Proposal Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komponen terpenting dalam proses pengambilan keputusan adalah pengumpulan informasi. Informasi tersebut berupa informasi seputar kinerja perusahaan, dalam hal ini merupakan kinerja keuangan perusahaan yang dapat berupa laporan keuangan yang disediakan oleh perusahaan. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena laporan keuangan tentunya merupakan informasi yang tepat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan suatu perusaaan. Laporan tersebut terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Agar dapat membaca suatu laporan keuangan, diperlukan alat analisis berupa rasio keuangan. Adanya prediksi terhadap laporan keuangan, dan untuk mengetahui posisi perusahaan saat ini maupun yang akan datang, para investor atau kreditur dapat menyimpulkan untuk pengambilan keputusan. Dibutuhkan pemahaman mendalam terhadap penganalisis laporan keuangan untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan dari pemegang sahamnya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Perusahaan didirikan pada umumnya bertujuan untuk memperoleh laba. Disamping itu juga bertujuan



2



untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dengan baik agar perusahaan dapat berkembang sesuai dengan kegiatan yang dijalankan pada waktu yang akan datang. Dengan adanya harapan tersebut maka perusahaan diharuskan dan dituntut untuk dapat mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat dalam segala aktivitasnya termasuk aspek keuangan. Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Seorang pemegang saham atau calon pemegang saham akan menganalisis perusahaan untuk memperoleh kesimpulan apakah saham perusahaan tersebut layak dibeli atau tidak, demikian pula halnya dengan pemberi kredit, supplier, dan pemerintah. Analisis keuangan sangat tergantung pada laporan keuangan. Laporan keuangan diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti informasi industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan. Alat untuk menganalisis laporan keuangan yaitu dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dipakai sebagai sistem peringatan awal (Early Warning System) terhadap kemunduran kondisi keuangan dari suatu perusahaan. Analisis rasio dapat membimbing investor membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang akan dicapai oleh perusahaan dan atau bagaimana prospek yang akan dihadapi dimasa yang akan datang. Sesuai dengan beragam jenis kegunaan informasi akuntansi, maka jenis-jenis rasio laporan keuangan yang digunakan oleh



3



si pengambil keputusan tergantung pada jenis keputusan yang akan dibuat dan metode pengambilan keputusan yang digunakan (Dewanti,2010). Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabunggabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan rugi-laba dan neraca. Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa yang mendatang. Faktor prospek dalam risiko tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang. Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan untuk kondisi keuangan suatu perusahaan, Munawir (2000). Secara umum, Rasio keuangan dapat dikelompokan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage (solvabilitas), rasio aktivitas, rasio profabilitas (Hanafi dan Halim,2005). Analisis rasio likuiditas untuk melihat kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya. Kita sering kali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajibannya) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih, atau terkadang perusahaan juga sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibannya tepat waktu dikarenakan perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk menutupi utang yang jatuh tempo tersebut. Kasus seperti ini akan sangat mengganggu hubungan baik perusahaan dengan para kreditor, atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang, kasus ini akan berdampak pula kepada para pelanggan (konsumen). Artinya pada



4



akhirnya perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini membantu kelancaran usahanya. Padahal kita tahu bahwa kepercayaan dari berbagai pihak terhadap perusahaan merupakan modal utama perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua, bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual persediaan atau aktiva lainnya. Dalam praktiknya, tidak jarang pula perusahaan mengalami hal sebaliknya, yaitu kelebihan dana. Artinya jumlah dana tunai dan dana yang segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal menggunakan dana yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti yang diinginkan. Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi



5



perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang behubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas. Analisis rasio leverage (solvabilitas) untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka



pendek



maupun



kewajiban



jangka



panjang.



Solvabilitas



dapat



menunjukkan sejauh mana aset atau modal perusahaan dalam menutup kewajiban. Kalau perusahaan tidak memiliki kecukupan aset atau modal untuk memenuhi kewajibannya (kewajiban yang lebih besar, sedangkan modal atau aset sangat kecil), maka perusahaan ini adalah perusahaan yang tidak solvabel. Itu artinya, perusahaan terlalu banyak utang tetapi perusahaan tidak memiliki modal dan aset yang cukup untuk menutupi kewajibannya. Jadi, dalam analisis fundamental, jika menemukan perusahaan yang tidak solvabel, jika melakukan investasi di perusahaan tersebut, perusahaan bisa terkena risiko gagal bayar utang. Utang yang besar bukanlah persoalan, selama perusahaan menggunakan utang untuk ekspansi, dan selama kinerja perusahaan tetap baik, ketika perusahaan memiliki aset yang lebih besar dibandingkan utang. Aset penting dalam kaitannya dengan utang, karena semakin besar aset perusahaan, semakin mudah perusahaan melunasi



6



kewajiban-kewajibannya. Kewajiban perusahaan, dilunasi melalui aset-asetnya, salah satunya melalui kas dan setara kas. Analisis rasio aktivitas untuk melihat seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Perputaran aset-aset yang baik dari setiap perusahaan harus memiliki patokan sendiri. Hal ini dikarenakan setiap sektor usaha pasti memiliki perputaran aset-aset yang berbeda. Jika Anda ingin melihat



perputaran



aset-aset



perusahaan



yang



baik,



Anda



harus



membandingkannya dengan sektor industri sejenis. Kemudian, membuat garis horisontal selama beberapa tahun terakhir. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas



7



akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Dari hasil pengukuran ini, akan diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga manajeman dapat mengukur kinerja mereka selama ini. Hasil yang diperoleh misalnya dapat diketahui seberapa lama penagihan suatu piutang dalam periode tertentu. Kemudian hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau dibandingkan dengan hasil pengukuran beberapa periode sebelumnya. Di samping itu rasio ini juga digunakan untuk mengukur hari rata-rata persediaan tersimpan di gudang, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap dalam satu periode, penggunaan seluruh aktivitas terhadap penjualan dan rasio lainnya. Dengan demikian, dari hasil pengukuran ini jelas bahwa kondisi perusahaan periode ini mampu atau tidak untuk mencapai target yang telah ditentukan. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, pihak manajeman harus mampu mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan tersebut. Kemudian dicarikan kembali upaya perbaikan yang dibutuhkan, Namun apabila mampu mencapai target yang telah ditentukan hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan untuk periode berikutnya. Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Artinya diharapkan adanya keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjual dengan aktiva seperti persediaan, piutang dan aktiva tetap lainnya. Kemudian manajeman



