Proposal Aplikasi Unit Homecare Asoka Online [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL APLIKASI UNIT HOMECARE ASOKA ONLINE DI WILAYAH CIMACAN CIANJUR Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah homecare



Disusun Oleh : Kelompok III Ahmad Heriyawan Akbar Angga Nugraha Dede Puri Didit Kurniawan M. Adji Maya Lasmayanti Neng Ulfi Fauziah Restu Resdian Salman Firmansyah Siti



NIM. NIM. NIM. NIM. NIM. NIM. NIM. NIM. NIM. NIM. NIM.



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS CIMAHI 2021



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Ilahi Robbi atas rahmat dan hidayahNya, serta sholawat dan salam semoga terlimpah kepada utusan Illahi Robbi nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal homecare yang berjudul “Proposal Aplikasi Unit Homecare Asoka Online di Wilayah Cimacan Cianjur ”. proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan ners tahap profesi keperawatan. Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari masih banyak kekurangankekurangan dan keterbatasan didalam peyusunan maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna perbaikan dalam penulisan di masa yang akan datang. Demikian penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesarbesarnya, mudah-mudahan proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Cimahi, 18 Agustus 2021



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .........................................................................................v DAFTAR ISI .....................................................................................................vi BAB 1



: PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................1 B. Tujuan Umum ..............................................................................3 C. Tujuan Khusus .............................................................................3



BAB II : TINJAUAN TEORITIS .....................................................................5 A. Konsep Homecare.........................................................................5 B. Konsep Sectio Caesarea..............................................................11 C. Teori Keperawatan Yang Mendukung ........................................12 BAB III : RENCANA APLIKASI ONLINE ....................................................15 A. Metode Rencana Aplikasi Homecare Online..............................12 B. VISI dan MISI Pelayanan Homecare Asoka..............................15 C. Skema Manajemen Kasus ..........................................................17 BAB IV : PENUTUP ........................................................................................20 A. Kesimpulan ................................................................................29 B. Saran ..........................................................................................29 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................30



BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pandemi Covid-19 mengakselerasi adopsi teknologi di masyarakat. Untuk menghindari dan mengurangi penularan, berbagai aktivitas fisik menjadi terbatas dan digantikan dengan aktivitas di ruang siber baik untuk bekerja, bersekolah, bersosialisasi, bahkan bidang pelayanan kesehatan. Dalam era pandemi ini, organisasi dipaksa untuk segera berbenah dan melakukan inovasi untuk memberikan layanan digital yang lebih baik kepada masyarakat terutama layanan kesehatan berdasarkan program making indonesia 4.0. Perubahan generasi telah menyebabkan saat ini Indonesia didominasi generasi melek teknologi. Kecepatan respon dari generasi muda dalam memanfaatkan berbagai kemajuan dan kecanggihan di era digital ini, harus dapat dimanfaatkan pada sektor kesehatan dalam menjawab tantangan kesehatan. Survei APJII terbaru pada Oktober 2016 melaporkan bahwa 132,7 juta atau 51,8% persen dari penduduk Indonesia sudah terhubung ke internet. Kemajuan teknologi ini tentu membawa kesempatan dan dapat menjadi kekuatan untuk mendukung program digital health sebagai ujung tombak program kesehatan di Indonesia salah satunya yaitu pelayanan homecare berbasis online. Pelayanan Kesehatan di Rumah (Home Care) adalah pelayanan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan dan meminimalkan akibat dari penyakit. Meningkatnya penyakit yang membutuhkan perawatan dalam jangka panjang menjadi sesuai bila dilakukan perawatan berbasis homecare salah satunya yaitu perawatan luka post operasi Sectio Caesarea. Berdasarkan data di Indonesia terjadi peningkatan angka section caesrea disertai kejadian infeksi luka post sectio caesarea. Sekitar 90% dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi.



