persoalan sampah. Sampai sekarang, pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama: kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan tidak sustainable. Sehingga banyak tejadi pencemaran dimana-mana, hal ini terlebih dalam kasus sampah, di mana gangguan bau yang menusuk dan pemandangan (keindahan/kebersihan) sangat menarik perhatian panca indera kita. Begitu dominannya gangguan bau dan pemandangan dari sampah inilah yang telah mengalihkan kita dari bahaya racun dari sampah, yang lebih mengancam kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita baik oleh bentuk, rupa, maupun bau yang di timbulkan. Dampak kesehatannya yang berjangka panjang, membuatnya lepas dari perhatian kita. Kita lebih risau dengan gangguan yang langsung bisa dirasakan oleh panca indera kita dari pada efek jangka panjangnya. dengan bantuan mikroba maupun biota tanah. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Ratarata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. Jepara menghasilkan hampir 2500 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jepara, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005). Pengomposan adalah cara yang paling tepat untuk mengatasi masalah sampah organik. Dengan pengomposan sampah organik akan di ubah menjadi pupuk yang dapat di gunakan untuk menunjang kesuburan tanah ataupun tanaman. Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alaminnya. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan. Meskipun demikian, masih banyak warga dan masyarakat kita yang belum mengerti apa manfaat sampah organik itu. Sehingga perlu adanya informasi atau penyuluhan bagi masyarakat agar sumber daya yang ada di sekitah mereka tidak terabai dan terbuang dengan percuma. Untuk itu, makalah dengan judul “Pemanfaatan Sampah Organik Untuk Pembuatan Kompos” sangat menarik untuk di simak. B.



Rumusan Masalah 1. Apakah sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai kompos? 2. Bagaimana pemanfaatan sampah organik sebagai kompos? C. Tujuan Penelitian 1. mendeskripsikan tentang sampah organik dan pengomposannya. 2. menjelaskan pengertian kompos. 3. menjelaskan proses-proses pengomposan. 4. menjelaskan manfaat-manfaat sampah organik. D. Manfaat Penelitian 1. Masyarakat mengetahui manfaat sampah organik. 2. Masyakat menjadi tahu apa itu kompos dan bagaiman prosesnya.



BAB II PEMBAHASAN A. Landasan Teori 1. Pengertian Sampah Organik Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). 2. Jenis-jenis Sampah Organik Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.Sampah organik sendiri dibagi menjadi : a. Sampah organik basah. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. b. Sampah organik kering. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering. 3. Prinsip Pengolahan Sampah Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu: a. Mengurangi ( reduce) Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,



semakin banyak sampah yang dihasilkan. b. Menggunakan kembali ( reuse) Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang ( disposable). c. Mendaur ulang ( recycle) Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak tidak resmi (informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. d. Mengganti (replace) Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. 4. Kompos Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aaerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Pengomposan sampah kota umumnya sama saja seperti pengomposan bahan baku lainnya. Hanya yang patut dipikirkan adalah jumlah bahan organik kering yang digunakan dalam pencampuran bahan baku proses pengomposan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya adalah : 1. merangsang granulasi. 2. memperbaiki aerasi tanah. 3. meningkatkan kemampuan menahan air. Sedangkan peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah : 1. meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah : 1. meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980). Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK. Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil. Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan Tinjaun Pustaka. Metode observasi merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang secara langsung. Sedangkan tinjaun pustaka adalah suatu metode dengan menggali sumber dari berbagai sumber refrensi seperti buku, koran, majalah, kamus, internet ataupun pendapat para ahli yang telah terbukti kebenarannya. C. Deskripsi Masalah 1. Pengertian Kompos dan Pengomposan Menurut Indriani (2005) kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami penguraian sehingga bentuk dan wujudnya sudah tidak dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Dari definisi di atas, menurut gambaran saya, Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daundaunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang sudah tidak bisa di kenali lagi bahan satu dengan yang lain dan proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut. Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Sampah rumah tangga bisa diubah menjadi kompos yang berguna untuk tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah sendiri. Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos. Pengolahan sampah menjadi kompos, yang bisa dimanfaatkan memperbaiki struktur tanah, untuk meningkatkan permeabilitas tanah, dan dapat mengurangi ketergantungan pada pemakaian pupuk mineral (anorganik) seperti urea. Selain mahal, urea juga dikhawatirkan menambah tingkat polusi tanah. 2. Manfaat Kompos Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.



a. Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan. b. mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal. c. Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat. d. Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). e. Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA). f. Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat. Beberapa manfaat kompos yang lain adalah Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah



BAB III PENUTUP A. Simpulan Pemanfaatan sampah organik rumah tangga sebagai kompos dapat memberikan fungsi ganda, selain menghasilkan pupuk juga membantu masyarakat hidup bersih. Guna memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan ruang untuk melestarikan lingkungan hidup menuju masyarakat sejahtera. Kompos dapat di manfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman yang sekaligus berperan dalam penyuburan tanah. Selain itu pemanfaatan sampah organik sebagai kompos juga dapat menghemat banyak sumber daya. Contohnya, sumber daya materi untuk pembelian pupuk bisa diganti dengan kompos atau bisa juga sumber daya lahan yang awalnya sebagai tempat pembuangan bisa dijadikan lahan perkebunan dan ladang. B. Saran 1. Jagalah kebersihan lingkungan dari material-material yang merusak dan mengurangi keindahannya. Sebagai contoh adalah sampah. 2. Sampah bukan sesuatu yang sudah tak ada artinya, namun sampah adalah sebuah masalah yang harus di cari solusi dan jalan keluarnya. 3. Pemanfaatan sampah organik dapat membantu melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Gunakan kompos sebagai pupuk bagi tanaman, yang lebih hemat dan ramah lingkungan.