8



untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit/keuntungan dengan menggunakan seluruh sumber daya perusahaan. Dalam analisis fundamental, rasio profitabilitas merupakan rasio yang sangat penting, jika perusahaan tidak bisa menghasilkan profit, perusahaan tersebut pasti tidak benefit. Kalau perusahaan tidak mampu menghasilkan profit, perusahaan tersebut bukanlah tempat yang layak untuk investasi. Tujuan akhir perusahaan adalah untuk mencetak profit sebesar-besarnya. Jika perusahaan bisa menghasilkan profit yang besar apalagi selama bertahun-tahun berada dalam kondisi naik (konsisten naik), maka perusahaan itu adalah perusahan yang bagus untuk tempat investasi, dari sisi rasio profitabilitas. Kondisi laba bersih sangat penting untuk dilihat tetapi rasio profitabilitas adalah ukuran yang hampir sama atau bahkan lebih penting dibandingkan sekedar melihat kondisi laba bersih saja. Dikarenakan rasio profitabilitas membandingkan keefektifan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba menggunakan sumber daya perusahaan (seperti aset, ekuitas dan lain-lain). Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.



9



Oleh karena profitabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya, maka cara menggunakan tingkat profitabilitas untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik. Profitabilitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan, sebagai suatu usaha efisiensi dimana setiap perusahaan dalam operasinya selalu berusaha meningkatkan labanya agar asset profitabilitas sesuai dengan standar. Berbagai proyeksi-proyeksi laporan keuangan perusahaan diatas untuk mencapai proyeksi yang dimaksudkan maka diperlukan berbagai estimasi sebagai dasar untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan. Salah satu laporan estimasi dalam laporan keuangan adalah tingkat probability dalam menghasilkan laba perusahaan dengan sumber daya ekonomi yang dimiliki. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva yang menghasilkan laba tersebut. Secara umum profitabilitas dapat dirumuskan yaitu dimana laba adalah jumlah yang diperoleh selama periode tertentu dan modal atau aktiva adalah kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan ada bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan dibandingkan itu. Laba yang berasal dari operasi usaha atau laba netto sebelum pajak dibandingkan dengan seluruh aktiva tangible atau yang akan dibandingan itu laba netto sesudah pajak dengan modal sendiri. Dengan adanya bermacam-macam cara dalam



10



penelitian profitabilitas suatu perusahaan maka tidak mengherankan apabila beberapa perusahaan yang berbeda dalam menghitung tingkat profitabilitasnya (pendapatannya). Yang paling terpenting adalah profitabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat ukur efisien penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. Dari keseluruhan analisis rasio dapat menunjukkan keadaaan perusahaan yang dijadikan pertimbangan bagi para investor atau pihak yang berkepentingan. Kepemilikan modal perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dimiliki oleh masyarakat umum (golongan kelas menengah) yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya saham yang dimiliki perusahaan. Sedangkan analisis perbedaan dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya perbedaan yang berarti antara perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga investor dan calon investor dapat menentukan investasinya dengan tepat. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di BEI dimana dalam penelitian ini difokuskan pada kinerja keuangannya sehingga bisa memberikan informasi pada masyarakat terlebih pada investor yang mau menginvestasikan dana atau modal yang dimiliki. Pemilihan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan perusahaan ini merupakan sektor perusahaan yang paling tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lain sebab dalam kondisi krisis maupun tidak produk dari perusahaan makanan dan minuman tetap dikonsumsi dan dibutuhkan. Dalam keadaan krisis konsumen akan membatasi konsumsinya dengan memenuhi kebutuhan pokok dan mengurangi kebutuhan sekundernya.



11



Tabel 1.1 Perolehan Profit Perusahaan Makanan dan Minuman yang tercatat di BEI Tahun 2012 2013 2014 2015 2016



Rata-rata Laba % Pertumbuhan 515.874.719.081 0,00 504.248.599.157 -2,25 555.980.826.044 10,26 548.430.448.903 -1,36 656.424.860.832 19,69 Sumber data : www.idx.co.id



Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa secara pertumbuhan laba Industri makanan dan minuman dalam hitungan adalah rata-rata Rp.556.191.890.804 dengan pertumbuhan fluktuatif tetapi secara pelan-pelan meningkat sebesar 19,69% ini menunjukkan bahwa perusahaan makanan dan minuman setiap tahun mengalami peningkatan laba. Secara teori perusahaan yang memiliki laba yang cenderung meningkat seharusnya memiliki kinerja keuangan yang baik. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman. Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini peneliti tertarik pada perusahaan yang dimiliki masyarakat umum yaitu perusahaan makanan dan minuman di BEI sehingga peneliti memberikan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :



12



1.



Bagaimana perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.



2.



Kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik di antara perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.



1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1.



Untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.



2.



Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik di antara perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.



1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1.



Kontribusi Praktis Dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau evaluasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penilaian kinerja keuangan.



2.



Kontribusi Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.



1.5. Ruang Lingkup Untuk mencegah pembahasan yang meluas, maka penelitian ini dibatasi pada penilaian kinerja keuangan menggunakan rasio likuiditas yaitu menghitung



13



current rasio (rasio lancar) dan quick rasio, rasio solvabilitas yaitu menghitung debt to total assets dan debt to equity rasio, rasio aktivitas yaitu menghitung total asset turn over dan receivable turn over, rasio profitabilitas yaitu menghitung profit margin, ROA dan ROE setelah itu menganalisis perkembangan dan membandingkan tiap rasio pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2012-2016.