Dan untuk mempercepat pelayanan dan penyembuhan maka dibutuhkan perawat yang sesuai dengan keahlian dengan beberapa keunggulan-keunggulan yang dimiliki dengan jenis perawatan yang tepat. Lingkungan rumah masih dirasakan tempat ternyaman dibandingkan di Rumah Sakit. Tetapi akibat dari kurangnya informasi tentang home care, masih banyak masyarakat yang pergi ke rumah sakit untuk melakukan perawatan lanjutan. Meskipun masyarakat harus menempuh rumah sakit terutama di Kabupaten Cianjur yang jaraknya sangat jauh serta banyaknya antrian di Rumah Sakit. Padahal perawatan bisa dilakukan di rumah dengan memanggil perawat kerumah dengan jasa home care. Oleh karena hal tersebut kami tertarik akan membuat proposal home care untuk perawatan luka post ops sectio caesarea.



B. TUJUAN UMUM Untuk mengetahui konsep homecare pada kasus perawatan luka post op sectio caesarea C. TUJUAN KHUSUS Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penyusunan proposal ini adalah : 1. Menjelaskan tentang konsep homecare 2. Menjelaskan tentang konsep perawatan luka sectio caesarea 3. Menjelaskan tentang konsep homecare pada pasien post op sectio caesarea.



BAB II TINJAUAN TEORITIS A. HOME CARE 1. DEFINISI HOME CARE Home care merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meniminalkan dampak penyakit (PMK No. 9 Tahun 2014 tentang klinik). Home care adalah suatu layanan perawatan pasien di rumah. Yang membutuhkan perawatan di rumah baik pasien yang masih sehat sampai yang sakit, pasien dengan berbagai kondisi jenis penyakit dengan berbagai latar belakang yang melandasi keputusan untuk menggunakan jasa ini di lingkungan keluarga. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan antara lain: pertimbangan ekonomi, kenyamanan pasien, dan kemudahan akses bagi keluarga. 2. TUJUAN PERAWATAN DI RUMAH ( HOME CARE) a. Tersedianya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang dapat di akses oleh masyarakat, b. Terjaganya kesinambungan pelayanan pasca rawat inap di rumah sakit sehingga klien dan keluarga dapat mandiri melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari, c. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya, d. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan, e. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga, Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,



f. Biaya kesehatan akan lebih terkendali. g. Tersedianya peluang kerja bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat untuk memberikan perawatan kesehatan di rumah terhadap individu dalam konteks keluarga secara mandiri dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 3. JENIS PELAYANAN HOME CARE Menurut (Halodoc, 2019) Ada banyak jenis pelayanan perawatan home care yang bisa digunakan, beberapa diantaranya yaitu : a. Layanan perawatan pasca operasi b. Layanan perawatan luka c. Layanan perawatan lansia d. Layanan perawatan untuk pendamping e. Layanan perawatan baby care 4. BEBERAPA



KEUNTUNGAN



YANG



DIRASAKAN



DENGAN



PELAYANAN HOME CARE a. Home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan secara focus pada satu klien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi pada beberapa pasien. b. Home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi klien, dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara komprehensif (biopsikososiospiritual). c. Home care menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua tindakan yang berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu. d. Home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih rendah daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit. Home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam memonitor kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana berguna memahami perubahan pola dan perawatan klien. e. Home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana



keluarga dapat sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak meninggalkan klien. f. Home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan dengan pelayanan dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi dapat diberikan pelayanan sekaligus dalam home care. g. Pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan kesehatan yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau perbaikan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan keluarga. 5. FAKTOR-FAKTOR YANG



