Proposal Bisnis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proposal Bisnis BISNIS MINI MARKET Strategi bisnis:  



    



   



Belum adanya usaha serupa yang dijual di sekitar komplek tersebut Adanya produk-produk atau jasa yang saling menguatkan dan saling menutupi atas kemungkinan akan fluktuatif pembeli. (one stop book shopping, printing, software building & designing) Tidak mengenal adanya musim Iklan di internet, majalah (majalah wildan gratis), e-mail dan melalui milist, maupun direct marketing berupa penyebaran brosur. Usaha antar-jemput Timing tepat : Anak masuk sekolah Tempat yang tepat dekat dengan pasar swalayan aneka buana dan dekat dengan kampus-kampus Islam dan kampus umum (UIN, Universitas Muhammadiyyah membuka kelas computer) Penjualan dilakukan di dunia virtual http://www.toko.ikhwan-interaktif.com maupun dunia offline (sebenarnya). Pembelian produk dari supplier bisa on demand (atas permintaan) dan bayar mundur. Target market tidak hanya terhadap local (jabodetabek), akan tetapi lebih berifat internasional. Target market tidak hanya terhadap individu (buku, obat-2an, baju muslim/koko) akan tetapi juga terhadap pemilik usaha (web, hosting, printing, designing) dengan below the line:







printing







publishing



– shopping : tas anak sekolah, buku (note book), buku paket siswa (pegangan siswa), buku-buku computer/umum, buku-buku manhaj salaf, kitab-kitab berbahasa Arab, majalah Islam. – designing meliputi : cover buku, cover vcd, internet, dan berbagai aplikasi lain yang bisa diterapkan di rumah tangga maupun industri/perusahaan seperti X-Banner. –



obat-obatan Islami







software scripting







videografi & Multimedia interaktif



– berbagai produk yang tidak terkategorikan seperti di atas seperti : VCD kajian, VCD Murottal, Kaset Kajian, Kaset Murottal, minyak wangi, siwak, baju muslim/koko, madu, ATK dll.







 



Penjualan Berupa kios, di lokasi yang banyak dilewati orang-orang dan strategis baik yang akan pergi berangkat kerja maupun berbelanja di pasar swalayan aneka buana atau hanya sekedar jalan. Dan dibantu dengan letak strategis di lingkungan kampus. Estimasi modal Barang (buku, obat-obatan dan lain sebagiannya/barang yang akan dijual Rp. 10.000.000 Estimasi laba per bulan : (pemasukan – pengeluaran) = (laba kotor – ongkos) = ( 14.500.000 – 4.200.000) = Rp 10.300.000



1. 2. Kebutuhan modal awal:             



Rak buku : @ Rp. 400.000[1] (sudah plittur) = 4 x 400.000 = 1.600.000 + 200.000 (ongkos kirim) Meja kasir + Kursi : Rp. 250.000 (Perkiraan) Line Telp. Rp. 500.000 Sambungan Internet Kendaraan Scanner = Rp. 900.000 Pesawat telp./fax Printer Kipas Angin Rp. 250.000 (perkiraan) 1 buah kios Rp 20.000.000[2]/thn = 1.777.777/bulan Promosi : spanduk, pamflet, kartu nama, flyer, X-Banner, Nota : Rp 1.000.000 Beli Barang (buku, obat-obatan dan lain sebagiannya/barang yang akan dijual Rp. 10.000.000 Total : Rp 16.400.000



1. 3. Ongkos rutin bulanan:     



Listrik + Telp. = Rp. 1.000.000 (perkiraan) Internet provider Rp. 2.000.000 Sewa etalase @ Rp. 200.000 x 6 = 1.200.000 BBM = 200.000 Total : Rp 4.400.000,-



1. 4. Estimasi pemasukan: Diperkirakan bisa menjual: – Buku 200 (sehari dianggap laku 7 buah) @ 30.000 dengan harga penerbit diskon 40 prosen/buku = 2.400.000 – VCD 50 (sehari dianggap laku 2 buah) @ 25.000 dengan harga publisher diskon 40 prosen/buah = 500.000 – Obat-obatan 350 (sehari dianggap laku 12) @ 45.000 dengan harga diskon 40 prosen/buah = 6.300.000 – Design & cetakan Rp. 1.000.000 (satu bulan dianggap dapat satu cetakan) – Design Internet Rp. 2.000.000 (satu bulan dianggap dapat satu design)



– Design Multimedia interaktif dan videografi Rp. 1.000.000 (satu bulan dianggap satu design) – Webhosting Rp. 300.000/URL/bulan (satu bulan dianggap dapat satu URL) – Lain-lain sekitar Rp. 2.000.000 (Jual Diskete/CD/ATK/Lain2 ATK dll) TOTAL = Rp. 15.500.000 Misalkan ada 2000 orang yang lalu lalang dan melihat brosur/iklan kita, maka kemudian kita ambil persentase konservatif bahwa akan ada 1% yang tertarik dengan iklan kita. Maka, didapatlah estimasi omset 20 buah atau pelanggan per hari. 1. 5. Design –



Flyer (menyusul)







Nota (menyusul)







X-Banner (menyusul)







Banners (menyusul) 1. 6. Prasyarat yang harus diikuti sebelum design



– tidak membuat, mengambil gambar bernyawa kecuali bagian yang dibenarkan oleh syara’ – tidak mengandung unsur musik atau nyanyian atau kata yang tidak diperbolehkan syara’ 1. 7. Waktu buka – Waktu buka adalah jam 09.00 – 20.00 (setiap sholat akan tutup selama +/- 15 menit), – Waktu sebelum buka toko akan dipergunakan untuk memproses orderan, belanja dan sebagainya. – Ketika ada pengajian toko tutup Catatan: 1. Karena ruangan besar, maka bisa dikontrakan kepada yang lain separuh dari ruangan sekitar 400.000-Rp. 1.500.000/bln 2. Harga sewa ruangan di konversi ke bulanan sehingga ongkos perbulan seharusnya ditambah 1,7 juta, yaitu 4,2 juta + 1,7 juta = 5,9 juta 3. Scanner sangat diperlukan untuk upload foto produk/jasa di website, walau begitu usaha bisa berjalan tanpa adanya scanner 4. Printer masih dirasa belum perlu



5. Kendaraan berguna untuk memperlancar mobilitas kegiatan jual-beli produk atau jasa, dan kami telah mempunyai motor akan tetapi baru satu kali bayar (lagi nunggu STNK) 6. mengenai sambungan internet dan telp/fax, saya tidak mengetahui pasti untuk lingkungan bisnis. Akan tetapi, jika di warnet yang sudah berjalan Rp. 5.000.000 untuk paket warnet (unlimited) untuk itu dimohon bapak untuk mempertimbangkan/mengkonfirmasi kembali ke pihak yang bersangkutan. 7. Pada dasarnya computer yang sudah ada tidak memiliki spesifikasi yang bagus untuk videografi & multi media design sehingga diperlukan penambahan sebagai berikut: –



RAM yang ada 256 MB dan yang terbaca 192 MB, minimum requirement 1 Ghz







Processor Intel M Inside requirement dual core dengan harga upgradeRp. 800.000



Untuk itu baru dapat ditargetkan masing-masing design satu design, dan juga dikarenakan kita belum mempunyai mesin cetaknya. Untuk penambahan/upgrade diperlukan jika sudah terlihat kebutuhannya saja. 1. software scripting belum dimasukan omsetnya karena bergantung kepada perusahaan apa, dan biasanya memerlukan waktu bulanan (3 bulan) dengan harga kisaran Rp. 3.000.000-20.000.000 2. tidak dicantumkan pengurusan izin yang konon katanya hanya menghabiskan 1.000.000, benarkan harus ada? 3. Jika omset berada pada kisaran 30.000.000 (dengan pembuatan software atau memang mencapai angka tersebut) mohon diberikan kebijaksanaan untuk mengubah system penggajian kepada system bagi hasil sesuai dengan kesepakatan misal 20 : 80 4. modal beli barang saya pakai 10.000.000 walaupun sebenarnya itu akan hanya sedikit sekali untuk ukuran 6 x15 m 5. Perhitungan gaji karyawan tidak dimasukan karena bercampur dengan kursus bahasa Arab (mohon kalkulasi sendiri) 6. wassalamu alaikum warohmatullohi wabarokatuh Lihat lampiran Lampiran Tabel Perhitungan secara riil (tidak dibagi perbulan untuk bangunan/sewa toko) No. Nama/Deskripsi Modal Awal 1. Rak Buku 2. Meja kasir + Kursi : (Perkiraan) 3. Line Telp 4. Scanner 5. Kipas Angin 6. Ruko 7. Promosi 8. Beli Produk



Harga Rp. 1.800.000 Rp. 250.000 Rp. 500.000 Rp. 900.000 Rp. 250.000 (perkiraan) Rp. 20.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 10.000.000



9. 10. 11. 12.



Printer Internet Pesawat telp./fax Kendaraan Total



Ongkos Rutin Bulanan 1. Listrik + Telp. 2. Internet provider 3. Sewa etalase 4. BBM = Total : Estimasi pemasukan Buku 200 (sehari dianggap laku 7 buah) VCD 50 (sehari dianggap laku 2 buah) Obat-obatan 350 (sehari dianggap laku 12) Design & cetakan Design Internet Design Multimedia interaktif dan videografi Webhosting Lain-lain sekitar TOTAL =



Rp. 26.700.000 Rp. 1.000.000 (perkiraan) Rp. 2.000.000 (perkiraan) @ Rp. 200.000 x 6 = 1.200.000 Rp.200.000 Rp. 4.400.000,@ 30.000 dengan harga penerbit diskon 40 prosen/buku = 2.400.000 @ 25.000 dengan harga publisher diskon 40 prosen/buah = 500.000 @ 45.000 dengan harga diskon 40 prosen/buah = 6.300.000 Rp. 1.000.000 (satu bulan dianggap dapat satu cetakan) Rp. 2.000.000 (satu bulan dianggap dapat satu design) Rp. 1.000.000 (satu bulan dianggap satu design) Rp. 300.000/URL/bulan (satu bulan dianggap dapat satu URL) Rp. 2.000.000 (Jual Diskete/CD/ATK/Lain2 ATK dll) Rp. 15.500.000



Modal beli barang diperbesar Rp. 20.000.000 karena toko terlihat begitu besar No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Nama/Deskripsi Rak Buku Meja kasir + Kursi : (Perkiraan) Line Telp Scanner Kipas Angin Ruko Promosi Beli Produk Printer Internet Pesawat telp./fax Kendaraan



Harga Rp. 1.800.000 Rp. 250.000 Rp. 500.000 Rp. 900.000 Rp. 250.000 (perkiraan) Rp. 20.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 20.000.000



Total



Rp. 36.700.000



Beli produk diperbesar lagi jadi Rp. 30.000.000 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Nama/Deskripsi Rak Buku Meja kasir + Kursi : (Perkiraan) Line Telp Scanner Kipas Angin Ruko Promosi Beli Produk Printer Internet Pesawat telp./fax Kendaraan Total



Harga Rp. 1.800.000 Rp. 250.000 Rp. 500.000 Rp. 900.000 Rp. 250.000 (perkiraan) Rp. 20.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 30.000.000



Rp. 46.700.000



MOTTO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Harus jujur satu sama lain Qualitas Harga Relasi Pesan antar Tepat waktu Harus ramah dalam menghadapi konsumen



PROPOSAL BISNIS MINIMARKET TUGAS E-COMMERCE



Proposal Pendirian Mini Market



Proposal Pendirian Mini Market



I. Keuntungan dan Keunggulan Bisnis Retail Bisnis retail merupakan perdagangan yang paling lama ada. Bahkan sejak jaman pra sejarahpun perdagangan retail sudah ada. Hanya masyarakat kurang memahami dan kurang bisa mengembangkan. Di Indonesia usia para peritail kita tergolong masih muda. Paling lama dilakukan oleh PT Hero supermarket. Hero dan Gelael adalah retail modern yang paling tua di Indonesia. Dan saat inipun PT Hero sudah dimiliki sahamnya oleh pemian asing yaitu Dairy farm. Kenapa masyarakat suka dengan bisnis retail, sebab di bisnis ini memiliki keunggulan cashflownya positif. Dimana barang disupport oleh pemasok dan membayar dalam tempo kemudian. Sehingga pemain retail tidak perlu report menyediakan cashflow yang cukup banyak. Selain itu bisnis ini bisa dilakukan dengan modal yang sedikit seperti toko klontong di kampung Namun jika di geluti dan di kembangkan akan menjadi bisnis raksasa seperti Carefour, Wal Mart, Aldi, Tesco, dan Matahari di Indonesia



II. Persiapan Persiapan apa yang dilakukan untuk mendirikan minimarkat antara lain : a. Lokasi b. Modal c. Barang Dagangan d. Peralatan e. Karyawan f.