14



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Kajian empiris atau penelitian terdahulu yang dianggap relevan dan dijadikan sebagai terusan atau pembanding terhadap penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh : a.



Silvana Marcelina (2013), dengan judul “Analisis Perbandingan Profitabilitas Pada Perusahaan Food And Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Laba merupakan tujuan yang harus dicapai setiap perusahaan, maka dari itu perusahaan akan mencatat semua aktivitas perusahaan dalam sebuah laporan yang menjadi tolak ukur dalam mengevaluasi pencapaian hasil. Untuk mengetahui posisi keuangan, diperlukan alat analisis berupa rasio keuangan, salah satu rasio yang sering digunakan adalah profitabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perbandingan profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur tersebut. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dengan sub Industri Food dan Beverages. Sample yang digunakan sesuai kriteria terdapat 10 perusahaan. Sumber data yakni data sekunder dengan mengakses website IDX. Teknik analisis yang digunakan adalah one way Anova. Hasil penelitian menunjukan (1) Perbandingan profitabilitas pada perusahaan Food and Beverages dan dimana perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk, mendominasi kemampuan profitabilitas dibanding dengan perusahaan lainnya. (2) hasil



15



pengujian jenis rasio NPM, GPM, ROI, dan ROE menunjukkan perbedaan nilai profitabilitas yang signifikan antar setiap perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bagi investor disarankan terlebih dahulu memperhatikan kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini keduanya menganalisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman di BEI. Perbedaannya Silvana Marcelina menganalisis perbandingan kinerja keuangan dari segi profitabilitas saja sedangkan penelitian ini bukan dari segi profitabilitas saja tetapi juga rasio rasio lain seperti likuiditas, solvabilitas dan aktivitas. b.



Primal Aditya Rizki (2013), dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. INDOSAT Tbk Menggunakan Metode Financial Ratio Dan Economic Value Added”. Penelitian ini diteliti tentang perbandingan antara metode rasio keuangan yaitu analisis rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas, dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Dimana objek penelitian adalah PT. INDOSAT Tbk pada kurun waktu 2004 – 2008. Dengan metode Economic Value Added (EVA) didapat hasil positif. Hal ini menandakan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai dan memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemiliknya. Dengan kata lain, selama periode tahun 2004-2008, return yang diharapkan oleh pemegang saham sebagai pemilik perusahaan telah dapat dipenuhi oleh perusahaan. Sedangkan dari hasil perbandingan antara metode EVA dengan ROE dapat disimpulkan bahwa metode EVA dalam perhitungan kinerja perusahaan lebih akurat



16



dibandingkan metode rasio keuangan, terutama parameter ROE karena pada metode EVA diperhitungkan adanya biaya ekuitas perusahaan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini keduanya menganalisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan.. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dimana Primal Aditya Rizki pada PT. INDOSAT Tbk sedangkan penelitian ini pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia c.



Cendy A.S. Kaunang (2013), dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Menggunakan Rasio Profitabilitas Dan Economic Value Added Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam LQ 45”. Penelitian ini Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added. Adanya kedua metode ini, akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam



mendapatkan keuntungan selama periode



tertentu dan apakah perusahaan akan menciptakan nilai atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Rasio Profitabilitas dan EVA. Penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, diambil sebanyak 9 perusahaan



tahun 2009 – 2011. Metode



analisis yang digunakan adalah metode EVA. Hasil yang diperoleh oleh 9 perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 menunjukkan hasil yang positif selama periode tahun 2009 - 2011. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai dan mensejahterakan pemegang



17



saham sebagai pemilik perusahaan, karena return yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan. Hasil perbandingan antara ROE dengan EVA menunjukkan bahwa perusahaan harus menerapkan EVA sebagai alat ukur kinerja perusahaan dibandingkan dengan ROE. EVA lebih baik karena memperhitungkan biaya ekuitas sedangkan pada ROE tidak. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini keduanya menganalisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan.. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dimana Cendy A.S. Kaunang pada perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 sedangkan penelitian ini pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. Cendy A.S. Kaunang menganalisis perbandingan kinerja keuangan dari segi profitabilitas saja sedangkan penelitian ini bukan dari segi profitabilitas saja tetapi juga rasio rasio lain seperti likuiditas, solvabilitas dan aktivitas d.



Risma Ayunda (2014), dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia dan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan mana yang terbaik. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman dari tahun 2009 sampai 2012. Berdasarkan perbandingan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio, dapat diketahui bahwa PT. Akasha Wira Internasional Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio aktivitas dapat diketahui bahwa jika dilihat



18



dari total asset turn over, PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dan jika dilihat dari receivable turn over, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio solvabilitas dapat diketahui bahwa jika dilihat dari debt to total assets ratio, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan rasio profitabilitas yang terdiri dari profit margin, Return On Assets, dan Return On Equity, PT Multi Bintang Indonesia Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini keduanya menganalisis perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman di bursa efek indonesia. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dimana Risma Ayunda pada 5 Perusahaan makanan dan minuman sedangkan pada penelitian ini 20 Perusahaan Makanan dan Minuman. e.



Kristanto Tri Nugroho (2015), dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas dan Rasio Solvabilitas (Studi Kasus Pada Lima Perusahaan Food and Beverage yang Go Publik Selama Periode 2008-2012)”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perusahaan yang memiliki kinerja keuangan paling baik dari lima perusahaan food and beverage yang go publik. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini difokuskan pada lima perusahaan food and beverage yang memiliki laba tertinggi yang terdaftar di Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam



19



penelitian ini menggunakan rumus rasio likuiditas (current ratio, quick ratio) rasio profitabilitas (gross profit margin, net profit margin, return on investment, return on equity), rasio aktivitas (inventory turnover, total assets turn over, fixed assets turnover), dan rasio solvabilitas (debt to equity, debt to total assets). Hasil penelitian dari lima perusahaan food and beverage yang go publik, menunjukkan tingkat kinerja keuangan yang paling baik berdasarkan poin tertinggi dan ranking terbaik diperoleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini keduanya menganalisis kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di BEI dilihat dari likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Perbedaannya Kristanto Tri Nugroho menyimpulkan pada rangking yang terbaik sedangkan penelitian ini bukan dari segi rangking saja tetapi tiap rasio-rasio yang terbaik dan yang terburuk dari 5 perusahaan. f.