MENDORONG



PERKEMBANGAN



HOME CARE a. Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan. b. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama. c. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen. d. Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturanaturan yang ditetapkan. e. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, karena berada



dilingkungan yang dikenal oleh klien dan keluarga, sehingga dapat mempercepat kesembuhan sedangkan bila di rumah sakit klien akan merasa asing dan perlu adaptasi. (Depkes, 2002). 6. TAHAPAN PELAKSANAAN HOME CARE a. Fase Persiapan 1) Format askep, meliputi format register, pengkajian, tindakan, rekap alat/bahan yang terpakai, evaluasi dari perawat ataupun dari pasien/keluarga. 2) Form informed consent, meliputi persetujuan tindakan dari pasien dan keluarga, serta keikutsertaaan keluarga dalam perawatan. b. Fase Implementasi Hasil pengkajian awal sebagai referensi untuk merencanakan kebutuhan klien selanjutnya dan dibuat kesepakatan dengan keluarga. c. Fase Terminasi Perawat menyelesaikan tindakan yg disepakati d. Fase pasca kunjungan Evaluasi pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan 1) pertelepon 2) lewat email 3) Kunjungan 7. LANDASAN HUKUM HOME CARE a. UU Nomor . 36 tahun 2009 tentang Kesehatan b. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. c. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah d. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran e. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat f. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas



g. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas h. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat. i. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan j. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta k. Permenkes No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. l. SK Dirjen Pelayanan Medik Nomor HK.00.06.5.1.311 tanggal 25 Januari 2001 tentang Penerapan Pedoman Perawatan Kesehatan di Rumah. 8. PENGORGANISASIAN HOME CARE Penyelenggaraan praktik mandiri perawat terdiri dari 3 (tiga unsur) yaitu Pengelola Pelayanan, Pelaksana Pelayanan, dan Klien. a. Pengelola Pelayanan Praktik Mandiri Perawat Adalah agensi atau unit yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan praktik mandiri perawat baik penyediaan tenaga, sarana, dan peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Pengelola dapat berkedudukan sebagai salah satu bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit/ klinik/ puskesmas, atau dapat pula berkedudukan terpisah secara mandiri dalam bentuk balai atau pusat pelayanan keperawatan. b. Pelaksana Praktik Mandiri Perawat Pelaksana praktik mandiri perawat adalah tenaga yang bertugas menyediakan pelaksana pelayanan keperawatan terdiri dari tenaga keperawatan



professional



dengan



melibatkan



tenaga-tenaga



professional lain dan tenaga non professional sesuai kebutuhan klien. Pelaksana praktik mandiri perawat tersebut terdiri dari manajer kasus dan pelaksana pelayanan.



Praktik mandiri perawat; home care dilakukankan berdasarkan pada kesepakatan antara perawat dengan klien dan atau pasien dalam upaya



untuk



peningkatan



kesehatan,



pencegahan



penyakit,



pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan. Dalam melaksanakan praktik mandiri perawat, perawat yang telah memililki SIPP berwenang untuk : 1) Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan 2) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi: intervensi/tritmen keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan 3) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi 4) Melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam lingkup praktik keperawatan 5) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien dan atau pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan. 6) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana tersebut. 7) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya sebagai perawat. 8) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawat vokasional (PN). 9) PN



dalam



melaksanakan



tindakan



keperawatan



dibawah



pengawasan RN. 10) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain yang setara kompetensi dan pengalamannya.



Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan tersebut. c. Klien Adalah penerima pelayanan keperawatan dengan melibatkan salah satu anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan keluarga dapat juga menunjuk seseorang yang akan membantu aktifitas penyediaan pelayanan keperawatan sesuai menjadi pengasuh (care-giver) yang melayani kebutuhan seharihari dari klien. Ketiga unsur seperti tersebut di atas, merupakan syarat minimal yang harus ada dalam sistem praktik mandiri perawat. Ketiga unsur tersebut berinteraksi secara proporsional dan saling mempengaruhi dalam proses praktik keperawatan. Apabila salah satu dari komponen tersebut tidak berfungsi secara baik maka pelayanan yang diberikan sulit untuk memberikan hasil yang optimal. Dalam sistem ini setiap komponen mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang dapat diukur sehingga diharapkan tidak akan merugikan salah satu pihak pun karena pelayanan yang diberikan dapat dikendalikan oleh masing-masing pihak. B. SECTIO CAESAREA 1. Definisi Sectio Caesarea(SC) Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Nurarif & Kusuma, 2015). Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti and Siwi Walyani, 2014). 2. Klasifikasi Sectio Caesarea (SC) a. Sectio Caesarea (SC) abdome atau SC transperitonealis