PANITIA PERBAIKAN JALAN ( penyemiran jalan ) DESA NGUNUT RT 06 RW 02 KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN



SUSUNAN PANITIA PERBAIKAN JALAN ( penyemiran jalan ) RT 06 RW 02 DESA NGUNUT KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN



NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9



NAMA Totok Sugiharto,ST Edi Suswito Indah Setyoningsih Muhadi Darmo Djikan Wardi Lasiyo Marmin Desmon



PEKERJAAN Kepala Desa Tokoh Masyarakat/Kary Swasta Perangkat Ketua RT / Petani Tokoh Masyarakat / Tukang Kayu Tokoh Masyarakat / Wiraswasta Tokoh Masyarakat/ Kary.Swasta Tokoh Pemuda/ Wiraswsta Tokoh Pemuda/ Kary.Swasta



Ngunut, 05Agustus 2014 Panitia Perbaikan Jalan RT 06 RW 02



EDI SUSWITO



JABATA DALAM PANITIA Pelindung Ketua Sekretaris Bendahara Seksi Umum Seksi Umum Seksi Umum Seksi Umum Seksi Umum



1. Pengumpulan Sampah dan Pemilahan Sampah Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di ruang penampungan. Di tempat ini sampah non organik dipisahkan dengan sampah organik. Karena sebagian besar sampah pasar Bunder adalah sampah organik, tahapan ini bisa dilakukan secara manual.



Gambar proses pengumpulan dan pemilahan sampah 2. Pencacahan Sampah Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non organik selanjutnya dicacah dengan menggunakan mesin pencacah. Tujuan dari pencacahan ini adalah untuk memperkecil dan menyeragamkan bahan baku kompos sehingga mempermudah proses fermentasi. Bila di anggap terlalu basah, sampah yang telah di cacah dapat di press lagi untuk mengurangi kadar air.



Gambar pencacahan sampah organik 3. Penyiapan Aktivator (PROMI) Untuk mempercepat proses pengomposan kita menggunakan activator PROMI dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Untuk setiap 1 Ton sampah mentah di butuhkan 1 kg PROMI. Saat musim kemarau dimana sampah pasar relatif kering Promi tersebut dicampurkan bersama 20 liter air dan 1 liter tetes tebu. Namun di musim penghujan dimana kadar air sampah dari pasar cukup tinggi maka PROMI di campurkan dengan pasir atau tanah kering. Kalo perlu sampah yang akan di olah di press dulu.



Gambar PROMI 4. Pencampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan dengan PROMI dan ditampung di bak-bak pengomposan. Sampah tidak boleh diinjak-injak, karena akan menyebabkan menjadi padat dan kandungan udara di dalam kompos berkurang.



Gambar Proses Penyimpanan Sampah di Bak Pengomposan 5. Pengadukan / Pembalikan Unit Pengolahan Sampah Pasar Bunder dalam memproduksi kompos menggunakan system aerob / dengan udara terbuka . Jadi 3 hari setelah sampah di masukkan ke bak pengomposan kemudian di lakukan pemeriksaan suhu kompos di dalam bak. Bila di rasa terlalu panas perlu di lakukan proses pengadukan atau pembalikan untuk memberikan sirkulasi udara yang bertujuan agar proses pengomposan bisa merata. Pengadukan di lakukan minimal 3 hari sekali.



Gambar proses pengadukan 6. Panen Kompos Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen dan dibawa ke tempat pengolahan lebih lanjut. Di tempat ini kompos dicacah sekali lagi untuk kemudian di ayak menggunakan saringan yang lebih kecil untuk menyeragamkan ukuran dan mempercantik tampilan kompos.



Gambar Proses Penyaringan 7. Pengolahan Paska Panen Setelah kompos yang sudah jadi di ayak, proses selanjutnya adalah memasukkan kompos ke gudang penyimpanan sebelum di lakukan pengemasan. Selain produksi dalam bentuk kompos curah, kompos hasil ayakan juga bisa di proses lagi menjadi pupuk organik bentuk granular atau butiran.



Gambar kompos curah jadi 8. Proses Membuat Pupuk Organik Granular Untuk membuat pupuk organik granular, kompos yang sudah di saring tadi di masukkan ke dalam mesin molen yang berputar stasioner dengan di campur air dan kalsit sebagai bahan perekat. Untuk membuat kompos curah menjadi bentuk granular menggunakan mesin molen membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit dimana sekali proses bisa di hasilkan sekitar 100kg pupuk organik granular. Pupuk organik berbentuk granular tersebut kemudian di jemur sampe kering. Setelah kering pupuk organik granular tersebut bisa di kemas.



Gambar Proses Pembuatan Pupuk Granular



9. Pengemasan Setelah itu dilakukan pengemasan sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk kompos curah kita kemas dalam karung berisi 20 kg. Sedangkan untuk pupuk organik bentuk granular 1 sak/karung berisi 25 kg. Setelah dikemas kompos dan pupuk organik granular tersebut siap untuk di jual.



Gambar Pengemasan Pupuk