Satrya Darma Doerachman, Parengkuan Tommy, Paulina Van Rate (2016), dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20112014. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan untuk membandingkan yaitu rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (DER), rasio profitabilitas (ROA), rasio akvitivas (TATO). Data yang diperoleh dengan metode purposive sampling dengan kriteria (1) Perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (2) Perusahaan



20



yang memproduksi obat generik dan resep dokter, dan (3) waktu penelitian perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini keduanya menganalisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan yang tercatat di BEI. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dimana Satrya Darma Doerachman, Parengkuan Tommy, Paulina Van Rate pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI sedangkan penelitian ini pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. g.



Rivaldy Daniel Lontoh, Marjam Mangantar, Yunita Mandagie (2017), dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. Gudang Garam Tbk Periode 2011-2014”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. Gudang Garam Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan untuk membandingkan yaitu rasio likuiditas (Current ratio dan Quick ratio), rasio solvabilitas (DAR dan DER), rasio profabilitas (ROE dan ROI), rasio aktivitas (TATO dan ITO). Data yang diperoleh dengan metode purposive sampling menggunakan PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. Gudang Garam Tbk sebagai objek penelitian. Hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. Gudang Garam Tbk ditinjau dari analisis likuiditas, dan terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan antara PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. Gudang Garam Tbk ditinjau dari analisis solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas. Untuk



21



perusahaan dengan kinerja keuangan yang rendah sebaiknya meningkatkan kinerja sesuai dengan indikator yang memiliki nilai rendah. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini keduanya menganalisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan yang tercatat di BEI. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dimana Rivaldy Daniel Lontoh, Marjam Mangantar, Yunita Mandagie pada perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. Gudang Garam yang terdaftar di BEI sedangkan penelitian ini pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. h.



Hafidzul Ulum, Ronny Malavia Mardani, Budi Wahono (2017), dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Yang Tercatat Di BEI”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan PT Telekomunikasi IndonesiaTbk dan PT Indosat Tbk dari tahun 2006 sampai 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa laporan keuangan tahunan dihitung menggunakan curent ratio, debt to equity ratio, return on equity, return on asset, net profit margin, total asset turnover dan economic value added (EVA). Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata curent ratio, debt to equity ratio, return on equity, return on asset, net profit margin, dan total asset turnover nilai rata-rata PT Telekomunikasi Indonesia Tbk lebih baik dari pada PT Indosat Tbk. sedangkan nilai rata-rata economic value added (EVA) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk lebih baik dari pada PT Indosat Tbk. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini keduanya menganalisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan yang tercatat di BEI.



22



Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dimana Hafidzul Ulum, Ronny Malavia Mardani, Budi Wahono pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI sedangkan penelitian ini pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia 2.2 Tinjauan Teoritis 2.2.1 Kinerja Keuangan Perusahaan 1.



Pengertian Kinerja Keuangan Pengertian kinerja menurut Sukemi (2007:23) adalah prestasi yang dicapai



perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Sedangkan penilaian kinerja menurut Sedarmayanti (2007:261) adalah uraian sistematik, tentang kekuatan/ kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang/ kelompok. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prestasi organisasi atau perusahaan dinilai secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dapat dilihat dari segi pengelolaannya, pergerakanya, maupun tujuannya. Kinerja dapat dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif yaitu (Mulyadi, 2003: 428): a.



Segi kualitatif adalah suatu kinerja perusahaan yang tidak dapat diukur seperti keunggulan produk di pasar, pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan perusahaan terhadap peraturan masyarakat.



b. Segi kuantitatif adalah kinerja keuangan perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan suatu analisis tertentu (dalam hal ini analisis laporan keuangan) seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.



23



Tinggi



rendahnya



kinerja



suatu



perusahaan



merupakan



dasar



pertimbangan guna pemilihan tujuan investasi oleh para investor pada umumnya. Apabila kinerja suatu perusahaan baik dapat dikatakan perusahaan tersebut telah menjalankan usahanya secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja keuangan perusahaan diukur melalui pengevaluasian laporan keuangan perusahaan, khususnya analisis laporan keuangan. 2.



Kinerja Perusahaan dengan Analisis Laporan Keuangan Dari laporan keuangan dapat dilihat performa suatu perusahaan, kondisi



keuangannya dengan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu. Hal-hal tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusan. Kinerja suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi salah satu aspek yang diperhatikan oleh pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu manajemen suatu perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Jenis-jenis analisis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio neraca (likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitabilitas), dan rasio neraca aktivitas (Darsono dan Ashari, 2005:51). Rasio-rasio keuangan yang dihitungs dapat dibandingkan dengan rasio-rasio tahun lalu maupun dengan perusahaan-perusahaan yang sejenis (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:82).



24



2.2.2 Laporan Keuangan 1.



Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses



akuntansi yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2007:6) adalah neraca dan perhitungan laba rugi serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya, antara lain laporan sumber dan penggunaan-penggunaan dana. Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi dan pendapatan pribadi. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2005:4) adalah laporan yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Bagi para analisis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Agar dalam melakukan analisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan itu hasilnya memuaskan, perlu adanya konsistensi penyajian yaitu keseragaman bentuk laporan keuangan untuk dianalisis. Laporan keuangan biasanya siap disajikan 7 hari setelah tutup bulan dan 30 hari sebelum tutup tahun. Laporan keuangan yang telah diaudit biasanya tersaji



25



3 bulan setelah tutup tahun. Menurut Darsono dan Ashari (2005:15) laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa : a.



Perusahaan masih hidup dan akan terus hidup (going concern). Dalam asumsi ini dianggap bahwa perusahaan akan tetap menjalankan usahanya untuk jangka waktu terus-menerus dan tidak ada niat untuk menghentikan usahanya.



b.