b. Sectio Caesarea (SC) vaginalis Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Sayatan yang memanjang 2) Sayatan yang melintang 3) Sayatan yang berbentuk huruf T c. Sectio Caesarea (SC) klasik Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat dipertimbangkan. d. Sectio Caesarea (SC) ismika Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira – kira sepanjang 10 cm (Nurarif & Kusuma, 2015). 3. Etiologi Sectio Caesarea (SC) a. Etiologi yang berasal dari ibu Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea yang berasal dari ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu terdapat



beberapa



etiologi



yang



menjadi



indikasi



medis



dilaksanakannya seksio sesaria antara lain :CPD (Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah Dini), Faktor Hambatan Jalan Lahir. b. Etiologi yang berasal dari janin Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif & Kusuma, 2015).



4. Komplikasi PostSectio Caesarea (Sc) Komplikasi pada sectio caesarea menurut (Mochtar, 2013, hal. 87) adalah saebagai berikut : a. Infeksi Puerferal (nifas) 1) Ringan dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja. 2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung. 3) Berat dengan peritonitis, sepsisdan illeus paralitik. Infeksi berat sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul infeksinifas, telah terjadi infeksi intra partum karena ketuban pecah terlalu lama. b. Perdarahan karena : 1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka. 2) Atonia uteri. 3) Perdarahan pada placental bed. c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang. 5. Resiko Infeksi Pada Post Sectio Caesaria Infeksi adalah invasi tubuh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.Risiko infeksi merupakan keadaan dimana seorang individu berisiko terserang oleh agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen(Potter & Perry, 2005). 6. Faktor Risiko Infeksi Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia(2017), faktor risiko terjadinya infeksi adalah sebagai berikut : a. Efek prosedur invasif b. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan. c. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah



sebelum waktunya, d. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan hemoglobin, imununosupresi. 7. Faktor Penyebab Risiko Infeksi Penyebab dari resiko infeksi pada ibu post sectio caesaria dalam klasifikasi (NANDA, 2012) antara lain: a. Prosedur invasive b. Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen c. Trauma d. Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan e. Rupture membrane amnionik f. Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan) g. Malnutrisi h. Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen i. Imunosupresi j. Imunitas yang tidak adekuat k. Pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun, Leukopenia, Penekanan respon inflamasi) l. Pertahanan respon primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan, penurunan gerak silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi Ph, perubahan peristaltik) m. Penyakit kronis 8. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus Beberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien menurut Potter & Perry (2005) adalah: b. Agen Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk bisa karena agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas. c. Host Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada yang bisa dikenai, tidak ada infeksi.Host biasanya orang atau hewan yang



sesuai dengan kebutuhan agen untuk bisa bertahan hidup atau berkembang biak. d. Environment (lingkungan) Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu, kelembaban, sinar matahari, oksige dan sebagainya.Ada agen tertentu yang hanya bisa bertahan atau menginfeksi pada keadaan lingkungan yang tertentu juga. 9. Dampak risiko infeksi Dampak apabila ibu nifas mengalami infeksi luka Post Sectio Caesarea dan tidak segera ditangani akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan epidermis maupun dermis, gangguan pada sistem persyarafan, dan kerusakan jaringan seluler menurut (Hasanah and Wardayanti, 2015) 10. Tanda dan gejala Tanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi menurut(Smeltzer, 2002) sebagai berikut : a. Rubor Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan.Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan.Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi local dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah local karena peradangan akut. b. Kalor Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat.Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal. c. Dolor



Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.Pengeluaran zat seperti histamine atau bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang. d. Tumor Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. e. Functio Laesa Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal.Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang. 11. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dengan Risiko Infeksi Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2011), Pengkajian merupakan tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya.  Pengkajian Post SC a. Identitas pasien b. Keluhan utama Pada ibu dengan kasus post SC keluhan utama yang timbul yaitu nyeri pada luka operasi. c. Riwayat persalinan sekarang Pada pasien post SC kaji riwayat persalinan yang dialami sekarang. d. Riwayat menstruasi Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur menarche, siklus haid, lama haid, apakah ada keluhan saat haid, hari pertama haid



yang terakhir. e. Riwayat perkawinan Yang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan, perkawinan keberapa, usia pertama kali kawin. f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Untuk mendapatkan data kehamilan, persalinan dan nifas perlu diketahui HPHT untuk menentukan tafsiran partus (TP), berapa kali periksaan saat hamil, apakah sudah imunisasi TT, umur kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir, jenis kelamin anak, keadaan anak saat lahir. g. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi Tanyakan apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi yang pernah digunakan, adakah keluhan saat menggunakan



alat



kontrasepsi,



pengetahuan



tentang



alat



kontrasepsi. h. Pola kebutuhan sehari-hari 1) Bernafas, pada pasien dengan post SC tidak terjadi kesulitan dalam menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas. 2) Makan dan minum, pada pasien post SC tanyakan berapa kali makan sehari dan berapa banyak minum dalam satu hari. 3) Eliminasi, pada psien post SC pasien belum melakukan BAB, sedangkan BAK menggunakan dower kateter yang tertampung di urine bag. 4) Istirahat dan tidur, pada pasien post SC terjadi gangguan pada pola



istirahat



tidur



dikarenakan



adanya



nyeri



pasca



pembedahan. 5) Gerak dan aktifitas, pada pasien post SC terjadi gangguan gerak dan aktifitas oleh karena pengaruh anastesi pasca pembedahan. 6) Kebersihan diri, pada pasien post SC kebersihan diri dibantu oleh perawat dikarenakan pasien belum bisa melakukannya



secara mandiri. 7) Berpakaian, pada pasien post SC biasanya mengganti pakaian dibantu oleh perawat. 8) Rasa nyaman, pada pasien post SC akan mengalami ketidaknyamanan yang dirasakan pasca melahirkan. 9) Konsep diri, pada pasien post SC seorang ibu, merasa senang atau minder dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha untuk merawat anaknya. 10) Sosial, pada SC lebih banyak berinteraksi dengan perawat dan tingkat



ketergantungan



ibu terhadap



orang



lain



akan



meningkat. 11) Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partum terutama untuk ibu dengan SC meliputi perawatan luka, perawatan payudara, kebersihan vulva atau cara cebok yang benar, nutrisi, KB, seksual serta hal-hal yang perlu diperhatikan



pasca



pembedahan.



Disamping



itu



perlu



ditanyakan tentang perawatan bayi diantaranya, memandikan bayi, merawat tali pusat dan cara meneteki yang benar. i. Data fokus pengkajian Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, dalam pengkajian ibu post sectio caesarea dengan risiko infeksi data fokus yang dikaji adalah mengkaji faktor penyebab mengapa pasien berisiko terjadi infeksi. Menurut Tim Pokja SDKI (2016), faktor yang dapat menyebabkan risiko infeksi adalah : 1) Efek prosedur invasif 2) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan. 3) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya, 4) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan hemoglobin, imununosupresi.



j. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, berat badan, tinggi badan, keadaan kulit. 2) Pemeriksaan kepala wajah:Konjuntiva dan sklera mata normal atau tidak. 3) Pemeriksaan leher:Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid. 4) Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi jantung. 5) Pemeriksaan buah dada:Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada tidaknya tanda dimpling/retraksi. 6) Pemeriksaan abdomen:Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi, terdapat luka dan tanda-tanda infeksi disekitar luka operasi. 7) Pemeriksaan ekstremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral, ekstremitas bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau tidak, pemeriksaan refleks. 8) Genetalia: Menggunakan dower kateter. k. Data penunjang Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb), Hematokrit (HCT) dan sel darah putih (WBC). l. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Tujuan dari diagnose keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan yang terkait pada ibu post seksio sesaria yaitu Risiko Infeksi menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).