Software POS



g. Pembukaan h. Promosi



III. Lokasi Faktor penting dan menduduki peringkat pertama adalah 3L yaitu :Lokasi, Lokasi dan Lokasi. Lokasi ini sangat penting sekali karena akan mempengaruhi syarat selanjutnya. Lokasi retail yang baik harus memenuhi syarat sbb :







Di jalan raya utama







Dekat di perumahan







Ada minimal 140 kk dalam jarak 5 menit dari lokasi







Ada lokasi parkir kendaraan







Aman dari bahaya dan bencana







Tidak melawan arus kendaraan







Dekat dengan pusat perekonomian (pasar, mal, perkantoran, dll)



Lokasi yang kita hindari antara lain : 1. Ada kecenderungan kegiatan bisnis di sekitarnya mulai menurun. 2. Jalan masuk keluarnya sulit, misalnya di tikungan jalan, jalan satu arah, daerah sumber kemaeetan dsb. 3. Banyak perusahaan yang sebelumnya gagal. 4. Kondisi lalu lintasnya semrawut dan tidak aman. 5. Kegiatan malam dan akhir minggunya singkat, misalnya daerah perkantoran dipusat kota. 6. Daerah bisnis yang waktu parkir pengunjungnya lama, misalnya dekat bioskop. 7. Daerah yang disekitarnya tidak seirama dengan bisnis yang akan dilakukan, misalnya membuka salon di sekitar toko-toko suku cadang kendaraan. 8. Daerah yang sama sekali belum di pelajari dan evaluasi.



IV. Perlengkapan Perlengkapan yang di perlukan dalam pembukaan mini market antara lain : 



Gondola /rak







Lemari







Etalase







Meja Kasir







Meja Kantor







Komputer







Printer







Timbangan (manual/digital)







Neon Box/papan nama



Kebutuhan perlengkapan ini bisa diperkiraan kurang lebih per meter persegi 1,5 juta. Jadi jika luas toko kita misalnya 100 m2 maka perlengkapan yg kita butuhkan bisa mencapai 150 jt



V. Sofware & Harware Bermain retail modern pasti membutuhkan sofware perdagangan. Sofware ini sering disebut Point Of Sale atau di singkat POS. Ada banyak perusahaan POS di Indonesia maupun di luar negeri. Bahkan Microsoft perusahan sofware terkemuka dunia juga memilikinya. Saran kami belilah software pada perusahaan software engenering dan hindari beli pada individu. Sebab menurut pengalaman kita sering terhambat jika beli di individu baik servise after sale atau kemampuan coding programernya. Telitilah perusahaan tersebut, apakah mereka akan terus mengembangan programnya atau tidak. Mintalah presentasi dahulu kepada perusahaan tersebut sebelum kita membelinya Harga sofware sangat bervariatif dari 100 ribu sampai puluhan juta. Ada perusahan yang menerapakan standart 1 komputer 1 lisensi maka kita tinggal menghitung 1 lisensi harga berapa kali dengan kebutuhan komputer. Tetapi ada juga yang menerapkan sistem paket. Dengan harga paket tertentu dapat berapa lisensi. Ada juga yang menerapkan sistem server dan klien, harga lisensi untuk server berbeda dengan kliennya. Kita tinggal menghitung 1 server harganya berapa dan kliennya butuh berapa? Standart umum di indonesia adalah *4 jt per lisensi



VI. Karyawan Tidak akan berjalan dengan baik bisnis ini jika kita tidak mempunyai SDM yang handal. Maka buatlah struktur karyawan dahulu sebelum kita recruitmen Struktur ringkasnya sebagai berikut 



Kepala Toko







Kasir







Pramuniaga







Entry Data Processing Di Indonesia masih jarang orang yang menguasai management retail modern. Untuk itu perlu diadakan pelatiahan setiap membuka mini market dan pelatihan dalam periode tertentu. Standart Gaji di Indonesia juga belum ada, semua tergangung dari omset masing-masing toko dan skala bisnisnya. Banyak toko di indoneisa yang menggaji karyawannya di bawah UMR lantran menganggap bisnis retail ini bisnis ecek-ecek dan tidak punya prospek. Padahal lihatlah Carefour mereka retailer yang besar dan punya banyak prospek. Kebutuhan karyawan kurang lebih 8 orang untuk toko dengan luas 100m2 dan dengan omset 6 juta per hari. Bisa lebih jika omsetnya lebih besar dan luasnya lebih besar Biaya sumber daya manusia adalah 20%-40% dari total biaya operasional



VII. Inventory Kebutuhan barang dagangan biasanya di supplai oleh para pemasok. Namun pada awal memulai bisnis ini para pamsok akan menerapkan beli putus/cash sampai perode 2-6 bulan. Setelah melewati fase tersebut maka akan berubah ke pola tempo dan konsinyasi. Walau demikian ada beberapa pemasok yang akan tetap menerapkan pola beli putus. Kebutuhan barang dagangan dengan harga saat ini bisa kita prediksikan antara lain dengan rumus 1,5 juta per meter persegi. Tinggal kita hitung berapa luas toko kita. Atau bisa juga dengan rumus yang lain yaitu 1,5 x omset satu bulan. Jika kurang biasnya akan mempengaruhi turn over barang kita terlalu cepat sehingga memungkinkan loss sale (hilang kesempatan menjuual). Jika terlalu banyak maka menandakan banyak barang dagangan kita yang berhenti tidak jalan alias salah order



VIII. Gedung Gedung bisa kita miliki dengan berbagai macam cara, bisa sewa, beli, atau bangun sendiri di lahan kita. Syarat bangunan yang baik untuk retail moderen adalah : 



Ada lahan parkir







Ada lahan gudang







Ada fasilitas umum jika memungkinkan (mushola, dll)







Desain muka toko bukan rumah







Tinggi atap bangunan







Lantai yang keras







Struktur yang aman







Sirkulasi udara cukup







Cahaya alam yang cukup Standart bangun gedung ini kurang lebih senilai 1 juta per meter persegi, untuk bangunan 1 lantai



IX. Lingkungan Didalam survey kelayakan sebuah bisnis retail maka yang menjadi acuan antara lain : 



Jumlah penduduk/KK dalam radius 5 menit dan 10 menit dari lokasi







Jumlah pejalan kaki di depan toko







Jumlah perbankan/BMT/BPR di seputaran lokasi







Jumlah kompetitor dalam berbagai format retail ( toko klontong, minimarket, grosir, supermarket, hypermarket)







Jumlah bisnis pendukung ( sekolah, perkantoran, pabrik, dll)







Arah lalu lintas



X. Perijinan Saat ini semakin menjamurnya bisnis retail modern mengakibatkan perlunya di tata dengan berbagai perda dan perpu. Untuk di bebrapa daerah sudah tertutup ijin untuk pendirian minimarket tetapi di ijinkan pendirian toserba...? Ijin yang di perlukan adalah HO dan surat keterangan dari lurah dan camat Di beberapa daerah mensyaratkan lokasi tersebut minimal berjarak 1,5 km dari pasar tradisional



XI. Penutup Demikianlah proposal kami buat, maka akan menjadi gambaran bapak/ibu/saudara dalam pembutan bisnins retail. Kami siap membantu pendirian dan survey lokasi. Serta kami siap membantu pembuatan SOP Minimarket serta pelatihan karyawan



Yogyakarta, 11 November 2010



Noor Rakhman Erwiyanto



PEMBUKAAN GERAI MINIMARKET / SWALAYAN Perkembangan ekonomi saat ini menunjukkan nilai plus dari pada tahun-tahun sebelumnya. Hal inipun berpengaruh terhadap perkembangan dunia ritel. Kalau kita amati disekitar kita, sudah banyak berdiri pusat perbelanjaan besar yang modern dan ritel-ritel yang menjamur disekitar kita. Dilihat dari prospeknya untuk jangka pendek dan masa yang akan datang bisnis ritel adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Pertumbuhan ritel di Indonesia saat ini didominasi oleh peritel besar yang memiliki modal system dan manajemen yang modern, serta investasi yang besar. Hal ini menyebabkan peritel kecil yang masih menggunakan system tradisional mulai tersisihkan dan juga masalah permodalan yang terbatas. Banyak cara yang ditawarkan oleh peritel besar. Untuk kerjasama dalam kerangka system dan manajemen yang diawasi dibawah oleh system peritel tersebut dengan system waralaba. Dengan adanya system waralaba memberikan angin segar bagi para investor untuk menanamkan modalnya dan dapat memiliki usaha mini market/super market sendiri. Didasari dari hal itu kami menawarkan kepada usahawan perorangan atau perusahaan yang ingin memiliki Minimarket/Swalayan/Toko modern sendiri dengan system dan management serta cara pengelolaan yang modern (independen operator) untuk menjadi usahawan yang mandiri kami bantu anda untuk mewujudkannya. Kami bantu anda dari mulai survey kelayakan lokasi hingga grand opening. Kami bantu sofware, hadware, renovasi, pengadaan barang, set-up, marchandishing, pengadaan equipment kebutuhan mini market hingga standar pengoperasian mini market yang bersystem modern dan baik. Kami berharap apa yang kami buat ini dapat diterima dikalayak dan dapat membantu pertumbuhan ekonomi di negara kita pada umumnya dan dapat menciptakan usahawan-usahawan baru pada khususnya.



PT. Mitra Ritelindo Sentosa hadir untuk membantu menjawab tantangan di era persaingan bebas saat ini. Dengan penawaran ini akan membantu anda dalam mengambil keputusan. Kami akan membantu meminimalkan resiko bisnis retail dengan mengaplikasikan Management Retail Modern yang kami tawarkan kepada pebisnis retail maupun yang akan memulai bisnis retail. KAMI MENAWARKAN: JASA KONSULTAN:PEMBUKAAN RETAIL MODERN / MINIMARKET / SWALAYAN ( TOKO BARU ) di mulai dari : 1.a. Survey Lokasi – Survey Detail ( Area Coverage ) – Studi Kelayakan Usaha/Investasi (Profit, Return Of Invesment & Break Even Point) 1.b. Renovasi Ruang Usaha – Renovasi Sipil – Renovasi Listrik ( Mechanical & Electrical )



1.c. Perencanaan Toko, Tata ruang & Design – Perizinan ( SIUP, NPWP, Reklame. dll ) – Design Interior/Exterior, Shop sign, single pole & sarana display – Pengadaan Perlengkapan & Peralatan ( Rak, showcase, Komputer dll) – Setting Lay out untuk meja kasir, showcase, cooler, AC – Paket Sistem Operasional Toko & Administrasi keuangan ( POS ) 1.d. Pengadaan & Pengelolaan Barang Dagangan – Pengadaan Barang Dagangan ( Pemesanan/Pembelian) – Entri data, penetapan harga jual – Penggolongan & Stok Opname 1.e. – – – – –



Seleksi & Pelatihan Karyawan Seleksi & Perekrutan karyawan Pengembangan & Penilaian Organisasi & Management (Struktur, Deskripsi Jabatan & Konpensasi) Pelatihan Standart Operasional Toko / Pelayanan Pelatihan Pegelolaan Barang Dagangan ( Penerimaan & Retur, Penjualan, Penempatan dll ) – Pelatihan Operasional Program ( Point Of Sale ) mencakup : * Management Lay Out (Memudahkan untuk Pengawasan dan memudahkan Stock Opname)/Data base Retail Management. * Identifikasi data per unit produk/PLU : Departement, Sub Departement (Planogram) * Data Entri * Penjualan / Kasir, Register Kasir, Retur Penjualan * Pembelian & Entri Pembelian * Inventori ( Penempatan, Price List, Master Barang, min-max ) * Retur & Prosedur Retur serta laporan * Laporan Pembelian, Penerimaan, Penjualan, Master Inventory * Dan Lain-lain



1.f. Promosi & Grand Opening – Acara Pembukaan – Promosi Harga, Pembuatan & Peyebaran Brosur – Pengadaan Hadiah/Souvenir – Lucky Draw – Pengadaan Members 1.g. Pengelolaan Keuangan – Administrasi Keuangan – Efisiensi Keuangan. 1.h. Analisa Lingkungan – Internal – Konsumen – Pemasok – Pesaing / Kompetitor



1.i. Pelatihan Strategi Pemasaran – Sasaran, Target & Posisi – Strategi pemasaran – Pelaksanaan Kami akan memberikan Pelatihan dan pengawasan secara Komprehensif / menyeluruh tentang Pengelolaan dan pengembangan Minimarket ( Retail Modern ) dengan di bantu maintenace & kontrol dengan penempatan tenaga kerja dari pihak konsultan sebanyak 2 orang yaitu selama ± 3 bulan mulai diadakannya kesepakatan kerja sama (Kontrak Kerja)



SALAM SUKSES PT. MITRA RITELINDO SENTOSA



Udin Sahrudin FOLLOW



Santeri yang ikut aktif dalam program pemberdayaan masyarakat Bisnis



Contoh Pembagian Keuntungan Bagi Hasil (Mudhorobah) 27 Desember 2010 14:35Diperbarui: 26 Juni 2015 10:20184 10



contoh-contoh kasus teknis pembagian dan penghitungan keuntungan yang disesuaikan dengan modal yang ditanamkan..