Perusahaan sebagai satu unit ekonomi yang terpisah dari pemilik. Dalam asumsi ini perusahaan ini adalah suatu unit yang terpisah dari pemiliknya. Sebagai unit yang terpisah maka kekayaan antara pemilik dan perusahaan harus dipisahkan secara jelas.



c.



Stabilitas nilai tukar uang. Dalam asumsi ini nilai uang akan stabil dari waktu ke waktu sehingga nilai yang tertera dalam laporan keuangan merupakan representasi yang benar atas kekayaan perusahaan.



d.



Dasar akrual artinya laporan keuangan disusun dengan dasar pengaruh transaksi yang diakui pada saat kejadian (dimana hak dan kewajiban timbul) bukan pada saat kas diterima. Dalam hal ini suatu transaksi sudah diakui walaupun uang kas belum diterima.



e.



Aktivitas perusahaan dapat dipecah berdasarkan waktu, misalnya bulanan, tahunan meskipun perusahaan hidup terus tanpa henti.



2.



Bentuk-bentuk Laporan Keuangan Secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yang



dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu neraca, laporan rugi laba, dan laporan aliran kas (Hanafi dan Halim, 2005:12). Laporan-laporan keuangan tersebut pada dasarnya ingin melaporkan kegiatan-kegiatan perusahaan yaitu kegiatan investasi,



26



kegiatan pendanaan, dan kegiatan operasional, sekaligus mengevaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. a.



Neraca Neraca



digunakan



untuk



menggambarkan



kondisi



keuangan



perusahaan. Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu (snapshot keuangan perusahaan), yang meliputi aset (sumberdaya atau resources) perusahaan dan klaim atas aset tersebut (meliputi hutang dan saham sendiri). Aset perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana



atau keputusan investasi pada masa lalu,



sedangkan klaim perusahaan menunjukkan sumber dana tersebut atau keputusan pendanaan pada masa lalu. Dana diperoleh dari pinjaman (hutang) dan dari penyertaan pemilik perusahaan (modal). Persamaan neraca menurut Hanafi dan Halim (2005:12) adalah sebagai berikut : Aset = Hutang + Modal Pemilik Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa aset suatu perusahaan sama dengan hutang ditambah modal (atau klaim terhadap aset tersebut oleh kreditor dan pemilik perusahaan). Aset/aktiva menampilkan daftar spesifik kekayaan perusahaan (kas, piutang, persediaan, aktiva tetap), sedangkan sisi pasiva menampilkan daftar spesifik orang atau badan (entity) yang memberikan dana untuk memperoleh aset tersebut (dan dengan demikian klaim terhadap aset tersebut), seperti supplier, pemerintah, bank, pemegang saham. Dengan demikian neraca menampilkan keseimbangan atau kesamaan antara keputusan investasi dengan keputusan pendanaan.



27



b.



Laporan Rugi-Laba Laporan rugi-laba merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tententu (Hanafi dan Halim, 2005:15). Berbeda dengan neraca yang merupakan snapshot, maka laporan rugi-laba mencakup suatu periode tertentu. Dalam jangka waktu tertentu, total usaha aset perusahaan berubah disebabkan oleh kegiatan investasi, pendanaan, dan kegiatan operasional. Tujuan pokok dari laporan rugi-laba adalah melaporkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk memperoleh untung. Untuk itu laporan itu harus sedemikian rupa agar tidak menyesatkan (misleading). Kemampuan perusahaan terutama dilihat dari kemampuan perusahaan memperoleh laba dan operasinya pada kondisi bisnis yang normal. Kadang-kadang perusahaan memperoleh laba pada situasi



yang tidak normal, misalnya laba dari



penjualan pabrik, rugi karena pabrik perusahaan tersebut terbakar, dan laba dari perubahan metode akuntansi. Item-item di atas merupakan laba atau rugi yang muncul bukan dari operasi normal perusahaan. Agar tidak menyesatkan, pembaca laporan keuangan harus diberi informasi kemampuan yang sebenarnya. Informasi kemudian akan dipakai untuk memprediksi kemampuan perusahaan pada masa mendatang. c.



Laporan Aliran Kas Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Ada beberapa kasus dimana perusahaan menguntungkan (selalu



memperoleh



laba), tetapi tidak mampu membayar hutang-hutangnya kepada supplier,



28



karyawan, dan kreditur-kreditur lainnya. Perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh biasanya mengalami kejadian semacam itu, menguntungkan tetapi tidak mempunyai kas yang cukup. 3.



Pengguna Laporan Keuangan Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi keuangan diperlukan



sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan



keputusan



ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untuk menetapkan suatu analisis data dalam bidang bisnis. Pengguna laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya menurut Darsono dan Ashari (2005:11) dikelompokkan sebagai berikut : a.



Investor atau pemilik Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar deviden. Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.



b.



Pemberi pinjaman (kreditor) Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo.



29



c.



Pemasok atau kreditor usaha lainnya Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.



d.



Pelanggan Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama.



e.



Karyawan Karyawan membutuhkan informasi keuangan perusahaan untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya.



f.



Pemerintah Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi.



g.



Masyarakat Laporan keuangan diperlukan bagi masyarakat sebagai bahan ajar, analisis, serta informasi trend dan kemakmuran



2.2.3 Analisis Laporan Keuangan 1.



Pengertian Analisis Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan akan lebih bermanfaat dalam pengambilan



keputusan apabila data keuangan dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan.



30



Sebelum mengadakan analisis terhadap laporan keuangan, penganalisis harus benar-benar memahami bentuk dan isi laporan keuangan tersebut dan seorang analis harus mempunyai kemampuan dan kebijaksanaan yang cukup dalam pengambilan suatu kesimpulan di samping harus mempertahatikan dan mempertimbangkan perubahan kondisi perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2005:72) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan, yaitu: a.



Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan keuangan lima atau enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat munculnya trend tertentu.



b.



Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipaki untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh pihak perusahaan. Rata-Rata industri bisa dipakai sebagai pembanding. Meskipun rata-rata industri bukan angka pembanding yang tepat karena beberapa hal, misalnya karena adanya perbedaan karakteristik rata-rata industri dengan perusahaan tersebut.



c.



Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pertanyaan-pertanyaan penting yang melengkapi laporan keuangan seperti diskusi strategi



31



perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi merupakan bagian internal yang harus dimasukkan dalam analisis. d.



Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis yang mendalam dari laporan keuangan. Kadangkala informasi tambahan bisa memberikan analisis yang lebih tajam lagi. Sebagai contoh, analisis penurunan penjualan bila disertai dengan analisis perkembangan market share akan memberi pendangan baru kenapa perjualan bisa menurun.



2.



Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan dari analisis laporan keuangan menurut Hanafi dan Halim (2005:6)



meliputi: a.



Investasi saham Sertifikat saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor bisa membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan saham berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun juga



berhak atas rugi yang diperoleh



perusahaan (apabila rugi). Kondisi tersebut menjadikan laporan keuangan bisa difokuskan pada kemampuan perusahaan melewati masa-masa sulit dan kemudian memproyeksikan kemampuan pada masa-masa yang akan datang, rasio keuangan disini memegang peranan yang penting. b.



Pemberian Kredit Dalam analisis laporan keuangan yang menjadi tujuan pokok adalah kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan



32



berserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut. Pihak pemberi pinjaman (kreditor) memperoleh keuntungan dari bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut. c.



Kesehatan Pemasok (Supplier) Perusahaan tergantung pada “supply” pemasok akan mempunyai kepentingan pada pemasok tersebut. Perusahaan ingin memastikan bahwa pemasok tersebut sehat dan bisa bertahan terus. Dengan kemungkinan kerja sama yang terusmenerus, analisis dari pihak perusahaan akan berusaha menganalisis profitabilitas



pemasok,



kondisi



keuangan,



kondisi



keuangan



untuk



menghasilkan kas untuk memenuhi opsi sehari-hari. d.



Kesehatan Pelanggan (Customer) Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit kepada pelanggan maka perusahaan memerlukan informasi keuangan pelanggan, terutama informasi mengenai kemampuan pelanggan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.



e.



Kesehatan Perusahaan Ditinjau dari Karyawan Karyawan atau calon karyawan barangkali akan tertarik menganalisis keuangan perusahaan untuk memastikan apakah perusahaan yang dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus.



f.



Pemerintah Pemerintah melakukan analisis laporan keuangn perusahaan untuk menentukan pajak yang harus dibayarkan atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu industri.



33



g.



Analisis Internal Pihak internal perusahaan sendiri akan memerlukan informasi mengenai kondisi



keuangan



perusahaan



untuk



menentukan



sejauh



mana



perkembangan perusahaan. h.



Analisis pesaing Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing.



i.



Penilaian Kerusakan Kadangkala analisis laporan keuangan dapat digunakan sebagai penentu besarnya kerusakan yang dialami oleh perusahaan.



3.



Prosedur Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:34), prosedur analisa terhadap laporan keuangan



meliputi : a.



Laporan tersebut disesuaikan dengan tekanan atau tujuan menajemen atau maksud penggunaan laporan keuangan tersebut. Misalnya untuk tujuan intern perusahaan atau untuk tujuan perencanaan dan pengawasan intern akan berbeda dengan laporan keuangan yang bertujuan untuk ketentuan penetapan pajak.



b.



Perbedaan pendapat di antara mereka yang menyusun laporan keuangan tersebut.



Misalnya



perbedaan



pendapat



tentang



besarnya



suatu



pengeluaran untuk reparasi atau perbaikan mesin yang harus dikapitalisir, taksiran umur dari suatu aktiva tetap dan lain-lain.



34



c.



Perbedaan pengetahuan serta pengalaman daripada akuntan yang menyusun laporan. Misalnya akuntan yang pernah memperoleh pendidikan atau pengetahuan tentang sistem akuntansi secara continental (rekening stelsel) dengan akuntan yang memperoleh pengetahuan akuntansinya secara anglo saxon (accounting) maka bentuk atau susunan laporannya akan berbeda.



d.



Adanya kegagalan untuk menerapkan sebutan-sebutan (terminology) ataupun klasifikasi yang terbaru yang telah diterima umum atau lazim digunakan.



4.



Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Prastowo (2002:54), secara umum metode analisis laporan



keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu: a.



Metode analisis horizontal (dinamis) Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode).



b.



Metode analisis vertikal (statis) Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama pada tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis



35



karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) sama. Sementara itu teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan menurut Munawir (2007:36) adalah sebagai berikut: a.



Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: 1) Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah 2) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah 3) Kenaikan atau penurunan dalam prosentase 4) Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio 5) Prosentase total



b.



Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis data untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.



c.



Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengatahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualan.



36



d.



Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.



e.



Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis) adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan kas selama periode tertentu.



f.



Analisa ratio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.



g.



Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu analisa untuk mengatahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu perusahaan.



h.



Analisa break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.



2.2.4 Analisis Rasio Keuangan 1.



Pengertian Analisis Rasio Keuangan Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis



keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dari rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan.



37



Menurut Munawir (2007:64) analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis rasio dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio yang digunakan sebagai standar. Dengan



menggunakan



analisis



rasio



dimungkinkan



untuk



dapat



menentukan likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat keuntungan perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan antara perusahaan sejenis atau juga dapat dilakukan dengan membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan tahun lalu. Menurut Hanafi dan Halim (2005:77) analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori, yaitu: a.



Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.



b.



Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauhmana efektifitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.



c.



Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.



d.



Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba



e.



Rasio Pasar yaitu rasio yang melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan.



38



2.



Penggunaan Analisis Rasio Keuangan Dalam analisa, angka-angka rasio yang diperoleh dapat dianalisa dengan



membandingkan angka rasio tersebut dengan : a.



Standard rasio atau rata-rata dari seluruh industri semacam di mana perusahaan yang data keuangannya dianalisis menjadi anggotanya.



b.