Tabel 1 Diagnosa Keperawatan Risiko Infeksi pada ibu post sectio caesarea Masalah keperawatan Risiko Infeksi Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik



Faktor risiko 1. Efek prosedur invasif 2. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : (ketuban pecah sebelum waktunya) 3. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : penurunan hemoglobin



Kondisi klinis terkait 1. Ketuban pecah sebelum waktunya 2. Prosedur invasif 3. Peningkatan leukosit



Defisit Pengetahuan Definisi : Ketidaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu



Faktor penyebab : 1. Keteratasan kognitif 2. Gangguan fungsi kognitif 3. Kekeliruan mengikuti anjuran 4. Kurang terpapar informasi 5. Kurang minat dalam belajar 6. Kurang mampu mengingat 7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi (Sumber: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Indonesia, 2017)



1. Kondisi klinis yang baru dihadapi klien 2. Penyakit akut 3. Penyakit kronis



Diagnosis Keperawatan



m. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan dengan risiko infeksi menggunakan pendekatan



menurut(Nurarif



dan



Kusuma,



2015).



Setelah



merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, serta mencegah masalah keperawatan ibu. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnose



keperawatan,



menetapkan



sasaran



dan



tujuan,



menetapkan kriteria evaluasi, serta merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.



Berikut ini adalah intervensi untuk pasien dengan masalah keperawatan risiko infeksi : Tabel 2 Intervensi Untuk Pasien Dengan Masalah Keperawatan Risiko Infeksi Diagnosa Keperawatan 1 Risiko Infeksi Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik



Defisit Pengetahuan Definisi : Ketidaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu



Tujuan dan Kriteria Hasil 2 1. Immune status 2. Knowledge : infection control 3. Risk control Adapun kriteria hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Ibu bebas dari tandatanda gejala infeksi 2. Menunjukkan kemampuan mencegah timbulnya infeksi 3. Jumlah leukosit dalam batas normal 4. Ibu menunjukkan perilaku hidup sehat



1. Tingkat pengetahuan 2. Tingkat kepatuhan Adapun kriteria hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun 3. Perilaku menjalankan anjuran membaik



Intervensi 3 1) Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2) Memonitor kondisi luka atau insisi bedah 3) Memonitor kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase 4) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 5) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan 6) Menggunakan baju atau sarung tangan sebagi alat pelindung 7) Tingkatkan intake nutrisi 8) Melakukan perawatan luka pada area insisi 9) Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi 10) Mengajarkan pasien menghindari infeksi 11) Mendelegasikan pemberian antibiotic sesuai resep. 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2) Identifikasi indikasi dan kontraindikasi mobilisasi 3) Jadwalkan waktu pendidikan kesehatan sesuai kesepakan pasien dan keluarga 4) Jelaskan prosedur, tujuan, indikasi, dan kontraindikasi mobilisasi serta dampak imobilisasi



5) Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan mobilisasi 6) demontrasikan cara mobilisasi di tempat tidur 7) Demonstrasikan cara melatih rentang gerak 8) anjurkan miring kanan dan miring kiri



(Sumber: (Bulechek et al., Nursing Interventions Classification (NIC), 2016; Moorhead et al., Nursing Outcomes Classification (NOC), 2016) n. Implementasi Keperawatan Menurut Kozier (2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan intervensi. o. Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan menurut Kozier (2010) adalah fase kelima atau terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.Sedangkan program



selesai



pengambilan



evaluasi



dan



keputusan.