Mudharabah 1. Pemilik modal dari 1 (satu) orang dan pelaksana satu orang. Zaed menyerahkan modal sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kepada Umar untuk diniagakan. Pada saat perjanjian (akad) disepakati bahwa keuntungan akan dibagi 40% untuk Zaed (pemilik modal) dan 60% untuk Umar, dan keuntungan dibagikan setiap usaha setelah mendapatkan keuntungan (1 kali putaran produksi). Jika Untung: Setelah dilakukan usaha, keuntungan bersih (setelah dikurangi biaya-biaya) yang diperoleh sebesar



Rp. 500.000,Maka keuntungan yang diperoleh masing-masing adalah: Zaed :40% x Rp. 500.000 = Rp. 200.000,Umar :60% x Rp. 500.000 = Rp. 300.000,Dengan keuntungan tersebut, diakhir bisnis uang yang diterima Zaed adalah: (seluruh modal + bagian) 1.000.000 + 200.000 = Rp. 1.200.000 Jika Rugi: Pada saat akhir bisnis mengalami kerugian (ingat menentukan kerugian setelah kerjasama mau berakhir/penyerahan modal kepada pemilik) yang bukan diakibatkan oleh kelalaian Umar, maka kerugian tersebut ditanggung oleh Zaed selaku pemilik modal. Untuk mengembalikannya maka komoditi yang ada dijual seluruhnya sehingga menjadi bentuk uang tunai. Dan keuntungan yang telah diperoleh Zaed selama ini dihitung menjadi bagian modal dan yang bagian Umar diserahkan kepada Zaed untuk menutupi kerugian pada modal. Jika seluruh komoditi telah dijual dan memiliki kelebihan dari Rp. 1000.000,- (modal usaha) maka selebihnya itu dianggap keuntungan dan dibagi sesuai prosentase yang telah disepakati. 2. Pemilik modal terdiri dari beberapa orang dan pelaksana 1 orang Zaed, Umar dan Bakar bersepakat mengumpulkan modal, kemudian akan diserahkan kepada Husen dengan sistem mudharabah. Modal yang dibutuhkan Husen sebesar Rp. 12.000.000,- (dua belas juta rupiah). Mereka (Zaed, Umar, Bakar) bersepakat bahwa keuntungan akan disesuaikan dengan modal yang diinvestasikan masing-masing. Rincian prosentase dari modal yang ditanam masing-masing sebesar Rp. 12.000.000,- adalah: Zaed :40% (Rp. 4.800.000,-) Umar :25% (Rp. 3.000.000,-) Bakar :35% (Rp. 4.200.000,-)+ 100% (Rp.12.000.000,-) Selanjutnya uang tersebut diserahkan kepada Husen untuk diniagakan dengan akad mudharabah. Pada saat akad disepakati bahwa keuntungan dibagi 60% untuk pemilik modal (Zaed, Umar, Bakar) dan 40% untuk pelaksana (Husen). Keuntungan dibagikan (dihitung) setiap usaha telah memperoleh laba (satu kali putaran produksi). Jika untung: Setelah satu kali putaran produksi, diperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.500.000,Maka cara pembagian keuntungannya: Langkah 1 Pembagian keuntungan antara pemilik modal dengan pelaksana - Pemilik modal : 60% x Rp. 2.500.000 = Rp. 1.500.000,- Husen 40% x Rp. 2.500.000 = Rp. 1.000.000,Langkah 2 Pembagian keuntungan Rp. 1.500.000,- antara pemilik modal sesuai dengan modal masing-masing



sebagai berikut: Cara 1 Prosentase saham masing-masing pemilik modal dikalikan dengan keuntungan yang diperoleh: Zaed :40% x 1.500.000 = Rp. 600.000 Umar :25% x 1.500.000 = Rp. 375.000 Bakar :35% x 1.500.000 = Rp. 525.000 + Rp. 1.500.000 Cara 2 Menggunakan rumus: Jumlah seluruh keuntungan dibagi seluruh modal dikali modal masing-masing Jadi : Rp. 1.500.000 = 0,125 Rp. 12.000.000 Keuntungan yang diterima masing-masing pemilik modal: Zaed : 0,125 x Rp. 4.800.000 = Rp. 600.000 Umar : 0,125 x Rp. 3.000.000 = Rp. 375.000 Bakar : 0,125 x Rp. 4.200.000 = Rp. 525.000 + Rp. 1.500.000 Ingat : Jika hasil bagi ini (0,125) dibulatkan menjadi 0,13 hasil penghitungannya belum tentu sesuai dengan keuntungan yang akan dibagikan Jika rugi Kasus jika kerugian yang ada pada modal tertutupi oleh keuntungan yang telah dibagikan saat bisnis berjalan (sebelum akhir bisnis) Contoh: Setelah akhir bisnis dan modal yang ada diperhitungkan serta dilakukan divestasi (pengembalian modal), ternyata modal mengalami kerugian. Kerugian yang ada sebesar Rp.1.000.000,- (jadi sisa modal yang ada sebesar Rp. 11.000.000,- (12.000.000 – 1.000.000) Perhitungkan kembali keuntungan yang pernah dibagikan disaat bisnis sedang berjalan. Sisa modal yang ada ditambah keuntungan yang pernah dibagikan kemudian digunakan untuk menutupi modal, sisanya menjadi keuntungan dan dibagikan sesuai prosentase yang telah disepakati pada saat akad Dalam kasus ini maka pelaksana harus mengembalikan sebagian keuntungan yang pernah diambilnya dan pemilik modal harus menganggap keuntungan yang pernah diperolehnya sebagai bagian dari modal. Contoh diatas menunjukan pernah dibagikan keuntungan sebesar Rp. 2.500.000. Maka cara penghitungannya:



(Sisa modal + keuntungan yang dikembalikan) 11.000.000 + 2.500.000 = Rp. 13.500.000 Ternyata modal tidak mengalami kerugian, karena tertutupi oleh keuntungan yang pernah dibagikan. Uang yang ada – jumlah modal, sisanya menjadi keuntungan. 13.500.000 – 12.000.000 = Rp. 1.500.000 Berarti keuntungan yang diperoleh sebenarnya sebesar Rp. 1.500.000, maka keuntungan inilah yang dibagikan sesuai dengan kesepakatan. Bagian masing-masing antara pemilik modal dan Husen (pelaksana) - Pemilik modal ; 60% x 1.500.000 = Rp. 900.000 - Husen ; 40% x 1.500.000 = Rp. 600.000 Jika keuntungan yang pernah diterima Husen sebelum akhir bisnis sebesar Rp. 1000.000, maka ia harus mengembalikannya sebesar Rp. 400.000 (Rp. 1.000.000 – 600.000) untuk menutupi kekurangan pada modal. Sisa modal yang ada sebesar Rp. 11.000.000 ditambah Rp. 400.000 (dari Husen) menjadi sebesar Rp. 11.400.000 Sedangkan untuk pemilik modal (Zaed, Umar dan Bakar) harus menganggap keuntungan yang pernah diterimanya sebagai bagian dari modal sesuai dengan proposional modal yang ditanamnya. Jika keuntungan yang pernah diterima sebesar Rp. 1.500.000, sedangkan keuntungan diakhir bisnis yang sebenarnya hanya Rp. 900.000,-, maka mereka harus menganggap keuntungan yang telah diterimanya sebagai modal sebesar Rp. 600.000,- dan disesuaikan dengan proposional modal yang ditanamkan oleh masing-masing pemilik modal. Jadi bagian keuntungan yang pernah diterima masing-masing yang harus dianggap sebagai modal, adalah: Zaed : 40% x 600.000 = Rp. 240.000 Umar : 25% x 600.000 = Rp. 150.000 Bakar : 35% x 600.000 = Rp. 210.000 + Rp. 600.000 Maka ketiga orang ini diakhir bisnis masing-masing akan menerima pengembalian modal, sebagai berikut: Zaed : 4.800.000 – 240.000 = Rp. 4.560.000 Umar : 3.000.000 – 150.000 = Rp. 2.850.000 Bakar : 4.200.000 – 210.000 = Rp. 3.990.000 + Rp.11.400.000 Meskipun mereka menerima lebih kecil dari modal yang ditanamkannya, pada dasarnya modal tidak mengalami kerugian, karena mereka telah menikmati keuntungan saat usaha sedang berjalan. Kasus jika kerugian yang ada pada modal tidak tertutupi oleh keuntungan yang telah dibagikan saat bisnis berjalan (sebelum akhir bisnis) Contoh: Setelah akhir bisnis dan modal yang ada diperhitungkan serta dilakukan divestasi (pengembalian modal), ternyata modal mengalami kerugian. Kerugian/ kekurangan pada modal sebesar Rp. 5.000.000,- jadi sisa modal yang ada sebesar Rp. 7.000.000,- (12.000.000 – 5.000.000)



Sisa modal yang ada ditambah keuntungan yang pernah dibagikan kemudian digunakan untuk menutupi modal, jika modal belum tertutupi (Rugi), maka kerugian yang ada ditanggung oleh pemilik modal sesuai saham yang diinvestasikan Dalam kasus ini maka pelaksana harus mengembalikan seluruh keuntungan yang pernah diambilnya dan tidak berkewajiban menanggung kerugian, sedangkan pemilik modal harus menganggap keuntungan yang pernah diperolehnya sebagai bagian dari modal serta menanggung kerugian yang ada pada modal Ingat kerugian harus selalu menjadi tanggungan pemilik modal, karena kerugian merupakan reduksi dari modal Contoh diatas menunjukan pernah dibagikan keuntungan sebesar Rp. 2.500.000. Maka cara perhitungannya: (Sisa modal + keuntungan yang dikembalikan) 7.000.000 + 2.500.000 = Rp. 9.500.000 Ternyata modal mengalami kerugian, karena tidak tertutupi oleh keuntungan yang pernah dibagikan. Jumlah modal seharusnya – uang (modal) yang ada, sisanya menjadi kerugian yang harus ditanggung bersama-sama antara pemilik modal. 12.000.000 – 9.500.000 = Rp. 2.500.000,Berarti modal mengalami kerugian sebesar Rp. 2.500.000, maka kerugian ini yang ditanggung oleh pemilik modal sesuai modal yang diinvestasikan. Dalam hal ini Husen (selaku pelaksana) hanya berkewajiban mengembalikan keuntungan yang pernah diambilnya sebesar Rp. 1.000.000 dan tidak berkewajiban menanggung kerugian. Untuk pengembalian sisa modal kepada masing-masing pemilik modal ada beberapa cara: Cara 1 Setiap pemilik modal harus mengembalikan keuntungan yang pernah diambil saat bisnis berjalan, dengan rincian: Zaed : Rp. 600.000 Umar : Rp. 375.000 Bakar : Rp. 525.000 + Rp. 1.500.000 Kemudian dijumlahkan dengan sisa modal yang ada setelah ditambah dengan pembelian dari pelaksana. (Sisa modal + pengambilan keuntungan dari pelaksana + pengembalian keuntungan dari pemilik modal) 7.000.000 + 1.000.000 + 1.500.000 = Rp. 9.500.000