Rasio yang telah ditentukan oleh budget perusahaan yang bersangkutan.



c.



Rasio-rasio yang semacam di waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan.



d.



Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya. (Munawir, 2007:101) Dari keempat data rasio pembanding tersebut, pembanding c dan d



sering



digunakan



karena



data



kemungkinan



dapat



diperoleh.



Angka



pembanding “standard rasio” untuk Indonesia sampai saat ini belum dapat dilaksanakan karena belum ada lembaga atau badan yang menyusun rasio industri atau standard rasio (Munawir, 2007:102). 3.



Keterbatasan Analisa Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan selain merupakan alat yang sangat berguna, juga



tidak terlepas dari beberapa keterbatasan, diantaranya menurut Weston dan Copeland (2002:269) adalah sebagai berikut : a.



Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.



39



b.



Dana perusahaan mungkin menggunakan metode penilaian persediaan atau metode penyusutan yang berbeda sehingga laba yang dilaporkan berbeda.



c.



Perlakuan terhadap pengeluaran penelitian dan pengembangan, biaya untuk dana pensiun, penggabungan usaha (merger), jaminan produk dan cadangan piutang macet.



d.



Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang berbeda dan jika faktor musiman merupakan pengaruh yang penting, maka akan mempunyai pengaruh pada rasio-rasio perbandingannya.



e.



Perlu hati-hati dalam menentukan apakah suatu ratio tertentu baik atau buruk, dan dalam membentuk penilaian menyeluruh dari perusahaan berdasarkan serangkaian rasio-rasio keuangan. Jika analisis rasio keuangan menunjukkan adanya pola perusahaan yang menyimpang dari norma-norma industri, maka hal ini merupakan gejala adanya masalah dan perlu adanya analisis dan penelitian yang lebih lanjut.



f.



Rasio yang sesuai dengan rasio rata-rata industri tidak memberikan kepastian bahwa perusahaan berjalan normal dan memiliki manajemen yang baik. Dalam waktu singkat, banyak cara dapat digunakan untuk membuat suatu perusahaan tampak sehat sesuai dengan standar industri. Para analisis harus mengembangkan informasi dari perusahaan tentang kegiatan operasi dan manajemen perusahaan untuk menguji rasio keuangan yang ada. Rasio merupakan alat yang sangat berguna, akan tetapi seperti halnya



metode analisis yang lain, alat tersebut harus digunakan dengan bijaksana dan hati-hati, bukan digunakan tanpa berpikir dan dibuat secara mekanistis. Analisis



40



rasio



keuangan



merupakan



suatu



bagian



bukan



merupakan



jawaban



lengkap dari pertanyaan tentang prestasi atau kinerja suatu perusahaan. 2.2.5 Rasio Likuiditas Pengertian rasio likuiditas menurut Hanafi dan Halim (2005:77) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Munawir (2007:71) jika dilihat dari rasio likuiditas, suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu : 1.



Memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern)



2.



Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern)



3.



Membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan



4.



Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan Hanafi dan Halim (2005:79) menyatakan bahwa ada 2 rasio likuiditas yang



sering digunakan yaitu rasio lancar dan rasio quick (acid test ratio). 1.



Rasio Lancar atau Current Ratio Rasio lancar atau current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Menurut Hanafi dan Halim (2005:79) Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =



Aktiva Lancar Hutang Lancar



41



Darsono dan Ashari (2005:74) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. 2.



Quick Ratio Quick ratio atau acid test ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaannya (Munawir, 2007:74). Menurut Hanafi dan Halim (2005:80) Quick ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =



Aktiva Lancar − Persediaan Hutang Lancar



Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) quick ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 1 sampai 2 menunjukkan bahwa aset yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. 2.2.6 Rasio Solvabilitas Pengertian rasio solvabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:83) adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Sedangkan pengertian rasio solvabilitas atau juga disebut dengan rasio leverage (rasio pengungkit) menurut Darsono dan Ashari (2005:54) adalah rasio untuk



42



mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54) rasio solvabilitas atau rasio leverage meliputi Debt to Asset Rasio (DAR), Debt to Equityt Rasio (DER), Equity Multiplier (EM), dan Interst Coverage (IC) atau Time Interest Earned. 1.



Debt to Total Assets Ratio (DAR) Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54) DAR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =



Total Kewajiban Total Aktiva



Darsono dan Ashari (2005:76) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. 2.



Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar



43



kewajiban jangka panjang. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54) DER dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =



Total Kewajiban Total Ekuitas



Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. 3.



Equity Multiplier (EM) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54) EM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑖𝑒𝑟 =



Total Aktiva Total Ekuitas



Semakin kecil rasio Equity Multiplier, berarti porsi pemegang saham semakin besar sehingga kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. 4.



Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba untuk membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menykai rasio yang tinggi karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54) EM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : : 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =



EBIT Biaya Bunga



44



2.2.7 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melihatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaliknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain. Rasio aktivitas menurut Darsono dan Ashari (2005:59) antara lain Receivable Turn Over (RTO), Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP), Inventory Turn Over (ITO), Lama Persediaan Mengendap (PM), dan Total Asset Turn Over (TATO). a.



Receivable Turn Over Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan pelanggan yang lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini juga bisa menjadi dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tidak tertagih. Menurut Darsono dan Ashari (2005:59) Receivable Turn Over dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =



Penjualan Bersih Rata − rata Piutang Dagang



45



Darsono dan Ashari (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 - 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. b.



Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP) Dengan melihat rasio ini, bisa dilihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Menurut Darsono dan Ashari (2005:60) RPP dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rata − rata 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 Piutang =



c.



365 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟



Inventory Turn Over (ITO) Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Menurut Darsono dan Ashari (2005:60) ITO dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =



d.



Harga Pokok Penjualan Rata − rata Persediaan Barang



Lama Persediaan Mengendap (LPM) Rasio ini berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang



46



menganggur terlalu lama. Menurut Darsono dan Ashari (2005:61) LPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rata − rata 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 Piutang =



e.