sumatif



mendapatkan Evaluasi



dilakukan



informasi asuhan



setelah



efektifitas keperawatan



didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing), Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan ibu yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada ibu dan yang dirasakan ibu setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) adalah interpretasi dari data subjektif dan objektif untuk menentukan tindak lanjut dan penentuan



apakah implementasi akan dilanjutkan atau sudah terlaksana dengan baik, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya (Achjar, 2010). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang ibu hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada pasien post sectiocaesarea dengan risiko infeksi adalah sebagai berikut: 1) Ibu bebas dari tanda-tanda gejala infeksi 2) Menunjukkan kemampuan mencegah timbulnya infeksi 3) Jumlah leukosit dalam batas normal 4) Ibu menunjukkan perilaku hidup sehat. 5) Ibu dapat melaksanakan dan mengerti akan pentingnya mobilisasi dini C. TEORI PENDUKUNG 1. Penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dan umumnya terjadi secara teratur yang melibatkan regenerasi epitel dan pembentukan parut jaringan ikat. Penyembuhan luka akan melibatkan proses fisiologis. Sebenarnyasifat penyembuhan dari semua luka adalah sama, hanya ada beberapa hal yang membedakan yaitu bergantung pada lokasi, tingkat keparahan, dan luasnya luka. Fase penyembuhan luka diawali dengan fase inflamasi. Fase ini dimulai dari adanya reaksi tubuh terhadap luka dimulai dari beberapa menit setelah cedera dan berlangsung selama beberapa hari. Dalam fase ini terjadi proses hemostatis (pengontrolan perdarahan) yaitu sesuai dengan perintah otak, tubuh akan mengirim suplai darah ke area yang mengalami cedera, kemudian membentuk sel-sel epitel (epitelialisasi) (Potter, 2011). Selama proses ini pembuluh darah yang



menyuplai darah ke area luka akan mengalami kontriksi dan trombosit akan berkumpul di area luka untuk menghentikan proses perdarahan dengan membentuk jaring-jaring benang fibrin (matriks fibrin) dari matriks fibrin inilah yang nantinya akan menjadi kerangka perbaikan sel. Kemudian jaringan yang rusak menyekresi histamin yang merangsang vasodilatasi kapiler di area luka dan mengeluarkan serum dan sel darah putih (Potter, 2011). Kedua komponen ini akan menyebabkan inflamasi guna membunuh kuman penyakit yang mungkin ada saat luka terjadi. Proses inflamasi ini tentunya akan menyebabkan tanda inflamasi berupa kemerahan, bengkak, hangat, dan nyeri lokal (Potter, 2011). 2. Mobilisasi dini Mobilisasi dini merupakan gerakan sistematis yang dilakukan oleh ibu pasca persalinan baik persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan operasi. mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria dilakukan secara bertahap mulai 6 jam pasca persalinan. Gerakan-gerakan dalam mobilisasi dini tersebut dapat membantu pemulihan ibu pasca persalinan. Ambulasi dini dapat membantu pasien dalam menghindari morbiditas dan meningkatkan pemulihan awal pasien (Dube, 2014). Mobilisasi dini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka pasca bedah serta dapat mengurangi resiko komplikasi. Mobilisasi dni sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi (Mubarak, 2008; Ditya, 2016) karena mobilisasi dini dapat meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga nutrisi yang dbutuhkan luka terpenuhi dan mempercepat kesembuhan luka. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderitauntuk mempertahankan fungsi fisiologis (Hamilton, 2012). Menurut Manuaba (2012), manfaat mobilisasi dini bagi



ibu post operasi adalah mampu memperlancar pengeluaran lokia dan mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat kandungan, memperlancar



fungsi



alat



gastrointestinal



dan



alat



perkemihan,



meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga nutrisi yang dibutuhkan



lukaterpenuhi



dan



mempercepat



kesembuhan



luka,



mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. Sedangkan kerugian jika tidak melakukanmobilisasi dini terutama bagi ibu post operasi adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh, perdarahan yang abnormal dan involusi uterus yang tidak baik.