Jadi pengembalian modal kepada masing-masing pemilik modal adalah: Zaed : 40% x 9.500.000 = Rp. 3.800.000 Umar : 25% x 9.500.000 = Rp. 2.375.000 Bakar : 35% x 9.500.000 = Rp. 3.325.000 + Rp. 9.500.000 Untuk melihat kerugian yang dialami masing-masing pemilik modal adalah: (prosentase masing-masing modal yang ditanamkan dikalikan dengan jumlah kerugian yang menjadi tanggungan) Zaed : 40% x 2.500.000 = Rp. 1.000.000 Umar : 25% x 2.500.000 = Rp. 625.000 Bakar : 35% x 2.500.000 = Rp. 875.000 + Rp. 2.500.000 Bandingkan dengan perhitungan dibawah ini: (jumlah modal masing-masing – jumlah pengembalian sisa modal yang ada untuk masing-masing) Zaed : 4.800.000 – 3.800.000 = Rp.1.000.000 Umar : 3.000.000 – 2.375.000 = Rp. 625.000 Bakar : 4.200.000 – 3.325.000 = Rp. 875.000 + Rp.2.500.000 Cara 2 Pemilik modal tidak mengembalikan keuntungan, tetapi langsung menganggap bahwa keuntungan yang pernah diambil dianggap sebagai bagian dari modal. Maka jumlah uang yang dibagikan antara pemilik modal adalah: (Sisa modal + pengembalian keuntungan dari pelaksana) 7.000.000 + 1.000.000 = Rp. 8.000.000,Dengan tidak mengembalikan keuntungan yang pernah diambil saat bisnis berjalan, maka diakhir bisnis, pada saat divestasi (pengembalian modal) masing-masing pemilik modal akan menerima uang sebagai berikut: Zaed : 40% x 8.000.000 = Rp. 3.200.000 Umar : 25% x 8.000.000 = Rp. 2.000.000 Bakar : 35% x 8.000.000 = Rp. 2.800.000 + Rp. 8.000.000 Dengan tidak mengembalikan keuntungan yang pernah diambil, pada saat divestasi seolah-olah pemilik modal mengalami kerugian sebagai berikut: Zaed : 4.800.000 – 3.200.000 = Rp. 1.600.000 Umar : 3.000.000 – 2.000.000 = Rp. 1.000.000 Bakar : 4.200.000 – 2.800.000 = Rp. 1.400.000 + Rp. 4.000.000



Musyarakah Husin, Hasan dan Husen bersepakat untuk melakukan perjanjian kerjasama musyarakah, dalam satu usaha bisnis, dimana semua pihak mengumpulkan modal dan mengelolanya secara bersama-sama. Modal yang dibutuhkan Husen sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Mereka (Husin, Hasan dan Husen) bersepakat, pembagian keuntungan akan disesuaikan dengan modal yang diinvestasikan masing-masing tanpa membedakan kemampuan dalam melakukan pekerjaannya. Modal yang diinvestasikan sesuai dengan kesanggupan masing-masing, yaitu: Husin : 25% x 20.000.000 = Rp. 5.000.000 Hasan : 40% x 20.000.000 = Rp. 8.000.000 Husen : 35% x 20.000.000 = Rp. 7.000.000 + Rp. 20.000.000 Jika untung: Setelah satu kali putaran produksi, diperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.500.000,Pembagian keuntungan antara anggota syirkah disesuaikan dengan modal yang diinvestasikan masing-masing anggota syirkah sebagai berikut: Cara 1 Prosentase saham masing-masing pemilik modal dikalikan dengan keuntungan yang diperoleh: Husin : 25% x 2.500.000 = Rp. 625.000 Hasan : 40% x 2.500.000 = Rp. 1.000.000 Husen : 35% x 2.500.000 = Rp. 875.000 + Rp. 2.500.000 Cara 2 Menggunakan rumus : Jumlah seluruh keuntungan dibagi seluruh modal dikali modal masing-masing Jadi : Rp. 2.500.000 = 0,125 Rp. 20.000.000 Keuntungan yang diterima masing-masing pemilik modal: Husin : 0,125 x 5.000.000 = Rp. 625.000 Hasan : 0,125 x 8.000.000 = Rp. 1.000.000 Husen : 0,125 x 7.000.000 = Rp. 875.000 + Rp. 2.500.000 Ingat : Jika hasil bagi ini (0,125) dibulatkan menjadi 0,13 hasil penghitungannya belum tentu sesuai dengan keuntungan yang akan dibagikan Jika Rugi



Jika diakhir bisnis mengalami kerugian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Terhadap keuntungan yang pernah dibagikan, setiap anggota syirkah harus menganggap sebagai bagian dari modal serta menanggung kerugian yang ada pada modal. Ingat kerugian harus selalu menjadi tanggungan pemilik modal, karena kerugian merupakan reduksi dari modal Cara pengembalian keuntungan bisa 2 cara yaitu: - Masing-masing anggota syirkah tidak perlu mengembalikan keuntungan yang pernah diterima saat bisnis berjalan, melainkan langsung membagi sisa modal yang ada sesuai prosentase modal yang diinvestasikan - Masing-masing anggota syirkah mengembalikan terlebih dahulu setiap keuntungan yang pernah diterimanya selama bisnis berjalan dan mencampurkannya dengan sisa modal yang ada, kemudian dibagikan sesuai prosentase modal yang diinvestasikannya. Sedangkan untuk melihat berapa tanggungan masing-masing anggota syirkah dari kerugian yang ditimbulkannya adalah sama dengan cara pembagian keuntungan, yaitu dengan rumus : Prosentase modal masing-masing dikalikan jumlah kerugian yang ada Cara penghitungannya sama dengan cara pembagian keuntungan atau kerugian pada kasus mudharabah diatas yang pemilik modalnya terdiri dari beberapa orang Demikian contoh-contoh teknis pembagian keuntungan dan kerugian dalam sistem bagi hasil mudharabah dan musyarakah. Pembaca bisa menggunakan dan mencari teknis penghitungan yang lebih mudah dan cepat, selama tidak keluar dari prinsip-prinsip mudharabah dan musyarakah yang telah ditetapkan oleh ahli fiqh.



KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL



Cara Bagi Hasil untuk Bisnis Patungan, Aturan dan Penjelasannya Edited by Siti Hadijah • 4 Agustus 2017



Dalam berbisnis salah satu kendala awal adalah terkait permodalan. Jika tidak ingin membangun usaha dengan modal utang bank, solusinya adalah lakukan saja usaha dengan modal patungan bersama rekan bisnis yang Anda percaya. Jika ini terjadi, bagaimana dengan skema pembagian keuntungan usaha nantinya? Mike Moyer, salah seorang penulis bisnis ternama memiliki ide menarik tentang pembagian hasil bisnis patungan yang adil. Selama ini, pembagian keuntungan seringkali didasarkan pada jumlah modal yang disetor oleh masing-masing peserta usaha patungan. Padahal dalam praktiknya, aktivitas usaha tidak hanya butuh modal saja, tapi juga butuh waktu dan keahlian serta pengalaman dari pemilik modal. Hal ini yang membuat skema pembagian keuntungan dengan sistem pembagian dengan porsi yang tetap (fixed equity split) dirasa kurang adil hingga muncul skema baru dari Moyer yang dikenal dengan istilah teori porsi saham dinamis (dynamic equity split). Berikut ini ulasan perbedaan mendasar dari kedua sistem tersebut. Baca Juga : Pinjaman Tanpa Jaminan: Syarat-Syarat yang Mesti Diketahui



Usaha Patungan dengan Sistem Porsi yang Tetap (Fixed Equity Split) Ilustrasi Sistem Porsi yang Tetap Sistem porsi yang tetap (fixed equity split) biasa terjadi untuk usaha baru bukan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). Contoh praktisnya sebagai berikut: Andi dan Ali sepakat membentuk usaha patungan bersama dengan komposisi modal awal dan pembagian keuntungan sebagai berikut:    



Modal awal Andi sebesar Rp350 juta Modal awal Ali Rp150 juta. Perhitungan porsi bagi hasil dari usaha patungan tersebut adalah Andi 30% dan Ali 70%. Komposisi ini sifatnya akan tetap selama bisnis patungan tersebut berjalan (hingga terjadi perubahan komposisi kepemilikan, misal Ali menjual porsi bagiannya ke Ali atau ke orang lain).



Seiring berjalannya waktu, Andi mendapatkan peluang bisnis baru dan kemudian menjalankan bisnis barunya tersebut hingga membuat Ali harus mengerjakan porsi pekerjaan Andi (beban bertambah) sedangkan porsi bagi hasil tetap. Dengan skema tersebut misalnya dalam perjalanan waktu usaha tersebut membukukan keuntungan Rp100 juta, maka Andi akan mendapatkan porsi keuntungan Rp70 juta sedangkan Ali Rp30 juta, tanpa membedakan siapa yang bekerja full time dan part time. Baca Juga : Cari Pinjaman Modal Usaha? Di Sini Anda Bisa Mendapatkannya



Usaha Patungan dengan Sistem Porsi Saham Dinamis (Dynamic Equity Split) Sistem Porsi Saham Dinamis Sistem porsi saham dinamis (dynamic equity split) seperti tertuang dalam buku yang berjudul “Slicing Fee – Funding Your Company without Money” memberikan porsi kinerja dan kehalian sebagai parameter pembagian keuntungan. Secara rinci bagi hasil bisnis disesuaikan dengan kontribusi masing-masing pemilik (founder) seperti waktu, modal usaha, lisensi, paten, kemampuan dan lainnya. Contoh praktisnya sebagai berikut: Andi dan Ali mulai membangun sebuah bisnis patungan di bidang properti. Sistem porsi saham dinamis (dynamic equity split) sesuai dengan kesepakatan keduanya menggunakan 2 variabel untuk berbagi keuntungan yaitu waktu dan modal setor awal. Kondisi yang terjadi sebagai berikut: 



Andi memiliki kenalan atau network yang cukup luas di bidang properti dan sejumlah dana.



 



Ali memiliki kemampuan untuk melakukan manajemen dan keuangan. Sesuai kesepakatan awal, keahlian mereka dihargai dengan perhitungan satu jam kerja Andi dihargai Rp250.000 (karena lebih berpengalaman di bidang properti), sedangkan satu jam kerja Ali dihargai Rp100.000 per jam (karena Ali tidak memiliki pengalaman di bidang properti sebelumnya). Di awal usaha Andi menyertakan modal sebesar Rp350 juta dan Ali sebesar Rp150 juta







Usaha kedua orang tersebut berjalan dalam satu periode yang ditentukan bersama, dengan kontribusi seperti pada tabel berikut: Jam Kerja Jam/bulan Rp/jam Rp/bulan 350.000.000 160 250000 40.000.000 150.000.000 160 100000 16.000.000 500.000.000 56.000.000



Nama Modal Awal Andi Ali



Total Kontribusi Rupiah % 390.000.000 70% 166.000.000 30% 556.000.000 100%



Dalam periode tersebut terdapat catatan usaha sebagai berikut:  



Laba perusahaan patungan tersebut adalah Rp100 juta Andi dan Ali setuju 50% keuntungan perusahaan digunakan untuk modal kerja, sisanya dibagikan sesuai dengan porsinya masing-masing.



Jika menggunakan Sistem porsi saham dinamis (dynamic equity split), maka pembagian keuntungan yang didapat sebagai berikut:  



Andi mendapatkan keuntungan (70% x 50.000.000) = Rp35.000.000 Ali mendapatkan keuntungan (30% x 50.000.000) = Rp15.000.000.



Dalam perjalanan waktu, usaha patungan seringkali merupakan sampingan dari pemiliknya sehingga bisa saja suatu saat salah satu pemilik misalnya Andi mendapat ide bisnis lain dan meninggalkan bisnis patungan dan menjadi pemodal pasif saja. Jika kondisi seperti ini terjadi, maka perhitungan proporsi keuntungan kedua pemilik usaha tersebut menjadi sebagai berikut: Jam Kerja Jam/bulan Rp/jam Rp/bulan 350.000.000 0 250.000 150.000.000 160 100.000 16.000.000 500.000.000 16.000.000



Nama Modal Awal Andi Ali



Total Kontribusi Rupiah % 350.000.000 68% 166.000.000 32% 516.000.000 100%



Dalam periode tersebut terdapat catatan usaha sebagai berikut:  



Laba perusahaan patungan tersebut adalah Rp100 juta Andi dan Ali setuju 50% keuntungan perusahaan digunakan untuk modal kerja, sisanya dibagikan sesuai dengan porsinya masing-masing.