365 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟



Total asset turn over Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dengan melihat rasio ini, dapat diketahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1 (Darsono, 2005:61). Menurut Darsono dan Ashari (2005:61) Total asset turn over dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑣𝑒𝑟 =



Penjualan Bersih Rata − rata Total Aktiva



2.2.8 Rasio Profitabilitas Analisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup perusahaan karena perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan. Rasio profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:85) adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu



47



tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil dari pada investasi pada deposito berjangka. Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) ada tiga rasio yang sering digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas yaitu Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity. a.



Profit Margin Rasio ini mengukur sejauh mana



kemampuan



perusahaan



menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan laba-rugi (baris paling akhir). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Menurut Hanafi dan Halim (2005:86) rasio ini bisa dihitung dengan rumus : 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =



Laba Bersih Penjualan



Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari industri ke industri, sebagai contoh : industri retailer cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur.



48



b.



Return On Asset (ROA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment). Menurut Hanafi dan Halim (2005:86) rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑅𝑂𝐴 =



Laba Bersih Total Aktiva



Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti efisiensi manajemen. c.



Return On Equity (ROE) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Menurut Hanafi dan Halim (2005:87) rasio ini dapat dihitung dengan rumus : 𝑅𝑂𝐸 =



Laba Bersih Total Ekuitas



Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.



49



2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tinjauan teori yang telah dikemukakan, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagaimana nampak pada gambar 1. Perusahaan Makanan dan Minuman yang tercatat di BEI



Neraca



Laporan Laba Rugi



Analisis Perbandingan



Analisis Likuiditas Analisis Solvabilitas Analisis Aktivitas Analisis Profitabilitas



Gambar 1. Kerangka Pemikiran



50



BAB III METODE PENELITIAN



3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 20 perusahaan.



3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi yang menjadi sasaran penelitian adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman yaitu terdapat 20 perusahaan. 3.2.2. Sampel Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan atas kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Kriteria yang ditentukan : 1) Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2) Data laporan keuangan yaitu Neraca dan Laporan Laba Rugi dari tahun 2012 sampai 2016 3) Delapan Belas (18) perusahaan dikarenakan dua (2) perusahaan tidak tersedia neraca dan laporan laba ruginya. Delapan belas perusahaan makanan dan minuman yaitu :



51



Tabel 1.2 Perusahaan Makanan dan Minuman yang tercatat di BEI NO



KODE



1 2 3 4 5 6



PSDN IIKP ALTO DLTA BTEK SKLT



7



SKBM



8 9 10



BUDI ADES STTP



11 12 13 14 15 16 17 18



NAMA EMITEN Prashida Aneka Niaga Tbk, PT Inti Agri Resources Tbk Tri Banyan Tirta Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Sekar Laut Tbk, PT Sekar Bumi Tbk, PT



Budi Starch & Sweetener Tbk. Akasha Wira International Tbk. Siantar Top Tbk, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT CEKA (d.h Cahaya Kalbar Tbk, PT ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk, PT Ultrajaya Milk Industry and ULTJ Trading Company Tbk, PT AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk, PT MYOR Mayora Indah Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, ICBP PT INDF Indofood Sukses Makmur Tbk, PT



TERDAFTAR 18 OKTOBER 1994 20 OKTOBER 2002 10 JULI 2012 12 FEBRUARI 1984 14 MEI 2004 8 SEPTEMBER 1993 5 JANUARI 1993 RELISTING 28 SEPTEMBER 2012 08 MEI 1995 13 JUNI 1994 16 DESEMBER 1996 9 JULI 1996 28 JUNI 2010 2 JULI 1990 11 JUNI 1997 17 JANUARI 1994 4 JULI 1990 7 OKTOBER 2010 14 JULI 1994



Sumber : www.idx.co.id



3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitaf yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka. Data kuantitatif dalam penelitian



52



ini bersumber dari laporan keuangan tahun 2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016 delapan belas perusahaan makanan dan minuman di bursa efek indonesia. 3.3.2. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data pendukung dan dikumpulkan tidak secara langsung berasal dari sumbernya yaitu sumber-sumber perusahaan berupa laporan keuangan tahun 2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016 delapan belas perusahaan makanan dan minuman di bursa efek Indonesia dengan situs http://www.idx.co.id. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan diperoleh dengan cara mengambil dari pojok Bursa Efek Indonesia, yaitu dengan mencatat data tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016 terutama neraca dan laporan laba rugi dari delapan belas perusahaan Makanan and Minuman. 3.5 Metode Pengolahan Data Data diambil dari neraca dan laporan laba rugi diolah dalam bentuk data olahan yang bersifat kualitatif deskriptif yaitu melukiskan atau menggambarkan keadaan obyek yang diteliti dan menyajikan data yang diperoleh kemudian membuat kesimpulan untuk memberikan alternatif pemecahannya. 3.6 Metode Analisis Data Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : analisis rasio likuiditas, analisis rasio solvabilitas, analisis rasio aktivitas, analisis rasio



53



profitabilitas. Sedangkan teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Menghitung rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas, 2) Menganalisis perkembangan rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman secara horisontal (dari tahun ke tahun) 3) Membandingkan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas secara vertikal (antar perusahaan) 4) Menyimpulkan kinerja keuangan perusahaan manakah yang paling baik di antara perusahaan makanan dan minuman. 3.4 Definisi Operasional Variabel Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio keuangan yaitu : 1) Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current rasio dan quick rasio. - Current rasio (rasio lancar) yaitu mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya menggunakan aktiva lancar



54



- Quick rasio atau acid test ratio yaitu mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan tidak memperhitungkan persediaannya. 2) Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total assets dan debt to equity rasio - debt to total assets yaitu rasio yang menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung hutang. - debt to equity rasio yaitu rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. 3) Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turn over dan receivable turn over. - Total asset turn over yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. - Receivable turn over yaitu rasio yang menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. 4) Rasio profitabilitas adalah rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti



55



kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah profit margin, return on assets, dan return on equity. - Profit margin yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu - Return On Assets (ROA) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu - Return On Equity (ROE) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal sahan tertentu.