BAB III RENCANA APLIKASI ONLINE A. METODE RENCANA APLIKASI HOMECARE ONLINE 1. Marketing a. Membuat Website / Aplikasi dan contact person yang dapat diakses oleh konsumen yang membutuhkan jasa homecare sesuai kebutuhan dan ruang lingkup pelayanan homecare diantaranya : Layanan perawatan pasca operasi, Layanan perawatan luka, Layanan perawatan lansia, Layanan perawatan untuk pendamping, dan Layanan perawatan baby care. b. Membuat iklan di sosial media mengenai praktik jasa homecare secara masif c. Memuat informasi spesifikasi perawat / care giver diantaranya pendidikan, surat ijin praktik keperawatan, pengalaman kerja, dan sertifikasi pelatihan yang menunjang pelayanan homecare yang dapat di akses oleh konsumen. d. Menyiapkan mapping perawat / care giver di seluruh wilayah kabupaten cianjur dengan basis GPS sehingga memudahkan konsumen untuk mengetahui posisi perawat. 2. Alur Pelayanan Informasi konsumen membutuhkan jasa homecare



Manajer Pelayanan : Verifikasi lokasi dan kontrak waktu via WA



KLIEN



Manajer Pelayanan : Melakukan koordinasi dengam tim kelola kasus dan klien untuk rencana perawatan lanjutan / monitoring / evaluasi



Tim Kelola Kasus : Melakukan kunjungan dan kelolaan kasus klien dan membuat laporan pelayanan homecare



Tim Pengkajian : Pengelolaan masalah klien dan identifikasi jenis pelayanan homecare



Tim Kasus : Pengelolaan kasus klien dan persiapan perawat untuk berkunjung sesuai cek poin



B. VISI MISI HOMECARE ONLINE ASOKA 1. VISI Menjadi Perusahaan Pelayanan Kesehatan Homecare Yang Professional, Kredibel, Responsif, dan Ekonomis. 2. MISI a. Memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat dengan tenaga perawat yang terlatih dan professional b. Mengembangkan pelayanan homecare berbasis digital health demi terciptanya pelayanan yang mudah di akses bagi masyarakat demi peningkatan mutu kesehatan indonesia c. Memberikan pelayanan kesehatan yang tepat, akurat, terukur untuk efisiensi waktu derajat rehabilitatif d. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan ekonomis C. SKEMA MANAJEMEN KASUS Manejemen kasus di dalam pelayanan home care yaitu sebagai berikut : pasien pulang berobat dari rumah sakit, puskesmas, sarana kesehatan, atau ada keluarga klien yang sakit kemudian, keluarga klien mencari tahu tentang petugas kesehatan yang terdekat yang melayani home care via website / sosmed dan menghubungi kontak person yang tersambung dengan manajer pelayanan. Manajer pelayanan akan menyimpan kontak dan lokasi klien, kemudian manajer pelayanan akan memberi tugas kepada tim pengkajian untuk identikasi masalah dan jenis pelayanan homecare, selanjutnya tim pengkajian akan melaporkan tim kasus dimana dari identifikasi masalah akan di kelompokan dan diinformasikan kepada perawat / caregiver yang ditugaskan untuk melakukan kunjungan sesuai cek point klien, kemudian petugas berkunjung dan mengelola kasus klien secara langsung. Tim kelola setelah selesai tugas membuat laporan akan hasil kunjungan kepada klien, beruba asuhan keperawatan yang dimana dilaporkan kembali kepada manajer pelayanan atas tindakan yang sudah dilaksanakan dan



rencana keperawatan selanjutnya. Kemudian manajer pelayanan akan berkoordinasi kembali dengan klien dan akan meminta penilaian terhadap performa perawat yang memberikan homecare serta membuat kontrak waktu dan kontrak pelayanan kembali jika ada tindakan lanjutan sesuai arahan tim kelola kasus.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah B. Saran Semoga proposal home care ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pembuatan nya, karena home care itu sendiri sangat penting bagi pasien di rumah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur dalam memberikan tindakan home care terhadap pasien yang tak kunjung sembuh di rumah atau dilingkungan masyarakat.