Jika menggunakan Sistem porsi saham dinamis (dynamic equity split), maka pembagian keuntungan yang didapat sebagai berikut:  



Andi mendapatkan keuntungan (68% x 50.000.000) = Rp34.000.000 Ali mendapatkan keuntungan (32% x 50.000.000) = Rp16.000.000.



Ada beberapa hal yang perlu diketahui terkait penggunaan kedua metode tersebut seperti berikut ini: 







Metode porsi saham dinamis (dynamic equity split) cocok digunakan untuk usaha yang baru dimulai sebagai solusi alternatif permodalan selain hutang ke bank. Usaha masih bersifta perorangan dan belum berbadan hukum. Apabila perusahaan sudah berbadan hukum PT, peraturan pembagian hasil disesuaikan dengan aturan PT yang berlaku di Indonesia. UU 40 tahun 2007.



Pilih Jenis Permodalan yang Tepat dan Menguntungkan Dalam menjalankan usaha, masalah permodalan harus diberikan perhatian khusus. Modal usaha untuk perusahaan baru jangan sampai menggunakan dana hutang dari bank. Solusi alternatif adalah menggunakan dana patungan. Bagi yang tidak mau repot, umumnya orang menggunakan metode porsi saham yang tetap (fixed equity split). Namun jika ingin lebih adil dalam menjalankan usaha, metode yang baru disebut dengan teori porsi saham dinamis (dynamic equity split) bisa jadi alternatif yang baik.



BISNIS MINIMARKET MANDIRI



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan yang berlangsung di Indonesia saat ini dari tahun ke tahun proses pemenuhan akan kebutuhan hidup terutama yang menyangkut mengenai kebutuhan hidup terutama yang menyangkut mengenai kebutuhan primer serta sekunder, meningkat terus menerus. Hal ini menyebabkan manusia yang berperan sebagai konsumen menginginkan proses pembelian barang-barang kebutuhan sehari-hari agar tercipta dengan mudah, dimana pada saat ini kita semua mengenalnya sebagai sebuah tempet belanja yang mudah dan langsung. Hal ini mendorong pengusaha-pengusaha untuk menanamkan modalnya dibidang usaha retail serta memperluasnya. Minimarket adalah perusahaan retail yang bergerak dibidang penjualan produkproduk yang digunakan oleh para konsumen dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya kebutuhan primer dan sekunder yang harus dipenuhi oleh para konsumen menyebabkan konsumen tersebut menginginkan proses pembelian barang yang secara mudah dan langsung. Harga, lokasi, dan hadiah yang ditawarkan oleh produk termasuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat para konsumen.



1.2. Rumusan Masalah 



Apa pengertian usaha?







Bagaimana tahapan-tahapan dalam memulai Bisnis Minimarket Mandiri?







Bagaimana cara mengembangkan dan mengelola Bisnis Minimarket Mandiri?







Apa saja peraturan tentang Bisnis Minimarket Mandiri?



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Usaha Usaha merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memperoleh hasil berupa keuntungan, upah, atau laba usaha. Badan usaha merupakan kesatuan hukum yang bertujuan mencari keuntungan dalam usaha dapat berbentuk perseroan terbatas, firma, maupun persekutuan komanditer. Ciri-ciri badan usaha antara lain dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk mencari keuntungan, mencukupi kebutuhan konsumen, menggunakan modal dan tenaga kerja, dan di pimpin oleh seseorang yang mempunyai kemampuan manajerial (mengorganisasi, merencanakan, mengarahkan , dan mengendalikan usaha). Usaha terdiri dari: 1.



Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: Maks. 50 Juta, kriteria Omzet: Maks. 300 juta rupiah.



2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: 50 juta - 500 juta, kriteria Omzet: 300 juta - 2,5 Miliar rupiah.



3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: 500 juta 10 Miliar, kriteria Omzet: >2,5 Miliar - 50 Miliar rupiah.



2.2. Tahapan-tahapan dalam memulai Bisnis Minimarket Mandiri Berikut ini tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk memulai bisnis Minimarket mandiri, yaitu: Tahapan Pertama: Mengenal Segmen Pasar Sebelum mendirikan usaha minimarket mandiri sangat penting dilakukan survei untuk mengenal segmen pasar. Ada baiknya anda melakukan riset sederhana mengenai demografi penduduk sekitar calon lokasi yang akan anda pilih untuk memulai bisnis ini. Anda bisa menggunakan data sekunder misalnya dengan mengunjungi website resmi pemerintah daerah setempat dan kemudian juga tidak ada salahnya anda langsung survei lokasi. Diharapkan dari hasil riset sederhana yang anda lakukan ini, akan diperoleh data-data mengenai kelompok usia penduduk yang ada di sekitar lokasi, tingkat pendidikan mereka, yang kemudian akan bisa digunakan untuk memperkirakan tingkat penghasilan dan kebutuhan penduduk di sekitar calon lokasi.Riset sederhana yang lainnya yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah memahami kompetitor yang ada di sekitar calon lokasi. Coba lakukan pendataan berapa banyak warung dan atau toko yang masih dikelola secara tradisional yang ada disana, dan juga berapa banyak minimarket modern yang ada disitu. Seberapa padat penyebaran warung, toko, atau minimarket-minimarket tadi. Kemudian tidak ada salahnya untuk mengunjungi satu per satu, misal dengan berbelanja, untuk sekedar melakukan survei barang-barang apa saja yang disediakan, seberapa lengkap, berapa harganya dan bagaimana pelayanan mereka kepada konsumen. Data-data ini penting, karena akan membantu kita untuk menyiapkan blue plan atau rencana apa yang akan kita lakukan dengan minimarket kita nantinya; barang-barang apa saja yang nanti akan disediakan, bagaimana pelayanan yang akan diberikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, kelengkapan dan ketersediaan barang, kemudahan pelanggan mendapatkan barang yang dicari, antisipasi tingkat persaingan dengan kompetitor sejenis, program-program promosi yang akan kita tawarkan. Apakah konsep minimarket yang akan didirikan hanya menyediakan minuman dan makanan siap saji, ataukah sebagai minimarket yang juga menyediakan bahan mentah sembako dan barang-barang yang terkait lainnya, berapa waktu atau jam operasi minimarket tersebut, 24 jam sehari, 10 jam sehari, apakah minimarket melayani sistem delivery, dan lain sebagainya.



Tahapan Kedua : Memilih Lokasi Penentuan lokasi minimarket ini sangat penting karena akan menentukan kelangsungan bisnis minimarket yang kita rintis. Penentuan lokasi selain berdasarkan data segmen pasar yang sudah kita miliki sebelumnya juga sangat bergantung dengan dana atau modal yang kita siapkan untuk memulai bisnis ini dan tentu saja kemudahan perijinan dari pemerintah daerah setempat dimana kita akan mendirikan minimarket mandiri ini.Tentunya kita harus mempertimbangkan dengan cermat dimana kira-kira lokasi yang cocok sesuai dengan semua pertimbangan-pertimbangan di atas. Yang perlu diingat disini adalah kita akan memulai bisnis minimarket mandiri. Artinya kita pun harus realistis dalam melihat situasi. Akanlah tidak bijaksana dilihat dari sisi bisnis, apabila kita memaksakan untuk mendirikan minimarket mandiri yang berlokasi di pinggir jalan, sedangkan dari analisa segmen pasar kita sudah tahu bahwa di sana sudah berdiri beberapa minimarket franchise. Kalau head to head berkompetisi dengan mereka, tentu saja minimarket mandiri yang akan kita dirikan tidak akan mampu bersaing. Mereka mempunyai dukungan modal yang lebih kuat dan pasokan barang-barang yang lebih teratur. Di samping itu biasanya antar mereka pun sudah saling berkompetisi. Dalam jarak sekian ratus meter mereka sudah saling berhadap-hadapan. Market share atau pelanggan yang direbutkan pun sudah sangat sedikit. Semakin banyak minimarket, distribusi pembeli akan semakin merata, artinya kemungkinan masing-masing minimarket untuk didatangi pembeli akan semakin mengecil. Akan lebih baik lokasi yang dipilih sebisa mungkin menjauhi lokasi-lokasi yang sudah ada minimarket franchise. Cobalah melihat lokasi agak lebih ke dalam, tidak di pinggir jalan, misalnya di tengah-tengah pemukiman penduduk atau kompleks perumahan. Saya mengistilahkan konsep minimarket jemput bola. Kita menjemput konsumen dengan cara mendirikan minimarket yang lokasinya mendekati tempat tinggal mereka. Persaingan dengan toko atau warung yang sudah ada tidaklah akan seketat dan sesusah apabila minimarket mandiri kita harus berhadap-hadapan dan bersaing dengan minimarket franchise. Memilih lokasi di dekat atau di tengah kompleks perumahan menurut saya lebih ideal dan strategis, karena konsumennya sudah jelas, tingkat kebutuhan mereka lebih mudah untuk dipetakan, gaya hidup mereka lebih gampang untuk diamati, tingkat kebutuhan berbelanja mereka pun sudah bisa dipastikan akan berjalan secara konsisten dan menerus. Namun tentu saja, memilih lokasi di dekat atau di tengah komplek perumahan adalah tidak mudah apalagi sekarang pun banyak minimarket franchise yang merambah di dekat kompleks perumahan juga. Tetapi masih banyak juga kompleks-kompleks perumahan yang belum berdiri minimarket franchise di dekatnya.



Semua lokasi bisa kita tentukan, namun tidak akan berjalan apabila kita tidak bisa mendapatkan ijin usaha dari pemerintah daerah setempat. Dari hasil analisa data-data pada tahapan pertama, tentunya kita sudah tahu prosedur resmi bagaimana mengurus perijinan untuk mendirikan usaha minimarket mandiri ini, lokasi-lokasi mana saja yang bisa didirikan, bagaimana syarat-syaratnya dan lain sebagainya. Ada beberapa daerah/kota yang tidak mengijinkan minimarket franchise untuk masuk ke dalam wilayahnya. Ada baiknya kita mencari tahu kota-kota atau daerah mana saja yang mempunyai aturan seperti ini, karena dengan demikian ada kesempatan kita untuk masuk dan mencoba mendirikan minimarket mandiri di daerah-daerah tersebut. Banyak cara untuk mencari dan mendapatkan lokasi yang bagus untuk memulai usaha minimarket mandiri. Sebelum menentukan dan mencari lokasi, saya lebih cenderung untuk melihat data-data statistik hasil analisa dari data-data yang dikumpulkan dalam tahapan-tahapan sebelumnya. Pemilihan lokasi yang tepat dan strategis akan sangat menetukan kelangsungan usaha minimarket mandiri ke depannya.



Tahapan Ketiga : Menyiapkan Sarana Fisik Ada 3 hal pada bagian ini; pertama menyiapkan dan atau mendirikan bangunan fisik minimarket, kedua menyiapkan rak, perkakas, furniture minimarket, dan yang ketiga adalah perekrutan tenaga operasional yang akan mengoperasikan minimarket mandiri. Tidak bisa dipungkiri untuk memulai bisnis minimarket mandiri ini tidak bisa dipisahkan dari kesiapan dana yang kita miliki. Seberapa besar dana tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing. Seberapa besar dan lengkap minimarket mandiri yang akan kita dirikan nantinya bisa disesuaikan dengan kesiapan dana tersebut. Apabila dana yang kita miliki relatif kecil bukan berarti kita tidak bisa mewujudkan impian kita untuk mempunyai dan memulai usaha minimarket mandiri ini. Semua ide bisnis berawal dan hanya bisa dijalankan dengan niat yang kuat untuk memulainya. Bukan diawali dengan dana, bukan diawali dengan modal, bukan diawali dengan uang, namun diawali dengan niat dan tekad yang kuat untuk melakukannya.



Tahapan Keempat : Mengisi Barang Yang dimaksud dengan mengisi barang disini adalah menyediakan semua kelengkapan yang diperlukan sampai benar-benar minimarket tadi siap untuk beroperasi, tentu saja terutama yang terkait dengan kelengkapan dan ketersediaan item-item yang akan dijual di minimarket. Sebelum mengisi item yang akan tersedia dan dijual di minimarket, ada



baiknya kita menyiapkan nama dan logo minimarket kita tersebut. Nama dan logo membantu pembeli untuk mengingat kembali dimana mereka bisa mendapatkan atau membeli sesuatu, merekam kesan dimana mereka mendapatkan pelayanan berbelanja menyenangkan, dan tentu saja secara tidak langsung mereka bisa menjadi tenaga marketing kita. Mereka



akan



menyampaikan



dan



bercerita



pengalaman



berbelanja



yang



menyenangkan yang mereka dapatkan di minimarket kita kepada teman, kolega, dan saudaranya dan begitu seterusnya (mouth marketing). Tentu saja mereka akan menyebut nama minimarket kita pada saat mereka bercerita. Semakin sering disebut, semakin terkenal minimarket kita. Jadi begitulah, betapa pentingnya nama dan logo minimarket kita tersebut. Dalam penentuan nama dan logo minimarket, sebisa mungkin dipilih yang menarik, mudah diingat, dan tentu saja yang mempunyai nilai komersial. Kita bisa googling informasi mengenai jasa konsultasi pembuatan logo dan brand consultant yang terdekat di kota kita masing-masing. Langkah berikutnya adalah memulai mengisi barang. Ingat minimarket kita ini adalah non franchise. Artinya semua tahapan pengisian barang harus kita sendiri yang menginisiasi, dari mencari informasi sales, lokasi-lokasi grosir, membuka jaringan dengan mereka, mengontrol ketersediaan stock, mengisi stock, sampai memonitor produk-produk baru yang muncul di pasaran. Berbeda dengan minimarket franchise, semua stock barang dipasong oleh pemegang lisensi. Pada saat akan memulai mengisi barang, jangan sungkan untuk turun sendiri mengenal lapangan. Pasar tradisional adalah salah satu tempat atau lokasi berkumpulnya sales-sales produk makan, minuman, sembako, alat-alat keperluan rumah tangga dan lain sebagainya. Biasanya mereka men-drop barang-barang tersebut di pasar-pasar tradisional. Disana kita bisa memulai untuk melakukan survey harga, mengetahui toko-toko grosir tempat nanti kita berbelanja, dan juga tempat dimana kita bisa memulai membuka jaringan dengan sales-sales produk diatas. Setelah kita bisa membuat jaringan dengan mereka, pada akhirnya nanti kita bisa meminta sales-sales tersebut mendrop barang-barangnya langsung ke minimarket kita, dengan demikian kita akan mendapatkan harga beli langsung dari sales produk yang bersangkutan. Dibandingkan apabila kita mencari barang di tempat lain yang bisa jadi harganya sudah dinaikkan dari harga beli sebenarnya. Selain pasar tradisional, tempat yang untuk dikunjungi adalah retail-retail grosir yang besar. Disana kita bisa mengecek dan sekaligus membandingkan harga produk-produk yang tersedia. Dengan demikian kita akan mempunyai daftar perbandingan harga produk-produk dari beberapa tempat tersebut yang pada nantinya kita bisa menentukan atau memilih dimana kita bisa



membeli barang-barang yang akan kita jual kembali di minimarket kita dengan harga yang kompetitif. Setelah kita tahu dimana kita bisa berbelanja, kemudian sales-sales produk sudah mulai mengunjungi minimarket kita, langkah berikutnya adalah membuat tata letak rak yang menarik, mengelompokkan item-item produk dalam kelompok rak tertentu untuk memudahkan pembeli mencari item barang yang diinginkan. Misalnya produk makanan sebaiknya dikelompokkan pada rak tersendiri khusus untuk makanan jangan dicampur dan diletakkan bersama item yang lainnya. Demikian juga dengan produk minuman, mie instant, sabun mandi, minyak goreng, sembako, kosmetika, obat-obatan, toiletries, peralatan rumah tangga, minuman dingin, dan lain sebagainya sebaiknya diletakkan pada kelompok rak-rak masing-masing. Dengan item-item yang dikelompokkan pada kelompok raknya masingmasing, selain pembeli yang akan dimudahkan dalam mencari barang yang akan dicari, juga akan memudahkan kita pada saat kita melakukan pengecekan stock barang yang sudah habis, akan habis, atau yg masih relatif utuh. Langkah selanjutnya adalah labeling rak dan harga item-item yang ada di rak tersebut. Tujuannya sama, memberikan informasi kepada pembeli tentang lokasi barang dan tentu saja harganya seinformatif mungkin.



Tahapan kelima : Komputerisasi Minimarket. Segala sesuatu yang terkait dengan semua operasional minimarket, kita lah yang harus sediakan dan persiapkan, termasuk hal yang terkait dengan program komputerisasi ini.Tahapan awal dari program komputerisasi tentu saja mencari vendor-vendor pembuat program POS (Point of Sales), kemudian membandingkan dari sisi harga, teknis, kemampuan program POS yang kita inginkan, service after sales-nya seandainya kita mempunyai masalah. Setelah kita bisa memilih vendor dan menentukan program POS apa yang ingin kita gunakan, tahap berikutnya tentu saja menyediakan komputer, printer, dan barcode reader-nya. Supaya tidak sulit, lebih baik sekalian kita membeli satu paket melalui vendor yang kita pilih tadi. Maksud satu paket disini adalah membeli program POS, komputer, printer, dan barcode reader dari satu vendor. Bagaimana spesifikasi hadware diatas, bisa kita konsultasikan dengan vendor tersebut dan tentu saja disesuaikan dengan dana yang kita punya/siapkan untuk melakukan program komputerisasi ini. Setelah semua siap, program POS sudah terpasang di komputer dan kita sudah bisa mengoperasikan (biasanya vendor akan menawarkan pelatihan gratis sesaat setelah kita membeli program POS dari vendor tersebut), langkah selanjutnya adalah memasukkan datadata item-item atau barang-barang yang ada di minimarket kita ke dalam program POS tadi.



Masing-masing program POS mempunyai Graphic User Interface (GUI) sendiri-sendiri. Namun biasanya hal umum yang bisa dijumpai di semua program POS adalah adanya menu untuk memasukkan item/barang, menu untuk penjualan, rekap dan pelaporan. Saya sarankan anda turun langsung dan mencoba sendiri memasukkan item-item tersebut dengan program POS yang baru anda pasang, karena dengan begitu pada nantinya anda bisa melatih karyawan-karyawan anda sendiri dan tentu saja anda akan menjadi lebih tahu seluk beluk program POS yang anda pasang, untuk menghindari kealpaan-kealpaan yang mungkin terjadi setelah minimarket anda benar-benar secara penuh mengimplementasikan dan beroperasi dengan program POS tersebut. Pengalaman saya pada saat untuk melakukan inventarisasi dan memasukkan data-data item atau barang yang ada di minimarket butuh waktu kurang lebih sebulan penuh sampai benar-benar semua data masuk ke dalam program POS dengan menggunakan tenaga 2 orang full time khusus untuk melakukan input data. Namun tentu saja durasi waktu dan berapa jumlah tenaga yang diperlukan untuk melakukan hal tersebut diatas tergantung dengan jumlah item atau barang yang ada di minimarket kita masing-masing. Ada beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan dengan memasang dan menggunakan program POS di minimarket kita. Selain pencatatan transaksi dan laporan yang lebih akurat, dari sisi konsumen juga akan lebih merasa nyaman berbelanja di tempat kita, karena mereka akan mendapatkan kepastian harga dan struk pembelian yang pasti. Dari sisi kita, kebanggaan akan kita dapatkan, karena kita bisa memberikan pelayanan kepada pembeli dibarengi dengan teknologi. Bisa jadi nanti dari mulut ke mulut, satu pembeli ke pembeli berikutnya, akan berkembang informasi bahwa berbelanja di minimarket kita terasa nyaman, karena semua serba terdata di komputer. Selain program POS, hal lainnya yang tidak kalah penting yang bisa kita pertimbangkan untuk dipasang di minimarket kita adalah memasang perangkat CCTV. Namun tentu saja urgensinya disesuaikan dengan kondisi minimarket dan lingkungan di sekitar minimarket kita masing-masing. Banyak vendor yang menawarkan program pemasangan CCTV dan kita tinggal memilih mana yang kira-kira cocok dengan kondisi dan keperluan kita. Dengan maraknya pemberitaan tentang tindak kejahatan yang menimpa minimarket-minimarket, tidak ada salahnya kita memasang perangkat CCTV ini. Berapa jumlah kamera CCTV yang akan kita pasang, bisa kita sesuaikan dengan seberapa luas bangunan minimarket tadi. Menurut hemat saya kamera-kamera CCTV yang kita pasang sebisa mungkin meng-cover semua isi ruangan minimarket, bagian depan, tengah, belakang, bagian kasir, pintu masuk, dan halaman luar/parkir minimarket. Dengan memasang perangkat CCTV secara psikologis akan memberikan jaminan keamanan kepada pembeli untuk



berbelanja di minimarket kita, selain itu memberikan terapi kejut kepada orang-orang yang mempunyai pikiran jahat untuk berpikir ulang seribu kali untuk melakukan tindak kejahatan di minimarket kita tadi.



Tahapan Keenam : Strategi Penjualan Setelah semua perangkat, isi, dan komputerisasi minimarket sudah selesai dilakukan, artinya minimarket kita sudah siap dibuka untuk melayani pembeli. Minimarket adalah salah satu usaha dagang yang sifatnya pasif, atau menunggu pembeli untuk datang. Bukan kita yang harus mendatangi pembeli seperti misalnya yang dilakukan oleh pedagang keliling. Dengan demikian diperlukan suatu strategi tertentu bagaimana agar supaya banyak pembeli yang datang untuk berbelanja di minimarket kita tersebut. Ada banyak faktor yang menyebabkan pembeli mau datang untuk berbelanja, antara lain faktor pelayanan, keamanan, kelengkapan barang yang ada di minimarket, kebersihan, dan yang paling menentukan adalah harga barang yang kita jual. Menentukan harga jual dari semua item barang yang kita pajang di minimarket merupakan salah satu strategi penjualan yang harus kita pikirkan secara cermat. Kita sebagai pemilik minimarket setidaknya harus belajar ilmu ekonomi walaupun dalam level basic secara autodidak. Sekali lagi perlu diingat, minimarket yang kita jalankan ini adalah minimarket mandiri, jadi segala sesuatu yang menyangkut operasional, strategi marketing dan penjualan semuanya kita yang harus memikirkan dan menentukan. Ini justru sangat bagus, karena secara tidak langsung kita akan dituntut untuk selalu belajar dan terlatih menentukan bagaimana sebuah usaha (perusahaan) dijalankan. Memiliki sebuah minimarket, berarti kita harus siap menjadi ‘bos’ yang harus mampu memikirkan bagaimana agar ‘perusahaan’ tadi bisa jalan dan menguntungkan. Untuk menentukan dan pada akhirnya kita bisa menempelkan tanda harga (price tag) per item barang, bisa dilakukan dengan beberapa strategi seperti contoh-contoh yang disebutkan di bawah ini: 1. Survey harga di toko grosir, swalayan, supermarket, hipermarket dan pasar-pasar. Pada saat kita berbelanja item barang di tempat-tempat tersebut, kita akan mendapatkan struk belanja. Simpan baik-baik struk belanja ini karena nantinya akan kita gunakan sebagai patokan untuk menentukan harga jual kembali item-item yang kita beli tersebut di minimarket kita. Kalau kita menjadi pelanggan setia di tempattempat grosir besar dan kita bisa menjalin relasi dengan pemiliknya, manfaatkan



kesempatan bagus ini untuk menanyakan strategi penjualan yang mereka lakukan setiap harinya di tempat mereka tersebut. Berapa minimum dan maksimum pengambilan keuntungan untuk item barang atau kelompok item barang yang biasanya mereka terapkan. Tidak ada salahnya sama sekali kita berkonsultasi dengan orang-orang yang sudah mapan dalam bisnis retail ini. 2. Survey harga di toko, minimarket, atau warung tradisional di sekitar minimarket kita. Pembeli akan sangat sensitif memilih dimana mereka akan belanja. Perbedaan harga Rp 5 lebih mahal di minimarket kita, bisa jadi mereka akan lari ke toko atau minimarket lainnya. Harus pintar-pintar memilih strategi penjualan, subsidi silang item barang mana yang kita akan jual lebih murah dan mana yang akan kita jual lebih mahal dibandingkan item yang sama yang dijual di minimarket atau toko di sekitar minimarket kita. 3. Pada saat agen atau sales produk datang ke minimarket kita untuk menawarkan barang, kita bisa melakukan nego harga belinya kepada mereka, sebisa mungkin harga yang kita dapatkan dari agen/sales tersebut harus lebih murah dari pada harga yang kita dapatkan di supermarket atau hipermarket besar. Kita sudah mempunyai patokan daftar harga barang dari banyak tempat grosir, supermarket atau hipermarket yang sudah kita punyai dari langkah no 1 dan 2 diatas. Dengan demikian kita bisa menentukan harga jual item lebih murah daripada harga item atau barang yang sama yang di jual di supermarket atau hipermarket di atas. Hal ini secara psikologis akan memberikan kesan kepada pembeli kalau minimarket kita adalah tempat berbelanja paling murah, lebih murah daripada berbelanja supermarket atau hipermarket. 4. Berdasarkan pengalaman saya menjalankan bisnis minimarket berikut adalah “rule of thumb” berapa persen keuntungan yang bisa kita ambil dari masing-masing kelompok barang. Perlu diingat, untuk menentukan berapa persen kisaran keuntungan, akan sangat tergantung dari survey harga di tempat anda masing-masing. Apa yang saya sampaikan disini adalah sebagai gambaran kepada anda untuk kemudian bisa disesuaikan dengan kondisi dan persaingan minimarket di sekitar minimarket anda masing-masing. Untuk kelompok food (segala macam produk makanan, minuman, dan sembako), saya mengambil kisaran keuntungan 5-10% dari harga beli. Kemudian untuk kelompok non food (sabun, kosmestik, peralatan rumah tangga, ATK, obatobatan, aksesoris, dan lain sebagainya) saya mengambil kisaran keuntungan 20-50% dari harga beli.



5. Bekerja sama denga agen atau sales produk untuk sesekali melakukan promo diskon harga atau pemberian hadiah untuk pembelian item-item tertentu atau dalam jumlah tertentu, misalnya promo beli 1 dapat 2 dan lain sebagainya dalam waktu terentu, misalnya seminggu atau pada hari-hari tertentu. Lakukan promo diskon secara regular sebagai salah satu cara untuk menarik banyak pembeli datang ke minimarket kita. Bila perlu buat selebaran promo diskon yang bisa kita tempel di tempat-tempat tertentu atau kita sediakan di depan meja kasir sehingga pembeli bisa dengan mudah melihat dan mengambil selebaran tersebut. 6. Lakukan langkah-langkah strategi penentuan harga dengan dibarengi oleh pelayanan yang optimal kepada pembeli, ramah dan cepat, ciptakan lingkungan dan suasana minimarket senyaman dan seaman mungkin sehingga pembeli akan betah dan “ketagihan” berbelanja di minimarket kita.



Tahapan Ketujuh : Strategi Memutar Modal dan Laba Setelah kita mempunyai dan sudah bisa menentukan strategi penjualan, pada dasarnya minimarket kita sudah bisa sepenuhnya beroperasi. Waktu demi waktu berjalannya kegiatan operasional minimarket, tentunya akan ada perputaran modal dan laba yang kita dapatkan dari kegiatan ini sehari-hari. Dalam memutar modal dan laba minimarket, sangat penting untuk diingat adalah memisahkan perputaran uang tersebut dengan keperluan seharihari rumah tangga. Walaupun anda pemilik dari minimarket tadi, namun jangan pernah mencampuradukkan uang atau modal minimarket untuk keperluan anda pribadi. Uang yang kita dapatkan dari kegiatan operasional minimarket sepenuhnya untuk membiayai operasional sehari-hari minimarket. Pada awal berjalannya operasional minimarket kita, sangat mungkin modal akan lebih terkuras dari pada laba yang kita dapatkan. Hal ini sangatlah wajar, karena pada saat awal beroperasinya minimarket, pengeluaran akan lebih besar dari pemasukan, untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari, misalnya menggaji karyawan, biaya telpon, listrik, sewa ruko dan tentunya belanja barang. Dari sana kita bisa membuat kalkulasi perkiraan target break event point yang akan kita patok, berapa target keuntungan dalam sehari, seminggu, sebulan supaya BEP segera tercapai, modal segera kembali, bagaimana menyisihkan uang untuk belanja barang dalam seharinya, dan lain sebagainya. Salah satu manfaat komputerisasi minimarket dengan memasang dan menggunakan program POS untuk menunjang kegiatan operasional adalah kita bisa mendapatkan laporan keuangan dengan cepat, akurat, dan gampang. Berapa uang yang keluar dan masuk, berapa keuntungan yang bisa kita dapatkan sehari dengan price tag yang kita tentukan sekarang,



apakah keuntungan tadi terlalu kecil yang menyebabkan target BEP akan semakin lama, bagaimana kalau harga per item barang kita naikkan, berapa keuntungan per hari yang bisa kita dapatkan dari kenaikan tadi, apakah kenaikan akan membuat minimarket kita dijauhi pembeli, dan lain-lain sebagainya bisa kita track dan dapatkan dari catatan yang ada di program POS tadi. Setelah sekian waktu, kita akan semakin bisa menganalisa perkembangan dan bisa mendapatkan gambaran tentang kondisi minimarket kita. Jumlah perputaran uang dalam sehari sebaiknya digunakan untuk memodali kegiatan operasional hari berikutnya. Dari program POS akan terlihat item-item apa saja dalam hari itu yang habis atau stoknya tinggal sedikit. Uang yang didapatkan dalam hari itu, sebisa mungkin harus digunakan kembali untuk membeli barang-barang yang habis atau akan habis tadi, plus untuk menambah dan membeli item barang baru dan sisanya disisihkan sebagai keuntungan hari itu. Berapa besar porsi masing-masing dari ketiganya; membeli barang lama, mengisi barang baru, dan menyisihkan keuntungan, adalah sangat tergantung dari target keuntungan sehari yang kita patok. Berapa besaran dari target keuntungan sehari, sangat tergantung dari kalkulasi yang kita lakukan terhadap modal yang sudah kita keluarkan berbanding dengan target BEP yang akan kita capai ditambah dengan rencana ekspansi bisnis minimarket yang akan kita lakukan di tahun-tahun berikutnya. Setelah sekian waktu tentunya diharapkan laba per hari yang bisa didapatkan dari kegiatan operasional minimarket akan bertambah semakin besar. Langkah selanjutnya adalah ada baiknya kita membuat target keuntungan per bulan. Target keuntungan per bulan inilah yang akan kita gunakan untuk kalkulasi yang lebih mendetail untuk melakukan ekspansi bisnis kedepannya. Yang dimaksudkan keuntungan adalah benar-benar murni laba, diluar modal untuk membeli item barang, menggaji karyawan, dan biaya operasional minimarket yang lainnya. Sebaiknya laba keuntungan per bulan ini anda simpan dan sekali lagi dipisahkan dari kebutuhan pribadi. Bisa disimpan dalam bentuk tabungan di bank, atau yang lainnya. Setelah beberapa waktu, tentunya kita akan mempunyai gambaran berapa keuntungan yang bisa kita dapatkan per tahunnya. Keuntungan yang kita dapatkan tadi sebisa mungkin digunakan untuk mengembangkan usaha minimarket, misalnya menambah rak barang dan isinya, menambah karyawan seandainya minimarket kita semakin ramai, membeli asset atau menyewa ruko baru untuk membuka cabang minimarket kita di tempat lain, membeli kendaraan motor untuk delivery barang dan lain sebagainya. Bisnis minimarket walaupun sifatnya mandiri dan non waralaba atau non franchise, masih sangat menjanjikan. Kalau kita tidak segera mencoba untuk memulainya, maka kesempatan ini akan terus diambil oleh korporasi-korporasi yang lebih besar untuk terus



melakukan ekspansi bisnis retail ini. Kenapa mereka terus berusaha melakukan ekspansi, karena mereka menyadari bisnis minimarket ini sangat menguntungkan. Tidak ada salahnya kita meniru dan mengikuti insting bisnis mereka dalam membaca peluang usaha. Bukan berarti kita akan menyaingi mereka, tentu saja kita akan kalah. Namun kita belajar membaca peluang dari apa yang mereka lalukan dan memanfaatkan kesempatan dengan sebaikbaiknya. Dalam memulai dan menjalankan sebuah bisnis usaha, kita tidak perlu takut untuk gagal sekali, dua kali, bahkan beberapa kali.



Tahapan Kedelapan : Sedikit Kiat Menjalankan Minimarket Setelah menginjak pada bagian ketujuh, selesailah tahapan-tahapan mendirikan dan menjalankan minimarket mandiri non waralaba atau non franchise. Pada bagian kedelapan ini pada dasarnya merupakan rangkuman dari tulisan-tulisan sebelumnya dari bagian kesatu sampai dengan bagian ketujuh. Rangkuman ini sebagai sebuah kiat bagaimana mengelola minimarket mandiri. Silahkan anda kembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi minimarket anda masing-masing; 1. Jangan takut untuk memulai. Mulailah dengan apapun yang kita punya saat ini. Jangan terlalu memikirkan takut rugi dan tidak akan laku barang yang dijual. Pokoknya jalankan dulu, baru kemudian dipikir belakangan hal-hal yang lainnya. Yang penting ada niatan berwirausaha, sambil jalan kita bisa memikirkan beberapa strategi bagaimana kita bisa membesarkan minimart kita nantinya. Saya dulu memulai dengan 2 rak kecil di garasi rumah yang saya sulap jadi sebuah warung kelontong kecil 2. Mulailah memikirkan strategi untuk mengembangkan minimarket kita tadi. Dalam benak saya waktu itu adalah bahwa sekarang banyak sekali minimart-minimart di pinggir jalan. Berjejer-jejer dengan jarak yang boleh dibilang sangat dekat. Distribusi pelanggan sangat merata bahkan jumlah minimart seolah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pelanggannya. Waktu itu saya berpikir kalau bersaing dengan mereka dengan menyewa atau membeli sebuah ruko yang sama-sama di pinggir jalan, jelas saya akan kalah bersaing. Dari sisi pasokan atau distribusi stock barang mereka kuat. Kemudian muncul di benak saya, kenapa tidak mendirikan minimart di tengah kampung atau komplek perumahan. Saya membeli sebuah rumah tipe 54/140 di tengah kampung/komplek dan saya sulap menjadi sebuah minimart 3. Bertanyalah kepada ahlinya. Pertama kali yang saya lakukan adalah membuat desain minimart dan trade-mark/logo dari minimart saya. Saya minta seorang arsitek utk membuatkan logo minimart saya. Logo adalah penting untuk merk dagang/minimart yang



kita punya. Pelanggan akan lebih mengenal minimart kita salah satunya dari logo yang kita punya. Kemudian yang kedua merombak dan merenovasi bangunan tadi menjadi sebuah minimart yang siap untuk diisi dengan perangkat-perangkatnya seperti rak, meja kasir, dllnya. Saya maksimalkan bangunannya menjadi 140M2, seluruhnya untuk minimart. Yang ketiga saya mencoba mencari tahu dimana kira-kira saya bisa mendapatkan perkakasperkakas minimarket. Ternyata di Jogja ada satu perusahaan yang menjual perkakas-perkakas khusus untuk keperluan minimart, dari rak (baru/bekas), meja kasir, barcode reader, sampai program POS-nya. Semua keperluan minimart saya beli dari mereka, karena mereka memberikan harga yg cupuk kompetitif 4. Jangan malu dan malas untuk masuk dari satu pasar tradisional ke pasar tradisional yang lain. Pada awal mula usaha saya berjalan, seperti yang sudah disebutkan diatas, saya mulai dari sebuah warung kelontong kecil. Untuk mengisi barang-barang di warung kelontong itu, saya tidak segan-segan masuk dari pasar ke pasar untuk berbelanja, karena disana tempat ngumpulnya para sales yang secara rutin mendistribusikan berbagai macam produk ke beberapa toko grosir di pasar tersebut. Sambil kita berbelanja kita juga berkenalan dengan sales-sales ini. Kita minta no kontak mereka, untuk kita hubungi suatu saat nanti warung kelontong kita berubah menjadi sebuah minimart. Dan itulah yang terjadi dengan minimart saya sekarang ini, sebagian besar sales datang ke minimart untuk mendrop barang. Walaupun saya masih sering juga pergi ke pusat-pusat grosir di Jogja untuk berbelanja karena memanfaatkan kartu keanggotaan yang bisa mendapatkan harga belanja yang kompetitif. 5. Modernisasikan minimarket kita. Berikan kesan minimarket kita enak dikunjungi pembeli. Masukkan semua item yang dijual di minimart kita pada sebuah program POS (point of sales) dan gunakan barcode reader untuk memanggil item yang dijual tersebut. Pada saat transaksi di depan kasir, pembeli akan merasa nyaman karena pelayanan kasir bisa lebih cepat dengan menggunakan cara demikian. Berikan kesan aman kepada pembeli pada saat mereka masuk dan berbelanja di minimart kita. Untuk itu saya pasang CCTV di minimart saya, untuk memberikan kesan aman bukan sebaliknya mengawasi mereka. Pasang AC atau kipas angin untuk kenyamanan pengunjung. Selalu berikan kesan bersih dan rapi pada suasana minimart kita, sehingga pembeli betah berlama-lama untuk berbelanja. 6. Berikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelanggan. Karena beda uang 5 rupiah mereka bisa lari ke minimart atau warung kelontong sebelah. Untuk menjaga jangan sampai terjadi, barengi dengan memberikan layanan kepada pembeli dengan ramah, dengan senyuman. Saya membuat seragam untuk para karyawan saya. Setiap hari seragamnya berganti warna dan



corak hanya untuk memberikan kesan bahwa kita memberikan pelayanan optimal, ramah, bersih dan rapi dari para karyawan kita. 7. Anggap karyawan kita seperti keluarga kita sendiri. Berikan kepercayaan kepada meraka, jangan ditekan, jangan dibentak, jangan diteriaki. Mereka salah satu tulang punggung usaha kita. Rangkul meraka dan anggap sebagai keluarga sendiri. Niscaya dengan begitu mereka juga akan secara penuh tanggung jawab menjalankan kewajibannya dan ada perasaan memiliki dan tentu saja rasa bertanggung jawab untuk ikut membesarkan usaha minimart tadi secara bersama-sama 8. Hati-hati menggunakan uang hasil usaha. Jangan campur adukkan dengan uang pribadi atau uang hasil usaha yang lainnya. Secara bijak pergunakan uang yang didapatkan dari penjualan untuk membeli barang yang habis dan mengisi dengan item-item baru. Dengan demikian apa yang tersedia di minimarket kita semakin hari semakin lengkap, sehingga lambat-laun minimarket kita menjelma menjadi sebuat minimarket yang bener-bener komplit. Kalau kesan pertama yang muncul di benak pembeli bahwa minimarket kita bersih, nyaman, aman, dan komplit maka bisa dipastikan mereka tidak akan pernah keluar kampung/komplek untuk membeli barang-barang keperluan sehari-hari, cukup datang ke minimarket kita



2.3. Cara mengembangkan dan mengelola Bisnis Minimarket Berikut ini merupakan trik cerdas dalam mengembangkan & mengelola mini market : 1. Memperbesar budget Konsumen datang dengan batasan budget, tertentunya Hari ini budget konsumen Cuma bisa belanja Rp 300.000,- , namun tentu saja konsumen tersebut tidak mungkin hanya membawa Rp 300.000,- ya kan? Bahkan pada umumnya pembeli juga membawa ATM atau kartu kredit.Lalu, bagaimana cara memperbesar budget konsumen dalam berbelanja? dan ternyata hal ini sangatlah mudah. Gunakan harga yang tidak pas seperti Rp 12.890,- . Pada saat konsumen melihat satu harga seperti ini kita akan langsung sadar bahwa sebenarnya harganya adalah Rp 13.000,- . Namun dengan banyaknya barang yang konsumen beli (dan seringkali untuk satu jenis tidak hanya satu), secara tidak sadar ketika menjumlahkannya anda akan membulatkannya menjadi Rp 13.000,00. Dan jangan heran ketika konumen membayar akan kaget karena uang anda menjadi kurang, dan pastinya konsumen harus mengeluarkan uang lebih. 2. Lakukan perubahan letak barang-barang secara berkala



Konsumen datang pastinya dengan daftar belanjaan… Itulah yang paling ditakuti para pengelola pasar swalayan, tapi ternyata mereka tidak kekurangan akal, yaitu dengan melakukan rotasi letak rak-rak secara berkala. Hal ini akan membuat anda harus mencari letak barang yang anda beli, saat anda mencari barang yang anda beli tentu saja anda juga harus melewati barang-barang lain, di sinilah pikiran anda mulai memanipulasi anda untuk membeli barang yang tidak anda perlukan karena terpengaruh tulisan “disc” dan “buy 1 get 1” . 3. Tidak di aktifkannya semua kasir Dengan jumlah kasir yang sedikit pastinya akan terjadi antrian, biasanya pengelola pasar swalayan mempunyai pedoman bahwa panjang antrian harus sejumlah 5-8 orang. Jumlah antrian ini akan membuat para konsumen merasa pusat perbelanjaan tersebut adalah pusat perbelanjaan yang ramai. Selain itu sambil mengantri mereka juga akan melihat-lihat etalase di samping kasir, antrian ini memperbesar kemungkinan konsumen untuk membeli barang yang ada di etalase di samping kasir. 4. Mendisplay snack dan permen di samping kasir Para pengelola mini market melakukan memajangan snack dan makanan kecil di samping kasir setinggi mata anak balita. Balita yang ikut mengantri dengan orangtua tentu akan sangat tergoda dan meminta kepada orangtuanya untuk dibelikan snack tersebut.



Dalam mengelola sebuah minimarket perlu diperhatikan 4 hal pokok yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu keuangan, operasional, pembelian, dan sumber daya manusia. Perlu adanya manajemen yang baik terhadap 4 hal diatas. Berikut sedikit gambaran mengenai 4 hal diatas :  Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dalam usaha minimarket meliputi, bagaimana cara pencatatan administrasi kas yang bak, laporan laba rugi, laporan neraca, laporan arus kas, dan perencanaan kas planning yang baik.  Manajemen operasional Manajemen operasional meliputi kontrol keluar masuk barang, kontrol gudang, kontrol persediaan barang, , cara display barang yang baik dan benar, kontrol pengawasan minimarket, kontrol pelayanan konsumen, promosi dan kontrol keamanan lingkungan minimarket.  Manajemen Pembelian



Manajemen pembelian meliputi cara estimasi order yang baik, cara penentuan margin barang dagangan yang tepat, negoisasi supplier, kontrol kualitas barang dagangan, dan kontrol retur barang.  Manajemen sumber daya manusia Manajemen sumber daya manusia meliputi cara membuat struktur organisasi minimarket, cara membuat job deskripsi, cara rekrutment dan penempatan karyawan, evaluasi karyawan reward dan punishment, training dan pelatihan, peraturan perusahaan dan pembuatan kontrak kerja karyawan.



2.4. Peraturan tentang Bisnis Minimarket



1. Peraturan Presiden : Penataan lokasi minimarket sangat diperlukan agar keberadaannya mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota. Hal tersebut sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Perpres No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern Pasal 3 butir (1) ; “Lokasi pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya.”



Luas lantai penjualan minimarket pun perlu diatur seiring dengan tumbuhnya salah satu minimarket dengan mengusung tema middle market. Dalam ketentuan disebutkan pada Pasal 3 butir (2) ;”Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut a. Minimarket, kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi).”



Minimarket hanya diperbolehkan melakukan system penjualan eceran dengan jenis barang dagangan diutamakan kebutuhan rumah tangga. Sebagaimana diatur dalam pasal 3 butir (3);”Sistem penjualan dan jenis barang dagangan Toko Modern adalah sebagai berikut; a. Minimarket, Supermarket, dan Hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya.”



Pendirian minimarket harus pula mempertimbangkan kondisi social ekonomi sebagaimana tertuang dalam pasal 4 butir (1); Pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib; a.



Memperhitungkan kondisi social masyarakat, keberadaan pasar tradisional, Usaha Kecil dan Usaha Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan.



Setiap pendirian minimarket harus menyediakan lahan parkir sesuai dengan ketentuan pasal 4 butir (1) hurup a; Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern.;” Dalam pasal 5 butir (4) dinyatakan;”Minimarket boleh berlokasi pada setiap system jaringan jalan, termasuk system jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam perkotaan.”



Keterlibatan masyarakat setempat dalam proses pendirian minimarket sebetulnya sudah diatur dalam ketentuan pasal 12 butir (3) disebutkan;”Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk minimarket diutamakan bagi pelaku usaha kecil dan usaha menengah setempat.



Untuk memperoleh IUTM maka kepada penyelenggara minimarket perlu melengkapi analisis dampak lingkungan social ekonomi bagi para pedagang kecil. Hal ini dituangkan dalam ketentuan pasal 13:” Permintaan IUP2T, IUPP, dan IUTM harus dilengkapi dengan; a. Studi Kelayakan termasuk analisis mengenai dampak lingkungan, terutama aspek social budaya dan dampaknya bagi pelaku perdagangan eceran setempat; b. Rencana kemitraan dengan Usaha Kecil.”



Dalam rangka meningkatkan manajemen pengelolaan usaha perdagangan eceran maka Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan terhadap para pedagang kecil. Selain itu kepada penyelenggara minimarket diwajibkan untuk melakukan pembinaan terhadap pedagang kecil setempat baik melalui kemitraan penyertaan modal dalam setiap pendirian minimarket mau pun dalam memanfaatkan ruang teras minimarket. Hal ini pun ditentukan dalam pasal 15 butir (1) ; ”Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan tugas masing-masing melakukan pembinaan dan pengawasan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.”



2. Peraturan Menteri :



Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 53/M-DAG/PER/12/2008 Tanggal 12 Desember 2008 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern mementahkan klausul-klausul yang berkaitan dengan pendirian minimarket. Dalam pendirian minimarket yang merupakan salah satu jenis Toko Modern mendapatkan pengecualian sehingga tidak diperlukan Studi Kelayakan.



Namun demikian dalam Permendag tersebut pada pasal 3 butir (9) dinyatakan bahwa;”Pendirian minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang terintegrasi dengan Pusat Perbelanjaan atau bangunan lain wajib memperhatikan; a. kepadatan penduduk; b. perkembangan pemukiman baru; c. aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas); d. Dukungan/ketersediaan infrastruktur e. Keberadaan pasar tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil dari pada minimarkettersebut;”



Sehingga perlu diatur pada regulasi di tingkat daerah, bahwa bagi penyelenggara minimarket untuk memperoleh IUTM harus melengkapi dengan proposal atas kajian sebagaimana yang dimaksudkan Permendag tersebut pada pasal 3 butir (9).



Regulasi di tingkat daerah juga perlu mengatur kelengkapan dokumen untuk memperoleh IUTM sebagaimana ketentuan pada Permendag pasal 12 hurup b.; Persyaratan IUPP dan IUTM melampirkan dokumen: 1. Copy Surat izin prinsip dari Bupati/Walikota atau Gubernur Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 2. Hasil analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat; serta rekomendasi dari instansi yang berwenang; 3. Copy Surat Izin Lokasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN); 4. Copy Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO); 5. Copy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 6. Copy Akte Pendirian Perusahaan dan pengesahannya; 7. Rencana kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha Kecil; dan 8. Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan dan mematuhi ketentuan yang berlaku.



BAB III Penutup 3.1. Simpulan Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memperoleh hasil berupa keuntungan, upah, atau laba usaha. Usaha dapat dibagi menjadi usaha kecil, usaha mikro, dan usaha menengah. Bisnis minimarket mandiri termasuk kedalam usaha mikro karena bisnis minimarket ini didirikan oleh 1-4 orang dan omzet yang dapat dihasilkan berkisar kurang lebih 100 juta. Dalam memulai usaha bisnis minimarket mandiri, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh pengusaha, yaitu mengenal segmen pasar, memilih lokasi, menyiapkan sarana fisik, mengisi barang, komputerisasi minimarket, strategi penjualan, strategi memutar modal dan laba, sedikit kiat menjalankan minimarket. Pada dasarnya tujuan utama dalam menjalankan usaha mikro sama dengan tujuan perusahaan besar untuk memperoleh laba dan menjaga kelangsungan pertumbuhan usaha dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Tujuan utama usaha mikro dapat dicapai dengan cara melakukan kegiatan penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secar efisien dan efektif, maka kegiatan-kegiatan usaha mikro perlu dikelola.



3.2. Saran Seharusnya dalam menjalankan bisnis minimarket mandiri diperlukan adanya perencanaan supaya bisnis minimarket itu dapat berjalan dengan lancar. Dalam mencari lokasi untuk minimarket sebaiknya jangan didekat pasar tradisional supaya tidak menimbulkan persaingan.